Studi Kasus
Masalah pencemaran industri ataupun segala bentuk pencemaran merupakan tanggung
jawab kita semua, namun karena keterbatasan sarana dan prasarana untuk menghindari
pencemaran maka dalam pengendaliannya dilakukan sistem pembagian tugas dan
wewenang antara instansi-instansi yang terlibat untuk menangani pencemaran akibat
kegiatan industri.
Pengendalian pencemaran industri bermakna suatu kegiatan yang mencakup upaya
pencegahan dan/atau penanggulangan terjadinya pencemaran industri. Departemen
Perindustrian yang ikut bertanggung jawab terhadap pencemaran industri dari
perusahaan industri dan lokasi industrim, dengan sasaran semua limbah industri yang
dibuang dari sumber pencemaran industri ke lingkungan bebas/umum, untuk
mengupayakan agar selalu memenuhi Standar Kualitas Limbah seperti yang telah
ditetapkan.
Di Semarang tepatnya di dekat pasar Mrican banyak berdiri pabrik tahu. Ironisnya pabrik-
pabrik tersebut mendapat izin walaupun keberadaannya ditengah-tengah pemukiman
penduduk. Keberadaan pabrik tahu tersebut tentu menimbulkan dampak positif dan
negatif. Jika dilihat dari segi ekonomi memunyai dampak positif, yaitu menambah
lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar dan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi
ternyata keberadaan pabrik tahu tersebut lebih banyak menimbulkan dampak negatif,
yaitu banyak keluhan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar mengenai polusi udara yang
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari yang disebabkan asap pabrik tahu tersebut.
Selain itu limbah yang dihasilkan dapat mencemari sungai didekatnya.
Departemen Perindustrian dalam tugasnya untuk pengendalian pencemaran industri
mencakup pengaturan, pembinaan dan pengawasan. Secara rinci tugas-tugas tersebut
dalam Pasal 3 Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 20/M/SK/1/1986, sebagai
berikut:
Membuat peraturan-peratuaran tentang pengendalian pencemaran industri yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan dalam kaitannya dengan izin usaha industri,
serta menunjang instansi-instansi pemerintah lainnya dalam menyusun peraturan
peraturan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran lingkungan hidup pada
umumnya.
Membuat peraturan-peraturan tentang pemilIhan lokasi untuk industri dalam rangka
pengembangan wilayah, dalam hal ini wilayah Pusat Pertumbuhan Induatri, yang
dikaitkan dengan Rencana Umum Tata Ruang di sana terdapat penentuan tentang letak
geografis dan zona-zona industri, kawasan-kawasan industri dan Lingkungan Industri
Kecil.
Kemudian dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) tahun 1982, pasal
7, ayat 1 disebutkan bahwa: Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib
memelihara kelestarian lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan. Dan ayat 2 disebutkan: Kewajiban
sebagaimana tersebut dalam ayat (1) pasal ini dicantumkan dalam setiap izin yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Jadi jika melihat kasus dari pabrik tahu di Mrican, maka yang menjadi pertanyaan
disini adalah mengapa UULH yang telah ditetapkan seolah-olah diabaikan oleh
pemerintah setempat demi mengejar kepentingan pribadi dan mengorbankan kenyamanan
masyarakatn serta mencemari lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://kinandika.wordpress.com/2013/02/05/efektivitas-undang-undang-lingkungan-
hidup-dalam-implementasinya-studi-kasus-pencemaran-oleh-pabrik-tahu-di-mrican-
semarang/
Baca selengkapnya
Berdasarkan konsep dasar, minimalisasi limbah cair industri tekstil adalah dimaksudkan untuk
mendapatkan jumlah atau volume limbah dengan konsentrasi dan beban pencemaran yang minimal,
upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup melalui pendekatan peminimalan limbah, yakni
dengan cara pengurangan limbah (recycling) pada hakikatnya adalah manifestasi komitmen yang
berwujud nyata mencegah gangguan pencemaran lingkungan hidup dalam skala yang lebih besar dan
mengancam kehidupan masyarakat.
