Priyanto, I. & Sedyaningsih, S. (2013). Buku digital: Kajian literature perkembangan dan
pengaruhnya pada perpustakaan. Fihris, 8(2), 1-12.
Buku digital:
Kajian literatur perkembangan dan pengaruhnya pada
perpustakaan
Abstrak
Buku digital adalalah bentuk digital dari buku dalam berbagai format. Gagasan awal berasal dari Vanevar Bush
yang menggagas mesin Memex pada tahun 1945 dan kemudian disebut ebook oleh Van Damm pada tahun 1975.
Saat ini sudah banyak digunakan baik untuk keperluan pendidikan maupun umum. E-reader juga berkembang
dengan berbagai format. Ebook memiliki implikasi besar bagi para pembaca maupun perpustakaan saat ini dan di
waktu yang akan datang.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi terasa begitu pesat, terutama dalam 25 tahun terakhir.
Produk-produk tersebut telah merambah berbagai sektor kehidupan dan bahkan produk teknologi
tersebut akhirnya juga mampu merubah pola hidup masyarakat. Sebagai contoh adalah
penggunaan telepon genggam yang benar-benar begitu terasa dalam kehidupan kita dan
kemudian merubah banyak tatanan dan perilaku hidup dalam masyarakatada yang mengarah
pada kebaikan dan kemudahan, tetapi tidak sedikit pula yang menimbulkan keresahan. Selain
produk teknologi, produk perangkat lunak atau aplikasi juga telah menjadikan adanya perubahan
dalam tatanan kehidupan sosial. Sebagai contoh adalah penggunaan media sosial yang saat ini
telah menjadikan orang selalu berada dalam dunia ketergantungan dan jaringan.
Tidak semua produk teknologi berbeda atau berubah total dari produk yang pernah ada
sebelumnya. Sebagai contoh adalah produk keyboard yang hampir tidak berbeda jauh dengan
bentuk mesin ketik pada era sebelum adanya komputer. Walaupun ada beberapa versi keyboard
yang diproduksi, namun produk yang menyerupai pola mesin ketik ternyata yang paling diterima
oleh masyarakat umum. Demikian pula produk yang terkait dengan perpustakaan, yaitu ebook
atau buku digital. Buku digital merupakan bentuk digital dari buku cetak dan banyak produk
buku digital yang memiliki kemiripan disain dengan buku cetak. Produk buku digital tersebut
berkembang dengan dibarengi adanya produk alat baca yang sering disebut sebagai ebook reader
atau e-reader. E-reader merupakan alat baca buku digital dalam berbagai versi. Buku digital dan
ereader sebetulnya telah berkembang sejak tahun 1971 dan saat ini telah mulai banyak
dimanfaatkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Perpustakaan-perpustakaan juga telah mulai
menyediakan koleksi buku digital. Bahkan sebagian perpustakaan juga meminjamkan ereader.
Di Perpustakaan tanpa buku (Bookless library) yang baru di Texas, bahkan tersedia banyak
ereader yang dapat dipinjam pulang ke rumah apabila pemustaka ingin memanfaatkan koleksi
yang sepenuhnya digital.
Artikel ini merupakan kajian literatur mengenai sejarah dan perkembanganbuku digital dan
ereader serta apa kelebihan dan kelemahannya serta pengaruhnya terhadap pembaca dan
perpustakaan.
Perkembangan ebook dan e-reader dapat dilihat dalam bagan (gambar 1) di bawah ini.
Gambar 1. Timeline perkembangan ebooks dan ebook readers (hal. 304)
Evolusi buku digital untuk umum dimulai pada tahun 1981. Pada waktu itu Random House
menerbitkan apa yang disebut dengan Electronic Thesaurus untuk pertama kalinya. Ini adalah
buku digital untuk bidang referensi yang pertama kalinya. Walaupun demikian, pada waktu itu
Electronic Thesaurus kurang mendapatkan respons positif dari dunia perpustakaan oleh karena
keterbatasan fasilitas teknologi informasi di dalam perpustakaan dan pemanfaatannya juga belum
begitu besar.
Meskipun tidak sangat terkait dengan perjalanan buku digital, namun sangat baik untuk
disampaikan juga bahwa pada tahun 1991 Perusahaan elektronik Jepang, Sony meluncurkan
Data Discman untuk pertama kalinya. Produk media digital yang digunakan untuk membaca CD
(Compact Disk). Sejak saat itu, banyak orang juga membawa discman portabel untuk
mendengarkan lagu-lagu. Tidak kalah penting tonggak sejarah perkembangan buku digital dan e-
reader adalah peluncuran PDA (Personal Digital Assistant) pertama pada tahun 1997 oleh Palm
yang kemudian disusul pada tahun 1998 dengan perkembangan yang lebih mantap dengan
munculnya Rocket eBook yang beredar di pasaran. Perkembangan ini juga disusul oleh Franklin
yang meluncurkan eBookman.
Era buku digital sebelum tahun 2000 tidak banyak dikenal oleh para pustakawan di Indonesia,
karena pada waktu itu pustakawan Indonesia masih banyak disibukkan dengan berbagai
peningkatan dalam otomasi perpustakaan. Pengadaan bahan perpustakaan digital juga masih
sangat terbatas dan langka. Pengadaan koleksi dalam bentuk disket ataupun CD hanya dilakukan
oleh sebagian kecil perpustakaan di Indonesia sebelum tahun 2000. Bahkan pasar ejournal dan
buku digital-pun juga baru mulai diminati oleh perpustakaan di Indonesia setelah tahun 2004.
Enche Sdn, sebuah perusahaan database ebook dan ejournal dari Malaysia yang berusaha
memasarkan produknya di Indonesia namun pada tahun 2002 kurang berhasil karena belum
banyaknya pustakawan Indonesia yang mengenal produk informasi digital. Bahkan setelah tahun
2002 pun masih banyak perpustakaan di Indonesia yang sibuk dengan program otomasi katalog
mereka.
Buku digital tampil dalam berbagai wujud. Ada buku digital yang dipasarkan dalam bentuk
koleksi database sehingga kita harus membeli dalam jumlah tertentu. Ada juga yang dipasarkan
secara satuan dengan harga tertentu untuk mengunduhnya (download). Ada buku digital yang
pembelinya hanya satu kali membayar (perpetual) dan dapat diakses seumur hidup; namun juga
ada yang dijual dengan sistem langganan dan buku digital yang ditambahkan (update) tidak perlu
harus dibayar lagi. Sementara itu buku digital juga dapat dibaca dengan menggunakan berbagai
media. Ada buku digital yang dapat dibaca dengan laptop atau komputer meja, namun ada juga
buku digital yang hanya dibaca dengan media tertentu seperti Kindle. Zipke (2012) mengatakan
bahwa most of the teachers were in awe of the access to books provided by an e-reader. They
commented in surprise about the number of titles available (p. 435).
Penutup
Di atas telah dijelaskan bahwa buku digital telah ada sejak tahun 1970an dan terus berkembang hingga
akhirnya saat ini dapat beredar di pasaran. Buku digital hadir dalam berbagai format namun e-reader
masih sangat terbatas atau memang dibatasi oleh penerbitnya agar pembaca hanya menggunakan produk
e-reader tertentu sehingga pembaca akhirnya harus membeli e-reader-nya juga.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada saat ini dan terus berkembangkanya buku digital
saat ini dan tentunya di waktu yang akan datang, pengelola perpustakaan perlu mempertimbangkan
berbagai aspek apabila ingin menyediakan koleksi di perpustakaan. Tidak kalah penting adalah
penyediaan alat baca dalam jumlah yang mencukupi agar nantinya pembaca buku digital dapat
membacanya secara alamiah.
Referensi:
Aaltonen, M., Mannonen, P., Nieminen, S., & Nieminen, M. (2011). Usability and compatibility of e-
book readers in an academic environment: A collaborative study. International Federation of
Library Associations and Institutions, 37(1), 1627.
Bush, V. (1945). As we may think. The Atlantic Monthly: Digital Edition, 176(1), 101-108.
http://www.theatlantic.com/magazine/archive/1945/07/as-we-may-think/303881/
Gibson, C. and Gibb, F. (2011). An evaluation of second-generation ebook readers. The Electronic
Library, 29(3), 303-319
Grzeschik, K., Kruppa, Y., Marti, D., & Donner, P. (2011). Reading in 2110 reading behavior and
reading devices: a case study. The Electronic Library, 29(3), 288-302.
Press, L. (2000). From p-books to e-book. iMP Magazine. Available at
http://www.cisp.org/imp/june_2000/06_00press.htm/
Qian, J. (2011). Evaluating the Kindle DX e-book reader: results from Amazon.com customer reviews.
Performance Measurement and Metrics, 12(2), 95-105.
Reynolds, R. & Derose, J. (1992). Electronic books. Byte, 17(6), 263-268.
Richardson Jr., J. & Mahmood, K. (2012). eBook readers: User satisfaction and usability issues Library.
Hi Tech, 30(1), 170-185.
Shin, Dong-Hee. (2011). Understanding e-book users: Uses and gratification expectancy model. New
media & society, 13(2), 260278.
Siegenthaler, E., Wurtz, P., Bergamin, P., & Groner, R. (2011). Comparing reading processes on e-ink
displays and print. Displays, 32, 268273
Zambarbieri, D. & Carniglia, E. (2012). Eye movement analysis of reading from computer displays, e-
readers and printed books. Ophthalmic Physiological Optics, 2012, 32, 390396. doi:
10.1111/j.1475-1313.2012.00930.x
Zipke, M. (2012). Teachers thoughts on e-readers in the elementary school classroom. Education &
Information Technology, (2013) 18:421441.
Penulis:
Ida Fajar Priyanto adalah mahasiswa jurusan Information Science, iSchool, University of North Texas.
Salah satu staf pengajar MIP, UGM dan di Program Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Program
Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga. Saat ini juga masih menjabat sebagai sekretaris jendral Forum
Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia dan Ketua Dewan Perpustakaan DIY. Pernah menjadi
pengelola Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.
Sri Panenggak Sedyaningsih adalah lulusan Manajemen Informasi dan Perpustakaan, FISIPOL UGM
dan saat ini adalah pengelola Perpustakaan SMK Nasional, Yogyakarta.