KESEHATAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi kesehatan.
Dosen pengampu : Ns. Sukarno, S.Kep., M.Kep.
Anggota kelompok :
1. Devi Permatasari 010115A030
2. Farah Mahdiyyah M. 010115A040
3. Giyastuti Dewi A. 010115A047
4. Jefry Andryansyah 010115A062
FAKULTAS KEPERAWATAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Teknologi di bidang apapun semakin berkembang, termasuk teknologi
dalam bidang kesehatan. Salah satunya perkembangan teknologi biokimiawi
yang dapat digunakan untuk membantu pekerjaan petugas medis dalam
memberikan pelayanan kepada klien. Perkembangan ini juga diperlukan
untuk perbaikan teknologi yang lebih baik, untuk memberikan hasil
pemeriksaan ataupun diagnosis yang akurat dan meyakinkan kepada klien.
Perkembangan teknologi ini diperlukan juga untuk mempermudah pekerjaan
petugas kesehatan seperti contoh alat pendeteksi detak jantung dengan cara
mendengarkan detak jantung, dimana petugas kesehatan harus menempelkan
telinga ke dada pasien akan tetapi sudah ada teknologi berupa alat untuk
mendengar detak jantung. Petugas kesehatan juga mudah untuk melakukan
diagnosis kepada klien.
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud teknologi biokimiawi?
2. Bagaimana perkembangan teknologi biokimiawi?
3. Apa contoh teknologi biokimiawi dalam lingkup klinik?
1.3TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan teknologi biokimiawi dalam
pelayanan kesehatan klinik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1TEKNOLOGI BIOKIMIA
Teknologi biokimia adalah merupakan keseluruhan sarana dan
prasarana untuk menyediakan barang barang yang berbasih biokimiawi yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia dan digunakan
untuk ketepatan dan kepraktisan dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu,
terutama dalam dunia kesehatan.
Teknologi biokimia akan membantu tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Sehingga perawat tidak
akan menduga- duga apa penyakit pasien yang sebenarnya.
Perhatikan :
Masing-masing serum tidak boleh tercemar oleh serum yang lain.
Suspensi eritrosit juga tidak boleh tercemar oleh panel sel.
Kalau hasil pengamatan aglutinasi meragukan, maka dapat diamati
dibawah mikroskop.
3. DNA Sequencing
DNA Sequencing adalah metode untuk penentuan urutan dari satu
molekul DNA. Tujuan dari DNA sequencing adalah mencari pattern
(terlibat di dalam biologis) antara lain mengkode protein dan mengontrol
ekspresi gen. informasi yang didapat dari DNA sequencing berupa genetic
disease dan antibodies.
DNA sequencing metode kimia adalah metode dimana memotong
DNA dengan cara kimia yang ada basa spesifik, 1 DNA ditandai dengan
radioaktivitas yang dideteksi dengan autoradiography.
DNA cara kimia ini memotong 4 reaksi kimia yaitu pada basa G,
basa A atau G, basa C atau T, dan basa C. kemudian hasil keempat reaksi
tersebut dibebankan pada gel. Lalu akan terbaca hasil dari sekuen DNA.
DNA sequencing metode enzimatis berdasarkan dengan replikasi
DNA, berbeda dengan DNA cara chain termination yang menambahkan
nukleotida pada untai baru. Cara ini menggunakan empat tabung yang
dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida
nantinya hasil elektroforesis akan dideteksi oleh autoradiography.
Kekurangan DNA sequencing memakan waktu, menggunakan
radioaktivitas yang berbahaya, dan sekuen yang dibaca tidak panjang.
Metoda-metoda sequencing:
1. Chain termination method : urutan molekul DNA untai tunggal
ditentukan dengan sintesis rantai polinukleotida komplementer secara
enzimatis.
2. Chemical degradation method : urutan molekul DNA untai ganda
ditentukan dengan menggunakan bahan kimia yang memotong
molekul DNA pada posisi nukleotida tertentu.
4. Biosensor
A. Definisi Biosensor
Didefinisikan sebagai suatu perangkat/instrumen analitik yang
menggunakan biomolekul seperti mikroba, jaringan, sel, protein,
enzim, antibodi, dan DNA untuk melakukan
pengenalan/deteksi/rekognisi pada suatu zat (bio) kimia tertentu, yang
kemudian adanya perubahan sifat fisika-kimia pada biomolekul tsb
dapat merepresentasikan informasi yang ditransduksikan dengan
transduser fisis menjadi besaran elektronik untuk bisa diolah
selanjutnya.
Biosensor bersifat spesifik, karena bioreseptornya spesifik hanya
klop/cocok untuk suatu substansi/zat/mol yang spesifik. Biosensor ada
berbagai macam ukuran dan bentuk; biasanya didesain portabel untuk
penggunaan lapang secara efisien.
B. Fungsi Biosensor
Fungsi untuk mendeteksi atau memonitor kondisi berbagai hal.
Mengukur tingkat keasaman (pH)
Kontrol polusi
Mendeteksi & mengukur kadar mikroba/zat kimia berbahaya
tertentu, toksik
di udara, air, dan tanah; mis.pestisida
Penentuan BOD (biological oxygen demand)
Mengontrol kualitas tanah.
Mendeteksi kebocoran, menentukan lokasi deposit minyak.
Mengecek kualitas udara di ruangan.
Penentuan degradasi seperti biodegradable pada kayu dan
makanan.
Mengontrol kualitas makanan (mendeteksi kontaminasi
mikroba, menentukan kesegaran, analisis lemak, protein dan
karbohidrat dalam makanan.
Penentuan parameter kualitas pada susu
Mendeteksi & mengukur : kadar glukosa, kolesterol, tekanan
darah, flu dll
Diagnosis untuk : obat, metabolit, enzim, vitamin
Penyakit infeksi, alergi.
Studi efisiensi obat
C. Komponen Dasar Biosensor
Bioreseptor, merupakan komponen biologis yang peka, yang
dibuat dengan teknis biologis. Misalnya jaringan, mikroba,
organel, sel , protein, enzymes , antibodies , nucleic acids dll.
TRANSDUSER, merupakan komponen/elemen
pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia,
piezoelektronik, optik, elektrokimia, dll., yang mengubah
sinyal yang dihasilkan dari interaksi antara analit dengan
bioreseptor menjadi sinyal lain (yaitu, transduser) yang dapat
lebih mudah diukur dan dihitung.
Elemen elektronik prosesor sinyal yang terutama bertanggung
jawab untuk menampilkan hasil yg mudah dibaca/dipahami.
D. Prinsip kerja
Biokatalis/bioreseptor/senyawa aktif biologi akan berinteraksi
dengan substansi/zat kimia yang akan dideteksi (sampel
analit/molekul target).
Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus
listrik, potensial listrik atau lainnya akan dimonitor oleh
transduser.
Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga
diperoleh hasil yang dapat dipahami pada suatu layar
monitor/recorder/komputer.
E. Bioreseptor Enzim
Enzim adalah biomolekul yang sering digunakan sebagai
Bioreseptor pada Biosensor.
Prinsip penggunaan enzim adalah dengan memanfaatkan
reaksi katalitiknya, dan mendeteksi reaksi tersebut.
Jika reaksinya adalah reduksi-oksidasi, maka ada elektron
yang dihasilkan yang bisa dideteksi dengan metode
elektrokimia seperti Amperometry, Voltametry dan lain-lain.
Jika reaksinya menghasilkan H, O atau ion K+, dan lain-lain,
maka bisa dideteksi dengan Ion-Selective Electrode.
F. Transduser
Transduser elektrokimia, optoelektronik, kristal
piezoelektronik, field effect transistor dan temistor.
Proses yang terjadi dalam transduser dapat berupa calorimetric
biosensor, potentiometric biosensor, amperometric biosensor,
optical biosensor maupun piezo-electric biosensor.
Sinyal yang keluar dari transduser ini kemudian di proses
dalam suatu sistem elektronik misalnya recorder atau
komputer.
G. Biosensor kadar gula darah
3.1 KESIMPULAN
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi pun
juga semakin canggih. Teknologi dalam bidang kesehatan berupa
teknologi biokimia juga mempermudah pekerjaan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Teknologi biokimiawi
merupakan sarana dan prasarana berbasis biokimiawi yang menunjang
kelangsungan hidup manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu,
terutama dalam bidang kesehatan. Sehingga dengan adanya teknologi
biokimiawi ini, dapat didapatkan data yang akurat dan tepat bagi petugas
kesehatan dalam menentukan diagnosa klien.
DAFTAR PUSTAKA
Yuniastuti, Ari dan Sri Iswari, Retno. 2006. Biokimia. Graha Ilmu. Yogyakarta
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=364486&val=6661&title=An
alisa%20Difraksi%20Sinar-
X%20pada%20Baja%20Tahan%20Karat%20Austentitik%20dan%20Feriti
k%20(Uji%20Laboratorium)
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/anne.zulfia/material/electronmikroskop.pdf