PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu aksilar lebih dari 37,5C, suhu rektal lebih dari 38C) akibat suatu
proses ekstrakranium, tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat, gangguan
elektrolit, atau metabolik lain.1,17 Lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi pada
anak berusia di bawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada
anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan, insiden bangkitan
sederhana dan kejang demam kompleks.3,17 Setelah kejang demam pertama, 33%
anak akan mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan 9% anak mengalami
rekurensi 3 kali atau lebih.4 Dalam praktek sehari-hari orang tua sering cemas bila
kejang demam berulang pada 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum
usia 12 tahun dan 45% pada 100 anak yang mengalami kejang setelah usia 12
namun bangkitan kejang demam masih membawa kekhawatiran yang sangat bagi
orang tua.5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu aksilar lebih dari 37,5C, suhu rektal lebih dari 38C) akibat suatu
proses ekstrakranium, tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat, gangguan
elektrolit, atau metabolik lain.Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6
demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau
2.2 Etiologi
Demam dapat disebabkan infeksi bakteri, virus, maupun parasit, misalnya infeksi
saluran napas atas. Tidak diketahui secara pasti mengapa demam dapat
menyebabkan kejang pada satu anak dan tidak pada anak lainnya, namun diduga
ada faktor genetik yang berperan. Setiap anak juga memiliki suhu ambang kejang
yang berbeda, ada yang kejang pada suhu 38C, ada pula yang baru mengalami
2.3 Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. 1Anak
laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,21,6:1. Lebih
dari 90% kasus kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun.
Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan
sampai dengan 22 bulan, insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada
anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun, dan 45% pada 100
anak yang mengalami kejang setelah usia 12 tahun.Kejang demam kompleks dan
hari sekitar 2 5 %.2 Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam
berkisar 2%-5%.Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila
berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di Guam insiden kejang demam mencapai 14%.6
Riwayat keluarga dengan kejang demam adalah salah satu faktor risiko
yang dilaporkan untuk terjadi bangkitan kejang demam. Keluarga dengan riwayat
pernah menderita kejang demam sebagai faktor risiko untuk terjadi kejang demam
pertama adalah kedua orang tua ataupun saudara kandung (first degree relative).
Belum dapat dipastikan cara pewarisan sifat genetik terkait dengan kejang
mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam, maka risiko terjadi kejang
demam hanya 9%.Apabila salah satu orang tua penderita dengan riwayat pernah
riwayat pernah menderita kejang demam maka risiko untuk terjadi bangkitan
kejang demam meningkat menjadi 59%-64%. Kejang demam diwariskan lebih
2.4 Patofisiologi
sebenarnya pada set level sekitar 36,5 37,5C. Berbeda dengan hipertermia
pasif, set level meningkat ketika demam. Demam terutama terjadi pada infeksi
sebagai reaksi fase akut dan terdapat hubungannya untuk mengatasi infeksi
misalnya infeksi saluran napas atas. Tidak diketahui secara pasti mengapa demam
dapat menyebabkan kejang pada satu anak dan tidak pada anak lainnya, namun
diduga ada faktor genetik yang berperan. Setiap anak juga memiliki suhu ambang
kejang yang berbeda, ada yang kejang pada suhu 38C, ada pula yang baru
kejang dan eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada
kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh
ATP. Pada keadaan hipoksia akan terjadi kekurangan energi dan mengganggu
fungsi normal pompa Na+ serta reuptake asam glutamat oleh sel g1ia. Kedua hal
meningkatkan ion Na+ masuk ke dalam sel. Ion Na+ ke dalam sel dipermudah pada
keadaan demam, sebab demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion
terhadap membran sel. Perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel dan ekstrasel
membran sel dalam keadaan depolarisasi. Disamping itu demam dapat merusak
merupakan reseptor eksitator padat dan aktif, sebaliknya reseptor GABA sebagai
inhibitor kurang aktif, sehingga pada otak yang belum matang eksitasi lebih
Pada otak belum matang kadar CRH di hipokampus tinggi, sehingga berpotensi
homeostasis pada otak belum matang masih lemah, akan berubah sejalan dengan
perkembangan otak dan pertambahan umur, oleh karena pada otak belum matang
neural Na+/K+ATP ase masih kurang. Pada otak yang belum matang regulasi ion
Na+, K+, dan Ca++ belum sempurna,sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi
inhibitor.Oleh karena itu, pada masa otak belum matang mempunyai eksitabilitas
neural lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang. Pada masa ini disebut
Riwayat keluarga dengan kejang demam adalah salah satu faktor risiko
pernah menderita kejang demam sebagai faktor risiko untuk terjadi kejang demam
pertama adalah kedua orang tua ataupun saudara kandung (first degree relative).
Belum dapat dipastikan cara pewarisan sifat genetik terkait dengan kejang
riwayat pernah menderita kejang demam, maka risiko terjadi kejang demam hanya
9%.Apabila salah satu orang tua penderita dengan riwayat pernah menderita
kejang demam mempunyai risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam 20%-
menderita kejang demam maka risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam
meningkat menjadi 59%-64%. Kejang demam diwariskan lebih banyak oleh ibu
sederhana (Simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks (Complex febrile
demam.1,2
(UI,2014)
Kejang demam kompleks adalah
kejang demam yang lama,
lebih dari15 menit,
dapat bersifat fokal, multipel, atau parsial satu sisi, atau kejang
akut, berupa serangan kejangumum atau tonik klonik, singkat dan tidak adatanda-
tanda neurologi post iktal.Bentuk kejang umum yang sering dijumpai adalah mata
mendelik atau terkadang berkedip-kedip, kedua tangan dan kaki kaku, terkadang
diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak sadar tidak memberi respons apabila
psikososial, prenatal, dan perinatal.6,8 Kejang demam terjadi pada anak kurang dari
5 tahun, kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam, bangkitan kejang yang terjadi berlangsung akibat
kenaikan suhu tubuh (suhu aksilar lebih dari 37,5C, suhu rektal lebih dari 38C)
pada suatu proses ekstrakranium. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. 1
Selain itu pada anamnesis, frekuensi dan lamanya kejang sangat penting
untuk diagnosis serta tata laksana kejang.Ditanyakan kapan kejang pertama kali
terjadi, apakah kejang itu baru pertama kali atau sudah pernah sebelumnya, bila
sudah pernah, berapa kali dan waktu anak berumur berapa.Sifat kejang juga perlu
pula lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran saat kejang dan pasca
kejang. Gejala lain yang menyertai diteliti, termasuk demam, muntah, lumpuh,
saraf pusat (gejala infeksi saluran pernafasan akut, infeksi saluran kemih, otitis
selain faktor demam dan usia, adalah riwayat tumbuh kembang, riwayat apakah
pernah terjadi kejang demam dan epilepsi pada keluarga terdekat (first degree
relative) yaitu kedua orang tua ataupun saudara kandung, riwayat prenatal (usia
saat ibu hamil), serta riwayat perinatal (asfiksia, usia kehamilan, dan bayi berat
lahir rendah).6
Pemeriksaan fisik dimulai dari keadaan umum dan tingkat kesadaran
vital seperti suhu tubuh, tekanan darah (bila dapat dilakukan), frekuensi nadi dan
pernafasan dalam satu menit. Lihat pula apakah ada tanda-tanda rangsang
(ubun-ubun besar menonjol, papil edema), tanda-tanda infeksi di luar sistem saraf
gula darah, elektrolit, urinalisis, dan biakan darah, urin, atau feses. Pemeriksaan
dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.Misalnya kejang demam kompleks
pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal. Pencitraan (CT
Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya kelainan
2.7.1 Meningitis
dapat disebabkan oleh infeksi oleh bakteri, virus, atau juga mikroorganisme lain.
Peradangan ini dapat meluas melalui ruang sub arakhnoid, otak, medulla spinalis,
dan ventrikel. Penyakit ini seringkali didahului infeksi pada saluran nafas atas
atau saluran cerna seperti demam, batuk, diare, pilek, dan muntah.21Gejala umum
dari meningitis adalah sakit kepala yang hebat disertai demam, meningismus
dengan atau tanpa penurunan kesadaran, iritabilitas, letargi, malaise, kejang, dan
muntah merupakan hal yang sangat sugestif dari meningitis tetapi tidak ada
satupun gejala yang khas. Banyak gejala meningitis yang berkaitan dengan usia,
misalnya anak kurang dari 3 tahun jarang mengeluh sakit kepala. Pada bayi gejala
hanya berupa demam, iritabel, letargi, malas minum, dan high pitched cry.Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan ubun-ubun besar yang menonjol, kaku kuduk
positif, atau tanda rangsang meningeal yang lain (Brudzinki dan Kernig), kejang,
defisit neurologis yang lain. Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan
2.7.2 Ensefalitis
otak) dalam hal penyebab dan proses terjadinya penyakit. Namun, ensefalitis
kesadaran dengan cepat, kejang yang bersifat umum atau fokal, dapat berupa
lebih buruk jika digendong, dan sakit kepala hebat yang dapat dirasakan pada
anak yang lebih besar), perubahan perilaku atau kepribadian, nyeri atau kaku
2.8 Penatalaksanaan
Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga agar
jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk
mencegah aspirasi.Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga
berlangsung terus atau berulang. Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus
kalori dan elektrolit harus diperhatikan. Suhu tubuh dapat diturunkan dengan
datang kejang sudah berhenti. Indikasi rawat inap apabila ada salah satu kriteria
sebagai berikut: 1) saat kejang demam terjadi pada usia dibawah 6 bulan, 2)
ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermitten pada saat demam berupa:
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
jarang, asam asetil salisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada
dianjurkan.1
2. Antikonvulsan
Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang
praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila
rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-
0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.Bila kejang telah berhenti,
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgbb setiap 8 jam pada suhu tubuh > 38C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan memiliki efek samping dapat menyebabkan
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. 1 Saat ini
diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena
diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat diberikan secara
1 tahun, dan 75 mg untuk usia lebih dari 1 tahun. Midazolam intranasal (0,2
mg/kg BB) telah diteliti aman dan efektif untuk mengantisipasi kejang demam
akut pada anak. Kecepatan absorbsi midazolam ke aliran darah vena dan efeknya
pada sistem syaraf pusat cukup baik. Namun efek terapinya masih kurang bila
hidrosefalus.
Kejang fokal
Penjelasan:
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama
yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan
fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan
fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama
1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
2.9 Pencegahan
Disarankan edukasi kepada orang tua, jika anak menderita demam jangan
sampai menjadi demam tinggi yang dapat memicu bangkitan kejang demam, dan
juga untuk menghindarkan adanya dampak buruk bangkitan kejang demam pada
anak.6 Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada
saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya akan
efektif tetapi harus diingat adanya efek samping. Beberapa hal yang harus
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.
adalah riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan,
temperatur yang rendah saat kejang, dan cepatnya kejang setelah demam.
kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara
menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada
kejang demam.
3) Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis. Kejadian
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang
DAFTAR PUSTAKA
Unit Kerja Koordinasi Neurologi. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Penerbit IDAI.
Melda Deliana. 2002. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri,
Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Singapore: Elsivier. hal. 736-743
Reza M, Eftekhaari TE, Farah M. 2008. Febrile Seizures: Faktors Affecting Risk
Knudsen FU. 2000. Febrile Seizures: Treatment and Prognosis. Epilepsia, vol.
anak/kejang-demam-tidak-seseram-yang-dibayangkan.html
Sibernagl, S. 2007. Suhu, Energi: Demam. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Murray, R.K., Granner D.K 2003. Membran: Struktur, Susunan, Dan Fungsinya,
Berg AT. Recurrent Febril Seizures in Baram FZ, Sinnar S. 2002.Febril Seizures.
Menkes JH, Sankar R. 2000. Paroxysmal Disorders in Child Neurology. 6th Ed.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Kejang Demam. Pedoman Pelayanan Medis.
hal: 150-153.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Ensefalitis. Pedoman Pelayanan Medis. hal:
67-69.
Lewis DW. 2011. Neurologi: Meningitis. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Essensial
Nelson. Edisi Keenam. Oleh Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB,