Anda di halaman 1dari 19

TEKNOLOGI BIOKIMIAWI DALAM PELAYANAN

KESEHATAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi kesehatan.
Dosen pengampu : Ns. Sukarno, S.Kep., M.Kep.

Anggota kelompok :
1. Devi Permatasari 010115A030
2. Farah Mahdiyyah M. 010115A040
3. Giyastuti Dewi A. 010115A047
4. Jefry Andryansyah 010115A062

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Teknologi di bidang apapun semakin berkembang, termasuk teknologi
dalam bidang kesehatan. Salah satunya perkembangan teknologi biokimiawi
yang dapat digunakan untuk membantu pekerjaan petugas medis dalam
memberikan pelayanan kepada klien. Perkembangan ini juga diperlukan
untuk perbaikan teknologi yang lebih baik, untuk memberikan hasil
pemeriksaan ataupun diagnosis yang akurat dan meyakinkan kepada klien.
Perkembangan teknologi ini diperlukan juga untuk mempermudah pekerjaan
petugas kesehatan seperti contoh alat pendeteksi detak jantung dengan cara
mendengarkan detak jantung, dimana petugas kesehatan harus menempelkan
telinga ke dada pasien akan tetapi sudah ada teknologi berupa alat untuk
mendengar detak jantung. Petugas kesehatan juga mudah untuk melakukan
diagnosis kepada klien.

1.2RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud teknologi biokimiawi?
2. Bagaimana perkembangan teknologi biokimiawi?
3. Apa contoh teknologi biokimiawi dalam lingkup klinik?

1.3TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan teknologi biokimiawi dalam
pelayanan kesehatan klinik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1TEKNOLOGI BIOKIMIA
Teknologi biokimia adalah merupakan keseluruhan sarana dan
prasarana untuk menyediakan barang barang yang berbasih biokimiawi yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia dan digunakan
untuk ketepatan dan kepraktisan dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu,
terutama dalam dunia kesehatan.
Teknologi biokimia akan membantu tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Sehingga perawat tidak
akan menduga- duga apa penyakit pasien yang sebenarnya.

2.2PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BIOKIMIA DALAM


PELAYANAN KESEHATAN
Kebangkitan biokimia diawali dengan penemuan pertama molekul
enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh Anselme Paye. Tahun 1828, Friedrich
Whler menerbitkan sebuah buku tentang sintesis urea, yang membuktikan
bahwa senyawa organik dapat dibuat secara mandiri. Penemuan ini bertolak
belakang dengan pemahaman umum pada waktu itu yang meyakini bahwa
senyawa organik hanya bisa dibuat oleh organisme. Istilah biokimia pertama
kali dikemukakan pada tahun 1903 oleh Karl Neuber, seorang kimiawan
Jerman. Sejak saat itu, biokimia semakin berkembang, terutama sejak
pertengahan abad ke-20, dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti
kromatografi, difraksi sinar X, elektroforesis, RMI (nuclear magnetic
resonance, NMR), pelabelan radioisotop, mikroskop elektron, dan simulasi
dinamika molekular. Teknik-teknik ini memungkinkan penemuan dan analisis
yang lebih mendalam berbagai molekul dan jalur metabolik sel, seperti
glikolisis dan siklus Krebs. Perkembangan ilmu baru seperti bioinformatika
juga banyak membantu dalam peramalan dan pemodelan struktur molekul
raksasa.
Saat ini, penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang,
mulai dari genetika hingga biologi molekular dan dari pertanian hingga
kedokteran. Penerapan biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam
pembuatan roti menggunakan khamir, sekitar 5000 tahun yang lalu.
Penemuan penting lain di bidang biokimia adalah penemuan gen dan
perannya dalam mentransfer informasi di dalam sel. Bagian biokimia ini
terkadang juga disebut dengan biologi molekuler. Pada tahun 1950-an, James
D. Watson, Francis Crick, Rosalind Franklin, dan Maurice Wilkins
menemukan bagaimana struktur DNA dan mencoba mencari hubungannya
dengan transfer informasi genetik. Pada tahun 1958, George Beadle dan
Edward Tatum berhasil memenangkan Hadiah Nobel akibat penelitian
mereka mengenai jamur yang menunjukkan bahwa satu gen memproduksi
satu enzim. Pada tahun 1988, Colin Pitchfork adalah orang pertama yang
terbukti melakukan tindak kriminal melalui bukti DNA. Belum lama ini,
Andrew Z. Fire dan Craig C. Mello memenangkan Hadiah Nobel pada tahun
2006 atas penemuan fungsi dari RNA interferensi (RNAi).

2.3TEKNOLOGI BIOKIMIA DALAM DIAGNOSTIK KLINIK


Contoh dari teknologi biokimia :
1. Autoanalyzer

Autoanalyzer adalah analisa otomatis menggunakan teknik khusus


bernama (analisa aliran continu (CFA) diciptakan pada tahun 1957 oleh
leonard skeggs, PhD dan pertama kali dibuat oleh corporation techiocon.
Aplikasi pertama adalah untuk klinik analisa. Autoanalyzer sangat
mengubah karakter laboratorium penguji kimia dengan memungkinkan
peningkatan yang signifikan dalam jumlah sampel yang dapat diolah.
Desain didasarkan pada pemisahan aliran terus mengalir dengan
gelembung udara sebagian besar mengurangi lambat, ceroboh, dan
kesalahan metode manual rawan analisis.
Jenis tes yang dibutuhkan meliputi tingkat enzim (seperti banyak
tes dari fungsi hati), tingkat ion (misal natrium dan kalium), dan lainnya
seperti glukosa, albumin, atau kreatinin.
Autoanalyzer digunakan terutama untuk analisis laboratorium
rutin dalam bidang medis, instrumen ini biasanya menentukan tingkat
albumin, alkali fosfatase, aspartate transaminase (AST), nitrogen, urea
darah, bilirubin, kalsium, kolesterol, kretinin, glukosa, fosfor anorganok,
protein, dn asam urat dalam sampel darah tubuh serum atau lainnya.
Autoanalyzer mengoptimalkan langkah analisis dengan dapat
menganalisis ratusan smapel dalam satu hari dengan satu teknisi operasi.
Prinsip operasi
Continuous flow analyzer (CFA)
Dalam CFA aliran continue dari material dibagi dengan
gelembung udara ke segmen diskrit dimana reaksi kimia
terjadi. Aliran terus menerus sampai sampel cair dan reagen
digabungkan dan diangkut dalam gulungan tubing dan
pencampuarn.tubing melewati sampel dari satu alat untuk yang
lain dengan alat masing-masing melakukan fungsi yang
berbeda, seperti distilasi, dislisis, ekstrasi, pertukaran ion,
pemanasan, inkubasi, dan rekaman berikutnya dari sinyal.
Sebuah prinsip penting dari sistem ini adalah pengenalan
gelembung udara. Gelembung udara setiap segmen sampel
kedalam paket diskrit dan bertindak sebagai penghalang antara
paket untuk mencegah kontaminasi silang saat mereka
melakukan perjalanan disepanang pipa. Gelembung udara juga
membantu pencampuran dengan menciptakan aliran turbulen
(aliran bolus), dan menyediakan operator dengan cek cepat dan
mudah dari karakteristik aliran cairan.sampel dan standar
diperlukan dengan cara yan persis sama saat mereka
melakukan perjalana dari panjang pipa, menghilangkan
perlunya sinyalsteady state, namun, karena adanya gelembung
membuat profi gelombang hampir persegi, membawa sistem
ke keadaan stabil tidak secara signifikan menurunkan
throughput (generasi CFA analisis rata-rata 90 atau lebih
sampel per jam) dan di inginkan dalam sinyal steady state
(keseimbangankimia0 yang lebih akurat.
Flow injection analyzer (FIA)
Metode FIS dapat digunakan untuk reaksi cept maupun
lambat. Untuk reksi lambat, pemanas sering dimanfaatkan.
Reaksi ini tidak perlu untuk mencapai penyelesaian karena
semua sampel dan standar yang diberikan pada periode yang
sama untuk bereaksi. Untuk tes yang khas biasanya diukur
dengan FIA ( misalnya, nitrit, nitrat, amoniak, fosfat) tidak
jarang untuk memilikithroughput 60-120 sampel per jam.
Metode ini dibatasi oleh jumlah waktu yang diperlukan untuk
memperoleh sinyal terukur sejak waktu tempuh melalui pipa
cenderung untuk memperluas puncak titik dimana sampel
dapat saling menyatu. Sebagai aturan umum, metode ini tidak
boleh digunakan jika sinyal yang memadai tidak dapat
diperoleh dalam waktu dua menit, dan sebaliknya kurang dri
satu.
Macam macam autoanalyzer
Autoanalyzer untuk pemeriksaan hematologi
Adalah alat yang digunakan untuk memeriksa darah
lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel sel darah
secara otomatis berdasarkan variasi impedasi aliran listrik
atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan. Alat ini
bekrja dengan prinsip flow cytometri, flow cytometri adalah
metode pengukuran jumlah dan sifat-sifat sel yang dibungkus
oleh aliran cairan melalui celah sempit. Ribuan sel dilahirkan
melalui celah sempit tersebut sedemikian rupa sehingga sel
dapat lewat satu per satu , kemudiandilakukan penghitungan
jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga memberikan
informasi intaseluler, termasuk inti sel. Pemeriksaan ang
biasa dilakukan oleh autoanalizer adlah kadar Hb, jumlah sel-
sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) .
Otomatik analizer kimia klinik (autoanalyzer pemeriksaan
kimia klinik)
Autoanalizer ini digunakan untuk pemeriksaan kimia
klinik, yaitu mengukur kadar zat-zat yang terkandung dalam
darah, contohnya glukosa, asam urat, SGOT, SGPT,
kolesterol, trigliserid, albumin.
Prinsip dari alat ini adalah melakukan prosedur
pemeriksaan kimia klinik secara otomatis mulai dari
pemipetan sampel, penambahan reagen, inkubasi, serta
pembacaan serapan cahayanya.
Contohnya, pengukuran glukosa menggunakan
metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode
ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau
heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada
gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik
glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi
perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari
serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen
pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Alat otomatik
analiser kimia klinik modern dapat menghitung konsentrasi
glukosa hanya dalam beberapa menit.
Prinsip kerja alat ini adalah pemipetan serum dan
reagen dikerjakan secara otomatis dan reaksinya berlangsung
dalam Rotor, kemudian diinkubasi dalam rotor tersebut
dengan suhu 37 C, waktu inkubasi tergantung masing-masng
pemeriksaan. Setelah itu alat secara otomatis membaca
absorban dari larutan menggunakan lampu halogen sebagai
sumber cahaya dan dan dibaca oleh Photo diode. Nilai
absorban tersebut dikonversikan menggunakan rumus yang
sudah ditentukan untuk setiap parameternya dengan
menggunakan Factor. Hasil akan ditampilkan pada layar
monitor (Manual Book Biosystem A15, 2007).
Cara perawatan alat autoanalyzer
Suhu ruangan harus dikontrol secara berkala
Selalu cek reagen
Jangan sampai reagen aglutinasi
Gunakan sampel darah yang sudah ditambahkan
antikoagulen
Pastikan tidak ada darah yang menggumpal
Cara kalibrasi autoanalyzer
Setiap hari, baik autoanalyzer hematologi maupun
autoanalyzer kimia klinik harus selalu di kalibrasi untuk menjamin
kekuatan hasil.
Untuk autoanalyzer kimia klinik cara kalibrasinya adalah
dengan menggunakan serum control. Serum yang sudah diketauhi
konposisinya dan kadarnya diperiksa dengan menggunakan
autoanalyzer seperti memeriksa sampel. Jika masih dalam range,
maka autoanalyzer masih memberikan hasil valid sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa sampel.
Begitu juga untuk autoanalyzer hematologi, digunakan
darah yang konsentrasinya sudah diketauhi dengan pasti. Darah
kontol tersebut dilakukan pemeriksaan sama seperti pemeriksaan
sampel lalu hasilnya dibandingkan dengan kada r control
sebenarnya.
Kelebihan autoanalyzer
Efisien waktu
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat, bila
dilakukan secara manual memertlukan waktu sekitar 20
menit untuk satu pemeriksaan, sedang kan menggunakan
alat ini hanya memmerlukan waktu 3-5 menit.
Sampel
Jika pada pemeriksaan manual sampel atau darah
diperlukan dalam jumlah yang banyak, sedangkan dengan
menggunakan autoanaltzer sampel yang diperlukan hanya
sedikit.
Ketepatan hasil
Hasil yag dikeluarkan oleh autoanalyzer
hematologi biasanya sudah melalui quality cintril yang
dilakukan oleh intern laboratorium tersebut, baik di
institusi rumah sakit maupun klinik pratama.
Kekurangan autoanalyzer
Tidak dapat menghitung sel abnormal
Contohnya, setiap pemeriksaan tidak selamanya
sel-sel darah dapat terhitung, karena sel-sel abnorbal pada
leukosit atau tromboist tidak terhitung, karena memiliki
bentuk yang abnormal.
2. Alat tes golongan darah dan rhesus
A. Golongan darah
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu
individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada
permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut.
Sistem penggolongan darah besar yang dikenal adalah sistem
ABO (golongan darah A, B, AB, dan O) serta sistem penggolongan
darah Rhesus (Rh+ dan Rh-).
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Dalam proses
transfusi darah harus benar-benar memperhatikan golongan darah
karena ketidakcocokkan golongan darah si penerima dengan si
pendonor dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian bagi si
penerima.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen
dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah
dengan antigen A di permukaan membran selnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi
terhadap antigen A maupun B.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa
antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
B. Rhesus
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada
atau tidaknya antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya
adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet
jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh
Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel
darah merahnya memiliki golongan darah Rh- (Rhesus Negatif).
Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya
disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif).
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO dengan menambahkan + bagi pemilik faktor
rhesus atau - bagi yang tidak memiliki faktor rhesus dalam
darahnya, sehingga kita mengenal golongan darah A+ atau A-, B+ atau
B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.
Delapan puluh lima persen penduduk dunia memiliki faktor
rhesus (Rh+) dalam darahnya, sementara 15% nya tidak memiliki
faktor rhesus (Rh-) dalam darahnya.
PEMERIKSAAN SEDERHANA GOLONGAN DARAH DAN RHESUS
a. Persiapan
Persiapan penderita: tidak memerlukan persiapan khusus.
Persiapan sample: Larutan sel darah merah yang akan diperiksa
dari darah utuh.
Prinsip: Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan
(aglutinasi).
b. Alat dan bahan:
Serum yang terdiri atas:
serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau,
serum anti-B biasanya berwarna kuning,
serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna.
serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarma/bening
c. Pemeriksaan
Pada sebuah kaca obyek (slide) teteskan 1 tetes serum anti A
disebelah kiri, 1 tetes tetes serum anti B ditengah, dan 1 tetes
serum anti AB disebelah kanan. Pada kaca obyek yang lain
teteskan 1 tetes serum anti-D (anti Rhesus) disebelah kiri dan 1
tetes serum yang akan diperiksa sebagai kontrol disebelah kanan.
Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes darah yang akan
diperiksa, campurkan dengan cara menggoyangkan kedepan dan
kebelakang, sambil diamati adanya gumpalan (aglutinasi) berupa
titik-titik halus seperti pasir yang akan terjadi.
Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah percampuran
serum dan darah yang akan diperiksa.
Kesalahan dapat terjadi dalam pembacaan secara kasat mata
karena gumpalan yang terjadi bisa sangat halus dan tidak terlihat,
pastikan secara mikroskopi.