Prinsip-prinsip pokok dalam sistem manajemen lingkungan hidup terpadu digambarkan oleh Elina
Hasyim, sebagai berikut:
1. Reduksi pada sumber dan pemanfaatan kembali adalah upaya mengurangi atau meminimumkan
penggunaan bahan bakar, air, dan energi serta menghindari pemakaian bahan baku yang beracun dan
berbahaya, disertai dengan pengolahan bahan baku dan house keeping yang baik agar tidak
menambah beban pencemaran
2. Pengolahan limbah dilakukan setelah limbah tersebut tidak dapat lagi dimanfaatkan, selanjutnya
pembuangan limbah sisa pengolahan disesuaikan dengan persyaratan yang ditentukan oleh
pemerintah
3. Sistem manajemen lingkungan hidup terpadu harus disertai perubahan pola pikir, sikap dan tingkah
laku dari semua pihak di lingkungan industri
4. Industri yang melaksanakan sistem manajemen lingkungan hidup terpadu dapat dikategorikan
sebagai industri yang telah menerapkan prnsip eco-eficiency yang merupakan bagian dari konsep
ekologi industri, yakni tidak mengenal limbah
Pencemaran lingkungan hidup dalam perspektif UUPLH adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Hal penting yang berkaitan dengan upaya preventif/pencegahan terhadap pencemaran limbah
industri tekstil, antara lain:
Bentuk industri tekstil sangat bervariasi seperti permasalahan yang dihadapi oleh industri hilir yang
berkonsentrasi pada proses penyempurnaan tekstil (finishing). Aktivitas industry tekstil pada umunya
tetap menghasilkan limbah yang cukup variatif. Proses peyempurnaan tekstil mencakup beberapa
proses seperti persiapan pencelupan/pencapan yang meliputi penghilangan kanji (desizing),
pemasakan (scouring), pemerasan (merzering), penggelantangan (bleaching). Proses lainnya adalah
pencelupan (dyeing), pencapan (printing) dan penyempurnaan akhir.Selain mencemari lingkungan
hidup, limbah-limbah tersebut juga berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia, diantaranya dapat menimbulkan iritasi pada mata, membahayakan kulit maupun
pencernaan makanan, membahayakan hidung, dan lain-lain. Menyadari bahwa proses
penyempurnaan tekstil tersebut dapat mencemari lingkungan hidup dan mengganggu kesehatan
manusia, maka langkah-langkah strategis sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat mencegah
pencemaran tersebut, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah industri dapat mengganggu kehidupan masyakat
dan menurunkan kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu beberapa perusahaan industry tekstil
nasional berusaha mencegah pencemaran tersebut.
Beralkunya UU Nomor 5 tahun 1984 merupakan langkah strategis-yuridis dalam mencegah berbagai
kemungkinan negative yang timbul akibat aktivitas industry pada umumnya. Berdasarkan realitas
permasalahan limbah industri termasuk intensitas pencemaran limbah industri tekstil pada berbagai
wilayah Indonesia.Upaya-upaya pencegahan oleh perusahaan-perusahaan industri tekstil sangat
fundamental. Berikut ini beberapa upaya pencegahan pencemaran limbah industry tekstil:
Program produk bersih memiliki makna penting untuk menciptakan suatu produk dengan
menggunakan teknologi ramah lingkungan. Menurut Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) yang memperkenakan pada tahun 1993, daalah strategi pengelolaan lingkungan hidup yang
bersifat pencegahan (preventive) dan terpadu. Penerapan teknologi bersih secara aktual dapat
diharapkan untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup akibat buangan limbah industri, tetapi
yang menjadi habatan adalah kualitas sumber daya manusia, dana pendukung operasional, kesadaran
serta disiplin dalam menjalankan rencana-rencana kegiatan dilapangan.
Upaya pegolahan limbah cair industri tekstil membutuhkan ketegasan terhadap konsep yang akan
digunakanya yaitu mengtamakan salah satu seperti proses kimia, biologi, dan fisika atau
menggabungkan ketiganya. Upaya tersebut disesuaikan dengan kondisi kemampuan perusahaan
industri tekstil bersangkutan menerapkan dan memanfaatkan konsep pengolahan yang tersedia
dalam rutinitas kegiatan bisnisnya.
Kebutuhan industri tekstil akan air sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar zat
pencemar (polutan) pada air limbah industri tekstil menurut Noerati Kamal, secara garis besar dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Mengurangi zat pencemar (polutan) yang dihasilkan. Upaya ini dapat dilakukan dengan
mengurangi volume air proses, berarti mengurangi volume air limbah, penggunaan sisa zat-zat kimia
dan penggunaan zat kimia yang memberikan kadar pencemaran rendah;
Mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. Karena beragamnya jenis dan
ukuran polutan, pengolahan limbah car industri tekstil memerlukan tahapan proses pengolahan, yaitu
pengolahan primer berupa ekualisasi dan netralisasi dan pengolahan sekunder untuk menghilangkan
padatan dengan proses kimia atau biologi.
Konsep pengolahan limbah air industri tekstil yang ditujukan untuk menghilangkan atau menurunkan
bahan pencemar dalam air limbah secara kimia, biologi, dan fisika digambarkan oleh Elina Hasyim,
antara lain:
Konsep pengolahan secara kimia, yaitu proses pengendapan partikel kecil yang
tercampur/tersuspensi, termasuk logam-logam berat yang terkandung dalam air limbah, dengan cara
penambahan bahan kimia koagulan dan flokulan yang akan mengikat bahan pencemar tersuspensi
sehingga mudah dipisahkan (diendapkan/diapungkan);
Konsep pengolahan secara biologi, yaitu proses untuk mengurangi bahan-bahan organik yang
berkembang di dalam limbah cair dengan menggunakan lumpur aktif yang mengandung
mikroorganisme didalamnya. Proses lumpur aktif berlangsung dalam reaktor dengan pencampuran
sempurna dilengkapi dengan umpan balik lumpur dan cairannya;
Konsep pengolahan secara fisika, yaitu dengan cara absorpsi bahan pencemar dengan karbon
aktif. Secara umum karbon aktif akan menyerap partikel-partikel yang terlarut termasuk zat organik
yang terlarut dalam air limbah.
Upaya minimasi limbah cair industri tekstil dalam perspektif teoritis atau praktis, dikenal daa beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan industry tekstil dalam kegiatanya. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan cara pengurangan limbah dan proses daur ulang. Upaya internal
dapat dilakukan oleh perusahana-perusahaan industri tekstil sesuai dengan kondisi kemampuannya
adalah perencanana proses produksi yang baik, akurat dan cermat mengurangi penggunaan bahan-
bahan kimia pembantu yang rendah beban pencemaran, pengontrolan pemakaian air yang hemat dan
efisien, memanfaatkan dan menggunakan kembali (reuse) bahan-bahan kimia yang terdapat dalam
limbah cair untuk keperluan produksi. Sedangkan upaya eksternal yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan industry tekstil adalah upaya memantau limbah hasil pasca proses kegiatan minimasi
limbah.
Sungai Citarum di Jawa Barat memiliki panjang sekitar 350 km dan luas daerah pengaliran sungai (DPS)
12,000 km 2, mempunyai populasi sekitar 10 juta penduduk yangtinggal di wilayah perkotaan maupun
perdesaan. Air dari sungai Citarum digunakan untukkebutuhan irigasi, tenaga listrik, suplai air baku
bagi 80 persen penduduk Jakarta, industry,dan pariwisata.Daerah aliran sungai Citarum didominasi
oleh sektor industri manufaktur sepertitekstil, kimia, kertas, kulit, logam/elektroplating, farmasi,
produk makanan dan minuman,dan lainnya. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat
(BPLHD Jabar) telahmengkonfirmasi bahwa limbah industri jauh lebih intens dalam hal konsentrasi
danmengandung bahan-bahan berbahaya. Sebanyak 48% industri yang diamati, rata-rata
pembuangan limbahnya 10 kali melampaui baku mutu yang telah ditetapkan (BPLHProvinsi Jawa
Barat, 2010).Data penyampelan di lokasi-lokasi pembuangan limbah industri menemukan berbagai
jenis logam berat dan senyawa kimia organik yang bersifat toksik dilepaskan begitu saja ke badan
sungai, yang berasal dari limbahindustri utama yang berada di Daerah Aliran SungaiCitarum antara
lain industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri makanan, danindustri elektroplating Investigasi
ini memperkuat argumen bahwa kita telah kehilangankendali atas bahan kimia beracun di
lingkungan.Dampak dari bahan pencemar yaitu , Perubahan tingkat keasaman air, Kontaminanorganic
meningkatkan BOD, COD, membunuh organisme, mengganggu proses fisiologiatau metabolisme, atau
merusak organ-organ hewan, mengancam kesehatan manusia.(itaiitai ). Upaya yang dapat
dilakukan,Pendekatan kebijakan atur dan awasi dan Pendekatan preventif
Referensi :
https://www.academia.edu/7606825/PENCEMARAN_SUNGAI_CITARUM_AKIBAT_INDUSTRI_MANU
FAKTUR
http://williamfaidin.blogspot.co.id/2016/05/aspek-aspek-pelestarian-fungsi.html