Anda di halaman 1dari 16

SEMINAR AKUNTANSI DAERAH

KEUANGAN DAERAH

OLEH :

MUHAMMAD ERVIN RUMONO

B1C1 14 037

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, kami selaku Mahasiswa sekaligus penyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Keuangan Daerah. Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu tercurah
kepada rasul kita tercinta Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang
setia sampai akhir zaman.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Seminar Akuntansi Daerah, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Halu Oleo. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya
kepada Dosen mata kuliah Seminar Akuntansi Daerah, dimana beliau telah membimbing
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Kami
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun demikian mudah-
mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi semua orang. Amin. Oleh karena itu, kami sangat
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.

Kendari, 20 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

PENDAHULUAN 1

LANDASAN TEORI 3

PEMBAHASAN 5

PENUTUP 12

DAFTAR PUSTAKA 13

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, bangsa Indonesia telah maju
selangkah lagi menuju era keterbukaan. Dalam era keterbukaan ini, masyarakat semakin
menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan lebih dapat menyampaikan
aspirasi yang berkembang yang salah satunya perbaikan terhadap sistem pengelolaan
keuangan pada badan-badan pemerintah.

Dengan adanya reformasi di bidang keuangan negara seperti terbitnya UU RI No. 17


Tahun 2003 tentang keuangan negara, dan UU lainnya seperti tersebut di atas dan termasuk
juga pengaturan sistem pengelolaan keuangan daerah yang telah tergabung di dalam sistem
keuangan negara.

Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Di sisi lain tuntutan
transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era
reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah
Daerah. Transparansi dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat
mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah
dalam menjalankan fungsinya beserta sumber daya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas
dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

1
Setelah peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara dilaksanakan,
kurang lebih lima tahunan, maka sudah pasti ditemukan kendala dan permasalahan. Sebagai
contoh, dimana keberadaan keuangan daerah dalam sistem keuangan negara, seperti tidak
termuatnya pengertian, lingkup dan hubungannya dengan keuangan negara.

Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang
baik dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang
sesuai dengan kebutuhan daerah.

Oleh karena itu, sudah waktunya setiap permasalahan yang timbul sebagai akibat dari
pelaksanaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan guna dicari pemecahan dan solusinya,
yakni dengan melakukan penelitian, pengkajian, pengevaluasian secara komprehensif. Hasil
penelitian dijadikan saran dan usulan dalam rangka penyempurnaan kembali peraturan
perundang-undangan di bidang keuangan negara yang telah berjalan selama ini.

Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian keuangan daerah?


2. Apa saja sumber-sumber keuangan daerah?
3. Bagaimanakah pengelolaan keuangan daerah?
4. Bagaimanakah pengelolaan pengeluaran daerah?
5. Bagaimanakah ruang lingkup daerah?

2
LANDASAN TEORI

Dasar Hukum Keuangan Daerah


Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,
yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A dijelaskan bahwa hubungan
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.

1. UU RI No. 17 Tahun. 2003 Tentang Keuangan Negara;


2. UU RI No. 1 Tahun. 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU RI No. 15 Tahun. 2004 Tentang. pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
4. UU RI No. 32 Tahun. 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
5. UU RI No. 33 Tahun.2004 Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah;
6. PP RI No. 56 Tahun. 2005 Tentang. sistem informasi keuangan daerah;
7. PP RI No. 58 Tahun. 2005 Tentang. Pengelolaan keuangan daerah.

Salah satu maksud dari diterbitkannya pengaturan keuangan negara ini adalah
menyatukan sistem keuangan negara yang dikelola pemerintah pusat dengan sistem
keuangan daerah yang dikelola pemerintah daerah. Karena itu, dalam UU RI No. 17 Tahun.
2003 sebenarnya sudah dimuat materi-materi keuangan daerah, seperti tentang APBD,
penerimaan, pengeluaran, pendapatan, dan belanja daerah, termasuk adanya istilah
keuangan daerah.

Namun mengenai pengertian dan kekuasaan atas pengelolaan keuangan daerah yang
termuat dalam UU RI No. 17 Tahun. 2003 dan UU RI No. 1 Tahun. 2004, ternyata
menimbulkan beberapa hal yang menjadi ketidakjelasan atau bahkan menjadi kabur.

Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran


mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau peraturan di
bawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan yang berwujud
Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari

3
berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaannya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapannya. Peraturan tersebut
memuat berbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.

Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur
masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain:

1) Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja


pemerintahan daerah Permendagri No 11 tahun 2007
2) Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan
Kepala daerah tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3) Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis pengelolaan Barang Milik
Daerah
4) Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah

4
PEMBAHASAN

Pengertian Keuangan Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan lain
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah sebagai


salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi Daerah,
membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar daerah yang
satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah, antara lain:

a) Daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah. Daerah yang mendekati mampu
melaksanakan otonomi daerah.
b) Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah dan
c) Daerah yang kurang mampu melaksanakan urusan otonomi daerah

Keuangan daerah memiliki lingkup yang terdiri atas keuangan daerah yang dikelola
langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan daerah yang dikelola langsung
adalah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik
daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Keuangan daerah dikelola melalui manajemen keuangan daerah. Jadi manajemen


keuangan daerah adalah pengorganisasian dan pengelolaan sumber-sumber daya atau
kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki daerah
tersebut. Manajemen keuangan daerah pengelolaannya terdiri atas pengurusan umum dan
pengurusan khusus. Pengurusan umum berkaitan dengan APBD, dan kepengurusan khusus

5
berkaitan dengan barang-barang inventaris kekayaan daerah. Manajemen keuangan daerah
juga dapat pula dilihat dari segi tata usaha atau administrasi keuangan daerah.

Sumber-sumber Keuangan Daerah

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan daerah
terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu penerimaan yang diperoleh
Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah). Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:

Pajak Daerah. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.
Retribusi Daerah. Seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusi kelebihan Muatan,
Retribusi Perizinan Pelayanan dan pengendalian.
Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya
yang dipisahkan seperti: Bagian laba Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bagian Laba
Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak ketiga.
Lain-lain PAD yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan laba usaha
daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasa giro,
penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan, penerimaan bunga deposit.

2. Dana Perimbangan
Merupakan sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik. Dana Perimbangan merupakan kelompok sumber
pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu

6
dengan yang lain, mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling
mengisi dan melengkapi.

Dana Perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari bagian daerah
dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,
penerimaan dari sumber daya alam, serta Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus Lebih jelasnya Dana Perimbangan terdiri dari :
a) Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004).

b) Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004).
c) Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004).

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah


Menurut Pasal 43 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain pendapatan terdiri atas
pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Hibah adalah Penerimaan Daerah
yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan
pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan Dana Darurat adalah dana
yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana
nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.

7
Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah.

Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah


mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut yang
dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota karena pemerintah daerah merupakan
bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan
dari keuangan negara.

Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan


aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan
elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan
daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Pengelolaan Pengeluaran Daerah

Dalam Peraturan pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa Pengeluaran
Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang meliputi belanja rutin (operasional), belanja pembangunan (belanja modal) serta
pengeluaran tidak disangka.

1. Belanja Rutin

8
Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran
dan menambah asset/kekayaan bagi daerah. Belanja rutin terdiri dari:
a) Belanja administrasi dan umum :
Belanja pegawai;
Belanja barang;
Belanja perjalanan dinas;
Belanja pemeliharaan.
b) Belanja operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana

2. Belanja Investasi / Pembangunan


Belanja investasi adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah asset / kekayaan daerah, dan selanjutnya akan
menambah anggaran rutin untuk biaya rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaannya. Belanja investasi terdiri dari:
a) Belanja publik. Belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal (capital expenditure) yang
berupa investasi fisik (pembangunan infrastruktur) yang mempunyai nilai
ekonomis lebih dari satu tahun dan mengakibatkan terjadinya penambahan asset
daerah.
b) Belanja aparatur adalah belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati
oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Belanja aparatur
menyebabkan terjadinya penambahan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya.
Belanja aparatur diperkirakan akan memberikan manfaat pada periode berjalan
dan periode yang akan datang.
c) Pengeluaran transfer adalah pengalihan uang dari pemerintah daerah dengan
kriteria :
Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layaknya
terjadi transaksi pembelian dan penjualan.
Tidak mengharapkan dibayar kembali dimasa yang akan datang, seperti yang
diharapkan pada suatu pinjaman.
Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti layaknya yang
diharapkan pada suatu investasi.
Pengeluaran transfer ini terdiri dari atas: angsuran pinjaman, dana bantuan
dana cadangan.

3. Pengeluaran Tidak Tersangka

9
Pengeluaran tidak tersangka adalah yang disediakan untuk pembiayaan:
Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat
membahayakan daerah.
Tagihan tahun lalu yang belum diselesaikan dan atau tidak tersedia
anggarannya pada tahun yang bersangkutan.
Pengambilan penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yang
dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan

Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang
dikuasai daerah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan daerah
meliputi hal-hal dibawah ini:

Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;
Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. Pengertian
ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua
penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan
daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih;
Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah
pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja
daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih;
Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU
keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain
adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan

10
kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga,
atau perusahaan negara/daerah.

11
PENUTUP

Kesimpulan

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara
pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah
yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.

Keuangan daerah mempunyai hak dan kewajiban. Hak-hak dari keuangan daerah
yang bersumber dari penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahan milik daerah, dan lain-lain, ataupun hak untuk menerima sumber-sumber
penerimaan lain.

Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan
daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amons, Rafi. 2013. MAKALAH: PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM


PEREKONOMIAN INDONESIAI. Terdapat dalam:
http://amonscomputer.blogspot.co.id/2013/06/makalah-pengelolaan-keuangan-
daeah.html. (diakses 17/09/2017 pukul 15.45 WITA)

Ardimoviz. 2012. Makalah: Keuangan Daerah. Terdapat dalam:


http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/08/makalah-keuangan-daerah.html. (diakses
17/09/2017 pukul 16.13 WITA)

Kusumo, Dewo. 2016. Makalah Pengelolaan Keuangan Daerah. Terdapat dalam: http://dewo-
kusumo.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pengelolaan-keuangan-daerah.html.
(diakses 17/09/2017 pukul 16.00 WITA)

Noname. 2012. Pengertian Keuangan Daerah, Makalah, Artikel, Sistem Pengelolaan.


Terdapat dalam: http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-keuangan-
daerah-makalah.html. (diakses 17/09/2017 pukul 16.30 WITA)

Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2012, tentang sumber pendapatan daerah.

Undang-Undang Nomor Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan


daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Daerah. Makalah: Keuangan Daerah

Undang-Undang Nomor Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

13

Anda mungkin juga menyukai