Aglutinasi terjadi pada Penilaian


anti-A anti-B anti-AB anti-D golongan darah Rh
+ - + + A Positif
- + + + B Positif
+ + + - AB Negatif
- - - - O Negatif

Perhatikan :
Masing-masing serum tidak boleh tercemar oleh serum yang lain.
Suspensi eritrosit juga tidak boleh tercemar oleh panel sel.
Kalau hasil pengamatan aglutinasi meragukan, maka dapat diamati
dibawah mikroskop.
3. DNA Sequencing
DNA Sequencing adalah metode untuk penentuan urutan dari satu
molekul DNA. Tujuan dari DNA sequencing adalah mencari pattern
(terlibat di dalam biologis) antara lain mengkode protein dan mengontrol
ekspresi gen. informasi yang didapat dari DNA sequencing berupa genetic
disease dan antibodies.
DNA sequencing metode kimia adalah metode dimana memotong
DNA dengan cara kimia yang ada basa spesifik, 1 DNA ditandai dengan
radioaktivitas yang dideteksi dengan autoradiography.

DNA cara kimia ini memotong 4 reaksi kimia yaitu pada basa G,
basa A atau G, basa C atau T, dan basa C. kemudian hasil keempat reaksi
tersebut dibebankan pada gel. Lalu akan terbaca hasil dari sekuen DNA.
DNA sequencing metode enzimatis berdasarkan dengan replikasi
DNA, berbeda dengan DNA cara chain termination yang menambahkan
nukleotida pada untai baru. Cara ini menggunakan empat tabung yang
dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida
nantinya hasil elektroforesis akan dideteksi oleh autoradiography.
Kekurangan DNA sequencing memakan waktu, menggunakan
radioaktivitas yang berbahaya, dan sekuen yang dibaca tidak panjang.
Metoda-metoda sequencing:
1. Chain termination method : urutan molekul DNA untai tunggal
ditentukan dengan sintesis rantai polinukleotida komplementer secara
enzimatis.
2. Chemical degradation method : urutan molekul DNA untai ganda
ditentukan dengan menggunakan bahan kimia yang memotong
molekul DNA pada posisi nukleotida tertentu.
4. Biosensor
A. Definisi Biosensor
Didefinisikan sebagai suatu perangkat/instrumen analitik yang
menggunakan biomolekul seperti mikroba, jaringan, sel, protein,
enzim, antibodi, dan DNA untuk melakukan
pengenalan/deteksi/rekognisi pada suatu zat (bio) kimia tertentu, yang
kemudian adanya perubahan sifat fisika-kimia pada biomolekul tsb
dapat merepresentasikan informasi yang ditransduksikan dengan
transduser fisis menjadi besaran elektronik untuk bisa diolah
selanjutnya.
Biosensor bersifat spesifik, karena bioreseptornya spesifik hanya
klop/cocok untuk suatu substansi/zat/mol yang spesifik. Biosensor ada
berbagai macam ukuran dan bentuk; biasanya didesain portabel untuk
penggunaan lapang secara efisien.
B. Fungsi Biosensor
Fungsi untuk mendeteksi atau memonitor kondisi berbagai hal.
Mengukur tingkat keasaman (pH)
Kontrol polusi
Mendeteksi & mengukur kadar mikroba/zat kimia berbahaya
tertentu, toksik
di udara, air, dan tanah; mis.pestisida
Penentuan BOD (biological oxygen demand)
Mengontrol kualitas tanah.
Mendeteksi kebocoran, menentukan lokasi deposit minyak.
Mengecek kualitas udara di ruangan.
Penentuan degradasi seperti biodegradable pada kayu dan
makanan.
Mengontrol kualitas makanan (mendeteksi kontaminasi
mikroba, menentukan kesegaran, analisis lemak, protein dan
karbohidrat dalam makanan.
Penentuan parameter kualitas pada susu
Mendeteksi & mengukur : kadar glukosa, kolesterol, tekanan
darah, flu dll
Diagnosis untuk : obat, metabolit, enzim, vitamin
Penyakit infeksi, alergi.
Studi efisiensi obat
C. Komponen Dasar Biosensor
Bioreseptor, merupakan komponen biologis yang peka, yang
dibuat dengan teknis biologis. Misalnya jaringan, mikroba,
organel, sel , protein, enzymes , antibodies , nucleic acids dll.
TRANSDUSER, merupakan komponen/elemen
pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia,
piezoelektronik, optik, elektrokimia, dll., yang mengubah
sinyal yang dihasilkan dari interaksi antara analit dengan
bioreseptor menjadi sinyal lain (yaitu, transduser) yang dapat
lebih mudah diukur dan dihitung.
Elemen elektronik prosesor sinyal yang terutama bertanggung
jawab untuk menampilkan hasil yg mudah dibaca/dipahami.

