MATARAM, TRIBUN Bagaimana kekeringan tidak terus terjadi di NTB. Pemerintah daerah dalam menangani, begitu ada kejadian baru sibuk ngurus kirim air dan lain sebagainya, demikian dikatakan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Nurdin Ranggabarani Selasa (05/09), menanggapi soal kekeringan di NTB yang setiap tahunnya terus terjadi. Menurutnya, kekeringan adalah penyakit laten dan semua orang mengetahui apa penyebab terjadinya kekeringan tersebut yakni kebutuhan air tidak bisa dipenuhi. Sehingga kata dia, kalau pemerintah daerah benar-benar memiliki perencanaan matang dalam mengatasi kekeringan maka tidak akan terjadi lagi. Ia juga menegaskan, bahwa pemerintah seharusnya tinggal membuat perencanaan jelas, kemudian anggaran diusulkan untuk dibahas di tingkat legislatif. Maka, legislatif pun akan membahas dengan pertimbangan kondisi sebenarnya bahwa kekeringan adalah kasus dan sesuai kebutuhan masyarakat. Begitu halnya dengan SKPD seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), misalnya mengajukan perencanaan ingin bangun sumur bor kenapa tidak bisa dan tidak ada kata terlambat. Ini tugas pemda mengalokasikan anggaran. Kami juga di dewan seringkali teriakkan masalah ini hampir setiap rapat kerja, tapi terkesan pemerintah tidak merespon, kata dia. Adapun yang dipertanyakan oleh pria yang karib disapa Nurdin Raba ini, yaitu mana yang lebih penting berbicara infrastruktur lain seperti jalan, bangunan dan lain sebagainya akan tetapi, kebutuhan mendasar seperti air tidak bisa diatasi? Mohon di ingat lanjutnya, masyarakat tidak bisa hidup tanpa air, karena orang meninggal pun butuh air untuk di mandikan. Dalam hal ini, pihaknya sempat memberikan perencanaan, namun terkesan tidak di gubris. Padahal data desa atau wilayah yang terkena dampak kekeringan setiap tahun terus bertambah setiap tahunnya. Selain itu kata politisi PPP ini, apabila desa atau wilayah tersebut dibangunkan sumur bor secara bertahap. Dirinya meyakini kasus kekeringan tidak akan terjadi lagi. Pemerintah harus terpadu dengan SKPD, saya tanya, ada tidak perencanaan di Bappeda terkait atasi masalah kekeringan dengan bangun sumur bor, tanyanya tegas. Padahal sambungnya, jika titik rawan kekeringan yang terjadi setiap tahun itu diberikan anggaran pembangunan seperti pembangunan perpipaaan, sumur bor dan lain sebagainya. Anggap saja, satu Dusun satu sumur bor per tahun, maka tidak akan sulit. Kalau tidak bisa secara bersamaan, pemerintah daerah bisa juga dengan bertahap. Mana saja dianggap desa rawan kekeringan, itu diberikan anggaran, masak selama ini tidak ada solusi. Orang bodoh saja tidak terjerumus dalam lubang yang sama, sesalnya. Sementara itu, Kepala BPBD NTB, H Muh Rum menegaskan, penanganan kekeringan tersebut butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit karena sumber mata air sudah berkurang. Memang lanjutnya, penanganan jangka pendek oleh BPBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota yakni melakukan droping air dan secara paralel sudah dilakukan. Tak hanya itu, pihak BPBD juga melakukan identifikasi serta verifikasi lokasi yang dimungkinkan untuk mendapatkan sumber air baru dibangunkan sumur bor dengan kedalaman sesuai kebutuhan hingga mendapatkan air bersih. Kami terus berupaya (kinerja) memberikan yang terbaik , demikian Haji Rum. (zen)