TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
batas yang tegas. Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku, lutut kulit
2.2. EPIDEMIOLOGI
tiap populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh
2
dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%.
ditemukannya jumlah kasus baru sekitar 150,000 per tahun. Pada sebuah studi,
insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang
rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan pada ras Amerika-Afrika
3
(1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia dan
lingkungan fisik ( psoriasis lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin),
faktor genetik, dan pola tingkah laku atau paparan lainnya terhadap perkembangan
psoriasis.
penelitian dasar dan klinis secara intensif. Diduga merupakan interaksi antara
patogenesis dari psoriasis adalah infiltrasi sel-sel radang pada dermis, hiperplasia
Genetik merupakan faktor pencetus dari psoriasis. Sekitar 1/3 orang yang
psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah sebesar 65%-
72% dan dizigot15-30% bila salah seorang menderita psoriasis. Bila orangtua
tidak menderita psoriasis maka risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan
bila salah satu orang tua menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis
hanya 30% Hanseler dan Chistopher pada tahun 1985 membagi psoriasis menjadi
4
a. Psoriasis tipe I bila onset kurang dari umur 40 tahun .
Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik adalah bahwa psoriasis
BW57 dan HLA- CW6 dengan fenotip yang lebih parah dibandingkan tipe II yang
kaitan familialnya lebih rendah. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan
HLA-CW219.3
2.4. PATOGENESIS
berkaitan dengan munculnya lesi kulit. Aktivasi sel T terutama dipengaruhi oleh
sel Langerhans. Sel T serta keratinosit yang teraktivasi akan melepaskan sitokin
dan kemokin, dan menstimulasi inflamasi lebih lanjut. Selain itu, kedua
5
disebabkan oleh autoimunitas terkait sel limfosit T seperti teori terdahulu, tetapi
keratinosit.1
2.5. DIAGNOSIS
2.5.1 Anamnesis
Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset penyakit
dan riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga berkaitan dengan
tingginya ekstensi dan rekurensi penyakit. Selain itu, tentukan apakah lesi
merupakan bentuk akut atau kronis, serta keluhan pada persendian, karena
bertahun-tahun, sedangkan dalam bentuk akut, lesi dapat muncul mendadak dalam
beberapa hari. Kemungkinan relaps juga bervariasi antar individu. Pasien yang
sering relaps biasanya memiliki lesi yang lebih berat, cepat meluas, melibatkan
area tubuh yang lebih luas, sehingga terapi harus lebih agresif.
6
2.5.2. Gambaran Klinis
disertai titik-titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum
sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simetris.
pada kulit dan kuku. Meskipun terdapat beberapa predileksi khas seperti pada
siku, lutut, serta sakrum, lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh.Gambaran klinis
lain yang dapat menyertai adalah artritis psoriatika pada sendi interfalang jari
terjadi trauma maupun mikrotrauma pada kulit pasien psoriasis. Pada lidah
dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik.
diselubungi oleh skuama putih. Lesi kulit cenderung simetris, meskipun dapat
unilateral.
7
2.5.4.Klasifikasi Klinis Lesi Kulit Psoriasis
plakat kemerahan, ukuran < 1 cm, simetris, dan berskuama pada ekstensor
ekstremitas.
8
2. Psoriasis Guttata (Eruptif )
Guttata berasal dari bahasa Latin Gutta yang berarti tetesan, dengan
lesi berupa papul kecil (diameter 0,5-1,5 cm) berwarna merah salmon di tubuh
terutama di badan.
Pada tipe ini, lesi muncul pada usia yang lebih tua, kronis, berukuran lebih
besar(1-2 cm), dengan skuama lebih banyak dan tebal. Biasanya muncul pada
9
4. Psoriasis Inversa
berbatas tegas dengan sedikit skuama, disertai gangguan perspirasi pada area yang
terkena.
5. Psoriasis Eritrodermik
Tipe ini mengenai hampir seluruh bagian tubuh, dengan efl oresensi utama
eritema. Skuama tipis, superfi sial, tidak tebal, serta melekat kuat pada permukaan
hipohidrosis. Risiko hipotermia sangat besar karena vasodilatasi luas pada kulit.
10
6. Psoriasis Pustular
7. Sebopsoriasis
berminyak pada area kulit yang seboroik (kulit kepala, glabella, lipatan
Gambar 9. Sebopsoriasis
11
8. Napkin Psoriasis
Bentuk ini biasanya muncul pada usia 3-6 bulan di area kulit yang terkena
9. Psoriasis Linear
Bentuk yang jarang. Lesi kulit berupa lesi linear terutama di tungkai,
kadang muncul sesuai dermatom kulit tungkai. Kadang merupakan bentuk dari
nevus epidermal.3
12
2.5.5.Manifestasi Klinis Psoriasis di BerbagaiOrgan
1. Kuku
Lekukan kuku (nail pitting) merupakan gambaran yang paling sering muncul,
pada berbagai jari kecuali jempol. Deformitas kuku lainnya akibat kerusakan
2. Geographic Tongue
13
3. Artritis Psoriatika
pada sekitar 40% pasien psoriasis. Terkait kuat dengan faktor genetik.
2.6. PENATALAKSANAAN
meskipun memakan waktu lama dan juga secara kosmetik tidak baik, sehingga
14
1. Kortikosteroid
pengobatan psoriasis ringan hingga sedang di area fl eksural dan genitalia, karena
3. Anthralin (Dithranol)
efek antiproliferasi terhadap keratinosit dan antiinfl amasi yang poten, terutama
4. Tar Batubara
15
5. Tazarotene
Meskipun takrolimus tidak efektif dalam pengobatan plak kronis psoriasis, namun
7. Emolien
ketebalan skuama, mengurangi nyeri akibat fi sura, dan mengurangi rasa gatal
2.6.2. Phototherapy
epidermis, melalui apoptosis dan perubahan respons imun Th1 menjadi Th2.
Terapi UVB inisial berkisar antara 50-75% minimal erythema dose (MED).
16
tercapainya dosis optimal. Terapi diberikan hingga remisi total tercapai atau bila
tunggal keduanya.
3. Excimer Laser
4. Terapi Fotodinamik
memuaskan.3
1. Metotreksat
psoriasis tipe plak kronis, juga untuk tatalaksana psoriasis berat jangka panjang,
reduktase. Efek antiinfl amasi disebabkan oleh inhibisi enzim yang berperan
17
2. Acitretin
digunakan untuk
pengobatan psoriasis sejak tahun 1997. Monoterapi acitretin paling efektif bila
3. Siklosporin A (CsA)
CsA per oral merupakan sangat efektif untuk psoriasis kulit ataupun kuku,
keratinosit serta mengubah respons sel Th1 menjadi Th2. Terapi ini dapat
diberikan jangka lama (>2 tahun) untuk mencegah relaps ataupun singkat (hingga
tercapai perbaikan).
5. Sulfasalazine
psoriasis.
6. Steroid Sistemik
kambuh tinggi jika terapi dihentikan. Preparat ini diindikasikan pada psoriasis
persisten yang tidak terkontrol dengan modalitas terapi lain, bentuk eritroderma,
18
7. Mikofenolat Mofetil
pembentukan antibodi.4
8. 6-Thioguanin
Efek samping yang sering adalah mual, diare, serta gangguan fungsi hepar dan
supresi
sumsum tulang.
9. Hidroksiurea
tunggal dalam tatalaksana psoriasis, tetapi 50% pasien yang berespons baik
terhadap terapi ini mengalami efek samping supresi tulang (berupa leukopenia
samping terapi, serta dapat memberikan perbaikan klinis yang lebih baik dengan
dosis yang lebih rendah. Kombinasi yang biasa diberikan untuk artritis infl
amatorik adalah MTX dan agen anti-TNF, yang juga dapat diberikan pada
psoriasis rekalsitrans.
19
2.6.5 Terapi Biologis
memiliki efektivitas yang setara dengan MTX dengan risiko hepatotoksisitas yang
lebih rendah. Meski demikian, harganya cukup mahal, serta memiliki berbagai
terapi ini hanya diindikasikan bila penyakit tidak berespons atau memiliki
1. Alefacept
(LFA)-3 dengan IgG 1 yang dapat mencegah interaksi antara LFA-3 dan CD2,
sehingga menghambat aktivasi sel limfosit T. Oleh karena itu, alefacept dapat
mengurangi proses infl amasi. Walaupun tidak memberikan respons baik pada 1/3
psoriasis.
2. Efalizumab
yang digunakan untuk tatalaksana psoriasis vulgaris (tipe plakat), yang langsung
memblokade CD11a (sub unit LFA 1), sehingga mencegah interaksi LFA 1
20
2.7. KOMPLIKASI
terutama pada pasien psoriasis berat dan lama. Resiko infark miokard terutama
sekali terjadi pada pasien psoriasis muda usia yang menderita dalam jangka waktu
terhadap menurunnya harga diri, penolakan sosial, merasa malu, masalah seksual
dan nyeri dan keadaan ini menyebabkan penurunan kualitas hidup hidup pasien
.kompikasi yang dapat terjadi pada pasien eritroderma adalah hipotermia dan
dapat terjadi gagal jantung dan pneumonia. Sebanyak 10-17 % pasien dengan
mukosa. 3
21