D. Prinsip kerja
Biokatalis/bioreseptor/senyawa aktif biologi akan berinteraksi
dengan substansi/zat kimia yang akan dideteksi (sampel
analit/molekul target).
Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus
listrik, potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh
transduser.
Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga
diperoleh hasil yang dapat dipahami pada suatu layar
monitor/recorder/komputer.
E. Bioreseptor Enzim
Enzim adalah biomolekul yang sering digunakan sebagai
Bioreseptor pada Biosensor.
Prinsip penggunaan enzim adalah dengan memanfaatkan
reaksi katalitiknya, dan mendeteksi reaksi tersebut.
Jika reaksinya adalah reduksi-oksidasi, maka ada elektron
yang dihasilkan yang bisa dideteksi dengan metode
elektrokimia seperti Amperometry, Voltametry dan lain-lain.
Jika reaksinya menghasilkan H, O atau ion K+, dan lain-lain,
maka bisa dideteksi dengan Ion-Selective Electrode.
F. Transduser
Transduser elektrokimia, optoelektronik, kristal
piezoelektronik, field effect transistor dan temistor.
Proses yang terjadi dalam transduser dapat berupa calorimetric
biosensor, potentiometric biosensor, amperometric biosensor,
optical biosensor maupun piezo-electric biosensor.
Sinyal yang keluar dari transduser ini kemudian di proses
dalam suatu sistem elektronik misalnya recorder atau
komputer.
G. Biosensor kadar gula darah

Molekul glukosa yang dioksidasi oleh enzim glucose oxidase


GOD menghasilkan elektron yang ditangkap oleh elektroda
sehingga kadar glukosa berbanding lurus dengan sinyal
elektronik yang diterima.
Data yang dihasilkan adalah ukuran kadar glukosa.
Disini, yang termasuk transducer adalah electrode; sedang
enzyme sebagai bioreseptor atau komponen biologis aktif.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi pun
juga semakin canggih. Teknologi dalam bidang kesehatan berupa
teknologi biokimia juga mempermudah pekerjaan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Teknologi biokimiawi
merupakan sarana dan prasarana berbasis biokimiawi yang menunjang
kelangsungan hidup manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu,
terutama dalam bidang kesehatan. Sehingga dengan adanya teknologi
biokimiawi ini, dapat didapatkan data yang akurat dan tepat bagi petugas
kesehatan dalam menentukan diagnosa klien.
DAFTAR PUSTAKA

Yuniastuti, Ari dan Sri Iswari, Retno. 2006. Biokimia. Graha Ilmu. Yogyakarta
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=364486&val=6661&title=An
alisa%20Difraksi%20Sinar-
X%20pada%20Baja%20Tahan%20Karat%20Austentitik%20dan%20Feriti
k%20(Uji%20Laboratorium)
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/anne.zulfia/material/electronmikroskop.pdf

Anda mungkin juga menyukai