Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MIKROBIOLOGI

GENETIKA MIKROBA

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Umum yang dibina oleh Bapak Drs. Lud
Waluyo, M.Kes)

Oleh :
1. Eka Haris P. (201310070311141)
2. Anggi Gusti (201310070311144)
3. Amin Hidayati (201310070311144)
4. Aziz Tanama (201310070311145)
5. Eryansyah Faizal A. (201310070311168)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang hereditas (sifat turun temurun)
sifat induk dan variasi sifat karakteristik mikrobia. Hereditas adalah pengawetan sifat-
sifat struktur dan fungsi pada keturunan-keturunan berikutnya. Perkecualian atau
penyimpangan yang terjadi pada keturunan suatu organism berbeda dalam satu atau
beberapa sifat induknya. Penyimpangan-penyimpangan dan pengawetan sifat-sifat
semacam itu dikenal dengan variasi. Variasi dapat terjadi karena perubahan genetic dan
evolusi. Diduga peristiwa perkawinan tidak terjadi pada bakteri. Mikrobia hanya
berkembang biak dengan mekanisme aseksual melalui peembelahan diri. Maka para ahli
menggolongkan mikrobia bersama-sama dengan algae biru dalam schizophyta.
Kemudian timbul pertanyaan kalau mikrobia berkembang dengan mekanisme
yang monoton seperti di atas maka terbentuk individu seragam tetapi pada
kenyataannya tidak, sehingga terjadi variasi mikroba.Sifat mikroba sangat bervariasi
karena masing-masing mikroba mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap
pengaruh lingkungan sekitarnya. Mikroba contohnya bakteri mempunyai populasi yang
berkembang cepat dan beraneka ragam variasinya. Bakteri untuk memperoleh variasi
yang beragam dapat melalui mutasi. Peristiwa seksual yang semula diduga tidak terjadi,
dapat dibuktikan oleh para ahli. Bahkan perpindahan bahan genetik dapat
didemontrasikan dari satu mikroba ke mikroba lain

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah
diantaranya:
1. Apa saja materi genetik?
2. Bagaimanakah struktur DNA dan RNA pada mikroba?
3. Bagaimanakah proses replikasi, transkripsi, dan translasi?
4. Apakah yang dimaksud dengan mutasi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pewarisan Ciri Dan Variasi


Ciri khas semua bentuk kehidupan, dari segi pandangan genetika adalah
kemantapan umum atau kesamaan ciri-ciri keturunan dan tetuanya.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup juga meneruskan ciri-ciri kepada
keturunannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi spesies
mikroba, bahkan galur-galur mikrobe yang menunjukkan bahwa mikroba
tersebut mampu meneruskan informasi genetik dari generasi ke generasi
berikutnya dengan cepat.
Disamping pewarisan ciri-ciri yang menyebabkan sifat tetap, progeni
memperlihatkan (mengekspresikan) keragaman (variasi). Perubahan
perubahan ini berkaitan dengan dua sifat dasar sel atau organisme yakni fenotif
dan genotif. Genotip mengacu pada komposisi genetika sel (genom). Fenotif
merupakan ekspresi genotip dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diamati bagi sel
atau organisme yang bersangkutan. Dengan kata lain genotif merupakan
kemampuan genetika jasad renik, sedangkan fenotif merupakan sifat yang
terlihat sesungguhnya karena faktor lingkungan.
Genotif suatu biakan mikroba relatif konstan selama pertumbuhannya,
tetapi dapat berubah karena mutasi. Perubahan ini mengakibatkan berubahnya
fenotif sel. Variasi genetika yang timbul di dalam suatu sel mikroba dapat
disebabkan karena mutasi. Mutasi adalah perubahan di dalam gen sel jasad renik
yang berakibat perubahan morfologi dan biokimia di dalam sel. Mutasi pada
jasad renik dapat terjadi secara spontan atau dengan pemberian suatu mutagen,
yakni komponen yang bersifat mutagenik (penyebab mutasi).

2.2 Perubahan Fenotip Akibat Perubahan Lingkungan


Fenotip suatu populasi mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan dapat
diamati bila mikroba tersebut ditumbuhkan pada berbagai medium yang berbeda.
Sifat-sifat fenotip yang dapat terlihat langsung misalnya, perbedaan dalam
morfologi sel dan penampakan koloni. Sebagai contoh, bakteri pembentuk kapsul
yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung karbohidrat tinggi akan
membentuk kapsul lebih tebal dan membentuk koloni yang berlendir. Pembentukan
spora dan flagel juga dapat dihambat oleh komponen-komponen tertentu di dalam
medium.
Sejauh mana informasi genetik (genotip) diekspresikan tergantung dari faktor
lingkungan. Contohnya, suatu bakteri yang bersifat anaerob fakultatif akan
menghasilkan produk-produk akhir metabolisme, tergantung dari ada tidaknya
oksigen selama pertumbuhan. Ada tidaknya oksigen menentukan enzim-enzim
mana yang befungsi dan mana yang tidak. Sesungguhnya di suatu lingkungan
tertentu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mengatur aktivitas genetik
merupakan aspek yang amat penting untuk memahami metabolisme sel.
Hal yang paling menonjol pada tipe perubahan fenotip adalah melibatkan
sebagian besar sel di dalam biakan. Perubahan fenotif semacam ini tidak
diwariskan, melainkan terjadi bila beberapa keadaan dalam lingkungan berubah.
Kembalinya pada fenotip asli terjadi bila lingkungan yang semula pulih kembali.
Aspek lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi sifat fenotip
mikroorganisme adalah suhu pertumbuhan. Sebagai contoh, Staphylococceus
aureus dan Serratia marcescens hanya dapat memproduksi pigmen pada suhu
kamar. Beberapa mikroba yang lain hanya memproduksi enzim terinduksi jika pada
substrat yang spesifik, misalnya penisilinase (beta-laktamase) yang diproduksi oleh
Staphylococceus aureus jika dalam medium yang mengandung penisilin.
Sebaliknya enzim pemecah suatu komponen dapat dihambat sintesinya jika
medium mengandung produk hasil pemecahan komponen tersebut.

Mutagen

Mutagen adalah senyawa kimia atau faktor fisikawi yang dapat menyebabkan
mutasi. Misalnya sinar ultraviolet merupakan mutagen karena UV dapat menembus
sel dan diabsorpsi dengan kuat oleh timin dan sitosin. Absorpsi UV oleh timin
menyebabkan terbentuknya dimer timin yang berdekatan sehingga dapat mengubah
DNA yang akan mengganggu replikasi. Senyawa kimia yang menyebabkan mutasi
misalnya HNO2, karena asam ini menimbulkan deaminasi pada basa nitrogen
nukleotida.
Asam nitrit dapat mengubah adenin menjadi hipoxantin, sitosin menjadi
urasil dan guanin menjadi xantin. Senyawa kimia mutagen yang lain ialah analog
basa yaitu senyawa kimia yang strukturnya cukup menyamai basa DNA yang
normal sehingga dapat menggantikannya selama berlangsungnya replikasi DNA.
Meskipun strukturnya mirip, analog basa tidak mempunyai sifat ikatan hidrogen
yang sama seperti basa normal. Karena iru dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam replikasi yang menyebabkan mutasi. Misalnya 2-aminopurin
adalah analog adenin dan dapat berpasangan dengan timin atau sitosin. 5-
bromourasil adalah analog timin dan dapat berpasangan dengan adenin atau guanin.
Selain itu sinar x, sinar y dan partikel energi tinggi sangat berpotensi sebagai
mutagen.

Rekombinasi Bakteri
Rekombinasi genetis ialah pembentukan suatu genotip baru melalui pemilihan
kembali gen-gen setelah terjadinya pertukaran genetis antara dua kromosom yang
berbeda dan mempunyai gen-gen serupa. Kromosom semacam ini disebut kromosom
homolog. Pertukaran ini tentu saja mengubah urutan nukleotida sehingga mengubah
informasi genetis yang dikandungnya. Pada bakteri , rekombinasi genetis dihasilkan
dari tiga tipe pemindahan gen yang menimbulkan variasi genetik yaitu : konjugasi,
transduksi, transformasi.

1. Konjugasi : merupakan pemindahan bahan genetik dari suatu sel bakteri yang
bertindak sebagai donor kepada sel bakteri yang bertindak sebagai resipien.
Pemindahan ini dikode oleh plasmid. Plasmid adalah unsur genetis
ekstrakromosomal (diluar kromosom) dan dapat melangsungkan replikasi didalam
sitoplasma sel bakteri. Plasmid adalah potongan bundar DNA yang merupakan gen
tambahan. Bila unsur ekstrakromosomal dapat bereplikasi dan terpadu kedalam
kromosom bakteri disebut episom. Hal ini yang membedakan episom dari plasmid
karena plasmid tidak terpadu kedalam kromosom. Pada bakteri gram negatif
misalnya E.colli, konjugasi terjadi dengan cara perlekatan antara sel donor dengan
sel resipien melalui pili seks atau faktor F (faktor kesuburan ). Pada bakteri gram
positif misalnya Streptococcus faecalis, perlekatan antara sel donor dan resipien
tidak melalui pili.

1. Transduksi : merupakan proses pemindahan bahan genetik dari suatu bakteri ke


bakteri lain melalui bakteriofage. Bila bakteriofage menyerang bakteri maka DNA
bakteriofage
diinjeksikan kedalam sel bakteri. ada dua kemungkinan terjadi yaitu :

DNA bakteriofage akan mengambil alih fungsi metabolisme bakteri untuk


memproduksi DNA dan protein bakteriofage kemudian terjadi perakitan partikel
virus dan akhirnya virus yang utuh akan keluar dari sel bakteri ketika sel
mengalami lisis
DNA bakteriofage akan berinteraksi dengan DNA bakteri sehingga terbentuklah
bakteri yang bersifat lisogenik. Karena suatu sebab yang belum diketahui maka
bakteri yang bersifat lisogenik dapat mengalami fasi litik. Dalam keadaan
demikian, DNA bakteriofage akan melepaskan diri dari DNA bakteri dan
mengambil alih fungsi metabolime untuk menghasilkan partikel virus yang baru
seperti halnya pada kemungkinan pertama.

Proses transduksi dipergunakmemetaan untuk mengembangkan galur--galur bakteri


baru, kan kromosom bakteri dan untuk banyak percobaan genetis lainnya.
3. Transformasi
Transformasi merupakan proses pemindahan DNA telanjang yang mengandung
sejumlah terbatas informasi DNA dari satu sel ke sel yang lain. DNA tersebut
diperoleh dari sel donor melalui lisis secara alamiah atau dengan cara ekstraksi
kimiawi, begitu DNA diambil oleh sel resipien maka terjadilah rekombinasi. Gejala
transformasi ini pertama kali pada Streptococcus pneumoniae oleh F.Griffith pada
tahun 1928. Pengamatannya menunjukan bahwa ada dua macam tipe koloni pada
bakteri tersebut yaitu koloni halus yang bersifat patogen dan koloni kasar yang
nonpatogen.
Dalam percobaannya ditemukan jika campuran tipe bakteri tipe halus yang telah
dimatikan dengan pemanasan dan sel tipe kasar hidup disuntikan pada tikus maka
tikus akan mati dan dari bangkai tikus dapat diisolasi bakteri tipe haalus yang masih
hidup. Griffith mengatakan bahwa ada substansi yang berasal dari bakteri tipe halus
diambil oleh bakteri tipe kasar sehingga tipe kasar ini berubah menjadi tipe halus
yang patogen. Perubahan dari tipe kasar ke tipe halus ini disebut transformasi.
(http://yayanajuz.blogspot.com/2012/04/berbagai-tipe-tipe-mutasi-pada-bakteri.html)

Transformasi

Transformasi adalah pemindahan materi genetik (ADN) bebas atau bugil dari
satu sel ke sel yang lain. ADN diperoleh dari sel donor melalui lisis sel alamiah atau
dengan cara ekstraksi kimiawi. Begitu ADN diambil dari sel resipien, maka terjadilah
rekombinasi. Bakteri yang telah mewarisi penanda dari sel donor tersebut telah
tertransformasi. ADN penyebab transformasi dikenali oleh Oswald Avery, Colin
Macleod, dan Maclyn McCarty dalam tahun 1994. Mereka mendefinisikan ADN
sebagai substansi kimiawi yang menyebabkan sifat menurun. Beberapa bakteri yang
telah ditransformasikan antara lain. Streptococcus pneumoniae, Bacillus Haemophilus,
Neisseria, dan Rhizobium. Langkah-langkah transformasi seperti terlihat pada gambar

Setelah masuknya ADN ke dalam sel, satu utas dengan segera dirombak oleh
enzim deoksiribonuklese, sedangkan utas yang lain mengalami perpasangan basa
dengan bagian yang homolog pada kromosom sel resipien, lalu terpadu kedalam ADN
resipien. Karena perpasangan basa komplementer berlangsung antara satu utas fragmen
ADN donor dan suatu daerah khusus pada kromosom resipien, maka hanyalah galur-
galur bakteri yang berkerabat dekat dengan ditransformasikan. Kondisi untuk
pengambilah ADN donor kedalam sel-sel resipien terjadi hanya selama fase
pertumbuhan logaritmik. Selama periode ini, bakteri yang dapat ditransformasikan
disebut kompeten untuk mengambil dan menggabungkan ADN donor. Bikana yang
kompeten mungkin menghasilkan faktor protein ekstra seluler yang rupanya bertindak
dengan cara mengikat atau menjerat fragmen-fragmen ADN donor pada situs-situs
khusus pada permukaan bakteri.

Pentingnya transformasi sebgai mekanisme perubahan genetik secara alamiah


diragukan. Mungkin proses tersebut menjadi menyusul terjadinya lisis suatu
mikroorganisme dan pelepasan ADN-nya ke lingkungan sekitar, boleh jadi transformasi
antara galur-galur bakteri dengan virulensi rendah dapat menyebabkan timbulnya sel-sel
dengan virulensi tinggi. Tetap fenomena transformasi telah terbukti sangat berguna
dalam penelitian-penelitian genetik bakteri di laboratorium, terutama untuk memetakan
kromosom bakteri.

Konjugasi

Konjugasi atau perkawinan adalah pemindahan materi genetik antara sel-sel


yang kontak satu sama lain secara fisik. Berbeda dengan transformasi dan transduksi
yang hanya fragmen-fragmen kecil kromosom yang dipindahkan, pada konjugasi yang
dipindahkan adalah fragmen besar, dan pada kasus-kasus tertentu bahkan seluruh
kromosom.

Konjugasi pada bakteri pertama kali sering ditunjukkan oleh Lederberg dan
Tatum pada tahun 1946. Mereka menggabungkan dengan dua galur mutan Escherichia
coli yang berbeda yang tidak mampu mensintesis satu atau lebih faktor tumbuh esensial
dan memberikan kesempatan untuk kawin. Kemudian mereka mencawankan biakan
campuran tersebut kedalam medium minimal yang hanya menunjang pertumbuhan
galur-galur tipe liar. Ketika mereka menemukan koloni-koloni tipe liar, mereka tahu
bahwa koloni-koloni tersebut merupakan hasil rekombinasi genetik melalui konjugasi
antar galur-galur mutan.

Konjugasi pada bakteri dapat dipahami lebih jelas ketika ditemukan bahwa ada
diferensiasi seksual pada Escherichia coli. Ada tipe-tipe perkawinan yang berbeda-beda
pada bakteri tersebut. Sel jantan mengandung sepotong ADN yang kecil dan bundar
(sirkuler), di dalam sitoplasma dan tidak merupakan bagian dari kromosom yang
dinamakan fakstor seks atau faktor F (faktor kesuburan+fertility factor). Sel ini disebut
sebagai F+ dan tidak merupakan sel donor dalam perkawinan. Sel betina dinamakan f-
dan tidak memiliki faktor tersebut, dianggap sebagai sel resipien.

Persilangan antara dua galur F- tidak menghasilkan rekombinan. Pada


persilangan F+=xF-, yang jantan mereplikasikan faktor seksnya, dan satu kopi darinya
hampir selalu dipindahkan ke sel resipien. Sel F- diubah menjadi sel F+ dan mampu
menjadi donoro. Karena itu, selama sel-sel itu tumbuh proses konjugasi dapat berlanjut
melalui penularan dengan pemindahan faktor seks secara berulang-ulang. Pemindahan
faktor F di dalam persilangan F+ x F- terjadi dengan frekuensi yang mendekati 100
persen. Tetapi pembentukan rekombinasi dalam persilangan F+ x F- terjadi dengan
frekuensi rendah yakni sekitar 1 rekombinan per 10 pangkat 4 sampai 10 pangkat 5.
Sehingga jelaslah ahwa pemindahan faktor F tidak tergantung pada pemindahan gen-
gen kromosomal.
DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael dan Chan. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.


Suharni, Tri Theresia, dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Syahrurachman, Agus. 1994. Mikrobiologi kedokteran ed.revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara
http://cahscient.files.wordpress.com/2008/08/textbook-mikrobiologi8.doc

Anda mungkin juga menyukai