Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan
eksokrin, dan kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama
adalah untuk memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke
dalam duodenum proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ)
merupakan hormon traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-
zat makanan dengan mengendalikan sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yang
normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.

Pankreas yang terletak tepat di belakang perut, yang melekat pada usus kecil
bertanggung jawab untuk mensekresi enzim pankreas yang membantu memecah
makanan menjadi bagian-bagian yang dapat digunakan yang pada gilirannya
membantu menghasilkan energi yang diperlukan untuk tubuh manusia berfungsi
serta mensekresi insulin yang membantu mengangkut glukosa ke sel-sel yang
berbeda, memproduksi glukagon yang bertanggung jawab untuk meningkatkan
kadar gula jika tubuh memiliki pasokan rendah dalam darah serta mensekresi
somatostatin yang merupakan hormon pertumbuhan. Oleh karena itu, penyakit
dalam pankreas akan menjadi masalah serius yang akan menyebabkan gangguan
fungsi beberapa proses yang paling penting dalam sistem manusia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud pankreatitis ?
2. Apa yang dimaksud pankreatitis akut ?
3. Apa yang dimaksud pankreatitis kronik ?
4. Bagaimana cara penanganan pankreatitis ?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud pankreatitis
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pankreatitis akut
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pankreatitis kronik
4. Untuk mengetahui cara penanganan pankreatitis.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu bagi mahasiswa diharapkan
makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang salah satu penyakit dari organ
pankreas dan cara penanganannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pankreatitis
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada
pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif
ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal
yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001;
1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.
(Doengoes, 2000;558)
The Second International Symposium on The Classification of Pancreatitis,
(Marseille,1980) membuat klasifikasi sebagai berikut:
1. Pankreatitis akut
2. Pankreatitis kronik

1. Pankreas Akut
a. Pengertian
Pankreatitis akut adalah peradangan pankreas yang terjadi secara tiba-tiba,
bisa bersifat ringan atau berakibat fatal. Pankreatitis akut adalah inflamasi
pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan penyakit saluran empedu
seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001)
Pankreatitis akut adalah suatu proses peradangan akut yang mengenai
pankreas dan ditandai oleh berbagai derajat edema, perdarahan dan nekrosis
pada sel-sel asinus dan pembuluh darah. Mortalitas dan gejala klinis bervariasi
sesuai derajat proses patologi. Bila hanya terdapat edema pankreas, mortalitas
mungkin berkisar dari 5% sampai 10%, sedangkan perdarahan masif nekrotik
mempunyai mortalitas 50% sampai 80%. Secara normal pankreas mengalirkan

3
getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus pankreatikus) menuju ke usus
dua belas jari (duodenum).

b. Klasifikasi Pankreatitis Akut

Pankreatis akut memiliki keparahan yang berkisar dari kelainan yang


relatif ringan dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan cepat
menjadi fatal serta tidak responsif terhadap berbagai terapi.

Berdasarkan pada beratnya proses peradangan dan luasnya nekrosis


parenkim dapat dibedakan:

a. Pankreatitis akut tipe intersitial

Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan


tampak pucat. Tidak didapatkan nekrosis atau perdarahan, atau bila ada,
minimal sekali. Secara mikroskopik, daerah intersitial melebar karena
adanya edema ekstraselular, disertai sebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear (PMN). Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-
bahan purulen. Tidak didapatkan destruksi asinus. Meskipun bentuk ini
dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien
berada dalam keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami syok,
gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.

b. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik,

Secara mikroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai


dengan perdarahan dan inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis
lemak pada jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis parenkim dan
pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan
dapat mengisi ruangan retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, dapat
timbul abses atau daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur
untuk timbulnya bakteri sehingga dapat menimbulkan abses yang
purulen. Gambaran mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan
jaringan pankreas, kantong-kantong infiltrat yang meradang dan
4
berdarah ditemukan tersebar pada jaringan yang rusak dan mati.
Pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar daerah yang nekrotik
menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi peri vaskular, vaskulitis
yang nyata sampai nekrosis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.

c. Etiologi

Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh


enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. 80% penderita pankreatitis
akut mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5%
penderita batu empedu yang kemudian mengalami nekrosis. Batu empedu
memasuki duktus koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah
ampula Vateri, menyumbat- aliran getah pankreas atau menyebabkan aliran
balik (refluks) getah empedu dari duktus koledokus ke dalam duktus
pankreastikus dan dengan demikian akan mengaktifkan enzim-enzim yang
kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri yang terjadi
akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis.

Penyebab Pankreatitis Akut :

1. Batu empedu
2. Alkoholisme
3. Obat-obat, seperti furosemide dan azathioprine
4. Gondongan (parotitis)
5. Kadar lemak darah yang tinggi, terutama trigliserida
6. Kerusakan pankreas karena pembedahan atau endoskopi
7. Kerusakan pankreas karena luka tusuk atau luka tembus
8. Kanker pankreas
9. Berkurangnya aliran darah ke pankreas, misalnya karena tekanan darah
yang sangat rendah
10. Pankreatitis bawaan

5
d. Patofisiologi

Pankreatitis akut merupakan penyakit seistemik yang terdiri dari dua


fase: Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator
inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic inflamatory
response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya
menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi.

Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang
menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya
dimulai pada awal minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan
penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.

e. Patologi

Terdapat dua bentuk anatomi utama yakni pankreatitis akut interstitial


dan pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik. Manifestasi klinisnya dapat
sama, pada bentuk kedua lebih sering fatal.
1. Pankreatitis interstitial
Secara makroskopik pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat.
Tidak didapatkan perdarahan atau nekrosis, atau bila ada minim sekali.
2. Pankreatitis tipe nekrosis hemoragik
Tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan per- darahan dan
inflamasi.

f. Tanda dan Gejala


1. Nyeri

Hampir setiap penderita mengalami nyeri yang hebat di perut atas


bagian tengah, dibawah tulang dada (sternum).

Nyeri sering menjalar ke punggung. Kadang nyeri pertama bisa dirasakan di


perut bagian bawah. Nyeri ini biasanya timbul secara tiba-tiba dan
mencapai intensitas maksimumnya dalam beberapa menit. Nyeri biasanya

6
berat dan menetap selama berhari-hari. Bahkan dosis besar dari suntikan
narkotikpun sering tidak dapat mengurangi rasa nyeri ini. Batuk, gerakan
yang kasar dan pernafasan yang dalam, bisa membuat nyeri semakin
memburuk. Duduk tegak dan bersandar ke depan bisa membantu
meringankan rasa nyeri.

2. Mual dan muntah

Sebagian besar penderita merasakan mual dan ingin muntah.


Penderita pankreatitis akut karena alkoholisme, bisa tidak menunjukkan
gejala lainnya, selain nyeri yang tidak terlalu hebat.

3. Sedangkan penderita lainnya akan terlihat sangat sakit, berkeringat

4. Denyut nadinya cepat (100-140 denyut per menit) dan

5. Pernafasannya cepat dan dangkal.

6. Pada awalnya, suhu tubuh bisa normal, namun meningkat dalam beberapa
jam sampai 37,8-38,8? Celsius.

7. Tekanan darah bisa tinggi atau rendah, namun cenderung turun jika orang
tersebut berdiri dan bisa menyebabkan pingsan.

8. Kadang-kadang bagian putih mata (sklera) tampak kekuningan.

9. 20% penderita pankreatitis akut mengalami beberapa pembengkakan pada


perut bagian atas. Pembengkakan ini bisa terjadi karena terhentinya
pergerakan isi lambung dan usus (keadaan yang disebut ileus
gastrointestina atau karena pankreas yang meradang tersebut membesar
dan mendorong lambung ke depan.

10. Bisa juga terjadi pengumpulan cairan dalam rongga perut (asites). Pada
pankreatitis akut yang berat (pankreatitis nekrotisasi), tekanan darah bisa
turun, mungkin menyebabkan syok. Pankreatitis akut yang berat bisa
berakibat fatal.

7
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
2. Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi
pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
3. Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa
fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas.
Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
4. Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya
infeksi.
5. Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan
dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya
udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan
abses, kalsifikasi pankreas.
6. Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran
pankreas/inflamasi.
7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas
(kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).
8. Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi
lebih lama.
10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
11. Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit bilier.
12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas
kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai
nekrosis pankreas).

8
14. Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis,
insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab
pankreatitis akut.
16. LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau
area retroperitoneal.
18. Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya
kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk.
Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada
(kerusakan glomerolus).
19. Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pankreatitis akut bersifat simtomatik dan ditujukan
untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan per oral harus
dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan TPN
(total parental nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi
yang penting, khusus pada pasien dengan keadaan umum yang buruk, sebagai
akibat dari stres metabolik yang menyertai pankreatitis akut. Pemasangan NGT
dengan pengisapan (suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan
gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus
paralitik serta untuk mengeluarkan asam klorida.

9
a. Tindakan pada penatalaksanaan :

1. Penanganan Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan


tindakan yang esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karena
akan mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi
pankreas.
2. Perawatan Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar
albumin yang rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan serta
mencegah gagal ginjal akut.
3. Perawatan Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan
karena risiko untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam
paru dan atelektasis cenderung tinggi.
4. Drainase Bilier. Pemasangan drainase bilier dalam duktus pankreatikus
melalui endoskopi telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi
ini akan membentuk kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi
rasa sakit serta menaikkan berat badan.
5. Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut
pankreatitis mulai menghilang. Pemberian makanan makanan per oral yang
rendah lemak dan protein dimulai secara bertahap. Kafein dan alkohol tidak
boleh terdapat dalam makanan pasien.
6. Pertimbangan Gerontik. Pankreatitis akut dapat mengenai segala usia;
meskipun demikian, angka mortalitas pankreatitis akut meningkat bersamaan
dengan pertambahan usia.

b. Tindakan Bedah

Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak


dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat:

1. Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi


intensif.
2. Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan
rejatan yang sukar diatasi.
10
3. Timbulnya sepsis.
4. Gangguan fungsi ginjal yang progresif.
5. Tanda-tanda peritonitis.
6. Bendungan dari infeksi saluran empedu.
7. Perdarahan intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan
beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif)
bilamana timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses,
pembentukan fistel, ileus karena obstruksi pada duodenum atau kolon,
pada perdarahan hebat retroperitoneal atau intestinal.

i. Komplikasi
1. Timbulnya Diabetes Mellitus

2. Tetani hebat

3. Efusi pleura (khususnya pada hemitoraks kiri)

4. Abses pankreas atau psedokista

Akibat lanut pankreatitis akut adalah di pankreas terbentuk


pseudokista, yang terisi dengan enzim pankreas, cairan dan jaringan sisa,
yang membesar seperti balon. Bila pesudokista berkembang menjadi lebih
besar dan menyebabkan nyeri atau gejala lain, dilakukan dekompresi

5. Demam Typoid
6. Deman berdarah dengue
7. Gagal Ginjal Akut
8. Gagal Nafas Akut

11
2. Pankreatitis Kronik
a. Pengertian
Pankreatitis kronis adalah peradangan pankreas yang lama yang mengubah
struktur normal organ dan fungsi. Hal ini dapat timbul karena peradangan akut
pada pankreas yang terluka sebelumnya, atau kerusakan kronis dengan nyeri
persisten atau malabsorpsi. Ini adalah proses penyakit yang ditandai dengan
kerusakan permanen pada pankreas yang berbeda dari perubahan reversibel
pada pankreatitis akut.
b. Etiologi
Di negara maju seperti Amerika Serikat, penyebab paling sering dari
pankreatitis kronis adalah alkoholisme dan batu empedu. Penelitian terbaru
menunjukkan merokok dapat menjadi faktor risiko tinggi. Selain itu
kekurangan gizi dan faktor diet juga ikut terlibat. Penyebab lainnya adalah
faktor keturunan dan penyumbatan saluran pankreas yang disebabkan oleh
penyempitan saluran atau kanker pankreas. Pankreatitis akut jarang
menyebabkan penyempitan pada saluran pankreas yang akan mengarah pada
terjadinya pankreatitis kronis. Pada banyak kasus, penyebab pankreatitis
kronis tidak diketahui.
Di negara-negara tropis (Indonesia, India, Nigeria), pankreatitis kronis
dengan sebab yang tidak diketahui yang terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda, bisa menyebabkan diabetes dan penumpukan kalsium di pankreas.
Gejala awalnya umumnya berasal dari diabetes.
Penyebab Pankreatitis Kronik :
1. Alkohol

2. Merokok
3. Malnutrisi
4. Tripsinogen dan cacat protein
5. Cystic fibrosis
12
6. Idiopatik (tidak diketahui)

7. Trauma
8. Hiperglikemia

c. Gejala
Gejala pankreatitis kronis umumnya terbagi dalam dua pola. Pertama,
penderita mengalami nyeri perut bagian tengah yang menetap, yang beratnya
bervariasi. Kedua, penderita mengalami episode pankreatitis yang hilang
timbul, dengan gejala yang mirip dengan pankreatitis akut ringan sampai
sedang. Nyerinya kadang-kadang berat dan berlangsung selama beberapa jam
atau beberapa hari. Pada kedua pola tersebut, sejalan dengan perkembangan
penyakitnya, sel-sel yang menghasilkan enzim pencernaan, secara perlahan
mengalami kerusakan, sehingga akhirnya rasa nyeri tidak timbul.
Dengan menurunnya jumlah enzim pencernaan, makanan tidak diserap
secara optimal, dan penderita akan mengeluarkan tinja yang banyak dan
berbau busuk. Tinja bisa berwarna terang dan berminyak dan bahkan bisa
mengandung tetesan-tetesan minyak. Gangguan penyerapan juga menyebabkan
turunnya berat badan. Pada akhirnya sel penghasil insulin mungkin mengalami
kerusakan dan secara perlahan akan menyebabkan kencing manis (diabetes).

d. Diagnosa
Diagnosis pankreatitis kronis biasanya didasarkan pada tes pada struktur
dan fungsi pankreas, sebagai biopsi langsung pankreas dianggap terlalu
berisiko. Amilase serum dan lipase mungkin tidak cukup meningkat pada kasus
pankreatitis kronis, karena tingkat pasti kerusakan sel yang produktif,
meskipun lipase tinggi adalah lebih mungkin ditemukan dua. amilase dan lipase
yang hampir selalu ditemukan meningkat pada kondisi akut bersama dengan
CRP penanda inflamasi tinggi yang luas sejalan dengan keparahan kondisi.
Sebuah tes stimulasi secretin dianggap sebagai uji fungsional standar emas
untuk diagnosis pankreatitis kronis tetapi tidak sering digunakan secara klinis.
Pengamatan bahwa produksi bi-karbonat terganggu awal pankreatitis kronis
telah menyebabkan alasan penggunaan tes ini dalam tahap awal penyakit

13
(sensitivitas 95%). Tes umum lainnya digunakan untuk menentukan
pankreatitis kronis adalah pengukuran feses elastase dalam tinja, tripsinogen
serum, computed tomography (CT), USG, EUS, MRI, ERCP dan MRCP. Kalsifikasi
pankreas sering dapat dilihat pada sinar-X serta CT scan.
Ada penelitian laboratorium non-spesifik lainnya yang berguna dalam
diagnosis pankreatitis kronis. Bilirubin serum dan alkali fosfatase dapat
meningkat, menunjukkan stricturing dari saluran empedu karena edema,
fibrosis atau kanker. Ketika pankreatitis kronis adalah karena proses autoimun,
ketinggian di ESR, IgG4, faktor reumatoid, ANA dan antibodi anti otot polos
dapat dilihat. Gejala umum dari pankreatitis kronis, steatorrhea, dapat
didiagnosis dengan dua studi yang berbeda: Sudan pewarnaan kimia kotoran
atau ekskresi lemak fekal dari 7 gram atau lebih selama 24 jam pada diet lemak
100g. Untuk memeriksa disfungsi eksokrin pankreas, tes yang paling sensitif
dan spesifik adalah pengukuran elastase tinja, yang dapat dilakukan dengan
sampel tinja tunggal, dan nilai yang kurang dari 200 ug/g menunjukkan
insufisiensi pankreas.
e. Pengobatan
Selama suatu serangan, yang sangat penting adalah menghindari alkohol.
Menghindari semua makanan dan hanya menerima cairan melalui infus, dapat
mengistirahatkan pankreas dan usus juga bisa mengurangi rasa nyeri. Tetapi
pereda nyeri golongan narkotik, masih sering diperlukan untuk mengurangi
rasa nyeri. Untuk mengurangi serangan, dianjurkan makan 4-5 kali/hari, yang
mengandung sedikit lemak dan protein, dan banyak karbohidrat. Alkohol harus
tetap dihindari. Bila sakit berlanjut, kemungkinan telah terjadi komplikasi,
seperti masa peradangan di kepala pankreas atau suatu pseudokista. Masa
peradangan memerlukan terapi pembedahan. Pseudokista yang menyebabkan
nyeri sejalan dengan perkembangannya, mungkin harus
menjalani dekompresi (pengurangan penekanan). Bila penderita terus menerus
merasakan nyeri dan tidak ada komplikasi, biasanya dokter menyuntikan
penghambat nyeri ke saraf pankreas sehingga rangsangannya tidak sampai ke
otak. Bila cara ini gagal, mungkin diperlukan pembedahan. Jika saluran

14
pankreasnya melebar, pembuatan jalan pintas dari pankreas ke usus halus,
akan mengurangi rasa nyeri pada sekitar 70-80% penderita. Jika salurannya
tidak melebar, sebagian dari pankreas mungkin harus diangkat. Bila kepala
pankreas terkena, bagian ini diangkat bersamaan dengan usus dua belas jari.
Pembedahan ini dapat mengurangi nyeri pada 60-80% penderita.
Pada pecandu alkohol yang mengalami penyembuhan, pengangkatan sebagian
pankreas dilakukan hanya pada mereka yang dapat mengatasi diabetes yang
akan terjadi setelah pembedahan. Dengan meminum tablet atau kapsul yang
mengandung ekstrak enzim pankreas pada saat makan, dapat membuat tinja
menjadi kurang berlemak dan memperbaiki penyerapan makanan, tapi masalah
ini jarang dapat teratasi. Bila perlu, larutan antasid atau penghambat H2 dapat
diminum bersamaan dengan enzim pankreas. Dengan pengobatan tersebut,
berat badan penderita biasanya akan meningkat, buang air besarnya menjadi
lebih jarang, tidak lagi terdapat tetesan minyak pada tinjanya dan secara umum
akan merasa lebih baik. Jika pengobatan diatas tidak efektif, penderita dapat
mencoba mengurangi asupan lemak. Mungkin juga dibutuhkan tambahan
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pankreatitis (inflamasi
pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang
dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga
penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap
berbagai pengobatan. Pankreatitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu pankreatitis
akut dan pankreatitis kronik

B. Saran
Sebagai saran menjaga kesehatan merupakan modal awal dalam
kesejahteraan hidup. Pola hidup yang bersih dan sehat akan menghindarkan kita
semua pada penyakit. Seperti kata pepatah yang mengatakan lebih baik mencegah
daripada mengobati. Diharapkan bagi perawat atau mahasiswa agar dapat
menegakkan diagnosa dan tindakan keperawatan dengan benar dan tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Delman, H.D. (1993). Textbook of Veterinary Histology. Lea and Fiebiger: Philadelphia

Faiz, Omar, dkk. (2004). At a Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga

Getty, R. (1975). Sisson and Grossman's The Anatomy of the Domestic Animals. Vol.1. W.B.

Saunders Company: Philadelphia. London. Toronto.


Gibson, John. (1981). Modern Physiology and Anatomy for Nurses. Blackwell Science
Limited: Oxford

17

Anda mungkin juga menyukai