Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3 Tujuan ................................................................................................................4
1.4 Batasan Masalah.................................................................................................4
1.5 Manfaat ..............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Metode Kematangan (Maturity Method) ...........................................................6
2.2 Perawatan Uap (Steam Curing) .........................................................................7
2.3 Analisa Statistik Hasil Prediksi ..........................................................................9
2.4 Kontrol Kualitas Pekerjaan Beton ...................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................18
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA .............................................................20
4.1 Umum...............................................................................................................20
4.2 Pembuatan Kurva Kematangan .......................................................................20
4.3 Prediksi Kuat Tekan .........................................................................................23
4.4 Analisa Statistik Terhadap Hasil Prediksi ........................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................28
1.1 Kesimpulan ......................................................................................................28
1.2 Saran .................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................30

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak
dipakai dalam pembangunan fisik. Harganya yang relative murah dan kemudahan
dalam pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia
konstruksi. Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki
beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan
keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka
diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar
dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi
oleh keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya
dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton
(ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan
kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka
pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini
adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas
maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.
Salah satu cara mengontrol kualitas beton sedini mungkin terdapat dalam
PBI 1971. PBI 1971 menggunakan koefisien faktor pengali kekuatan untuk
mendapatkan dasar kuat tekan umur 28 hari. selain itu terdapat ketentuan apabila
tidak ditentukan dengan percobaan maka untuk keperluan perhitungan-
perhitungan kekuatan dan/atau pemeriksaan mutu beton, perbandingan kekuatan
beton pada berbagai umur terhadap beton yang berumur 28 hari dapat diambil
menurut koefisien pada tabel 4. 1. 4(PBI 1971 bab 4.1(4)). Namun seiring adanya
penelitian lanjut, pemakaian koefisien pengali kekuatan tadi dianggap sudah tidak

1
tepat lagi karena kurang akurat. Menurut penelitian Ken W. Day (1995) terlihat
bahwa kenaikan kekuatan beton dari umur muda hingga umur 28 hari sangat
bervariasi. Oleh karena itu jika korelasi kekuatan beton umur awal terhadap umur
akhir hanya dipengaruhi oleh satu koefisien nilai maka hasil yang didapatkan
menjadi tidak akurat. Didasarkan oleh hal tersebut, Ken W. Day dalam bukunya
Concrete Mix Design, Quality Control and Specification mengusulkan
penggunaan metode kematangan (maturity method) untuk memperkirakan
kekuatan beton umur 28 hari dengan menggunakan data kuat tekan beton di umur
muda.
Metode kematangan merupakan suatu metode perkiraan kuat tekan beton
yang mengambil data temperatur beton umur muda hingga umur 28 hari sebagai
dasar. Temperatur sebagai faktor yang menjadi dasar dari metode ini dianggap
sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena
temperatur merupakan faktor utama dalam laju perubahan hidrasi semen. Data-
data histori dari temperatur disebut sebagai maturity index. Metode ini juga
memiliki anggapan dasar bahwa beton dengan kematangan yang sama memiliki
kekuatan yang sama. Dikarenakan anggapan dasar diatas maka diusahakan
temperatur dalam proses pembuatan dan pelaksanaan beton dapat dioptimumkan
agar beton memiliki kematangan yang baik. Salah satu tahapan dalam pembuatan
dan pelaksanaan pembuatan beton yang mempengaruhi kematangan beton adalah
tahap perawatan. Dalam panduan yang ada, dalam hal ini ASTM C 918-02
tentang Standar Metode Tes untuk Menyelidiki Kuat Tekan Beton Umur Muda
dan Memperkirakan Kekuatan Tekan Umur Selanjutnya dan ASTM C 1074-98
tentang Standar Percobaan untuk Memperkirakan Kekuatan Beton dengan
Metode Kematangan, metode perwatan benda uji yang digunakan adalah metode
biasa yaitu dengan merendam beton kedalam air. Namun, pemakaian metode
perawatan dengan uap (steam curing) dalam proses perawatan beton dipercaya
dapat meningkatkan keakuratan dari maturity index.
Steam curing merupakan metode perawatan yang telah diguanakan
bertahun-tahun untuk mempercepat peningkatan kuat tekan beton. Karena laju
hidrasi semen meningkat seiring dengan peningkatan temperatur, maka

