IDENTITAS MODUL
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 6-8
Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil Modul ke : III
Kode Mata Kuliah : TSKK 2104 Jumlah Halaman :
Nama Mata Kuliah : Bahan Bangunan I Mulai Berlaku : 2015
B. KomponenModul
1. Judul
MODUL III : bahan bangunan dari semen dan mortar
2. Kompetensi Dasar
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami karakteristik, fungsi dan
pengujian agregat sebagai bahan bangunan.
5. Referensi
C. MateriModul
1. Pengertian Semen
Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Di dunia sebenarnya terdapat berbagai macam
semen dan tiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu sesuai
dengan sifat-sifatnya yang khusus.
Suatu semen jika diaduk dengan air akan terbentuk adukan pasta semen,
sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir menjadi mortar
semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton.
Fungsi semen ialah untuk bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta
semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
massa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen juga mengisi rongga-
rongga di antara butir-butir agregat. Walaupun volume semen hanya kira-kira
sebanyak 10 persen saja dari volume beton, namun karena merupakan bahan
perekat yang aktif dan mempunyai harga yang paling mahal daripada bahan
dasar beton yang lain maka perlu diperhatikan/dipelajari secara baik.
1 Kapur, CaO 60 - 65
2 Silika, SiO2 71 - 25
Jenis Semen
Uraian
I II III IV V
SO3, % Maksimum
C3S, % maksimum - - - 35 -
C2S, % maksimum - - - 40 -
C3A, % maksimum - 8 15 7 5
C3S+C3A, % maksimum - 58 - - -
Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) ialah bahan bangunan yang
dibuat dari :
a. Air
b. Bahan perekat (misalnya : lumpur, kapur, semen portland)
c. Agregat halus (misalnya : pasir alami, pecahan tembok, dsb)
a. Perekat antar bata merah, perekat antar bata beton pada sampingan
dinding tembok, perekat antar batu pada pasangan batu.
b. Pembuatan bata beton, genteng beton, buis beton, dan sebagainya.
7. Macam-macam mortar
a. Mortar lumpur
Dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur dan agregat halus.
Perbandingan campuran bahan-bahan tersebut harus tepat untuk
memperoleh adukan yang kelecakannya baik dan mendapatkan mortar
(setelah keras) yang baik pula. Terlalu sedikit agregat halus (berarti terlalu
banyak tanah liat) menghasilkan mortar yang cenderung retak-retak
setelah mengeras karena susutan pengeringannya besar. Terlalu banyak
agregat halus (berarti sedikit tanah liat) menyebabkan adukan kurang
plastis. Mortar lumpur ini dipakai untuk bahan dinding tembok atau bahan
tungku api pedesaan.
b. Mortar kapur
Dibuat dari campuran air, dan agregat halus (dulu ditambahkan serbuk
bata merah, sebagai pozolan). Kapur dan agregat halus mula-mula
dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air
diberikan secukupnya agar diperoleh adukan yang kelecakanya baik
selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah
agregat halus umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini
biasa dipakai untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau
perekat antar batu pada pasangan batu.
c. Mortar semen
Dibuat dari campuran air, semen portland, agregat halus dalam
perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen
dan volume agregat halus berkisar antara 1:2 dan 1:8. Mortar ini
kekuatannya lebih besar daripada mortar lumpur atau mortar kapur, oleh
karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom, atau bagian
bangunan lain yang menahan beban. Karena mortar semen ini lebih rapat
air (dibandingkan dengan 2 mortar lain sebelumnya) maka juga dipakai
untuk bagian luar bangunan dan atau bagian bangunan yang berada
dibawah tanah (terkena air tanah)
d. Mortar khusus
Dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan
mortar semen dengan tujuan tertentu.
Mortar ringan, diperoleh dengan menambahkan asbestos fibers,
jute fibres (serat rami), butir-butir kayu, serbuk-serbuk gergaji
kayu, dan sebagainya. Mortar ini baik untuk bahan isolasi panas
atau peredam suara.
Mortar tahan api, diperoleh dengan menambahkan bubuk bata-api
dengan aluminous cement, dengan perbandingn volume 1:2.
Mortar ini biasa dipakai untuk tungku api dan sebagainya.
8. Sifat-sifat mortar
a. Murah
b. Tahan lama (awet)
c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkut, dipasang, diratakan)
d. Merekat dengan baik pada bata merah, bata beton, batu, dan sebagainya.
e. Cepat kering/keras
f. Tahan terhadap rembesan air
g. Tidak timbul retak-retak setelah mengeras.
