Anda di halaman 1dari 14

Dongeng Putri Salju dan Burung Kuntul

Erabaru News

Nun jauh di bagian utara, ada sebuah kerajaan salju, musim dingin di sana
sangat panjang, dan hampir sepanjang tahun diselubungi salju. Sedangkan
musim panas sangat pendek, dalam sekejap telah berlalu.

Raja Salju adalah seorang raja yang arif bijaksana, ia mempunyai seorang putri yang cantik yaitu
Putri Salju, ia sama seperti ayahandanya baik, karena acap kali memberitahu: "Hanya orang
yang berhati baik, baru bisa mendapatkan kebahagiaan yang hakiki."

Setiap hari, saat Putri Salju bersantai, pasti akan berdiri di depan sebuah jendela besar istana
kerajaan memandang ke luar. Di pandang dari sana, bisa melihat salju, laut yang telah membeku
menjadi gumpalan es, setiap pada saat demikian, ia akan teringat musim panas yang indah,
rerumputan yang hijau segar dan sederetan perumpung yang dilalui kuntul yang indah di bawah
langit biru, terbayang akan pernikahannya yang akan segera tiba.

Pada sebuah malam terang bulan yang dingin, putri datang lagi di depan jendela istana, cahaya
bulan yang terang benderang bagaikan di siang hari menyinari dengan jelas segala yang berada
di luar jendela, udara semakin dingin, di atas kaca jendela mulai diselubungi selapis bunga salju
yang halus, lembut dan gemerlapan, sangat indah. Dan terbersit pikiran putri salju melihat
pemandangan yang indah itu, "Jika saja bisa memakai mahkota seperti bunga salju ini, oh
alangkah indahnya."
Pada hari kedua, penjahit di dalam istana mulai membuat pakaian pengantin sang Putri Salju,
namun tidak ada yang tahu bagaimana membuat mahkota seputih bunga salju.

Suatu hari, seorang tua datang ke istana, katanya ia bisa membuat mahkota yang demikian,
namun harus memakai seikat mahkota phoenix yang kusut masai yang tumbuh pada musim
semi di atas kepala burung kuntul, dan persis seperti bunga salju. Dengan sangat gembira mata
Putri Salju memancarkan sinar ceria: "Ya! Saya memang ingin memakai perhiasan bulu seperti
itu, lalu bagaimana baru bisa mendapatkannya?" Orang tua merendahkan nada suaranya, dan
membisikkan ke telinga sang putri: "Hanya perlu membunuh seekor burung kuntul."

"Membunuh burung kuntul", mata sang putri menjadi redup, "Tidak, Tidak."

Putri terbayang akan burung-burung besar yang indah itu yang terbang melintas di atas langit
pada musim panas, bagaimana boleh saya berbuat demikian? Namun, bagaimana dengan
mahkota yang indah itu? Lama sekali sang putri tidak dapat mengambil keputusan, dengan
demikian tidak lama kemudian, putri salju lalu berdiri di depan jendela besar yang digemarinya
dan merenungkan dalam-dalam. Tidak lama kemudian tertidur.
Dalam mimpinya, putri melihat si orang tua membawa sebuah mahkota yang indah sekali
memakai kotak emas, bulu yang halus dan putih bersih, butir-butir berlian yang berkilauan. Sang
putri yang memakai perhiasan mahkota, sangat mempesona dalam pernikahannya, semua
orang melongo oleh paras putri yang cantik.

Di musim panas setelah pernikahan itu, putri salju dan ayahandanya berkunjung lagi di padang
rumput hijau yang sedang bersemi di luar istana, dan masuk ke semak perumpung.

Di bawah langit biru, mengapa tak terlihat seekor burung kuntul pun? Sang putri merasa sangat
aneh. Tiba-tiba, sang putri melihat ribuan ekor burung kuntul berbaring di depan, ada yang telah
mati, ada yang mulutnya terbuka sedang mengembuskan napas terakhir. Saking terkejutnya,
putri menutup matanya, dan berteriak panik: "Ya Tuhan, kenapa bisa begini?"