2
pencapaian kuat tekan beton dapat dipercepat dengan cara merawat beton dengan
uap. Perawatan beton dengan uap dilakukan pada temperatur yang tinggi, karena
itu beton yang dihasilkan memiliki kematangan yang lebih baik daripada beton
yang dirawat dengan cara biasa. Dengan kematangan yang lebih baik, prediksi 2
kekuatan beton umur 28 hari dengan metode kematangan dapat menghasilkan
output yang lebih akurat.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pekerjaan konstruksi di lapangan
akan menjadi lebih optimal. Hal ini disebabkan karena pelaksana dapat memeriksa
kuat tekan beton terhadap persyaratan yang ada tanpa perlu menunggu waktu 28
hari dan memutuskan melakukan kegiatan selanjutnya berdasar hasil tersebut. Hal
ini dapat meningkatkan efisiensi kerja dari suatu kontraktor dengan signifikan
yang tentu saja berimbas terhadap peningkatan keuntungan yang didapatkan.
Selain itu, karena output yang dihasilkan lebih akurat maka quality control dan
quality assurance terhadap pekerjaan beton menjadi semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
Permasalahan Utama
Bagaimana memprediksi kekuatan beton pada umur 28 hari dengan
menggunakan data beton perawatan uap umur muda menggunakan
metode kematangan agar didapatkan hasil yang akurat?
Detail Permasalahan
1. Bagaimana perubahan suhu beton dengan perawatan uap?
2. Bagaimana hubungan perubahan suhu dengan kematangan beton dengan
perawatan uap?
3. Bagaimana hubungan kematangan beton dengan kuat tekan beton untuk
beton dengan perawatan uap?
4. Apa hubungan kuat tekan beton umur muda pada beton dengan perawatan
uap
5. Terhadap kuat tekan beton pada umur 28 hari?

3
6. Apakah prediksi kekuatan beton umur muda dengan perawatan uap
terhadap kekuatan beton pada umur 28 hari menggunakan metode
kematangan yang terdapat pada ASTM dapat dikatakan akurat?

1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun tujuan yang hendak dicapai
dalam ini adalah sebagai berikut :
Tujuan Utama
Dapat memprediksi secara akurat kekuatan beton pada umur 28 hari
menggunakan data umur muda beton dengan perawatan uap menggunakan metode
kematangan.
Tujuan Detail
1. Mengetahui perubahan suhu beton dengan perawatan uap.
2. Mengetahui hubungan perubahan suhu dengan kematangan beton dengan
perawatan uap.
3. Mengetahui hubungan kematangan beton dengan kuat tekan beton dengan
perawatan uap .
4. Mengetahui hubungan kuat tekan beton umur muda pada beton dengan
perawatan uap dengan kuat tekan beton pada umur 28 hari.
5. Mengetahui akurasi prediksi kekuatan beton dengan perawatan uap
terhadap kuat tekan beton pada umur 28 hari menggunakan metode
kematangan yang terdapat pada ASTM.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Beton yang ditinjau hanya beton normal dengan kuat tekan (fc) 31 MPa,
sehingga tidak meninjau beton mutu tinggi maupun beton dengan
campuran aditif.
2. Metode kematangan yang dipakai untuk menghitung indeks kematangan
hanya menggunakan rumusan tempereture-time-factor (TTF).
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada skala laboratorium.

4
1.5 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan perkiraan kuat tekan beton secara
dini dapat lebih akurat sehingga pekerjaan konstruksi di lapangan akan menjadi
lebih optimal. Selain itu, karena output yang dihasilkan lebih akurat maka quality
control dan quality assurance terhadap pekerjaan beton menjadi semakin
meningkat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Kematangan (Maturity Method)


Beton meningkat kekuatannya seiring waktu. Kecepatan peningkatannya
semakin bertambah bila temperaturnya naik. Karenanya perlu diketahui hubungan
antara ukuatan, waktu dan temperatur. Sehingga kita dapat mengetahui kekuatan
beton etiap saatnya bila telah diketahui kekuatan pada suhu dan waktu-waktu
tentu.(Ken W Day, 2006).Dengan kata lain bila kita telah mendapatkan suatu per-
samaan yang menghubungkan antara kekuatan beton, waktu dan temperaturnya
maka kita dapat meprediksi kekuatan beton setiap saatnya. Untuk mendapatkan
nilai persamaan inilah kita memakai metode kematangan yang terdapat pada
ASTM C1074-98.
Menurut ASTM C1074-98, metode kematangan (maturity method) adalah
suatu teknik untuk estimasi kekuatan beton yang berdasar pada asumsi bahwa
suatu sampel beton mencapai kekuatan yang sama jika sampel tersebut mencapai
nilai indeks kamatangan yang sama. Indeks kematangan adalah suatu indikator
kematangan yang dihitung berdasarkan data temperatur yang dihasilkan reaksi
sementasi pada beton menggunakan fungsi kematanagan. Fungsi kematangan
merupakan suatu persamaan metematika yang mempergunakan data temperatur
yang dihasilkan reaksi sementasi pada beton saat periode perawatan (curing
period) untuk menghitung suatu nilai/indeks yang mengindikasikan kematangan
pada akhir periode. Kematangan (maturity) adalah gambaran perkembangan
karakteristik beton berdasarkan reaksi sementasinya. Indeks kematangan dapat
dihitung menggunakan dua metode, yang pertama adalah temperature-time factor
dan yang kedua adalah metode equivalent age. Hubungan kuat tekan dan
kematangan pada beton merupakan hubungan empiris antara kuat
tekan dan indeks kematangan dari sampel benda uji yang telah didata perubahan
temperaturnya berdasarkan waktu saat pengetesan kuat tekan beton.
Pada dasarnya terdapat dua tujuan pemakaian metode kematangan ini
dalam teknologi beton (Ken W. Day, 2006) yaitu :

6
1. Prediksi kekuatan beton umur 28 hari dari umur mudanya.
2. Pengetesan kekuatan beton di lapangan (in-situ test concrete)
Dari kedua tujuan ini yang akan lebih banyak dibahas nantinya dalam tugas
akhir ini adalah tujuan yang pertama.

2.2 Perawatan Uap (Steam Curing)


Menurut Hansen (1970) pada buku Sulistyo (1997), Yang dimaksud
dengan metode perawatan uap (steam curing )adalah metode perawatan beton
yang bertujuan untuk mempercepat pengerasan (mempercepat proses hidrasi),
yang dilakukan dengan cara menaikkan temperatur lingkungan perawatan dengan
media uap air.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode steam
curing adalah periode perawatan, kecepatan kenaikan dan penurunan temperatur,
tingginya temperature serta lamanya waktu konstan.

2.2.1 Short Cycle Steam Curing


Adalah curingdengan ururtan 2 jam pra-curingpada suhu 20 C lalu
diikuti 90 menit untuk menaikkan suhu menjadi 80 C. kemudian suhu dibiarkan
konstan selama 3 jam dan 90 menit berikutnya diturunkan menjadi 20 C. setelah
perlakuan ini kekuatan beton pada umur 1 hari adalah dua kalinya daripada beton
4 yang dirawat pada suhu 20 C, dengan kerugian sekitar 10% pada kekuatan
akhir.

2.2.2 Long Cycle Steam Curing


Adalah curing dengan urutan 2 jam pracuring pada suhu 20 C diikuti selama
5 jam suhu dinaikkan menjadi 80 C, dilanjutkan 3 jam curing konstan pada suhu
80C, lalu 10 jam kemudian suhu diturunkan menjadi 20 C. setelah perlakuan ini
kekuatan umur satu hari beton adalah dua setengah kali dari kekuatan beton yang
dirawat pada suhu 20 C dengan kerugian sekitar 5% pada kekuatan akhir.

7
2.3 Prediksi Kuat Tekan Umur 28 Hari Dengan Metode Kematangan (ASTM
C918-02)
Prediksi kekuatan umur 28 hari dapat dilakukan dengan adanya data-data
beton pada umur muda, seperti yang ditunjukkan dalam ASTM C918-02.
Persamaan umum untuk memprediksi kekuatan ini adalah :
SM = Sm+b(log M - log m) (2.2)
dimana :
SM adalah perkiraan kekuatan pada indeks kematangan M
Sm adalah nilai kekuatan tekan pada saat nilai kematanagan m
b adalah kemiringan garis
M adalah nilai indeks kematangan pada kondisi curing standar
m indeks kematangan spesimen yang dites pada umur muda
Nilai konstanta b yang dipakai pada persamaan (2.4) dapat dicari melaui cara
analisa regresi atau menggunakan plot manual. Urutan langkahnya untuk analisa
regresi adalah sebagai berikut :
a. Ubah skala nilai indeks kematangan (m) menjadi sebuah skala logaritma.
b. Plotkan nilai rata-rata kekuatan silinder uji terhadap nilai logaritmik dari
indeks kematanagn (m)
c. Cari persamaan yang paling baik dari hasil plot tersebut. Nilai persamaan
ini haruslah mengikuti bentuk seperti di bawah ini yaitu berupa persamaan
garis linier.
Sm = a+b log m (2.3)
dimana :
Sm adalah kuat tekan pada m
a adalah nilai intercept
b adalah kemiringan garis
m adalah indeks kematangan
Urutan langkah untuk plot manual adalah sebagai berikut :
a. siapkan kertas semilog dengan nilai ordinat (y) sebagai kuat tekan dan
nilai absis (x) sebagai nilai maturity indeks.

8
b. Plot nilai kuat tekan berbanding dengan nila maturity indeksnya.
c. Gambarkan regresi garisnya dari nilai-nilai yang diplot sebelumnya.
d. Hitung kemiringan garisnya. Kemiringan garis adalah jarak vertikal, dalam
satuan teganangan, dimulai dari awal sampai akhir satu siklus logaritmik
dalam absis (x).
e. Nilai kemiringan garis ini adalah nilai b.

2.3 Analisa Statistik Hasil Prediksi

2.3.1. Uji Hipotesis Sampel Tunggal

Dalam upaya menarik kesimpulan dan mengambil keputusan, sering kali

ada gunanya menetapkan asumsi-asumsi atau perkiraan-perkiraan mengenai

populasi. Asumsi-asumsi seperti itu (yang mungkin salah atau juga benar) disebut

sebagai hipotesis statistik. Secara umum suatu hipotesis statistik merupakan

pernyataan mengenai distribusi probabilitas populasi. Hipotesis ini perlu diuji

untuk kemudian diterima atau ditolak. Berdasarkan dengan hal tersebut, perlu

dicegah terjadinya dua jenis kesalahan (error) dalam uji hipotesis, yaitu :

a. kesalahan jenis pertama (type-1 error) adalah bila menolak suatu

hipotesis yang harusnya diterima.

b. kesalahan jenis kedua (type-2 error) adalah bila menerima suatu

hipotesis yang harusnya ditolak. Untuk mencegah hal tersebut maka

uji hipotesis dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai