Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum II

Kelas Amphibia

Oleh
Elly Diniarti
NIM.13222034

Dosen Pembimbing:
IKE APRIANI, M.Si

PRODI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Amphibia. Saat ini
kelas tersebut diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander, dan
caecilian (makhluk tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di hutan
tropis dandanau air tawar. Terdapat tiga ordo Kelas Amphibia yang masih
hidup saat ini, yaitu Urodela (berekor kurang salamander), Anura (tidak
berekor kurang lebih katak, termasuk bangkong) dan Apoda (tak berkaki
kurang lebih caecilian). Hanya ada sekitar 400 spesies dari ordo Urodela.
Beberapa di antaranya hanya hidup di air, tetapi yang lain hidup di darat
sebagai hewan dewasa atau bahkan sepanjang masa kehidupan. Sebagian besar
salamander yang hidup di darat berjalan dengan pembengkokan badan dari sisi
kesisi yang mirip dengan cara berjalan tetrapoda awal (Campbell, 2003).
Katak adalah satu anggota dari classic amphibia. Amphibia berasal dari
kata amphi artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah
hewan yag hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar
kemudian di darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air
untuk memyngkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi
dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan
keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di
bawah epidermis dan salurannya melelui epidermis bermuara di permukaan
kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi dua fase, yaiu inspirasi dan ekspirasi
(Kimball, 1983).
Menurut Kimball (1983), Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang
mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi
dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang
mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi
dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan
peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian
meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan
lebih banyak berubah-ubah. Pada pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui ciri-ciri kulit menujukan organ-organ tubuh, system skeleton dan
otot pada katak dan mengetahui bagian-bagian morfologi dan anatomi pada
katak.

B. Tujuan Praktikum
Melalui pengamatan morfologi katak, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengamati ciri-ciri integument dari katak
2. Menyebutkan bagian-bagian tubuh katak, yaitu kepala (caput) dan organ-
organ yang ada di dalamnya , leher (servix), badan (truncus) dan anggota
badan (extrimitas).
3. Menujukan system rangka pada katak.
4. Menunjukan topografi organ-organ visceral pada katak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Amphibia
Amphibia berasal dari kata Amphi yang artinya rangkap, dan bios yang
artinya kehidupan. Amphibia adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk
kehidupan, mula-mula dalam air tawar kemudian dilanjutkan didarat. Fase
kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksinya masak,
keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut beruduh. Hewan dewasa
memiliki columna vertebralis dan biasa extremitates dengan digiti atau jari-jari
yang berbeda-beda, sedang kulitnya lembut dan tidak berambut, tidak bersisik
atau tidak berbulu (Radiopoetro, 1996).

Gambar 2.1. Contoh Katak


(Sumber : Muetya, 2011)

Amphibia berarti dua kehidupan yang mengacu kepada metamorfosis


banyak jenis katak. Kecebong yang merupakan tahapan larva dari seekor katak,
umumnya adalah herbivor akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang mirip
dengan ikan, dan ekor panjang bersirip. Kecebong tidak memiliki kaki dan
berenang dengan cara menggeliat seperti leluhurnya yang mirip ikan. Selama
metamorfosa yang berakhir dengan kehidupan kedua, kaki berkembang,
insang, dan sistem gurat sisi menghilang. Tetrapoda muda dengan paru-paru
untuk bernafas, sepasang gendang telinga eksternal, dan sistem pencernaan
yang diadaptasikan untuk mengkonsumsi makanan sebagai hewan karnivora,
merangkak ketepian dan memulai kehidupan di darat (Campbell, 2003).
Menurut Radiopoetro (1996), amphibia memiliki kelopak mata dan
kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membran
nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan
kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf
mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan
menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada
cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai
terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibia melalui siklus hidup dari
kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibia, misalnya anggota
Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama
hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak
secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibia lain yang sebagian hidupnya
berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang
biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya.
Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
Menurut Campbell (2003), namun demikian meskipun menyandang
nama amphibia, banyak jenis katak tidak memalui tahapan kecebong akuatik,
dan terrestrial. Amphibia mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut:
1. Tubuhnya diselubungi kulityang berlendir,
2. Merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm,
3. Amphibi mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan, yaitu dua
serambi dan satu bilik.
4. Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yangterdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk
melompat dan berenang di air,
5. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans
yangsangat berfungsi saat menyelam di dalam air,
6. Pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernafasannya berupa paru-paru dan kulit.
7. Hidungnya mempunyai katup yang berfungsi untuk mencegah air masuk ke
dalamrongga mulut ketika menyelam,
8. berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh jantan
di luar tubuh induknya, yang disebut dengan pembuahan eksternal.
Banyak amphibia memperlihatkan prilaku sosial yang kompleks dan
beraneka ragam, khususnya selama musim kawin. Katak umumnya merupakan
makhluk yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suara untuk
memanggil pasangan kawin selama musim kawin. Jantan bias bersuara keras
untuk mempertahankan daerah kawin atau menarik betina. Keadaan kulit pada
amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab.
Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan
tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh
adanya kronmathophora pada kelenjar kulit. Kromathophora yang
mengandung pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora sedangkan
lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan orange (Jasin, 1992).

C. Karakteristik Katak (Rana sp)


Bila dilihat dari susuanan tubuhnya katak terbentuk dari tiga bagian,
yaitu badan, kepala, dan alat penggerak. Kepala berbentuk segitiga dan pada
bagian tersebut memiliki beberapa organ, yaitu mulut, mata, gendang telinga,
dan lubang hidung. Bagian badan dimulai dari belakang gendang telinga
sampai tulang ekor dan panjangnya sampai tiga kali dari panjang kepala,
bagian ini terdiri dari perut dan punggung. Katak memiliki dua buah anggota
penggerak, yaitu sepasang kaki depan, dan sepasang kaki belakang. Kaki depan
ukurannya lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan dengan kaki belakang.
Kaki katak terbagi dari tiga bagian, yaitu paha, betis, dan jari. Pada umumnya
kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi pada katak selain sebagai
pelindung tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat pernafasan. Kulit katak
mempunyai kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir sehingga kulitnya
selalu dalam keadaan basah (Jasin, 1992).

Gambar 2.1. Contoh Morfologi dan Anatomi Katak


(Sumber : Muetya, 2011)

Menurut Radiopoetro (1996) klasifikasi katak sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Fylum : Chotdata
Sub fylum : Vertebrata
Clas : Amphibia
Ordo : Squaliformes
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp

Amphibia adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan


cara hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang, bila musim
dingin tiba, hewan ini bersembunyi dimana saja, misalnya mengubur diri dalam
lumpur parit, dikubanan atau di tanah yang basah di antara batu-batuan. Selama
tidur pada waktu musim dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit pertukaran
udara yang dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya. Amphibia
dikelompokan kedalam empat Ordo yaitu Gymnophiona (Caecilians),
Trachystomata (Sirens), Caudata dan Anura (Frogs and Toads). Sementara ahli
lain membagi amphibi kedalam tiga ordo meliputi Gymnophiona (Caecilians),
Caudata (Salamanders) dan Anura (Frogs and Toads) (Muetya, 2011)
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak
mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig),
bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai
kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina
pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Dibagian anterior
terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam
air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik
(Muetya, 2011).
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae,
Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili
yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai
ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga
pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan
waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang
ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Tjitrosoepomo, 1979).
2. Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa
jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase
dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya
memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea
memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo
Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae (Muetya, 2011).
3. Ordo Anura
Anura merupakan ordo yang memiliki jumlah spesies terbesar
dibandingkan Ordo lainnya. Anura mempunyai arti tidak memiliki ekor.
Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai
ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai
berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan.
Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa
famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak
di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di
belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan
berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya
dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal (Tjitrosoepomo, 1979).

C. Kehidupan Katak (Rana sp)


Katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air,
di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis katak
pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di
pepohonan. Sementara jenis katak hutan yang lain menitipkan telurnya di
punggung katak jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan
membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi katak kecil. Sekali
bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas
induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun (Campbell, 2003).
Telur-telur katak menetas menjadi berudu atau kecebong, yang bertubuh
mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di
air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan
tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan
paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai katak
kecil. Katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati
atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan
berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan.
Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel
lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk grup nyanyi, di
mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-
sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di
sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan (Jasin,
1992).

D. Morfologi dan Anatomi Pada Katak (Rana sp).


Menurut Kanna (2005) pada morfologi katak badan katak terbagi atas
tiga bagian, yaitu:
1. Caput (kepala), bentuknya kurang lebih seperti segitiga. Di caput terdapat
bagian- bagian anatara lain:
a. Rima oris (celah mulut): terdapat di ujung rostrum (moncong, rima oris)
b. Cavum oris ( rongga mulut), di dalam rongga mulut terdapat alat- alat:
1. Maxilla (rahang atas), mempunyai dentes (gigi-gigi) berbentuk conus.
Dentes berguna untuk memegang mangsanya, tidak untuk
mengunyah.
2. Mandibula ( rahang bawah): tidak berdentes.
3. Palatum (atap mulut).
4. Os. Vomer.
5. Nares posterhores sive choanae
6. Lingua (lidah), berpangkal di cranial mandibula, bersifat biftida
(bercabang).
7. Ostium tubae auditivae
8. Di kanan kiri lingua terdapat lubang yang menuju ke kantung suara.
c. Nares anteriores: lubang- lubang kecil terdapat di sebelah dorsal dari rima
oris.
d. Organon visus (alat penglihatan), dilengkapi dengan:
1. Palpebra superior (pelupuk mata atas)
2. Palpebra inferior (pelupuk mata bawah)
3. Membrana nictitans, suatu kulit transparent untuk menjaga mata
terhadap kekeringan dan geseran dengan air.
4. Bulbus osculi (bola mata), padanya dapat dilihat dengan jelas adanya:
iris, pupil.
e. Membrana tympani (selaput pendengaran) terdapat di sebelah caudal dari
organon visus.
2. Cervix (leher), tidak nyata.
3. Truncus (badan), terdapat di sebelah caudal caput. Pada betina mempunyai
ukuran yang relative lebih besar dibandingkan jantan. Anggota badan
terdapat 2 pasang:
a. Anggota badan muka, bagian- bagianya adalah:
1. Brachium ( lengan atas)
2. Antebrachium (lengan bawah)
3. Manus (tangan)
4. Digity (jari- jari)
b. Anggota badan belakang (extremitas posterior), bagian- bagiannya
adalah:
1. Femur (paha)
2. Crus (tungkai bawah)
3. Pes sive pedes (kaki)
4. Digiti (jari- jari): 5 buah.
5. Membrana (selaput) untuk berenang: merupakan kulit tipis diantara
digiti.
E. Reproduksi Amphibia
Reproduksi pada amphibia ada dua macam yaitu secara eksternal pada
anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan
secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di
musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan
amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku
tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu
betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama
bertahan dengan amplexus nya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi
berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga
beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda
(Tjitrosoepomo, 1979).
Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh. Katak jantan akan
melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari
belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat
perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang
bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa
membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina (Jasin, 1992).

F. Sistem Pernafasan
Katak mengalami metamorfosa. Awal hidupnya, katak berupa berudu
yang hidup di air dan bernafas menggunakan insang. Lalu setelah dewasa,
katak bernafas menggunakan paru-paru. Katak dewasa melakukan pertukaran
gas pernafasan melalui kulit dan paru-paru, sehingga larva harus timbul ke
permukaan air untuk menghirup udara. Paru-paru pada katak berbentuk
kantung dan luas permukaan internalnya agak diperluas oleh lipatan seperti
saku. Tetapi luas permukaan itu jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan
vertebrata tingkat tinggi. Paru-paru diventilasi dengan pompa tekan.
Kelenturan paru-paru itulah yang menyebabkan udara keluar. Amphibi
menambah respirasi paru-paru ini dengan pertukaran udara melalui kulitnya
yang tipis dan selalu basah (Kanna, 2005).

G. Sistem Pencernaan
Sistem digestorium pada katak terdiri atas saluran pencernaan dan
kelenjar-kelenjarnya. Saluran pencernaan atau tractus digestorius terdiri atas
cavum oris, faring, esophagus, ventricles, intestinum tengue, intestinum
crassum, rectum, dan kloaka (Kanna, 2005).
Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring, kerongkongan,
lambung,usus dua belas jari (duodenum), usus halus (intestinum), usus besar,
dan kloaka. Pada rongga mulut makanan dikoyak hingga berbentuk kecil-kecil
dengan bantuan gigi maxilla dan gigi vermer. Memalui bantuan ludah,
makanan masuk ke faring dilanjutkan ke dalam kerongkongan yang
didalamnya terdapat gerakan peristaltik yang menyebabkan makanan masuk ke
lambung. Di dalam lambung terdapat enzim. Enzim-enzim tersebut berasal dari
kelenjar hati dan pankreas (Tjitrosoepomo, 1979).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada jumat, 24 April 2015. 07:30- 09.00
WIB. Di Laboratorium Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah
Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah media gambar, sarum tangan,
sterefoam, cutter dan silet, lup.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah katak (Rana sp) Yang masih
hidup.

C. Cara Kerja
1. Pengamatan permukaan katak.
a. Sampel di letakan di baki paraffin. Raba permukaan tubuh katak,
bagaimana permukaan kulit katak? (kering, kasar, lembab, belendir,
licin). Apakah terdapat struktur pelindung di permukaan kulitnya? Bila
terasa licin apakah sebanya? Ada struktur apa di dalam lapisan apa?
Jelaskan.
b. Di wilayah kepalah terdapat struktur apa saja? Tuliskan dan jelaskan
fungsinya.
c. Warna apa sajakah yang tampak? Jelaskan struktur apakah yang
menimbulkan warna tersebut?
d. Tubuh katak dapat dibedakan atas bagian apa saja? Perhatikan Gambar 1.
e. Anggota gerak (tungkai) anterior dan tungkai posterior,terdiri atas bagian
apa saja,perhatikan ciri kaki. (Gambar 2)
2. Pengamatan wilayah rongga katak.
Setelah katak di matikan, lakukan pengamatan sebagai berikut dengan
pedoman Gambar 4:
a. Buka rongga mulutnya, perhatikan posisi (letak) gigi ada di bagian mana
saja. Berdasarkan cara pendekatan gigi termasuk gigi jenis apa?
b. Rabalah lidahnya, perhatikan di mana lidah melekat (wilayah glotiss atau
premaksila), dan bagaimana ujungnya (bercabang atau tidak).
c. Perhatikan lubang masuk ke esophagus, apa cirinya jelaskan.
d. Pada wilayah gigi vomer terdapat nares internal yang tembus dengan
nares eksternal melalui rongga hidung ke rongga mulut, mengapa
demikian? Apa sebab antara rongga hidung dan rongga mulut harus di
hubungkan?
e. Lubang glottis di bentuk oleh sepasang rawa, jelaskan strukturnya dan
fungsinya.
3. Pengamatan organ internal katak
a. Posisikan ventral, lihat Gambar 3. Perhatikan cara membedah.
b. Bedakanlah mulai dari lubang kloaka, kea rah lateral dan kanan, lalu ke
arah anterior sampai batas rahang bawah, kemudian ke kiri dan kanan.
c. Gunakan gambar 4 sebagai pedoman pada langkah 4-9.
d. Amati organ dalam di dalam wilayah leher, catat nama cirinya.
e. Amati organ dalam di wilayah toraks, tulis nama cirinya.
f. Perhatikan organ-organ yang membangun saluran pernafasan, amatilah
cirri khas paru-paru kiri dan kanan.
g. Perhatikan lubang masuk ke esophagus, lalu telusuri terus saluran
pencernaannya sampai lubang kloaka (di wilayah posterior-dorsal).
h. Amati kelenjar dan saluran yang berhubungan dengan system
pencernaan, hati (ada beberapa gelembir) dan kantung empedu, serta
pancreas.
i. Organ di wilayah pelvic, organ urogenital. Organ ekresi : amati
ginjalnya, tulis ciri khasnya. Organ reproduksi internal : amati, tulis
nama dan cirinya. Berdasarkan cirri organ reproduksinya, tentukan jenis
kelamin katak.
4. Pengamatan rangka katak
Amati dan tuliskan nama-nama tulang yang anda pelajari secara
langsung dari rangka tubuh katak. Bandingkan dengan gambar 5.
a. Rangka tubuh utama terdiri dari : tengkorak, rangkaian ruas belakang,
tulang rusuk, tulang dada.
b. Rangka alat gerak terdiri dari : tulang-tulang gelang pektroral dan tulang-
tulang alat gerak anterior, tulang-tulang gelang pelvik dan tulang-tulang
alat gerak posterior.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel I. Pengamatan Morfologi pada Katak (Rana sp.)
No Gambar Keterangan
1 1. Kepala (caput)
2. Mata (eyes)
3. Punggung (back)
4. Dubur (anal)
5. Kaki belakang
6. Perut (stomach)
7. Kaki depan
8. Gendang telinga
9. Mulut (mouth)
10. Lubang hidung

Morfologi Kelas Amphibi


Kelompok hewan ampibi adalah binatang bertulang belakang berkulit
lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amphibi
pada waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas dengan insang.
Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru
dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya
hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya
(Djuhanda, 1982).
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak
ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus
lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan,
2 lubang hidung (nares externa) yang kecil dekat ujung hidung yang
berfungsi dalam pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat,
dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang
berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata
mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai
selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada
di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil
untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel
kelamin telur atau sperma dari alat reproduksi (Djuhanda, 1982).

2 Cavum oris (mulut ) Keterangan

1. Fovea nasalis (hidung)


2. Rahang bawah
3. Rahang atas
4. tongue (Lidah)
5. eyes (Mata)
6. Lingua (lidah)

Dari hasil diatas maka dapat dibahas Menurut Jasin (1992), yaitu
Cavum oris ( rongga mulut), di dalam rongga mulut terdapat alat- alat :
Maxilla (rahang atas), mempunyai dentes (gigi-gigi) berbentuk conus.
Dentes berguna untuk memegang mangsanya, tidak untuk mengunyah,
Mandibula ( rahang bawah) : tidak berdentes, Palatum (atap mulut). Lingua
(lidah), berpangkal di cranial mandibula, bersifat biftida (bercabang), Ostium
tubae auditivae, di kanan kiri lingua terdapat lubang yang menuju ke
kantung suara.

3 Kaki anterior dan posterior Keterangan

Kaki anterior
1. Branchium (lengan atas)
2. Antibranchium (lengan
bawah)
3. Carpus (pergelangan
tangan)
4. Menus (telapak tangan)

Kaki posterior

1. Femur (paha)
2. Tarsus (pergelangan
kaki)
3. Pes (telapak kaki)
4. Digity (jari-jari)

Dari hasil diatas maka dapat dibahas menurut Jasin (1992), bahwa pada
kaki katak ada posterior dan anterior. Dan pada anterior terdapat beberapa
bagian diantaranya yaitu : Branchium (lengan atas), Antibranchium (lengan
bawah), Carpus (pergelangan tangan), Menus (telapak tangan). Sedangkan
pada posterior bagian-bagiannya yaitu Femur (paha), Tarsus (pergelangan
kaki), Pes (telapak kaki), Digity (jari-jari).

Tabel II. Pengamatan Anatomi pada Katak (Rana sp.)


No Sistem rangka Keterangan
4. 1. Tulang hidung
2. Tulang paha
3. Tulang atas
4. Tengorokan
5. Rongga mata
6. Tulang ekor
7. Ruas jari
8. Hamerus
9. Radius
10. Ulna
11. Ruas tulang belakang
12. Tulang belikat
13. Tulang paha atas
14. Tulang pangkal paha
15. Mata kaki

Dari hasil diatas dapat diabahas yaitu pada Sistem Rangka, rangka
katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang
lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang
vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase
cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak. Kemudian pada fase dewasa
menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak
dengan permukaan yang licin. Tempurung kepala, vertebrae dan sternum
merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare
(Brotowidjoyo, 1994)
5. Sistem Muscular / otot dorsal Keterangan
1. Tempolaris
2. Depressor mandibularis
3. Deltoid
4. Trieeps
5. Dorsal scacolaris
6. Longismu dorsi
7. Oral saalaris
8. Latisi dorsal
9. Dorsal scasularis
10. Cxternal isous
11. Reetus liaous
12. Sami membanaos
13. Gartracnalmius
Sistem Muscular / otot ventral Keterangan

1. Coraco radialik
2. Submaxibary
3. Vectoralis
4. Rectur abdomens
5. Vestac internus
6. Sddictor magnus
7. Gracias major
8. Antorros tarsaus
9. Antorros tibialis
10. Porterior tibius
11. Ddorteid
12. Tarcam
Dari tabel diatas maka dapat dibahas sistem Sistem otot pada ampibi,
seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi antara ikan dan reptil.
Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral, membuka
dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang
relatif sederhana. Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini
(Brotowidjoyo, 1994).
Sistem otot pada ampibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai
tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan
ventral. Bagian dari otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala.
Otot ventral adalah menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen
tubuh ampibi (Brotowidjoyo, 1994).

6. Anatomi katak ( Rana sp ) Keterangan


1. Heart (jantung)
2. Liver (hati)
3. Lambung
4. Stomata
5. Prankeas
6. Usus halus
7. Usus besar
8. Anus
9. Empedu
10. Anteri
Dari hasil diatas anatomi pada katak dapat dibahas Di dalam mulut
terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada
langit-langit mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua) pada ujungnya,
dan bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari
esophagus (bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung.
Lambung memanjang dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus terdiri
dari intestinum (keci, panjang, berkelok-kelok), rectum yang langsung
bersatu dengan cloaca. Hati dn pancreas mempunyai mempunyai saluran-
saluran menuju ke duodenum, kandung empedu, lambung intestinum. Pada
potongan melintang intestinum terdiri dari empat lapisan, yaitu: peritoneum,
lapisan otot, submukosa dan mukosa (Brotowidjoyo, 1994).

7. Sistem lympatica Keterangan


1. Saccus submadituralis
2. Saccus pecoralis
3. Saccus branchialis
4. Saccus abdorminalis
5. Saccus lateralis
6. Saccus femoralis
7. Saccus crualis
a. Septum pectoral
b. Septum Abdiminalis
Dari hasil gambar diatas maka dapat dibahas bahwa sistem lympatica ini
ada beberapa tempat berhubungan dengan vena tubuh dan antara lain vena
vertebralis anterior dan vena illiana transversa kecuali itu terdapat jantung
cairan lympa mengandung leukosit dan sedikit eritrosit dan beberapa protein
yang melayang dalam darah (Jasin, 1992).

8. Sistem otak Keterangan

1. Cerebrum
2. Pineal Gland
3. Pineal Gland
4. Optic Loreebe
5. Cerebellum
6. Pacial Nerve
7. Medulla Oblongata
8. Vacus Nerve

Dari hasil diatas tentang sistem otak maka dapat dibahas yaitu pada amfibi
terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral
terdiri dari: encephalon (otak) dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat
pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus
olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium cerebri atau cerebrum
kanan kiri yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan comisure anterior,
sedangkan bagian anteriornya bergabung dengan dienchepalon medialis.
Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk otak
tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan cerebreum (otak kecil).
Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla oblongata yang
berhubungan dengan medulla spinalis dan berakhir disebelah felium
terminale (Jasin, 1984).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa struktur morfologinya terdiri dari mulut (rima oris), mata (organum
visus), hidung (nares eksterna), jari-jari (digity), paha (femur),betis (cruz)
kloaka. adapun struktur anatomi dari katak, terdiri atas kerongkongan
(oesophagus), empedu (vesica felea), hati (hepar), lambung (ventriculum), usus
halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum erassum), rectum, kloaka, aorta
kiri, serambi kiri, pembulu nadi, bilik, serambi kanan, aorta kanan, larink,
parink, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, oviduk, tuba valopi, ginjal,
ovarium, sel telur, testis, ureter, kantong kemih.
Dari laporan ini yang merujuk dari tujuan penyusunan laporan ini adalah
banyak sekali organ tubuh bagian luar (insectio) dan bagian dalam pada Rana
cancrivora. Bagian- bagiannya ada pada data hasil pengamatan untuk lebih
jelasnya.

B. Saran
Saran pada praktikum ini yaitu harus berhati-hati, lalu pastikan apakah
bahan yang digunakan sudah benar-benar mati atau belum. Dan pada saat
menggambar bahan harus sesuai dengan keterangan yang jelas. Saat
menggunakan alat-alat yang tajam seperti karter harus hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga


Campbell.Neil A. 1999 Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jasin, M.1992. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya.
Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, G. 1979. Biologi II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai