DI INDONESIA
Oleh :
1.
2.
3. Eli Hartawati 1531120067
4.
Kelas :D3 2C
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian otonomi daerah dan otonomi khusus?
2. Apa yang khusus dari otonomi Papua?
3. Apa garis besar UU otonomi khusus Papua?
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pembahasan masalah akan
menyajikan tentang (1) Otonomi daerah, (2) otonomi khusus Papua, (3) UU otonomi khusus
Papua
2.1 Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari
kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari
kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang,
sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk
membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.[1]
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.
.
2.3.2 Pembagian Kewenangan di dalam Provinsi Papua
Otonomi Khusus Papua berarti bahwa ada hubungan hirarkis antara
pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota, namun pada saat yang sama provinsi,
kabupaten/kota dan kampung masing-masing adalah daerah otonom yang memiliki
kewenangannya sendiri-sendiri. Prinsip yang dianut adalah bahwa kewenangan perlu
diberikan secara proporsional ke bawah, terutama untuk berbagai hal yang langsung berkaitan
dengan masyarakat. Hal ini konsisten dengan salah satu prinsip dasar otonomi yaitu
menempatkan sedekat-dekatnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan ke subjek,
yaitu rakyat. Karena itu, di dalam konteks Otonomi Khusus Provinsi Papua, fungsi-fungsi
pengaturan berada di tingkat provinsi sedangkan fungsi-fungsi dan kewenangan pelayanan
masyarakat diberikan sebesar-besarnya kepada kabupaten/kota dan kampung.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis, profesional dan
bersih, dan sekaligus memiliki ciri-ciri kebudayaan dan jati diri rakyat Papua, serta
mengakomodasi sebanyak mungkin kepentingan penduduk asli Papua, perlu dibentuk empat
badan/ lembaga, yaitu:
1) Lembaga Eksekutif
Tingkat Provinsi dipimpin seorang Gubernur dan di tingkat Kabupaten/ Kota dipimpin oleh
Bupati atau Walikota. Gubernur, Bupati, dan Walikota dipimpin lembaga legislatif. Lembaga
eksekutif berfungsi untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan Gubernur dipilih oleh
Lembaga Legislatif.
2) Lembaga Legislatif
Lembaga Legislatif terdiri dari dua badan yaitu Dewan perwakilan Rakyat dan Majelis
Rakyat Papua. Sistem ini lazim dikenal dengan istilah bikameral. Keanggotaan DPR adalah
wakil-wakil partai politik yang dipilih rakyat melalui Pemilihan Umum. Keanggotaan MPR
Papua terdiri dari wakil-wakil adat, wakil-wakil agama dan wakil-wakil perempuan yang
dipilih oleh rakyat. Selain bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat bertugas
mengawasi pelaksanaan pemerintahan oleh Lembaga Eksekutif, Majelis Rakyat Papua juga
berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan tugas Dewan perwakilan Rakyat.
3) Lembaga Adat
Mengatur segala sesuatu yang terkait dengan hak-hak masyarakat adat di wilayah hukum adat
tertentu.
4) Lembaga Peradilan
Berpedoman pada sistem hukum nasional Indonesia. Penyelesaian-penyelesaian perkara
menurut hukum adat juga diberlakukan di Papua.
2.3.5 Keagamaan
Salah satu realitas terpenting dari kebebasan suara hati nurani adalah
kebebasan beragama. Dalam kebebasan seperti ini, setiap orang berhak untuk menentukan
sendiri bagaimana ia beragama, ia juga berhak untuk hidup sesuai dengan keyakinan
agamanya, ia juga berhak untuk mengkomunikasikan agamanya kepada orang lain sepanjang
orang itu bersedia tanpa paksaan menerima komunikasi itu, ia juga berhak untuk
meninggalkan agamanya dan memeluk agama baru yang diyakininya, dan bahkan ia pun
berhak untuk tidak didiskriminasikan kaerna agama atau keyakinannya.
Di dalam Otonomi Khusus Papua, dengan berpedoman pada hak-hak manusia
universal, setiap penduduk Papua dijamin hak dan kebebasannya untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing. Maka, agar tercipta suasana yang kondusif bagi
pembangunan keagamaan di Papua, Pemerintah Provinsi berkewajiban untuk:
1) Menjamin kebebasan, membina kerukunan dan melindungi semua umat beragama di
Tanah Papua untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
2)Menghormati nilai-nilai agama yang dianut oleh umat beragama
3) Mengakui otonomi lembaga keagamaan
4)Memberikan dukungan kepada setiap lembaga keagamaan secara proposional berdasarkan
jumlah umat dan tidak bersifat mengikat.
2.3.6 Perlindungan Hak-Hak Adat Penduduk Asli
Salah satu pokok permasalahan yang dihadapi selama ini di Papua adalah
dilanggarnya hak-hak adat penduduk asli. Ada tiga hal pokok yang yang terkait dengan hal
tersebut, yaitu :
a. Dilanggarnya hak-hak adat penduduk asli Papua dalam kaitannya dengan eksploitasi
sumber daya alam.
b. Diabaikannya hak-hak adat penduduk asli dalam kaitannya dengan representasi penduduk
asli Papua dalam badan-badan perwakilan rakyat.
c. Diabaikannya atau kurang diperhatikannya, keputusan-keputusan yang diambil oleh
peradilan adat oleh badan-badan Yudikatif Negara. Keadaan ini merupakan salah satu faktor
utama penyebab timbulnya berbagai ketimpangan sosial dan bahkan perlawanan sosial yang
ditunjukkan oleh rakyat Papua yang tidak jarang dihadapi dengan kekerasan senjata oleh
aparat negara.
Maka didalam Otonomi Khusus Papua, hak-hak penduduk asli Papua ditempatkan
pada posisi yang wajar dan terhormat. Hak-hak adat itu mencakup :
[1] Hak milik perorangan dan hak milik bersama (hak ulayat) atas tanah, air atau laut pada
batas-batas tertentu, serta hutan, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
[1] Hak-hak dalam bidang kesenian maupun hak-hak yang terkait dengan sistem pengetahuan
dan teknologi yang dikembangan oleh masyarakat asli Papua, misalkan obat-obat tradisional
dan yang sejenisnya.
[1] Hak untuk memberikan pertimbangan kepada Parlemen Provinsi ataupun badan
pemerintahan terkait dengan perlindungan hak-hak peduduk asli Papua.
[1] Hak memperhatikan dan menyalurkan aspirasi. Dan hak-hak yang lainnya yang harus
diberikan perlindungan oleh pemerintahan Daerah/Provinsi maupun pemerintahan Negara.
Sebagaimana yang diusulkan oleh rakyat Papua untuk dimasukkan ke dalam RUU
Otonomi Khusus Papua perlu dilihat dalam konteks kebudayaan dan bukan persoalan politik
negara. Dalam konteks kebudayaan seperti ini, bendera, lambang, dan lagu merupakan
simbol identitas daerah dan simbol kebesaran, keagungan dan keluhuran jati diri orang Papua.
Simbol-simbol itu diyakini sebagai perekat rakyat Papua dan sekaligus sebagai stimulan
untuk memotifasi rakyat Papua agar terus bahu membahu dan bekerja sama untuk mencapai
cita-cita kesejahteraan bersama.
Provinsi Papua dapat memiliki lambang daerah sebagai panji kebesaran dan simbol
kultural bagi kemegahan jati diri orang Papua dalam bentuk bendera daerah dan lagu daerah
yang tidak diposisikan sebagai simbol kedaulatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulam
Dari uraian yang terdapat dalam Bab Pembahasan, maka dapat disimpulkan
menjadi beberapa poin, yaitu :
1.Bahwa Otonomi Khusus Papua adalah kebebasan bagi rakyat Papua untuk mengatur dan
mengurus diri sendiri, sekaligus pula berarti kebebasan untuk berpemerintahan sendiri dan
mengatur pemanfaatan kekayaan alam Papua untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Papua dengan tidak meninggalkan tanggung jawab untuk ikut serta mendukung
penyelenggaraan pemerintahan pusat dan daerah-daerah lain di Indonesia yang memang
kekurangan, dan diberikannya perlakuan yang berbeda karena kekhususan yang dimilikinya.
2. Dalam Undang-Undang Otonomi Khusus di Papua terdapat beberapa point penting
mengenai
a. Pembagian Kewenangan antara Pusat dan Provinsi Papua
b Pembagian Kewenangan di dalam Provinsi Papua
c Ekonomi dan Keuangan
d. Kesehatan dan Gizi
e. Keagamaan
f. Perlindungan Hak-Hak Adat Penduduk Asli
g. Bendera, Lambang dan Lagu Bendera, lambang dan lagu
3.2 Saran
Otonomi Khusus Papua ini memang banyak mengandung pro dan kontra dari
daerah-daerah lain di Indonesia, bahkan dari pihak intern. Anggapan dari Rumusan Otonomi
Khusus Papua ini adalah upaya pemisahan diri Papua secara perlahan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ini bisa dilihat dari berbagai isu terkait tentang Tanah Papua.
Isu-isu seperti ini yang memancing asumsi-asumsi publik secaara luas untuk menggagalkan
Rancangan Otonomi Khusus Papua.
Tetapi, jika melihat jauh lebih positif, upaya Tanah Papua ini dapat lebih kita
perhatikan demi kesetaraan yang wajar di dalam wilayah Republik Indonesia. Kita melihat
rancangan ini sebagai upaya Papua untuk bangkit dari keterpurukannya selama ini dan
menuju Papua Baru. Ini juga akan berdampak baik bagi pengembangan dan kemajuan negara
Indonesia. Kita dukung saja Rancangan Otonomi Khusus Papua ini selama kebijakannya
masih relevan sebagai negara kesatuan Republik Indonesia, dan tidak menyimpang dari pada
itu. Hanya saja pemerintah, agar lebih memperhatikan Tanah Papua lebih dari wilayah lain
mengingat tingkat pembangunannya yang sangat minim, agar Papua tidak sampai
merealisasikan keinginannya untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia.