Anda di halaman 1dari 19

A.

IDENTITAS MODUL
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan ke : 6-8
Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil Modul ke : III
Kode Mata Kuliah : TSKK 2104 Jumlah Halaman :
Nama Mata Kuliah : Bahan Bangunan I Mulai Berlaku : 2015

B. KomponenModul
1. Judul
MODUL III : bahan bangunan dari semen dan mortar

2. Kompetensi Dasar
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami karakteristik, fungsi dan
pengujian agregat sebagai bahan bangunan.

3. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


4. Indikator Pencapaian

5. Referensi
C. MateriModul
1. Pengertian Semen

Semen portland ialah semen hidrolis yang hasilkan dengan cara


menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis

Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Di dunia sebenarnya terdapat berbagai macam
semen dan tiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu sesuai
dengan sifat-sifatnya yang khusus.

Suatu semen jika diaduk dengan air akan terbentuk adukan pasta semen,
sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir menjadi mortar
semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton.

Fungsi semen ialah untuk bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta
semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
massa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen juga mengisi rongga-
rongga di antara butir-butir agregat. Walaupun volume semen hanya kira-kira
sebanyak 10 persen saja dari volume beton, namun karena merupakan bahan
perekat yang aktif dan mempunyai harga yang paling mahal daripada bahan
dasar beton yang lain maka perlu diperhatikan/dipelajari secara baik.

2. Pembuatan Semen Portland

Semen portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga sangat


halus dan memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan
membakar secara bersamaan, suatu campuran dari carcareous (yang
mengandung kalsium karbonat atau batu gamping) dan argillaceous (yang
mengandung alumina) dengan perbandingan tertentu. Secara mudahnya
kandungan semen portland ialah kapur, silika dan alumina. Ketiga bahan
dasar tadi dicampur dan dibakar dengan suhu 1550 C dan menjadi klinker.
Setelah itu dikeluarkan, didinginkan dan dihaluskan sampai halus seperti
bubuk. Biasanya lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira
2 sampai 4 persen sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Kemudian
dimasukkan kedalam kantong dengan berat tiap-tiap kantong 50 kg atau 40
kg.

3. Sifat-Sifat Semen Portland

Sifat-sifat semen portland sangat dipengaruhi oleh susunan senyawa dan


oksida-oksida lain yang merupakan pengotoran. Untuk mengetahui sifat-sifat
semen perlu dilakukan pengujian di laboratorium berdasarkan standar yang
ada.

3.1. Susunan kimia


Bahan dasar semen portland terdiri dari bahan-bahan yang mengandung
kapur, silika, alumina dam oksida besi, sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 3.1 . oksida-oksida tersebut berinteraksi satu sama lain untuk
membentuk serangkaian produk yang lebih kompleks selama proses
peleburan.
Tabel 3.1. Susunan unsur semen portland
NO. Oksida Persen

1 Kapur, CaO 60 - 65

2 Silika, SiO2 71 - 25

3 Alumina, Al2O3 3-8

4 Besi, Fe2O3 0,5-6

5 Magnesium, MgO 0,5-4

6 Sulfur, SO3 1-2

7 Soda/potash, Na2O + K2O 0,5 - 1

Walaupun kompleks namun pada dasarnya dapat disebutkan 4 senyawa


yang paling penting, keempat senyawa tersebut ialah :
Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
3.2. Hidrasi semen
Bilamana semen bersentuhan dengan air maka proses hidrasi
berlangsung, dengan arah dari luar ke dalam, maksudnya hasil hidrasi
mengendap dibagian luar dan inti semen yang belum terhidrasi di bagian
dalam secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil. Proses
permulaan hidrasi tersebut berlangsung lambat, antara 2-5 jam (yang
disebut periode induksi atau tak aktif) sebelum mengalami percepatan
setelah kulit permukaan pecah.
3.3. Sifat-sifat fisika semen portland
a. Kehalusan butir (fineness)
Kehalusan butir semen akan mempengaruhi proses hidrasi. Semakin
halus butiran semen maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah
berat semen tertentu menjadi lebih besar sehingga jumlah air yang
dibutuhkan juga banyak. Semakin halus butiran semen maka proses
hidrasinya semakin cepat sehingga semen mempunyai kekuatan awal
tinggi. Selain itu butiran semen yang halus akan mengurangi bleeding.
Tetapi semen cenderung terjadi penyusutan yang besar dan
mempermudah terjadinya retak susut pada beton. ASTM
mensyaratkan tingkat kehalusan butiran semen adalah pada ayakan
no.200 butiran semen yang lolos sebesar lebih 78%. Tingkat
kehalusan semen diuji dengan alat Blaine.
b. Berat jenis dan berat isi
Berat jenis semen berkisar antara 3,1 - 3,3 dengan berat jenis rata-rata
sebesar 3,15. BJ semen penting untuk diketahui karena dengan
mengetahui BJ semen akan dapat dilihat kualitas semen itu. Semen
yang mempunyai BJ < 3,0 biasanya pembakarannya kurang sempurna
atau tercampur dengan bahan lain atau sebagian semen telah
mengeras, ini berarti kualitas semen turun.
Berat isi gembur semen kurang lebih 1,1 kg/liter, sedangkan berat isi
padat semen sebesar 1,5 kg/liter. Didalam praktek digunakan berat isi
rata-rata sebesar 1,25 kg/liter.
c. Waktu pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras
mulai semen bereaksi dengan air sampai pasta semen mengeras dan
cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen ada dua,
1) waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu pencampuran
semen dengan air sampai pasta semen hilang sifat keplastisannya,
2) waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara
terbentuknya pasta semen sampai beton mengeras.
Waktu ikat awal semen berkisar antara 1-2 jam tetapi tidak boleh
kurang dari 1 jam atau lebih 8 jam. Waktu ikat awal semen sangat
penting diketahui untuk mengontrol pekerjaan beton. Untuk tujuan-
tujuan tertentu kadang-kadang dibutuhkan waktu initial setting time
lebih dari 2 jam. Biasanya waktu yang lebih lama ini digunakan untuk
pengangkutan beton (transportasi), penuangan, pemadatan dan
finishing. Waktu ikat semen akan lebih pendek apabila temperaturnya
lebih dari 30 C. Waktu ikat ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air dan
lingkungan sekitarnya.
d. Kekekalan bentuk
Kekekalan bentuk adalah sifat dari pasta semen yang telah mengeras,
dimana bila pasta tersebut dibuat bentuk tertentu bentuk itu tidak
berubah. Ketidakkekalan semen disebabkan oleh jumlah kapur bebas
yang berlebihan dan magnesium yang terdapat pada semen. Kapur
bebas yang terdapat didalam adukan akan mengikat air dan
menimbulkan gaya yang bersifat ekspansif. Alat yang digunakan
untuk menguji sifat kekekalan semen adalah Autoclave Expansion of
Portland Cemen
e. Kekuatan semen
Kuat tekan semen sangat penting karena akan sangat berpengaruh
terhadap kekuatan beton. Kuat tekan semen ini merupakan gambaran
kemampuan semen dalam melakukan pengikatan (daya rekatnya)
sebagai bahan pengikat. Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat
benda uji terdiri dari semen dan pasir silika dengan perbandingan
tertentu dan dibuat kubus 5x5x5 cm. Benda uji tersebut kemudian
dilakukan perawatan (curing) dengan cara direndam dengan air.
Setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari benda uji diuji kuat tekannya.
f. Pengikatan awal palsu
Yaitu pengikatan awal semen yang terjadi kurang dari 60 menit,
dimana setelah semen dicampur dengan air segera nampak adonan
kaku. Setelah pengikatan awal palsu ini berakhir, adonan dapat diaduk
kembali. Pengikatan ini sifatnya hanya mengacau saja dan tidak
mempengaruhi sifat semen yang lain. Pengikatan awal palsu terjadi
karena pengaruh gips yang terdapat pada semen tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Seharusnya fungsi gips pada semen adalah
memperlambat pengikatan, tetapi karena gips yang terdapat dalam
semen terurai maka gips ini justru mempercepat pengikatan awalnya.
3.4. Pengaruh air terhadap PC
Jika air ditambahkan pada semen portland, maka akan terbentuk jaringan
serabut (gel) yang menyelubungi butir-butir semen yang lain. Di dalam
gel ini terdapat air pembentuk gel yang jumlahnya tertentu dan air bebas
yang jumlahnya tergantung jumlah air pencampuran pada PC.
Bila air pencampur PC terlalu banyak, akibat adanya pengeringan maka
air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap sehingga gel
menjadi porous :
Gel menyusut banyak : terjadi retakan
Kekuatan gel rapuh : daya rekat semen rendah.

4. Jenis-jenis semen portland


Adanya perbedaan persentase senyawa kimia semen akan menyebabkan
perbedaan sifat semen. Kandungan senyawa yang ada pada semen akan
membentuk karakter dan jenis semen. Dilihat dari susunan senyawa, semen
portland dibagi dalam 5 jenis, yaitu :
a. Semen Type I, semen yang dalam penggunaannya tidak secara khusus
(pemakaian secara umum). Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan
umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
b. Type II, mengandung kadar C3A 8%. Semen yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen
ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu
berhubungan dengan air kotor, air tanah atau untuk pondasi yang tertanam
di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan
yang berhubungan langsung dengan air rawa.
c. Type III, memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya digiling
sangat halus sehingga cepat mengalami proses hidrasi. Semen portland
yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam
fase setelah pengikatan terjadi. Biasanya digunakan pada bangunan
bangunan di daerah yang bertemperatur rendah (musim dingin).
d. Type IV, kadar C3S maksimum 35% dan C3A maksimum 5%. Semen
portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Digunakan pada pekerjaan beton dalam volume besar (beton massa) dan
masif, misalnya bendungan, pondasi berukuran besar dll.
e. Type V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan yang selalu berhubungan dengan air laut, saluran
limbah industri, bangunan yang terpengaruh oleh uap kimia gas agresif
serta untuk pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung
sulfat tinggi.
Komposisi kimia dari kelima type semen adalah seperti pada Tabel di bawah
ini (Nawy, 1985).
Tabel 3.2. Komposisi kimia semen Portland menurut jenisnya.
Komposisi dalam % Karakteristik
Type Semen
C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgO Umum

Tipe I, Normal Semen untuk


49 25 12 8 2,9 0,8 2,4
semua tujuan

Tipe II, Relatif sedikit


Modifikasi pelepasan panas,
46 29 6 12 2,8 0,6 3
digunakan untuk
struktur besar

Tipe III, Mencapai


Kekuatan awal kekuatan awal
56 15 12 8 3,9 1,4 2,6
tinggi yang tinggi pada
umur 3 hari

Tipe IV, panas Dipakai pada


30 46 5 13 2,9 0,3 2,7
hidrasi rendah bendungan beton

Tipe V, tahan Dipakai pada


sulfat saluran struktur
43 36 4 12 2,7 0,4 1,6
yang diekspose
terhadap sulfat

5. Syarat mutu semen Portland

Syarat mutu semen menurut SII.0013-81 (ASTM C-150)

Tabel 3.3. Syarat kimia semen Portland menurut jenisnya

Jenis Semen
Uraian
I II III IV V

MgO, % Maksimum 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0

SO3, % Maksimum

C3A < 8% 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3

C3A > 8% 3,5 - 4,5 - -


Hilang pijar, % maksimum 3,0 3,0 3,0 2,5 3,0

Alkali sebagai Na2O, % maksimum 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

C3S, % maksimum - - - 35 -

C2S, % maksimum - - - 40 -

C3A, % maksimum - 8 15 7 5

C3AF+2C3A atau C4AF+C2F, %


- - - - 20
maksimum

C3S+C3A, % maksimum - 58 - - -

Tabel 3.4. Syarat fisika semen Portland


6. Pengertian Mortar

Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) ialah bahan bangunan yang
dibuat dari :

a. Air
b. Bahan perekat (misalnya : lumpur, kapur, semen portland)
c. Agregat halus (misalnya : pasir alami, pecahan tembok, dsb)

Mortar biasa dipakai untuk :

a. Perekat antar bata merah, perekat antar bata beton pada sampingan
dinding tembok, perekat antar batu pada pasangan batu.
b. Pembuatan bata beton, genteng beton, buis beton, dan sebagainya.

Adukan mortar dibuat kelecakannya cukup baik sehingga mudah dikerjakan


(diaduk, dibawa ke tempat pembuatan bangunan, dan dipasangkan pada
bangunan). Ukuran kelecakan dilakukan dengan uji sebar dengan alat
berupa meja sebar.

Mortar sebagai bahan bangunan, biasa diukur sifat-sifatnya, misalnya kuat


tekan, berat jenis, kuat tarik, daya serap air, kuat rekat dengan bata merah,
susutan dan sebagainya.

7. Macam-macam mortar

omortar dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu mortar lumpur (mud


mortar), mortar kapur dan mortar semen.

a. Mortar lumpur
Dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur dan agregat halus.
Perbandingan campuran bahan-bahan tersebut harus tepat untuk
memperoleh adukan yang kelecakannya baik dan mendapatkan mortar
(setelah keras) yang baik pula. Terlalu sedikit agregat halus (berarti terlalu
banyak tanah liat) menghasilkan mortar yang cenderung retak-retak
setelah mengeras karena susutan pengeringannya besar. Terlalu banyak
agregat halus (berarti sedikit tanah liat) menyebabkan adukan kurang
plastis. Mortar lumpur ini dipakai untuk bahan dinding tembok atau bahan
tungku api pedesaan.
b. Mortar kapur
Dibuat dari campuran air, dan agregat halus (dulu ditambahkan serbuk
bata merah, sebagai pozolan). Kapur dan agregat halus mula-mula
dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air
diberikan secukupnya agar diperoleh adukan yang kelecakanya baik
selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah
agregat halus umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini
biasa dipakai untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau
perekat antar batu pada pasangan batu.
c. Mortar semen
Dibuat dari campuran air, semen portland, agregat halus dalam
perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen
dan volume agregat halus berkisar antara 1:2 dan 1:8. Mortar ini
kekuatannya lebih besar daripada mortar lumpur atau mortar kapur, oleh
karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom, atau bagian
bangunan lain yang menahan beban. Karena mortar semen ini lebih rapat
air (dibandingkan dengan 2 mortar lain sebelumnya) maka juga dipakai
untuk bagian luar bangunan dan atau bagian bangunan yang berada
dibawah tanah (terkena air tanah)
d. Mortar khusus
Dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan
mortar semen dengan tujuan tertentu.
Mortar ringan, diperoleh dengan menambahkan asbestos fibers,
jute fibres (serat rami), butir-butir kayu, serbuk-serbuk gergaji
kayu, dan sebagainya. Mortar ini baik untuk bahan isolasi panas
atau peredam suara.
Mortar tahan api, diperoleh dengan menambahkan bubuk bata-api
dengan aluminous cement, dengan perbandingn volume 1:2.
Mortar ini biasa dipakai untuk tungku api dan sebagainya.

8. Sifat-sifat mortar

Mortar yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Murah
b. Tahan lama (awet)
c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkut, dipasang, diratakan)
d. Merekat dengan baik pada bata merah, bata beton, batu, dan sebagainya.
e. Cepat kering/keras
f. Tahan terhadap rembesan air
g. Tidak timbul retak-retak setelah mengeras.

9. Pengujian Mortar

Untuk mengetahui kelecakan adukan mortar maupun mutu mortarnya (setelah


keras) biasanya dilakukan pengujian. Macam pengujian yang umum
dilakukan terhadap adukan mortar ialah :

9.1. Uji kelecakan


Adukan mortar dilakukan dengan alat meja sebar (flow table) sesuai
dengan ASTM 1958 C-230-57 dan BS 890-1972. Adukan mortar
dimasukkan ke dalam bejana (kerucut dengan diameter bawah 100 mm,
diameter atas 70 mm dan tinggi 50 mm) yang ditaruh diatas meja sebar
(diameter 300 mm, tebal 20 mm), kemudian bejana diangkat lurus ke
atas. Periksa apakah adukan mortar berbentuk kerucut seperti Gambar .
bila adukan berguguran maka perlu diulang, namun bila bentuknya baik
maka langkah berikutnya yaitu penggetaran meja sebar siap dilakukan.
Penggetaran meja sebar dilakukan dengan cara menaikkan meja setinggi
12,5 mm (1/2 inci) lalu menjatuhkannya berulang-ulang, sebanyak 25
kali dalam waktu 15 detik. Selanjutnya diukur lagi diameter dasar
kerucut. Penyebaran diameter dasar kerucut dihitung dengan rumus :
1 0
= 100%
0
Semakin besar nilai sebar berarti semakin encer adukan mortarnya.

9.2. Uji kuat tekan


Dilakukan dengan membuat kubus mortar ukuran sisi antara 50 sampai
100 mm (lihat Gambar ) yang setelah keras (umur 3,7,14 atau 28 hari)
ditekan dengan mesin uji tekan. Nilai kuat tekan diperoleh dengan
membagi besar beban tekan maksimum (N) dengan luas penampang
benda uji (mm2).
9.3. Uji kuat tarik
Dilakukan dengan membuat mortar dalam bentuk benda uji seperti angka
8 (lihat Gambar). Benda uji mortar ini setelah keras kemudian ditarik
dengan alat uji cement briquettes (lihat Gambar). Nilai kuat tarik yang
diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum (N) dibagi dengan
luas penampang yang terkecil (mm2).

9.4. Uji kuat rekat


Dilakukan dengan bantuan dua buah bata merah. Bata merah pertama
ditaruh dibawah bata merah kedua, dengan arah sumbu saling tegak lurus
sedemikian rupa sehingga luas bidang lekat sebesar b x b mm 2 (b ialah
lebar bata merah). Kedua bata tersebut direkatkan dengan mortar. Setelah
mortar keras kemudian bata merah dibelah dengan gaya tarik yang secara
pelan-pelan dinaikkan sampai kedua bata merah terpisah (lihat Gambar ).
Kuat rekat diperoleh dengan membagi beban tarik maksimum (N) dengan
luas bidang lekat (mm2).

10. Pemasangan mortar

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu pemasangan mortar ialah sebagai
berikut.

a. Bata merah atau batu yang direkatkan dengan mortar harus direndam
dahulu dalam air sampai jenuh sebelum dikerjakan. Hal ini untuk
menghindari penghisapan air oleh bata merah/batu dari mortar, yang
mengakibatkan jumlah air dalam mortar berkurang .
b. Mortar harus segera dipasang ditempat yang diinginkan setelah diaduk.
Mortar semen harus dipasang dalam waktu kurang dari 30 menit setelah
semen dadn air tercampur. Setelah terpasang permukaan mokrtar harus
selalu dalam keadaan lembab.
c. Adapun mortar harus diusahakan yang sekental-kentalnya(lawan dari
encer/lunak), tetapi yang masih plastis dan dapat dikerjakan.
d. Bangunan yang dibuat dengan mortar harus selalu dibasahi atau
dilembabkan selama kurang lebih 1 minggu. Untuk bagian yang terkena
angin atau sinar matahari langsung harus ditutup.
e. Bangunan yang dibuat dari mortar tidak boleh dibebani sebelum
mortarnya keras.

11. Jenis-jenis bahan bangunan yang terbuat dari semen atau mortar

Pembahasan sebelumnya telah dijelaskan tentang karakteristik dari semen dan


mortar itu sendiri. Penggunaan mortar dan semen pada bahan bangunan saat
ini sudah sangat berkembang, berbagai penelitian dilakukan untuk
memanfaatkan semen atau mortar sebagai bahan bangunan, mulai dari
mencampurkan mortar dan semen dengan bahan-bahan alami sampai dengan
bahan kimia tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Beberapa jenis bahan bangunan yang dibuat dari mortar dan semen
diantaranya :

3.1. Batako
Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan
relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang
diproses dengan ukuran standard. Pembuatan batako yang selama ini
dikerjakan secara manual, kini telah ditinggalkan dan diganti dengan
proses pembuatan secara masinal. Batako yang diproduksi, bahan
bakunya terdiri dari pasir, semen dan air dengan perbandingan 75:20:5.
Perbandingan komposisi bahan baku ini adalah sesuai dengan pedoman
teknis yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum tahun 1986.
Adapun proses produksi batako adalah sebagai berikut :
1. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus dengan
menggunakan mesin.
2. Pasir yang sudah diayak dan semen diaduk sampai rata dengan
menggunakan mesin pengaduk dan setelah rata ditambahkan air.
3. Adonan pasir, semen dan air tersebut diaduk kembali sehingga
didapat adukan yang rata dan siap dipakai.
4. Adukan yang siap dipakai ditempatkan dimesin pencetak batako
dengan menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir
halus hasil ayakan (bergantung pada jenis produk batako yang
dibuat).
5. Dengan menggunakan lempengan besi khusus tersebut
dipres/ditekan sampai padat dan rata .
6. Batako mentah yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari
cetakan dengan cara menempatkan potongan papan diseluruh
permukaan alat cetak, berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati.
7. Proses berikutnya adalah mengeringkan batako mentah dengan cara
diangin-anginkan atau dijemur dibawah terik matahari sehingga
didapat batako yang sudah jadi.

Hasil produksi batako sebelum dipasarkan harus menjalani pengujian


mutu yang meliputi :

a. Pengujian ukuran dan tampak luar


b. Pengujian daya serap
c. Pengujian kuat tekan

Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelomplokkam ke


dalam 3 jenis, yaitu :

1. Batako putih (tras)


Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur dan air.
Campuran tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna
putih/putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu
gunung berapi. Warnanya ada yang putih ada juga yang putih
kecoklatan.
2. Batako semen/batako pres
Batako pres dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu.
Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga
yang menggunakan mesin. Perbedaannya dapat dilihat pada
kepadatan permukaan batakonya. Umumnya memiliki ukuran
panjang 36-40 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 18-20 cm.
3. Bata ringan
Bata ringan dibuat dari bahan baku pasir kuarsa, semen, dan bahan
lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan.
Berat jenis sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas
dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-
kadang melebihi. Dimensinya yang lebih besar dari bata
konvensional yaitu 60 cm x 20 cm dengan ketebalan 7 hingga 10
cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan
bata konvensional

Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak
lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako menurut PUBI-
(1982) pasal 6 antara lain adalah permukaan batako harus mulus, berumur
minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering. Berukuran
panjang 400 mm, lebar 200 mm, tebal 100-200 mm, kadar air 25-35% dari
berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm2.

Sisi-sisi batako harus mulus dan tegak lurus sama lain dan tidak mudah direpihkan
dengan tangan. Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal harus
sudah berumur satu bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu
pemasangan tidak lebih dari 15%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu batako

Menurut SII banyak faktor yang mempengaruhi mutu batako, diantaranya


tergantung pada :

1. Faktor air semen (FAS)


2. Umur batako
3. Kepadatan batako
4. Bentuk dan tekstur batuan
5. Ukuran agregat dan lain-lain

Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam
campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability) campuran
adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang dipakai. Untuk suatu
perbandingan campuran batako tertentu diperlukan jumlah air yang tertentu pula.

Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen untuk
bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40% berat semen maka
reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna (A. Manap, 1987:25). Apabila kondisi
seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air
yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan
pembuatan batako, maka nilai FAS pada pembuatan dibuat pada batas kondisi
adukan lengas tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara
optimal. Disini tidak dipakai patokan angka sebab nilai FAS. Sangat tergantung
dengan campuran penyusunnya. Nilai FAS diasumsikan berkisar antara 0,3
sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan.

Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur batako.
Oleh karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada umur
batako 28 hari. Bila karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui kekuatan
batako pada umur 28 hari, maka dapat dilakukan dengan menguji kuat tekan
batako pada umur 3 dan 7 hari dan hasilnya dikalikan dengan faktor tertentu untuk
mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari.

Menurut SNI 03-0349-1989, batu cetak beton (concrete block) adalah komponen
bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau pozzolan, pasir dan air
dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive) dicetak sedemikian rupa hingga
memenuhi syarat dan dapt digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal


sebagai bahan bangunan dinding dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan
dinding menurut SNI-3-0349-1989
Mutu Kuat tekan minimum (Mpa)

I 9,7

II 6,7

III 3,7

IV 2

3.2.

4.

Anda mungkin juga menyukai