9. Pengujian Mortar
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu pemasangan mortar ialah sebagai
berikut.
a. Bata merah atau batu yang direkatkan dengan mortar harus direndam
dahulu dalam air sampai jenuh sebelum dikerjakan. Hal ini untuk
menghindari penghisapan air oleh bata merah/batu dari mortar, yang
mengakibatkan jumlah air dalam mortar berkurang .
b. Mortar harus segera dipasang ditempat yang diinginkan setelah diaduk.
Mortar semen harus dipasang dalam waktu kurang dari 30 menit setelah
semen dadn air tercampur. Setelah terpasang permukaan mokrtar harus
selalu dalam keadaan lembab.
c. Adapun mortar harus diusahakan yang sekental-kentalnya(lawan dari
encer/lunak), tetapi yang masih plastis dan dapat dikerjakan.
d. Bangunan yang dibuat dengan mortar harus selalu dibasahi atau
dilembabkan selama kurang lebih 1 minggu. Untuk bagian yang terkena
angin atau sinar matahari langsung harus ditutup.
e. Bangunan yang dibuat dari mortar tidak boleh dibebani sebelum
mortarnya keras.
11. Jenis-jenis bahan bangunan yang terbuat dari semen atau mortar
Beberapa jenis bahan bangunan yang dibuat dari mortar dan semen
diantaranya :
3.1. Batako
Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan
relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang
diproses dengan ukuran standard. Pembuatan batako yang selama ini
dikerjakan secara manual, kini telah ditinggalkan dan diganti dengan
proses pembuatan secara masinal. Batako yang diproduksi, bahan
bakunya terdiri dari pasir, semen dan air dengan perbandingan 75:20:5.
Perbandingan komposisi bahan baku ini adalah sesuai dengan pedoman
teknis yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum tahun 1986.
Adapun proses produksi batako adalah sebagai berikut :
1. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus dengan
menggunakan mesin.
2. Pasir yang sudah diayak dan semen diaduk sampai rata dengan
menggunakan mesin pengaduk dan setelah rata ditambahkan air.
3. Adonan pasir, semen dan air tersebut diaduk kembali sehingga
didapat adukan yang rata dan siap dipakai.
4. Adukan yang siap dipakai ditempatkan dimesin pencetak batako
dengan menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir
halus hasil ayakan (bergantung pada jenis produk batako yang
dibuat).
5. Dengan menggunakan lempengan besi khusus tersebut
dipres/ditekan sampai padat dan rata .
6. Batako mentah yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari
cetakan dengan cara menempatkan potongan papan diseluruh
permukaan alat cetak, berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati.
7. Proses berikutnya adalah mengeringkan batako mentah dengan cara
diangin-anginkan atau dijemur dibawah terik matahari sehingga
didapat batako yang sudah jadi.
Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak
lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako menurut PUBI-
(1982) pasal 6 antara lain adalah permukaan batako harus mulus, berumur
minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering. Berukuran
panjang 400 mm, lebar 200 mm, tebal 100-200 mm, kadar air 25-35% dari
berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm2.
Sisi-sisi batako harus mulus dan tegak lurus sama lain dan tidak mudah direpihkan
dengan tangan. Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal harus
sudah berumur satu bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu
pemasangan tidak lebih dari 15%.
Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam
campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability) campuran
adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang dipakai. Untuk suatu
perbandingan campuran batako tertentu diperlukan jumlah air yang tertentu pula.
Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen untuk
bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40% berat semen maka
reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna (A. Manap, 1987:25). Apabila kondisi
seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air
yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan
pembuatan batako, maka nilai FAS pada pembuatan dibuat pada batas kondisi
adukan lengas tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara
optimal. Disini tidak dipakai patokan angka sebab nilai FAS. Sangat tergantung
dengan campuran penyusunnya. Nilai FAS diasumsikan berkisar antara 0,3
sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan.
Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur batako.
Oleh karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada umur
batako 28 hari. Bila karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui kekuatan
batako pada umur 28 hari, maka dapat dilakukan dengan menguji kuat tekan
batako pada umur 3 dan 7 hari dan hasilnya dikalikan dengan faktor tertentu untuk
mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari.
Menurut SNI 03-0349-1989, batu cetak beton (concrete block) adalah komponen
bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau pozzolan, pasir dan air
dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive) dicetak sedemikian rupa hingga
memenuhi syarat dan dapt digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.
Tabel 3. Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan
dinding menurut SNI-3-0349-1989
Mutu Kuat tekan minimum (Mpa)
I 9,7
II 6,7
III 3,7
IV 2
3.2.
4.