Seekor burung kuntul yang akan segera mati berkata pada sang putri: "Kamulah orang pertama yang memakai bulu mahkota
kami dan membuatnya sebagai perhiasan mahkota, dan mahkota burung kuntul yang sama yang diinginkan orang-orang sudah
hampir musnah dibunuh, di atas dunia ini tidak akan ada lagi burung kuntul." Sang putri yang sangat menyesal terjaga dalam
teriakannya, dan baru menyadari ternyata hanya sebuah mimpi.
Putri yang terjaga dari tidurnya mengenang kembali suasana dalam mimpinya, jantungnya terus
berdetak: "Untung, masih belum membunuh seekor burung kuntul pun. Sang putri merasa
bersalah dengan pikirannya yang menginginkan kecantikan sesaat dirinya yang membangkitkan
pikirannya hendak membunuh seekor burung kuntul. Sang putri meminta ayahandanya
memaklumatkan kepada pejabat dan rakyat seluruh negeri, dilarang melukai makhluk hidup lain
hanya untuk beberapa hal yang tidak berarti.

Musim panas telah tiba, dan pernikahan putri salju benar-benar akan dilaksanakan, ketika sang
putri yang menggenggam bunga dan mengenakan busana pengantin melangkah keluar dari
istana, langit tampak biru cerah, pejabat-pejabat seluruh negeri yang datang menghadiri
pernikahan sang putri tidak melihat perhiasan (mahkota) apa-apa di atas kepalanya, namun
hatinya yang baik membuat sang Putri Salju tampak semakin menggugah hati.

Tiba-tiba, di bawah sinar mentari orang-orang melihat di atas langit yang tiada awan sedikit pun melayang seserpih bunga salju
yang gemerlapan, ribuan serpihan bunga salju yang bening gemerlap berputar di atas langit, menari-nari, dan semakin lama
semakin cepat, serta memancarkan cahaya warna-warni di bawah sinar mentari. Dan tiba-tiba, gumpalan cahaya warna-warni itu
berhenti berputar dan tampak sebuah mahkota yang sangat indah, lembut gemerlap bercahaya sangat indah bagaikan berlian
yang berkilauan di bawah sinar mentari perlahan-lahan melayang turun ke atas kepala sang putri.

Ternyata, dewi kuntul yang berada di atas langit mengetahui hati sang putri salju yang baik, lalu menggunakan sari mujarab
bunga salju menganyam mahkota itu dan dihadiahkan kepada sang putri sebagai penghargaan atas kebaikan hati sang putri
salju. Dan sejak itu, kehidupan orang-orang negeri salju semakin makmur sejahtera dan harmonis, semua orang saling
memperlakukan dengan baik, melindungi dan menyayangi segalanya, dan negeri salju pun menjadi semakin indah.(erabaru.net)*
Cerita Dongeng Anak Cinderela
14 March 2009 No Comment

Cerita dongeng anak berkisah tentang Cinderela . Cerita anak dan kisah anak Cinderela dapat diceritakan
sebelum tidur agar anak-anak dapat menambah pengetahuan dan memberikan rasa kasih sayang kepada
anak kita

Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh
kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu
mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan
semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.

Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut
ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak
kegirangan. Horeeee.. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar
pangeran suka denganku, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut,
lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih,
karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. Kamu mau pakai baju
apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?, teriak kakaknya.

Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap
berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak
dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta
tersebut. Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali, gumam Cindera. Tidak
berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. Janganlah engkau menangis
Cinderela. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang
sedang tersenyum padanya. Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela, kata peri itu. Bagaimana
caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat., tanya Cinderela pada
peri itu.

Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku, kata peri itu. Setelah
semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman
belakang. Sim salabim! sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah
menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap
menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.

Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi lamu harus pulang
sebelum pukul dua belas,kata peri itu. Ya ibu peri. Terimakasih, jawab Cinderela. Setelah semuanya
sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana,
ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela.
Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?
Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan
saya ? katanya. Ya, kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka
menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak
menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela.
Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini, kata sang Pangeran.

Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali.
Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,. Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan
segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi
Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan
jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran
mengambil sepatu itu. Aku akan mencarimu, katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali
menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.

Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di
seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok.
Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. Kami mencari gadis yang kakinya cocok
dengan sepatu kaca ini, kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki
mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat
itu, pengawal melihat Cinderela. Hai kamu, cobalah sepatu ini, katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi
marah, tidak akan cocok dengan anak ini!. Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu
tersebut sangat cocok. Ah! Andalah Putri itu, seru pengawal gembira. Iya akulah wanita yang dicari
pangeran,kata Cinderela. Selamat Cinderela! Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang,
dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan
Pangeran di istana. Sim salabim!., katanya peri tersebut.

Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun yang
sangat bagus. Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapanpun Cinderela, kata sang peri. Cinderela
kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di Istana,
Pangeran sangat senang sekali,dan menyambut kedatangan Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah
dengan Pangeran dan hidup berbahagia di dalam Istana.

YMC. Dongeng Pagi : Putri Duyung Dari Zennor


April 15, 2005

Di sebuah desa bernama Zennor yang terletak di pinggir pantai, tinggallah seorang anak muda yang tampan bernama Mathew
Trewella. Tidak hanya tampan, tapi ia juga mempunyai suara yang merdu. Orang-orang di desa senang sekali mendengarkan ia
menyanyi. Mathew selalu bernyanyi dengan lantang, bahkan suaranya lebih keras dari lonceng gereja.

Suatu sore, semua keluarga sedang berkumpul di gereja. Keadaan di sekitar desa menjadi sepi. Tiba-tiba dari dalam laut muncullah
seorang putri duyung. Dia adalah anak dari penguasa laut bernama Lyr, dan nama putri duyung itu adalah Morveren.

Morveren duduk di atas karang menikmati suara ombak dan angin. Bersamaan dengan suara angin, tiba-tiba Morveren juga
mendengar suara orang menyanyi.
"Suara apa itu? Angin apa yang bisa mengeluarkan suara seperti itu?"

Tapi karena hari sudah gelap, Morveren harus segera kembali ke dalam laut. Keesokan paginya Morveren muncul lebih awal. Ia duduk
di atas kapal nelayan yang sedang bersandar di pantai. Sekali lagi ia mendengar suara orang menyanyi. Kali ini Morveren benar-benar
ingin tahu suara apa itu. Lalu ia menyeret tubuhnya ke pantai. Dari kejauhan ia melihat sebuah gereja kecil dan ternyata, dari dalam
gereja itulah suara indah itu berasal. Sayang hari sudah gelap, Morveren pun kembali ke dalam laut.

Di dalam laut Morveren menceritakan pada ayahnya apa yang sudah dialaminya, lalu ia meminta ijin pada ayahnya untuk dapat
melihat yang sesungguhnya. Tapi sang ayah keberatan.
"Ayolah ayah, ijinkan aku. Kalau tidak aku akan mengurung diri di dasar laut terus.." Bujuknya.

Air mata mutiara pun keluar dari mata Moveren. Sang Ayah tidak tega melihat anaknya bersedih, dengan berat hati ia pun akhirnya
mengijinkan. "Pergilah, tapi kau harus hati-hati. Tutupi ekormu dengan gaun, seperti yang biasa dipakai oleh wanita desa. Jangan
sampai ada orang yang melihatmu, dan kembalilah sebelum gelap."

Morveren pergi dengan menggunakan gaun yang indah. Tapi ia kesulitan berjalan. Ia harus berpegangan pada pohon yang satu dan
yang lain, sampai akhirnya ia sampai di pintu gereja.

Morveren masuk ke dalam gereja dan duduk di barisan kursi paling belakang. Tidak ada yang memperhatikan ia datang. Kemudian,
Morveren melihat Mathew menyanyi di depan gereja. Ternyata, suara Mathew-lah yang ia dengar selama ini. Morveren terpesona
mendengar Mathew bernyanyi. Tanpa disadarinya, ia berucap kagum.
"Waaah." Ucapnya.

Tiba-tiba Mathew melihat Morveren dan berhenti bernyanyi. Mathew terpesona melihat kecantikan Morveren. Tapi Morveren malah
ketakutan karena ayahnya berpesan kalau ia tidak boleh dilihat oleh siapa pun. Morveren segera pergi dari gereja.

Tidak disangka-sangka Mathew malah mengejarnya. "Hei, tunggu! Jangan pergi dulu!". Semua orang terkejut dan ikut berlari keluar
untuk melihat.
"Aku tidak bisa tinggal, aku makhluk laut, harus kembali ke laut." Ucapnya sambil terus berlari.

Air mata mutiara Morveren berjatuhan di pantai. Orang-orang desa yang semula hendak mencegah Mathew malah memunguti
mutiara-mutiara itu. Tidak ada yang memperhatikan ketika Mathew akhirnya ikut terjun ke dalam laut.

Sejak saat itu tidak ada lagi penduduk Zennor yang pernah melihat Mathew dan Morveren. Mereka telah hidup bahagia bersama di
kerajaan bawah laut. Mathew sering bernyanyi untuk Morveren dan kadang-kadang, nelayan yang sedang melaut bisa mendengar
suaranya diantara suara ombak.

Cerita Dongeng Anak Si Kancil dan Siput


15 March 2009 No Comment

Cerita dongeng anak berkisah tentang Si Kancil dan Siput. Cerita anak dan kisah anak Si Kancil dan Siput
dapat diceritakan sebelum tidur agar anak-anak dapat menambah pengetahuan dan memberikan rasa kasih
sayang kepada anak kita

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka.
Aaa.rrrrgh, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi
jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai
di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang
paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan
kepintaranku.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia
bertemu dengan seekor siput. Hai kancil !, sapa si siput. Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu
sedang bergembira?, tanya si siput. Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan
kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar, jawab si kancil dengan sombongnya.

SiputSombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini, kata si Siput.
Hahahaha., mana mungkin ledek Kancil. Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi
kita lomba lari?, tantang si Siput. Baiklah, aku terima tantanganmu, jawab si Kancil. Akhirnya mereka
berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-
temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. Apakah kau
sudah siap untuk berlomba lari denganku, tanya si kancil. Tentu saja sudah, dan aku pasti menang,
jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk
memastikan sudah sampai mana si siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si
kancil mencoba untuk memanggil si siput. Siput.sudah sampai mana kamu?, teriak si kancil. Aku
ada di depanmu!, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian
ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.Aku ada didepanmu!

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan
kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena
waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari
perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. Hai
kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!, teriak si siput. Dengan menundukkan
kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. Makanya jangan sombong, kamu
memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik, kata si siput. Iya, maafkan
aku siput, aku tidak akan sombong lagi, kata si kancil

Dongeng si buaya, kancil dan kafibara

DONGENG SI BUAYA, KANCIL DAN KAFIBARA

Oleh Haji Pidi Baiq


Nb: Timur adalah nama anak pertama dari H.pidi baiq

Timurku. Dalam perjalanannya mencari penghidupan baru, seekor kancil bertemu dengan sebuah
sungai. Di saat mana ia sedang menimbang-nimbang cara agar bisa menyebrang, dua ekor buaya
tiba-tiba muncul ke permukaan air dan meloncat, salah satu buaya mencaplok salah satu kaki depan
si Kancil.
Lepaskan!! Si kancil menjerit-jerit. Meronta-ronta. Minta hidup. Minta Hidup.
Dia lapar! Kata buaya temannya, yang sekaligus penerjemah.
Iya tapi jangan aku. Jangan aku
Jangan dia katanya kata si buaya penerjemah kepada buaya yang sedang mencaplok kaki si kancil
wau?
Kenapa katanya
Bilang aku tidak enak. Aku punya gantinya buat dia kalau mau
Si buaya penerjemah menjelaskan kepada temannya. Lalu katanya kepada kancil, Masa? katanya
Serius. Lebih besar dan enak
rogo kro, roah groho
Berikan sekarang juga, katanya, dia sangat lapar
Lepaskan kakiku. Aku butuh kakiku buat jalan mengambilnya
Si Buaya Penerjemah menjelaskan kepada buaya temannya itu. Terjadi diskusi yang lumayan serius.
Grok trondo kancil lordego, soso
wero?
Logra goroho
Wor!!
Graho hogero
Hasil diskusi menyebabkan si Buaya yang sedang mencaplok kaki si kancil akhirnya melepaskan
caplokannya,
Horde, boro loa
Awas, jangan bohong
Tidak bohong. Aku punya daging sapi yang sangat besar
Hoe poro?
Iya, mana?
Bagusnya kamu panggil dulu teman-temanmu
Loge huro oru toho terotero
Wauha?
Mengapa? kata si Buaya Penerjemah
Daging sapinya besar sekali. Sapi Super. Tidak akan habis kau makan sendiri!
worte, oru goha wakokoko
Rododo!
Ronaldo? Tanya si Buaya Penerjemah
Yee, Rododo!! Rodooo goru gopo
Oh
Oke..baiklah kalau begitu. Tunggu sebentar, ya kata si Buaya Penerjemah kepada si Kancil. Kedua
buaya itu girang sekali, Timur, kedua buaya itu senang sekali. Keduanya lalu menyelam. Berenang
ke berbagai arah untuk memanggil teman-temannya. Tidak lama kemudian, kedua buaya sudah lagi
kembali bersama teman-temannya.
Anjing, capek euy. Mana dagingnya, Cil? kata si Buaya Penerjemah
Banyak sekali temanmu? Ada berapa sih?
Berapa ya? Si Buaya Penerjemah menengok ke arah teman-temannya.
Biar aku hitung dulu. Takutnya kurang. Boleh aku hitung?
Boleh. Boleh
Kemudian para Buaya itu, Timur, masing-masing mengatur diri untuk berjejer. Air sungai dicampuri
air liur. Di tepi sungai, si Kancil memberi mereka senyuman. Ada suara kecibak air karena gerakan
sibuk tubuh mereka. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sudah selesai membuat barisan.
Silakan, Cil! kata si buaya penerjemah
Nah, waktu si kancil siap melompat untuk menghitung, tiba-tiba dari jauh nampak ada satu ekor
buaya yang bergegas datang terlambat. Usianya sudah lebih tua daripada yang lain. Bahkan lebih
tua dari Opa.
Pak Tua, mari bergabung untuk dihitung! Kata si buaya penerjemah, Ada Daging Sapi Bagian dari
si kancil!
Buaya Tua itu berkata, tentu pakai bahasa buaya, Dasar kalian semua buaya tolol!
Heh, mengapa datang-datang kau berang?
Apa kalian tidak pernah denger dongeng si kancil yang cerdik? Buaya Tua membuat semua buaya
memasang roman muka bertanya,tentang bagaimana dahulu bapak si Kancil menipu nenek
moyang kita? Si Buaya tua menatap dengki kepada si Kancil. Sekarang dia. Dia pasti mau
mengulang trik yang sama sebagaimana bapaknya dahulu. Disuruhnya kalian berjejer untuk
dihitung. Asal kau tahu, wahai kaumku, sesungguhnya tak ada daging sapi padanya. Dia hanya
bermaksud menipu kalian dengan berpura-pura menghitung jumlah kalian, kelak bila sudah sampai
di hujung hitungan, dia akan meloncat lari dan pergi. Wahai kaum buaya sadarlah, tidakkah kalian
mau belajar dari pengalaman?
Benar, engkau benar! Kami mendengar dongeng itu dari nenek moyang kami. Wahai alangkah
lalainya kami ini jawab para Buaya. Serta merta roman muka buaya berubah menjadi murka.
Mereka bergerak maju untuk menyerang si Kancil.
kenapa? tanya si kancil kepada si buaya penerjemah. Si buaya penerjemah menjelaskan apa kata
si buaya tua.
Dia adalah si Kancil itu. Binatang simbol kecerdikan, Teriak Si Buaya Tua lagi,.Sekaligus
kelicikan!!! Hentikan hidupnya! Si Kancil menjadi panik untuk bagaimana cepat cari selamat. Betapa
dia sudah nyaris terkepung buaya.
Hai! teriak seekor Kafibara yang tiba-tiba datang lari mendekat,Ada apa ini?
Rora rau? Tanya Buaya Tua
Gak ngerti kata Kafibara
Siapa kau! Kata Buaya Penerjemah.
Aku. Kafibara
Gero naraturoho kroko togo?
Gerangan apa yang menyuruhmu agar kami berhenti?
Siapa yang menyuruh kalian berhenti? Apa kuasaku bisa menghentikan kalian. Lain itu Si Kancil
bukan pula keluargaku. Aku berlepas diri dari nasib si Kancil, tapi bolehkah aku bertanya sebab apa
kalian mau membunuhnya? Mudah-mudahan menjadi pelajaran bagiku
Jangan terlalu cepat ngomongnya! Aku gak ngerti kata si Buaya Penerjemah
Gini. Aku gak nyuruh kalian berhenti, mengerti? Cuma pengen tahu kenapa kalian mau bunuh si
Kancil?
Loho hosopo korotooko nohaaha. Torogoha koolohe! Kata si Buaya Penerjemah kepada si Buaya
Tua.
Puah! Si Buaya Tua meludah,
Puah! Si Buaya Penerjemah meludah.
Raaau. Torodooo hura koomo sooh
Sok manusia kau ini, pake tanya segala? Kata si Buaya Penerjemah
Bukan begitu..
Si Buaya Tua berkata kepada si Buaya Penerjemah lalau kata si Buaya Penerjemah kepada si Kancil:
Sudah diam! Baik aku jelaskan dengan singkat, supaya lekas kau bisa pergi, kecuali kau benar-
benar mau kami jadikan makanan penutup! Hai Kafibara makanan favorit Anakonda, Ini dia si Kancil
itu. Dia mau coba tipu kami untuk menyebrang. Dia mau tiru akal bapaknya. Tapi, demi suara jelek
Keledai, kami tak akan lagi bisa tertipu!
Oh itu, kata si Kafibara,Hei Kancil, kenapa pula kamu mau tipu mereka?
Kafibara! Goro soohoho loha si Kancil horso dogo Kata si Buaya Tua
Kafibara!! Lekas kau pergi katanya, biar kami santap si Kancil ini, Salah seekor buaya bergerak
maju. Si Kancil berlari ke balik tubuh Kafibara.
Sabar, sabar, coba belajar untuk tidak mengedepankan emosi!
Aaah. Laha norosoho gore roherdo
Aaah. Binatang selalu mengedepankan emosi, Wahai kafibara!
Seenak apa pun makanan, apa nikmatnya jika kau makan sambil marah. Tenang! kata si Kafibara,
lalu lanjutnya kepada si Kancil, Kancil, engkau ini lagi, kenapa harus bilang punya daging sapi
padahal tidak? Apa kata anak-anak manusia nanti kalau mereka tahu ternyata tokoh dongeng
teladannya berbohong dan melakukan kelicikan demi meraih kemenangan pribadi? Si Kancil diam
saja. Lalu menangis. Nah, Buaya, kalian sudah menjawab pertanyaanku, sekarang terserah kalian
mau kau apakan si Kancil, tapi boleh aku minta waktu sebentar? Aku ingin menawarkan sesuatu
pada kalian
Si Buaya Penerjemah menerjemahkan kata-kata si Kafibara kepada si Buaya Tua
Apalagi? katanya
Aku ingin menebus si Kancil ini dengan bison-bison gemuk yang sedang merumput di seberang
sana
Roha goro dohookoo lohosa, bison-bison dohe hota! kata si Buaya penerjemah kepada teman-
temannya. Lalu para buaya pun menengok ke arah bison-bison yang sedang berkumpul merumput.
Bagaimana? Tapi terserah kalian lah. Kalian bisa mendiskusikannya lebih dahulu. Mudah-mudahan
aku termasuk orang yang sabar menunggu keputusan kalian
Buaya Penerjemah menerjemahkannya kepada Buaya Tua dan kepada yang lainnya yang kini sudah
berkumpul dekat Buaya Tua. Ada banyak suara saling memberi pendapat di antara mereka. Cukup
lama, tapi kemudian si Buaya Tua dan Buaya Penerjemah mendekati Kafibara. Buaya Penerjemah
berkata: Wahai Kafibara, ambillah si Kancil itu bersamamu!
Sip!
Sekarang, bagaimana cara kami mendapatkan bison-bison itu?
Terimakasih. Bolehkah kalian bergeser, biar aku mau menyebrang ke sana
Apa kau bisa menyebrang?
Tentu tidak. Tapi apa boleh buat, kalian sudah menjatuhkan pilihan sehingga aku berhutang bison-
bison itu kepada kalian. Lagi pun kalau aku harus mati hanyut demi memenuhi janji, tentulah aku ini
mati sebagai binatang terpandang!
Gore goro doho korooto? Kata si Buaya penerjemah kepada Buaya Tua.
Doorogo koroso hogo!
Biar kami bantu menyebrang! Kata si Buaya Penerjemah kepada Kafibara
Terimakasih banyak, kalian rekan bisnis yang baik, tapi si Kancil sudah milikku. Aku harus
membawanya serta
Heh doro gohegohe sogohoko bison-bison gora? kata si Buaya Tua kepada si Buaya Penerjemah.
Sebentar, wahai Kafibara, bagaimana cara kau mendapatkan bison-bison itu?
Aku bisa bilang kepada mereka sungai ini aman dari buaya sehingga mereka segera berhamburan
untuk minum
Doro gorokoo korosa dogo?
Bagaimana mereka percaya kepadamu, wahai Kafibara?
Aku bukan buaya!
Ya, benar Sahut salah seekor buaya termuda yang ternyata bisa bahasa Kafibara sedikit-sedikit.
Nah sesampainya mereka di sungai untuk minum, terserah kalian mau kau apakan!
Togoro kohootooro domoso hego. Soge rohoge! Kata Buaya penerjemah kepada semua buaya!
Setuju Jawab para buaya.
Timur, Si Kancil dan Kafibara itu pun naiklah ke atas punggung buaya. Dibawanya mereka
menyebrang.
Nah panggillah mereka kata Si Buaya Penerjemah ketika sudah sampai di seberang.
Oke, sabar menanti kata si Kafibara sambil meloncat bersama si Kancil. Si Kancil dan si Kafibara
berlari ke arah tempat kaum bison merumput. Kafibara berkata kepada Si Kancil:
Kancil, kamu pasti tahu aku tidak akan pernah menganjurkanl bison-bison ini untuk minum di tepi
sungai,
Kenapa kamu boleh berbohong!
Tidak masalah denganku. Aku bukan Public Figure seperti kau
Tapi kenapa ayahku berhasil menipu mereka? tanya si kancil.
Dulu belum sampai kepada buaya pengetahuan, kata si Kafibara.
Sementara itu para buaya sudah mulai kesal menunggu bison bergerak ke tepi sungai.
Kafibara. Gore Horsuato suhar! Teriak Pak Buaya
Kafibara!!! kau berdusta! Teriak Buaya penerjemah.
Sudah aku sampaikan, tapi mereka tidak mau! Teriak Kafibara dari balik kerumunan bison.
Buaya-Buaya itu dongkol. Buaya-buaya itu lapar dan mengangakan mulutnya. Buaya-buaya itu
bergerombol di tepi sungai. Terus bergerombol sampai bisa kau lihat sekarang. Demikian Timur,
dongengnya.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan
sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka
terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya.
Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung
halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi
merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan
menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang
dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak
kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung,
dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para
bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di
sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari
pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal
dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin
Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin
Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu,
ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung
halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta
pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua
orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya
Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang
tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku,
mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah
meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh
istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga
anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya
"Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang
badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi
kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin
Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang,
Sumatera Barat.

Malin Kundang (Versi Cerita Anak)


Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga
tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena
kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri
seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1

tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan

posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar

ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan

kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk

membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali

ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal

dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin

Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati.

Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh

ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu

dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan

diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di

kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran

pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah

perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut.

Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak

kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya

tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil

yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah

pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya

di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian

yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya

dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak

kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya,

Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin

Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak

saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang

ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai

anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat

kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak

kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan

kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku,

mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang

terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak

tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura

tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.

"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai

ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-

mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena

kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia

anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai

dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan

lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Pesan Moral : Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu

yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka.

Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.
Timun Emas

Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang


menginginkan seorang anak agar dapat
membantunya bekerja.
Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang
ingin memberi seorang anak dengan syarat
apabila anak itu berusia enam tahun harus
diserahkan keraksasa itu untuk disantap.
Mbok Sirnipun setuju. Raksasa memberinya
biji mentimun agar ditanam dan dirawat
setelah dua minggu diantara buah ketimun
yang ditanamnya ada satu yang paling
besar dan berkilau seperti emas.
Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata
isinya seorang bayi cantik yang diberi nama timun emas.

Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari
datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok sirni amat takut
kehilangan timun emas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun
lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk disantap, raksasa pun
setuju.
Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat
akan janinya hatinyapun menjadi cemas dan sedih.
Suatu malam mbok sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di Gunung
Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya
4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal.
Sesampainya dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun
emas berdoa.

Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun disuruh keluar lewat pintu
belakang untuk Mbok sirni.
Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji
mentimun.
Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi
buah timun itu malah menambah tenaga raksasa.
Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon banbu yang sangat
tinggi dan tajam.
Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan
garam dan ditaburkannya.
Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati.

Yang terakhit Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih, akhirnya raksasapun mati.
" Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur.
Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.

Anda mungkin juga menyukai