Tim Penyusun
A. Latar Belakang
Saat ini memiliki asuransi jiwa masih belum dianggap perlu oleh
sebagaian besar masyarakat Indonesia. Kami menemukan minimal tiga
alasan mendasar orang enggan membeli asuransi jiwa.
Pertama, asuransi belum dilihat sebagai kebutuhan hidup yang
mendesak. Fokus perhatian saat ini adalah untuk mencukupi kebutuhan
dasarnya karena rata-rata tingkat pendapatan masyarakat yang masih
relatif rendah. Keadaan ini sesuai dengan teoriAbraham Maslow yang
menempatkan security needs (termasuk di dalamnya asuransi jiwa) pada
tingkatan kedua setelah kebutuhan dasar. Memang agak sulit
mengharapkan orang membeli asuransi jika untuk makan-minum dan
kebutuhan sehari-hari saja masih belum dapat tercukupi.
Kedua, keadaan ekstrem lainnya yaitu asuransi sudah dipandang tidak
diperlukan lagi. Pasalnya, kelompok orang ini sudah memiliki uang dan
aset produktif banyak sekali. Jumlah harta yang berlimpah dan aset-aset
produktif yang menghasilkan uang itu dipandang telah menjadi proteksi.
Jadi asuransi tidak diperlukan lagi untuk menutupi risiko yang mungkin
timbul.Ketiga, manfaat asuransi belum dipahami. Termasuk dalam
kelompok ketiga ini orang-orang yang mengatakan membeli asuransi itu
berarti meramalkan kematiannya atau mereka yang mengatakan Hidup
dan mati itu di tangan Tuhan. Mengapa harus dipikirkan?
Kenyataannya, asuransi tidak mempersoalkan kematian itu. Masalah
yang dicermati atau diantisipasi adalah persoalan setelah kematian
tersebut dan dampaknya bagi orang-orang hidup yang terkait dengannya
seperti pasangan hidup, anak, dan keluarga.
Kita tentu sadar betul bahwa hidup itu memang mengandung risiko.
Tak ada kehidupan yang bebas risiko, baik risiko alamiah atau pasti
(meninggal, tua, sakit, pensiun, dsb) maupun risiko tidak pasti
(kecelakaan, kehilangan benda berharga, kecurian, dsb). Langkah
berikutnya yang lebih penting lagi adalah mengantisipasi berbagai jenis
risiko itu agar kita atau keluarga kita relatif siap secara keuangan bila
musibah terjadi. Asuransi tidak bisa mengobati rasa sedih kehilangan
orang yang sangat kita cintai. Kendati begitu, asuransi jiwa dapat
menolong kita sekurang-kurangnya dari aspek finansial, untuk
menghadapi dampak dari musibah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas
permasalahan sebagai berikut :
D. Metode Penulisan
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam
penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari
buku, tetapi juga dari media media lain seperti web, blog, dan perangkat
media massa yang diambil dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab
pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas :
latar belakang, rumusan makalah, tujuan , metode penulisan, dan
sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan
subbab yang berkaitan dengan pentingnya asuransi jiwa bagi
personal.Cara menghitung kebutuhan asuransi jiwa,kesehatan yang
dibutuhkan bagi personal,pentingnya asuransi kehilangan penghasilan
karena cacat bagi personal dan kebutuhan asuransi penyakit kritis bagi
personal dan yang terakhir terdiri atas kesimpulan dan saran.
Tehnik tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Anda tidak dapat
menghindari risiko kematian. (Anda bisa berhati-hati dan merawat diri dengan
baik, tetapi pada akhirnya Anda tidak bisa menghindari kematian.)Begitu pula
dengan risiko pengurangan; Anda dapat berhati-hati, tetapi Anda tidak dapat
mengurangi risiko kematian. (Mungkin Anda dapat menundanya melalui
terlibat kecelakaan atau sakit yang tidak terdiagnosa.) Tetapi secara garis
besar, Anda tidak dapat mengurangi risiko kematian dengan membagi risiko
tersebut. Kematian adalah sesuatu yang normal, sangat tidak mungkin
dihindari. Membeli asuransi mungkin bisa berbagi risiko, tetapi hanya untuk
sementara saja. Tidak ada yang mengetahui kapan kematian akan menjemput
Anda, yang pasti dia akan datang.
Gaya hidup yang hati-hati dan sehat juga bukan jaminan untuk
menghindari kematian (tetapi ada baiknya untuk selalu meningkatkan kualitas
hidup Anda).
Jadi hanya ada dua tehnik pengelolaan risiko dasar yang tersisa yang
berhubungan dengan risiko meninggal. Anda dapat mempertahankan risiko itu
atau memindahkannya. Aturan pengelolaan risiko dapat membantu Anda
menentukan tehnik mana, atau kombinasi tehnik yang mana yang harus
dipergunakan. Jika Anda meninggal, siapa yang akan mengalami
kesengsaraan secara ekonomi? Apakah Anda memiliki cukup harta yang
Pada akhirnya, asuransi jiwa adalah pengganti dana tunai. Ekonomi yang
diperlukan bagi kematian adalah uang tunai keluarga Anda memerlukan
uang untuk membayar pengeluaran dan meneruskan hidup mereka. Uang
tersebut dapat berasal dari aset Anda saat ini atau dari hasil asuransi jiwa.Pada
umumnya orang tidak memiliki aset yang cukup, sehingga mereka
menggunakan asuransi jiwa untuk memberikan dana tunai jika diperlukan.
Bahkan ada aturan yang lebih mudah lagi yang dapat dipergunakan untuk
menentukan kebutuhan asuransi yang diperlukan seseorang. Kalikan
penghasilan tahunan Anda dengan jumlah yang tepat (misalnya, tiga, lima
atau 10). Contoh, jika penghasilan tahunan Anda Rp30,000,000 dikalikan
lima maka penghasilan Anda Rp150,000,000. Jelas terlihat jika Anda
memiliki hutang yang besar (misalnya angsuran rumah), keluarga yang
besar, atau pengeluaran yang besar, maka semakin besar asuransi yang
Anda perlukan. Sebaliknya, hutang dan pengeluaran yang sedikit akan
memerlukan asuransi yang kecil pula. Jelaslah bahwa penggunaan tehnik
ini
Setelah menentukan kebutuhan tersebut, Anda perlu mencari tahu aset apa
yang tersedia saat ini (selain asuransi jiwa). Selisih antara kebutuhan dan
asset yang tersedia adalah asuransi dasar yang anda perlukan.
g. Biaya ambulan
Ada beberapa hal yang perlu dicermati ketika membeli asuransi penyakit
kritis. Aturan dari satu perusahaan asuransi berbeda dengan perusahaan
asuransi lainnya. Hal yang perlu kita cermati antara lain adalah kapan
polis akan berakhir. Pengakhiran polis dapat dilakukan oleh pemegang
polis atau perusahaan asuransi. Misalnya saja, pemegang polis dapat
meminta polis berakhir dengan pemberitahuan sebelumnya dan akan
berlangsung pada tanggal jatuh tempo premi berikutnya. Perusahaan
asuransi pun secara sepihak dapat tidak lagi memperpanjang polis
Ada pula polis yang mengatur bahwa uang santunan diberikan jika
tertanggung masih tetap hidup jika selama 30 hari setelah didiagnosis
penyakit kritis untuk pertama kalinya oleh dokter. Jadi, menurut polis
ini, jika tertanggung didiagnosis penyakit kritis dan meninggal satu
pekan setelah diagnosis tersebut, perusahaan asuransi tidak akan
memberikan uang santunan. Pada polis asuransi penyakit kritis lain
ditemukan bahwa uang santunan untuk penyakit ginjal akan diberikan
jika penyakit ginjal mencapai tahap akhir sehingga memerlukan cuci
darah berkala atau transplantasi. Artinya, sebelum mencapai kegagalan
kedua ginjal, jangan berharap ada uang santunan yang keluar. Padahal,
sebelum mencapai kegagalan kedua ginjal, pemegang polis sudah
mengeluarkan banyak uang untuk biaya berobat sebelum kedua
ginjalnya mengalami kegagalan fungsi.
Uang pertanggungan
A. Kesimpulan
Asuransi jiwa dan kesehatan itu sangatlah penting karena musibah
datangnya tak terduga,biaya kesehatan terus meningkat dan kematian
adalah hal yang pasti.Terdapat dua cara untuk menghitung Kebutuhan
Asuransi bagi personal yaitu: Metode berdasarkan penghasilan dan
Metode analisa kebutuhan.Terdapat 3 macam kebutuhan asuransi jiwa
yaitu: Asuransi Kesehatan,Asuransi kehilangan penghasilan karena cacat
dan asuransi penyakit kritis.
B. Saran
Kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia memang sudah meningkat.
Tapi peningkatan lebih jauh tentu masih harus terus dilakukan. Kalau
Anda termasuk golongan masyarakat kelas menengah yang
berpendapatan cukup, jangan lagi menganggap asuransi sebagai
kebutuhan tersier.
bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/23/230338726/Mencermati.Asuransi.Pe
nyakit.Kritis
http://brighterlife.co.id/2013/10/22/pentingnya-memiliki-asuransi/
http://brighterlife.co.id/2014/03/06/pentingnya-memiliki-asuransi-jiwa-dan-
kesehatan/
Koh Seng Kee and Fong Wai Mun, Personal Financial Planning, Second Edition,
Prentice Hall, Singapore, 2002.
Dave Ramsey, The Financial Peace Planner, Penguin Books, USA, 1998.
Ernst & Young, Financial Planning Essentials, John Wiley & Sons, Inc., Canada,
1999.