Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIKA

PENERAPAN BIOLISTRIK
DALAM DUNIA KESEHATAN

Disusun Oleh :

Devy Salmawati Siahaan

Nim :
PO7120316012

KEPERAWATAN DIV TINGKAT 1


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan


hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul Penerapan Biolistrik
Dalam Dunia Kesehatan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan
makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas keperawatan semester I
yang dibimbing oleh Ibu Lenny, SKM, S. Kep, M. Kes.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya


mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Palu. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Besar harapan kami agar makalah ini bisa bermanfaat bagi
para perawat pada khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya.

Palu, 16 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI ....
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang Masalah ......
B. Perumusan Masalah .
C. Tujuan Penulisan .
BAB II ISI ...
A. Pengertian Biolistrik ........
B. Rumus atau hukum dalam biolistrik ........
C. Macam-macam gelombang arus listrik ........
D. Kelistrikan dan kemagnetan yang timbul dalam tubuh .......
E. Penggunaan listrik atau magnet pada permukaan tubuh .
F. Syok listrik ..
BAB III PENUTUP .......
A. Kesimpulan .
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA .....
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut. Pengamatan terhadap
gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman Yunani kuno. Orang-orang
yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu amber digosok, batu tersebut akan
menarik benda kecil seperti jerami atau bulu. Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani yaitu electron.
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek
dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia,
serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Listrik yang ada
pada tubuh kita disebut dengan Biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang
terdapat pada makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup
dan kata listrik.
Makalah ini membahas tentang sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh. Listrik
yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi mengendalikan dan mengoperasikan saraf,
otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas tubuh sedikit
banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot disebabkan tarik-
menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja Otot, otak dan jantung pada
dasarnya bersifat elektrik (listrik). Sistem saraf berperan penting pada hampir semua
fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima
sinyal eksternal dan internal dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai.
Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita
menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-
sinyal ini dihasilkan dari proses elektrokimiawi tertentu.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana awal mula ditemukan biolistrik serta pengertian biolistrik?
2. Apa rumus atau hukum dalam biolistrik ?
3. Apa saja macam-macam gelombang arus listrik ?
4. Jelaskan kelistrikan dan kemagnetan yang timbul dalam tubuh !
5. Bagaimana penggunaan listrik atau magnet pada permukaan tubuh ?
6. Jelaskan tentang syok listrik !

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui awal mula ditemukan biolistrik serta pengertian biolistrik
2. Mengetahui rumus atau hukum dalam biolistrik
3. Mendeskripsikan macam-macam gelombang arus listrik
4. Menjelaskan kelistrikan dan kemagnetan yang timbul dalam tubuh
5. Mendeskripsikan penggunaan listrik atau magnet pada permukaan tubuh
6. Menjelaskan tentang syok listrik
BAB II
ISI

A. Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron
yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan
penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul
didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal,
daya ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak
oleh perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal
harus di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita
atau bagian-bagian tubuh lainnya.
Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate), dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan
tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada
permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Aktifitasi
bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air.

B. Rumus atau Hukum Dalam Biolistrik


Hukum Ohm menyatakan bahwa :
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor.
Rumusnya yaitu :

R Dimana, R : hambatan (),

I : kuat arus (ampere),
V : tegangan (Volt).
Hukum joule menyatakan bahwa :
Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu
akan menimbulkan panas.
Rumusnya yaitu :

Q= Dimana, Q : energi panas yang ditimbulkan (joule),

V : tegangan (Volt),
I : arus (A),
t : waktu lamanya arus mengalir (second).
J : Joule = 0,239 Kal
C. Macam-macam Gelombang Arus Listrik
Gelombang arus listrik bekaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk
merangsang saraf motoris atau saraf sensoris. Gelombang yang dimaksud diantaranya:
1. Arus bolak balik/sinosuidal

2. Arus setengah gelombang

3. Arus setengah penuh

4. Arus searah murni

5. Faradik

6. Sentakan faradik

7. Sentakan sinosuidal

8. Galvanik yang interuptus

9. Arus gigi gergaji

D. Kelistrikan Dan Kemagnetan Yang Timbul Dalam Tubuh


1. Sistem syaraf dan neuron
Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
otonom.
1) Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah
serat-serat yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis
disebut saraf afferensedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari
otak dan medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut serat efferen.
2) Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan
kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak
berhubungan langsung dengan medulla spinalis; keduanya diliputi cairan
serebro spinalis dan dilindungi tulang tengkorak serta tulang vertebralis
(columna vertebralis). Berfat otak 1500 gram dan hanya 50 gram yang efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf
mempunyai fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.

2. Kelistrikan saraf
Dalam bidang neuroanatomi akan dibicarakan kecepatan impuls serat saraf ;
serat saraf yang berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantar impuls
lebih cepat dari pada serat saraf yang berdiameter kecil. Kalau ditinjau besar
kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu serat
saraf tipe A, B dan C. Dengan mempergunakan mikroskop elektron, serat saraf
dibagi dalam dua tipe : serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa mielin.
Serfat saraf bermielin : banyak terdapat pada manusia. Mielin merupakan suatu
insulator ( isolasi) yang baik dan kemampuan mengalir listrik sangat rendah.
Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.

3. Perambata potensial aksi


Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk
mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi
ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau
gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi.
Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tinkat refrakter
ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif.
Periode refrekter absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk
menghasilkan potensial aksi yang lain.
Periode refrekter relative
Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode
refrekter absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada
stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi
yang baru.

4. Kelistrikan pada sinapsis dan neuromyal junction


Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis; berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction. Baik sinapsis maupun
Neuromnyal junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang
depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang
depolarisasi ini penting pada sel membran sel otot, oleh karena pada waktu terjadi
depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/bergetar/berdenyut
menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal
mana otot akan mengalami relaksasi.

5. Kelistrikan otot jantung


Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Pada
saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat dilakukan
ragsangan ion-ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang
akan timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ berlahan-lahan
akan masuk kembali kedalam sel dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara
spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial aksi tanpa
memerlukanrangsangan dari luar.

6. Macam-macam gelombang potensial aksi


1) Gelombang potensial aksi dari akson
2) Gelombang potensial aksi dari sel otot bergaris
3) Gelombang potensial aksi dari sel oto jantung

7. Elektroda
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda. Kegunaan
dari elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur elektron. Bahan yang
dipakai sebagai elektroda adalah perak dan tembaga. Apabila sebuah elektroda
tembaga da sebuah elektroda perak di celupkan dalam sebuah larutan misalnya
larutan elektrolit seimbang cairan badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan
potensial antara kedua elektroda itu.
Perbedaan potensial ini kira-kira sama dengan perbedaan antara potensial kontak
kedua logamtersebut disebut potensial offset elektroda.

a. Macam- macam bentuk elektroda


a) Elektroda jarum (Mikro elektroda)
Berbentuk konsentrik ( consentrik elektoda ). Elektroda berbentuk
jarum ini dipergunakan untuk mengukur aktivitas motor unit tunggal.
b) Elektroda mikropipet
Elektroda ini dibuat dari pada gelas. Kegunaan elektroda ini untuk
mengukur potensial biolistrik dekat atau di dalam sebuah sel.
c) Elektroda permukaan kulit
Elektroda permukaan kulit terbuat dari metal/logam yang tahan karat,
Misalnya perak, nikel, atau alloy.
Bentuk-bentuk ;
o Bentuk plat.
o Bentuk suction cup.
o Bentuk floating.
o Bentuk ear clip.
o Bentuk batang.
8. Isyarat listrik tubuh
Isyarat listrik ( elektrical signal ) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari
tipe-tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat
berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh.
Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh :
1) EMG ( Elektromiogram ).
Yaitu pencatatan potensial otot biolistrik selama pergerakan otot. Ada 25-
2.000 serat otot(sel), dihubungkan dengan syaraf via motor end plate. EMG
bisa digunakan untuk mengukur sel otot tunggal maupun pada beberapa serat
otot. Elektrode permukaan diletakkan pada permukaan kulit untuk mengukur
isyarat listrik dari sejumlah unit motoris. Electrode jarum konsentris
dimasukkan ke dalam kulit untuk mengukur aktivitas unit motoris tunggal.
2) ENG ( Elektroneurogram ).
Tujuannya untuk mengetahui keadaan lingkungan, untuk mengetahui
kecepatan konduksi syaraf motoris dan sensosris, untuk menentukan penderita
miastenia gravis. Kecepatan normal konduksi saraf motoris berkisar 40-60
m/detik. Apabila kecepatan < 10 m/detik merupakan pertanda kelainan saraf.
3) ERG ( Elektroretionogram)
Suatu pencatatan bentuk kompleks potensial biolistrik yang ada pada
retina mata yang di kerjakan melalui rangsangan cahaya pada retina. Isyarat
ERG sangat kompleks, karena merupakan sumasi efek yang terjadi di dalam
mata. Bila gelombang B tidak tampak pada ERG, berarti retina penderita
mengalami retinitis pigmentosa.
4) EOG (Elektrookulogram)
Suatu pengukuran/pencatatan berbagai potensial pada kornea-retina
sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata.
5) EGG (Elektrogastrogram)
Merupakan EMG yang berkaitan gerakan peristaltic traktus
gastrointestinalis.
6) EEG (Elektroensefalogram)
Yaitu pencatatan isyarat listrik otot. Pencatatan potensial aksi listrik otak
merupakan sumasi dari potensial aksi sel saraf di dalam otak. Amplitudo dari
isyarat EEG merupakan gelombang denyut demi denyut (peak to peak)
dengan jarak antara 10 mV-100mV pada frekuensi di bawah 1 Hz sampai
lebih 100 Hz. Pemeriksaan EEG bertujuan untuk menggantikan fungsi EKG
sebagai alat monitor saat operasi, mendiagnosis epilepsy dan klasifikasi
epilepsy, menunjukkan tumor otak (aktivitas listrik pada daerah tumor otak
akan menurun). Frekuensi EEG berkisar 8-13 Hz, pada penderita berjaga
memiliki frekuensi di atas 13 Hz. Ada 4 grup frekuensi normal isyarat listrik
EEG, Delta (lambat ; 0,5-3,5 Hz), Teta (menengah ; 4-7 Hz), Alfa ( normal ;
8-13 Hz), Beta (cepat ; > 13 Hz).
7) EKG (Elektrokardiogram)
Merupakan pencatatan isyarat biolistrik jantung, di lakukan pada
permukaan kulit. Irama jantung diatur oleh isyarat listrik yang dihasilkan oleh
rangsangan spontan pada SA Node.
E. Penggunaan listrik atau magnet pada permukaan tubuh
1. Frekuensi Arus Listrik
Sejak 2 abad belakang ini perkembangan listrik begitu pesat, seiring dengan
perkembangan listrik, diciptakan alat-alat yang mempergunakan energi listrik. Hal-
hal yang menyangkut soal listrik yaitu tegangan, tahanan listrik, arus listrik serta
frekuensi listrik.
Pada tahun 1890 jacques A.D Arsonval telah menggunakan listrik
berfrekuensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1929, ia
menggunakan listrik dengan frekuensi 30 MHz untuk pemanasan yang disebut
short wave diathermy dan pada tahun 1950 sudah diperkenalkan penggunaan
gelombang mikro dengan frekuensi 2.450 MHz untuk keperluan diathermi dan
pemakaian radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik dibagi
menjadi 2:
1) Listrik berfrekuensi rendah
2) Listrik berfrekuensi tinggi

1) Listrik Berfrekuensi Rendah


Listrik berfrekuensi rendah adalah listrik yang memiliki frekuensi antara
20 Hz sampai dengan 500.000 Hz. Frekuensi rendah ini mempunyai efek
merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot.
Alat-alat yang menghasilkan listrik berfrekuensi rendah yaitu: Stimulator
yang rangkaiannya terdiri dari astable multivibrator. Multivibrator adalah
golongan dari rangkaian osilator yang dapat menghasilkan bentuk gelombang
output yang terdiri dari satu atau lebih pulsa-pulsa persegi. Astable
multivibrator menyediakan rangkaian pulsa yang kontinu.
Selain frekuensi yang diperhatikan, pengulangan dalam pemakaian sangat
penting serta pemilihan bentuk gelombang manakah yang dipakai juga perlu
diperhatikan. Untuk pemakaian dalam jangka waktu singkat dan bersifat
merangsang persarafan otot, maka dipakai arus faradik

T
T
Arus Faradik Arus faradic dari gulungan Smart-
Bristow

Arus faradic dari alat stimulator


Gambar 2.36a Arus faradic murni, 2.36b Arus faradic dari gulungan
Smart-Bristow, 2.36c Arus faradic dari stimulator electronika.
(Sumber: Buku Fisika Kedokteran)

Untuk pemakaian dalam jangka waktu lama dan bertujuan merangsang


otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang interuptur
atau terputus-putus atau arus DC yang telah dimodifikasi (lihat gambar).

T T T

(1) (2) (3)

I
I

Gambar 2.37 Tipe-tipe impuls yang telah dimodifikasi (1) rectangular,


(2) trapezoidal, (3) triangular, (4) saw-tooth, (5) depolarized. (Sumber:
Buku Fisika Kedokteran)

Selain arus DC ada pula yang menggunakan arus AC dengan frekuensi 50


Hz. Arus AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemampuan:
a. merangsang saraf sensoris
b. merangsang saraf motoris
c. berefek kontraksi otot.
Walaupun kemampuan efek yang ditimbulkan arus AC serupa dengan arus
DC, namun dalam pemakaian arus AC (sinusoidal) di klinik sudah banyak
ditinggalkan.

2) Listrik Berfrekuensi Tinggi


Yang tergolong listrik berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik di
atas 500.000 siklus perdetik (500.000 Hz)
Dasar-dasar memproduksi arus listrik berfrekuensi tinggi:
Untuk memperoleh frekuensi tinggi dipergunakan sirkuit osilator yang
mengandung rangkaian kapasitor dan induktor (rangkaian L-C).

Gambar 2.38 Rangkaian L-C (Sumber: Buku Fisika Kedokteran)


Besarnya frekuensi arus yang dihasilkan dirmuskan ;
1
=
2
Keterangan :
F= frekuensi (Hz)
L = Induktansi inductor (henry)
C = kapasitansi capasitor (Farad)

Penggunaan listrik berfrekuensi tinggi


Listrik berfrekuensi tinggi tidak mempunyai sifat merangsang saraf
motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan
pengulangan yang lama. Frekuensi tinggi ini mempunyai sifat memanaskan,
berdasarkan sifat ini maka penggunaa frekuensi tinggi dalam bidang
kedokteran dibagi dalam dua bagian:
a. Short wave diathermy (diatermi gelombang pendek)
Pada diatermi ini terdapat dua metoda yang dipakai untuk memperoleh
gelombang elektromagnetis agar masuk ke badan. Dua metoda yang
dimaksudkan adalah metoda capacitance (metoda kondensor) dan metoda
inductance (metode induksi = metode kabel).
Metode capacitance/kondensor
Prinsip kerja Metode capacitance/kondensor adalah electrode
diletakkan pada masing-masing sisi yang akan di obati dan dipisahkan
dari kulit dengan bahan isolator.
Apabila kedua elektroda dialiri arus listrik maka akan tercipta medan
listrik diantara kedua elektroda tersebut. Dipole listrik terdiri dari
pasangan muatan positif dan negatif yang sama besar dan relatif saling
berdekatan. Dipole listrik dapat menghasilkan medan listrik
Subtansi yang berada didalam medan listrik ( ) akan mengalami
fibrasi, elektrolit mengalami dipole dan timbul panas. Sedangkan panas
yang ditimbulkan dirumuskan dari persamaan matematis hukum Joule:

=
0,24
Keterangan :
H = Energy panas yang dihasilkan (Joule)
V = tegangan (volt)
I = Kuat arus yang mengalir (amper)
t = waktu (sekon)
Ukuran dan jarak elektroda perlu diperhatikan. Syarat yang
perludiperhatikan bahwa elektroda harus lebih besar daripada struktur
yang akan diobati dan jarak penempatan elektroda harus sama terhadap
kulit. Untuk jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Gambar 2.39 Garis gaya listrik (medan listrik) cenderung
menyebar. Struktur yang akan diobati lebih besar dari electrode.
(Sumber: Buku Fisika Kedokteran)
b. Metoda induksi (metoda kabel)
Pada Metode ini, bisa timbul efek medan listrik atau medan magnet
pada saat yang bersamaan (lihat Gambar.)
Dalam diatermi induktansi bagian tubuh yang akan dipanaskan
ditempatkan di dalam atau dekat inductor. Arus frekuensi 30 MHz dalam
kumparan menghasilkan medan magnet bolak-balik dalam jaringan yang
yang menyebabkan terjadinya arus eddy di dalam kumparan. Energi yang
hilang oleh arus eddy muncul sebagai panas dalam jaringan.

2. Electrocauter Dan Electrosurgery


1) Electrocouter
Listrik berfrekuensi tinggi dipergunakan untuk mengontrol perdarahan
pada wakru operasi. Searing (cauterisasi/pembakaran) telah digunakan 2000
tahun yang lalu untuk menghentikan perdarahan pala luka menganga yaitu
dengan menggunakan kawat panas diletakkan pada luka tanpa menggunakan
pembiusan.
Kau terisasi yaitu pembakaran dengan menggunakan frekuensi listrik 2
MHz, tegangan kurang dari atau sama dengan 15 kV. Ini menunjukkan dasar
elektrokauter dan electrosurgery. Electrocouter dan alectrosurgery keduanya
berbeda dalam peralatan tetapi menggunakan probe serta butt plate electrode
yang sama. Sebelum melakukan kauterisasi, mula-mula diolesi dengan pasta
dipunggung penderita kemudian butt plate electrode ditempatkan pada
punggung penderita yang sedang berbaring dan diusahakan agar kontak yang
baik dengan badan agar terhindar dari bahaya syok. Apabila probe dimasukkan
ke dalam jaringan maka akan dilewati arus dengan frekuensi tinggi sehingga
diperoleh daya sekitar probe tersebut. Di mana daya pada probe = 3.3 x 103
W/cm3, frekuensi kawat pada probe = 5 MHz, jaringan dengan diameter 0.25
mm terdapat daya 15 W. Daya dapat meningkatkan temperature sekitar 8000C
pada probe, pada jarak 1.25 cm dari probe terdapat 0.10C.
2) Electrosurgery
Jaringan yang terpotong dengan electrosurgery cepat megalami
gelembung. Untuk memotong jaringan dilakukan gerakan cepat 5-10 cm/s
dengan tujuan agar supaya mengurangi destruksi jaringan sekitarnya.
Electrosurgery biasanya digunakan pada operasi otak, limpa, vesica felea
(kantong empedu), prostat dan serviks.

3. Defibrilasi
1) Defibrilasi dan Fungsinya
Defibrilasi adalah proses pemberian sengatan listrik ke jantung untuk
menghentikan aritmia agar irama jantung kembali ke keadaan yang produktif.
Sengatan listrik dihasilkan oleh sebuah perangkat listrik yang disebut
defibrillator. Defibrillators memberikan sengatan listrik singkat ke jantung,
yang memungkinkan alat pacu jantung alami jantung (SA Node) untuk
mendapatkan kembali kontrol dan membentuk irama jantung yang produktif.
defibrilator ini adalah perangkat elektronik yang terdiri dari alat kejut jantung
dan monitoring elektrokardiogram.

Gambar 2.46 Penggunakan defibrillator untuk mengembalikan denyut nadi


jantung. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Defibrillation)

Proses defibrilasi dilakukan untuk memperbaiki aritmia yang mengancam


nyawa termasuk fibrilasi ventrikel dan serangan jantung. Ketika jantung dalam
keadaan darurat, maka proses defibrilasi harus segera dilakukan setelah pasien
teridentifikasi mengalami aritmia, yaitu ditunjukkan oleh kurangnya pulsa dan
tidak lagi merespon rangsangan. Jika elektrokardiogram tersedia, aritmia dapat
ditampilkan secara visual untuk konfirmasi tambahan. Untuk pengobatan
medis oleh dokter, dalam situasi yang mengancam jiwa, defibrilasi atrial dapat
digunakan untuk mengobati fibrilasi atau flutter atrium.
Aritmia jantung mencegah jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Hal ini jika tetap dibiarkan tanpa penanganan cepat dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada organ utama termasuk otak dan jantung. Aritmia ini
termasuk takikardia ventrikel, fibrilasi, dan serangan jantung. Sekitar 10% dari
kemampuan jantung untuk merestart hilang setiap menit yang ketika terjadi
fibrasi ventrikel. Kematian dapat terjadi dalam menit, kecuali jantung dapat
kembali berdetak normal atau irama jantung produktif kembali. Agar
menghasilkan denyut nadi kembali, maka jantung dipulihkan melalui
defibrilasi.
F. Syok Listrik
Bahwasannya kesetrum dalam pengertian sehari-hari adalah menyentuh benda
elektronik yang sedang aktif pada bagian logamnya dan terjadilah tersetrum. Syok
listrik atau kejutan listrik adalah suatu nyeri pada syaraf sensoris yang diakibatkan
aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh.
Secara fisika, kesetrum (electric shock) adalah terjadinya kontak antara bagian
tubuh manusia dengan suatu sumber tegangan listrik yang cukup tinggi sehingga
mampu mengakibatkan arus listrik melalui tubuh manusia tepatnya melalui otot.
Selain itu arus ini sifatnya mengalir dari potesial tinggi ke potensial rendah. Dalam
kasus sehari- hari sumber tegangan listrik ini memiliki potensial tinggi, sementara
bumi tempat berpijak memiliki potensial rendah. Jadi, tegangan ini ingin mengalirkan
arusnya ke bumi. Pada saat terjadi kontak antara manusia dengan sumber tegangan
saat manusia ini menginjak bumi, maka tubuh manusia ini akan menjadi suatu
konektor antara sumber tegangan dengan bumi. Perlu diingat bahwa tubuh manusia
sebagian besar terdiri dari air, sehingga tubuh manusia merupakan konduktor yang
baik.
Kejadian syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara kebetulan. Tidak
mengherankan dengan meluasnya pemakaian listrik dirumah tangga dan industry
kejadian syok listrik akan meningkat. Dengan kemajuan intrumentasi elektronik rumah
sakit ada kecenderungan meningkatnya syok listrik.
Permulaan tahun 1969 telah dilaporkan bahwa beberapa penderita yang sedang
menjalankan kateterisasi atau pemasangan pace maker lead dapat terbunuh dengan
aliran listrik di bawah normal. Pada tahun 1970 Carl Walter dan tahun 1971 Ralph
Nader telah memperkirakan atas meninggalnya 1.200 orang Amerika setiap tahunnya
yang diakibatkan arus listrik pada waktu melakukan diagnostik dan pengobatan.
Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh penderita akan mengalami ventricular
fibrillation kemudian diikuti dengan kematian. Oleh karena itu perlu diketahui
perubahan-perubahan yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga
bahaya syok dapat dihindari.

1. Pembagian Syok Listrik


Penggunaan intrumentasi elektronik pada waktu melakukan pengobatan dan
diagnostic tanpa memperhatikan persyaratan yang ada akan timbul bahaya syok.
Dalam bidang kedokteran ada dua macam syok listrik, yaitu syok yang dibuat
dengan tujuan tertentu dan syok yang timbul tanpa tujuan tertentu.
1) Syok dengan tujuan tertentu
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang psikiatri
dikenal dengan nama electric syok/electro convultion therapy. Elektroterapi
adalah penggunaan energi listrik sebagai pengobatan medis. Dalam
pengobatan, istilah elektroterapi bisa berlaku untuk berbagai perawatan,
termasuk penggunaan alat listrik seperti stimulator otak dalam untuk penyakit
saraf. Beberapa aplikasi dari electric syok:
a. Defibrillator
Defibrilasi adalah proses pemberian sengatan listrik ke jantung untuk
menghentikan aritmia agar irama jantung kembali ke keadaan yang
produktif. Sengatan listrik dihasilkan oleh sebuah perangkat listrik yang
disebut defibrillator. Defibrillators memberikan sengatan listrik singkat ke
jantung, yang memungkinkan alat pacu jantung alami jantung (SA Node)
untuk mendapatkan kembali kontrol dan membentuk irama jantung yang
produktif. defibrilator ini adalah perangkat elektronik yang terdiri dari alat
kejut jantung dan monitoring elektrokardiograf.
Proses defibrilasi dilakukan untuk memperbaiki aritmia yang
mengancam nyawa termasuk fibrilasi ventrikel dan serangan jantung.
Ketika jantung dalam keadaan darurat, maka proses defibrilasi harus
segera dilakukan setelah pasien teridentifikasi mengalami aritmia, yaitu
ditunjukkan oleh kurangnya pulsa dan tidak lagi merespon rangsangan.
Jika elektrokardiograf tersedia, aritmia dapat ditampilkan secara visual
untuk konfirmasi tambahan. Untuk pengobatan medis oleh dokter, dalam
situasi yang mengancam jiwa, defibrilasi atrial dapat digunakan untuk
mengobati fibrilasi atau flutter atrium.
Defibrilasi terdiri dari memberikan dosis terapi energi listrik ke
jantung yang terkena dengan perangkat yang disebut defibrillator.
Sekarang ini ada 2 jenis pengembangan defibrillator yaitu Defibrillators
eksternal dan transvenous atau implan.
b. ECT
Beberapa penderita psikosis (gangguan jiwa) sengaja dilakukan syok
dengan tujuan terapi di mana di antara temporalis kanan dan kiri penderita
dialiri arus listrik dalam orde 0,5 sampai 1,5 amper dengan tegangan
sebesar 80 sampai 110 volt dalam waktu 1/10 sampai 1/5 detik. Kedua
elektroda dapat ditempatkan satu di sisi yang sama dari kepala pasien. Hal
ini dikenal sebagai ECT sepihak. Unilateral ECT digunakan pertama untuk
meminimalkan efek samping (rugi memori). Ketika elektroda ditempatkan
pada kedua sisi kepala, ini dikenal sebagai ECT bilateral. Dalam ECT
bifrontal, posisi elektroda suatu tempat antara bilateral dan unilateral.
Peletakan elctroda Sepihak diduga menyebabkan efek kognitif lebih
sedikit dari bilateral namun dianggap kurang efektif.
Efek pokok dari ECT adalah efek hilangnya memori pasien. Efek
akut dari ECT dapat termasuk amnesia, retrograde (untuk peristiwa yang
terjadi sebelum perlakuan) dan anterograde (untuk peristiwa yang terjadi
setelah perawatan). Namun, sebagian besar dari efek tersebut hanya
bersifat sementara. Kehilangan memori dan kebingungan lebih besar jika
penempatan elektrode dilakukan secara bilateral daripada sepihak, dan
dengan menggunakan gelombang sinus daripada pulsa arus singkat.
Sebagian besar pengobatan modern menggunakan arus secara singkat.
Penelitian oleh Harold Sackeim telah menunjukkan bahwa arus berlebih
menyebabkan risiko lebih untuk kehilangan memori, dan menggunakan
elektroda yang ditempatkan di sisi kanan dapat mengurangi gangguan
memori verbal.
c. TENS dan PENS
TENS, atau transkutan stimulator elektro-saraf, adalah jenis terapi
elektronik untuk tendinitis bahu dan masalah nyeri lainnya. Ia
menggunakan impuls tegangan rendah untuk merangsang ujung saraf.
Ketika ditempatkan pada atau dekat lokasi yang bermasalah, mengacak
sinyal rasa sakit untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan tanpa efek
samping atau gangguan dengan metode pengobatan lainnya. Ini adalah alat
yang aman untuk membantu dalam pengelolaan masalah sakit kronis,
seperti tendinitis bahu namun, tidak aman untuk digunakan dengan alat
pacu jantung dan yang tidak didiagnosis sindrom nyeri.
PENS, atau perkutan stimulasi elektro-saraf, pada intinya sama
dengan TENS namun PENS menggunakan jarum akupuntur untuk
memberikan arus listrik. dibandingkan dengan TENS, dapat lebih nyaman
untuk digunakan.
2) Syok tanpa tujuan tertentu
Timbulnya syok ini akibat dari suatu kecelakaan. Factor-faktor yang
menyokong sehingga timbulnya syok listrik antara lain:
Peralatan
a. Petunjuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
b. Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang dilakukan
c. Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformer
Perorangan
a. Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang
ditimbulkan
b. Kurang pengertian tentang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun
penderita.
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan Earth syok.
Sesorang terkena syok apabila salah satu bagian tubuh menyentuh kawat fasa,
sedangkan bagian tubuh yang lain menyentuh kawat netral. Walaupun petugas
telah memakai sepatu dengan alas karet, syok dapat pula terjadi. Berdasarkan
besar kecilnya tegangan maka earth syok dapat dibagi dalam low tension shock
dan high tension shock.
a. Low tension shock (shock tegangan rendah)
Syok yang terjadi di sini berhubungan dengan pemakaian generator
yang menghasilkan arus listrik dengan tegangan rendah atau bertalian
dengan pemakaian lampu panas radien atau lampu sinar ultra ungu.
b. High tension shock (shock tegangan tinggi)
Syok yang terjadi di sini bertalian dengan pemakaian generator
tegangan tinggi, generator gelombang pendek atau step up transformer.
Penderita yang mengalami syok, kulit badannya akan mengulupas
seluruhnya.
Pada beberapa buku fisika membagi earth syok menjadi mikro syok dan
makro syok. Pembagian ini mempunyai arti diagnostik yaitu dapat
meramalkan sebelumnya apakah penderita yang mengalami syok ini suatu
mikro syok atau makro syok, dengan kriteria- kriteria sebagai berikut:
a) Mikro syok
Terjadinya mikro syok oleh karena adanya aliran listrik langsung
mengikuti arteri ke jantung. Dalam mikroshock, arus tidak harus
melewati hambatan tinggi kulit, hal ini mungkin saja terjadi oleh karena
penggunaan kateter untuk pencatatan EKG, liguid filled cateter untuk
menyuntikkan pewarnaan bagi radiografi atau mengukur tekanan darah
jantung (internal blood pressure) dan pemasangan elektroda-elektroda
pada alat pacu jantung. Seorang pasien di ICU mungkin memiliki
kateter (alat pacu jantung) yang dipasang di pembuluh besar dan
menyentuh otot jantung untuk merangsang jantung, pada saat
mekanisme jantungnya gagal. Beberapa kateter berisi kabel-kabel atau
cairan konduktor listrik sehingga memberikan tahanan listrik rendah
pada jalan menuju jantung. Oleh karena beberapa kateter tersebut
terbuat dari kawat yang merupakan bahan konduksi listrik yang baik
dan cairan juga bersifat konduktor listrik, hal ini menyebabkan arus
listrik dalam orde mikro amper saja dapat menyebabkan mikro syok.
Diduga aliran listrik sekitar 20 mA dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel. Selain itu apabila ada kebocoran arus pada alat yang sedang
bekerja arus tidak dapat mengalir secara langsung ke bumi tetapi akan
melewati alat pacu jantung yang di pasang pada tubuh penderita
kemudian ke bumi. Pada mikro syok akan terjadi dengan fibrilasi
ventrikel kemudian di ikuti dengan kematian. Tambahan pula apabila
ada dua sirkit terpisah yang dipergunakan sehingga memungkinkan
penderita berhubungan dengan dua ground timbulah tegangan di antara
kedua permukaan konduktif di mana salah satu permukaan mengarah
kontak dengan jantung sedangkan permukaan lainnya kontak dengan
permukaan tubuh sehingga mikro syok dapat terjadi.
b) Makro syok
Kejadian makro syok kebanyakan mengenai petugas dari pada
penderita sendiri oleh karena kecerobohan petugas sendiri. Salah
satunya elektroda menyentuh tangan sedangkan elektroda lain
menyentuh kulit bagian lain sehingga terjadi aliran listrik melalui
permukaan tubuh (kulit) dan timbullah makro syok. Tahanan kulit
berkisar 1 kilo Ohm s/d 1 M Ohm tidak mampu membendung aliran
listrik. Apabila di tempat kontak elektroda di berikan pasta, pada waktu
melakukan tes EKG dapat menurunkan tahanan dan memudahkan arus
listrik yang mengalir, sehingga dapat menimbulkan makro syok.
2. Parameter-Parameter Yang Mempengaruhi Syok Listrik
Kabel listrik modern memiliki tiga kabel, dua yang memasok daya ac dan satu
yang berfungsi sebagai kabel ground ke tanah. Jika salah satu kabel listrik putus
peralatan tidak akan beroperasi, dan jika kabel ini disentuh (pendek) sekering akan
berbunyi dan kegagalan dapat diketahui. Namun, jika kabel ground putus mungkin
tidak terdeteksi dan memberikan bahaya listrik yang serius untuk pasien dengan
elektroda internal. Untuk memahami bahaya kabel ground putus kita harus
memahami kebocoran arus. Dalam semua peralatan listrik atau elektronik ada
beberapa aliran arus listrik dari arus ac ke logam instrumen atau alat. Kebocoran
arus ini biasanya mengalir ke tanah melalui kabel ground pada kabel listrik.
Sumber utama dari kebocoran arus ini adalah kapasitansi antara kabel listrik ac dan
tanah atau antara daya transformator dan tempatnya. Impedansi Xc dari kapasitor
C untuk tegangan dengan frekuensi f dirumuskan sebagai berikut :
1
Xc
2fC
Keterangan:
Xc= impedansi
C = Kapasitor (Farad)
f = frekuensi (Hz)
Kriteria kebocoran kapasitor adalah 2 x 102 F, jika tegangan ac 110 V pada
frekuensi 60 Hz. Maka kapasitas hambatannya adalah 1,3 x 105 dan kebocoran
arusnya diperoleh dari persamaan :
V
I
Xc
110

1,3 x10 3
= 8,5 x 10-4 A = 850 A.
Coba kita memikirkan apa yang akan terjadi jika kebocoran arus ini berada
dalam instrumen EKG dengan kawat ground rusak dan unit tersebut dihubungkan
dengan sebuah pasien di ICU yang juga memiliki alat pacu jantung terhubung.
Sejak kebocoran arus tidak bisa mengalir ke tanah melalui kabel ground yang
rusak, kebocoran arus tersebut akan mengalir melalui alat pacu jantung yang
ditanam dijantung untuk menuju ke tanah. Arus mikroshock ini bisa
mengakibatkan fibrilasi ventrikel dan kematian.
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin besar.
Menurut Hukum Ohm intensitas arus listrik tergantung kepada tegangan dan
tahanan yang ada.

=

Keterangan:
= Kuat arus yang mengalir (Amper)
= Tegangan (volt)
R = Hambatan ()
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa tegangan penting dalam menentukan
berapa arus yang dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh tubuh.
Disamping itu ada pula parameter-parameter lain yang turut berperan
mempengaruhi tingkat syok.
1) Dari sudut arus
a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari
pada tegangan 80 Volt, oleh karena kuat arus pada tegangan 220 Volt
lebih besar daripada tegangan 80 Volt. Oleh karena nilai R sama.
b. Basah tidaknya kulit penderita.
Kulit penderita yang berkeringat/basah akan memudahkan arus listrik
melewati kulit penderita. Ini dapat dimengerti oleh karena kulit yang
basah/berkeringat tahanan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kulit
yang kering.

c. Basah tidaknya lantai.


Lantai yang basah merupakan konduktor yang baik sehingga lebih besar
arus yang dapat melewati tubuh ke ground.
2) Dari sudut parameter-parameter yang lain
a. Jenis kelamin
Tahun 1973 Dalziel melakukan penelitian tentang nilai ambang
persepsi (arus minimum yang dapat dideteksi) dan let go current (arus
yang dapat menyebabkan tarikan tangan kembali) yang ditunjukkan
dengan distribusi Gausian meyatakan:
a. Rata-rata thresholdof perception untuk laki-laki: 1,1 mA. Sedangkan
untuk perempuan 0,7 mA. Minimum nilai ambang persepsi 500 A
b. Rata-rata let go current untuk laki-laki 16 mA, untuk wanita 10,5 mA
Minimum let go current current untuk laki-laki 9, 5 mA untuk wanita
6 mA
b. Frekuensi AC
Hasil penlitian Dalziel ternyata frekuensi 50-60 Hz merupakan
minimum let go current. Di bawah 10 Hz, let go current akan meningkat
dan otot-otot akan terjadi relaksasi sebagian dan di atas beberapa ratus Hz
let go current akan meningkat pula, dan otot-otot mengalami stenght
duration trade off serta refrakter jaringan yang telah mengalami eksitasi.
c. Duration
LA Geddes dari institute of electrical and electronic (1973)
melakukan penelitian terhadap binatang pony dan anjing ternyata nilai
ambang fibrilasi akan meningkat bila waktu semakin kecil.
d. Berat badan
Dari hasil penelitian terhadap binatang oleh ferris (1936), Kiselev
1963 menunjukkan nilai ambang fibrilasi akan meningkat dengan
meningkatnya berat badan. Hal ini diramalkan berlaku pula bagi manusia.
e. Jalan yang ditempuh arus
Apabila jalan yang ditempuh arus melewati jantung atau otak akan
timbul bahaya syok semakin serius.

3. Pengaruh Syok Listrik Terhadap Organ Tubuh


Di depan telah dibahas mengenai pembagian syok listrik antara lain mikro syok
dan makro syok. Perbedaan prinsip dari keduanya adalah besarnya arus listrik yang
melewati tubuh. Pada mikro syok tidak diperlukan arus yang besar, cukup dengan
mikro amper saja (oleh Roy 1976 limit mikro syok 10 mikro amper) dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel. Hal ini dimungkinkan oleh karena tahanan dalam
tubuh sangat kecil. Ditambah pula adanya keteter merupakan konduktor yang baik
bagi arus listrik, maka apabila ada arus listrik yang melewati kulit kemudian
masuk ke dalam jaringan tubuh akan terlihat jelas perubahan-perubahan/pengaruh
terhadap organ tubuh (makro syok).
Table 2.1 Dampak Arus Ac Frekuensi 60 Hz yang Mengalir Melalui Kulit Ke
Batang Tubuh.
Arus Effect Tegangan yang dibutuhkan untuk
(durasi kontak memproduksi arus dengan
1s) hambatan tubuh.
10.000 1.000
Arus Aman:
1mA penderita hanya 10 V 1V
merasakan geli, ini
merupakan nilai
ambang persepsi bagi
pria dewasa.
1-8 mA 10-8 V 1-8 V
terjadi sensasi syok, di
mana kontraksi otot
masih baik dan nyeri-
nyeri belum terjadi.
Orang masih dapat
melepaskan diri.
Arus tidak terjadi rangsangan 80-150 V 8-15 V
aman saraf dan otot
8-15 mA sedemikian rupa
sehingga terjadi nyeri
dan letih
15-20 mA Kejutan yang 150-200 V 15-20 V
menyiksa, terjadi
kontraksi otot tidak
sadar yang menetap,
dan penderita tidak
dapat menarik
tangannya kembali.
20-50 mA Otot-otot mengalami 200-500 V 20-50 V
kontraksi sangat kuat,
dan sulit untuk
bernafas.
100-300 Terjadi fibrilasi 1000-3000 100-300 V
mA ventrikel
1-6 A terjadi kontraksi 60.000 V 6000 V
miocard yang menetap
dan terjadi
pelumpuhan
pernafasan

Pada table di atas terlihat besar arus berhubungan dengan tegangan dan tahanan
kulit serta perubahan yang diakibatkan arus AC pada 60 Hz. Pada arus 1 mA
penderita hanya merasakan geli, ini merupakan nilai ambang persepsi bagi pria
dewasa (50%), untuk wanita kurang lebih 1/3 mA.
Apabila arus listrik sampai 8 mA akan terjadi sensasi syok, di mana kontraksi
otot masih baik dan nyeri-nyeri belum terjadi. Arus listrik diperbesar sekitar 8-15
mA terjadi rangsangan saraf dan otot sedemikian rupa sehingga terjadi nyeri dan
letih. Ini dikenal dengan siksaan syok, penderita pada saat ini sukar/tidak dapat
menarik tangan kembali dan terjadi kontraksi otot tak sadar yang menetap. Dalziel
melakukan observasi pada penderita dengan arus 18-22 mA akan terjadi
pernafasan tertahan apabila arus berlangsung terus.
Arus antara 20-50 mA otot-otot mengalami kontraksi sangat kuat, pernafasan
tampaknya sangat sulit. Pada peningkatan arus mendekati 100 mA bagian arus
yang melewati jantung cukup untuk menyebabkan fibrilasi ventrikel (nilai ambang
fibrilasi rata-rata berkisar 70-400mA) dan akan menyebabkan kematian apabila
tidak dilakukan penanganan segera. Apabila arus cukup tinggi 1-6 amper akan
terjadi kontraksi miocard yang menetap dan terjadi paralise
pernafasan/kelumpuhan pernafasan dan bila arus listrik dihentikan secara tiba-tiba
akan terjadi defibrilasi ventrikel.
Arus listrik 10 amper dalam durasi pendek akan menyebabkan kebakaran pada
kulit, otak dan jaringan saraf akan kehilangan fungsi eksistansi/eksitasi/kejutan
apabila ada arus yang melewatinya. Arus terus-menerus di atas 6 A dapat
menyebabkan kelumpuhan pernafasan temporer (sementara) dan Luka bakar
serius. Kerusakan tergantung pada individu, kelembaban kulit, dan kontak kulit
dengan konduktor.
4. Pencegahan Terhadap Syok Listrik
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian
sehingga dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan meliputi alat-alat
yang dipergunakan, penderita, ruangan dan petugas.
1) Terhadap alat listrik yang dipergunakan:
a. Semua alat listrik harus mempergunakan three wire cord atau kabel tiga
urat dan dihubungkan ke ground secara memadai. Kabel listrik modern ini
memiliki tiga kabel, dua yang memasok daya ac dan satu yang berfungsi
sebagai kabel ground ke tanah. Jika salah satu kabel listrik putus peralatan
tidak akan beroperasi, dan jika kabel ini disentuh (pendek) sekering akan
berbunyi dan kegagalan dapat diketahui. Namun, jika kabel ground putus
mungkin tidak terdeteksi dan memberikan bahaya listrik yang serius untuk
pasien dengan elektroda internal.
b. Menggunakan sumber arus dc. Tubuh kurang sensitive terhadap arus
listrik searah daripada 60 Hz arus ac. Saat Xc = jika f = 0, tidak akan
ada kebocoran karena kapasitansi menyimpang jika kita mengoperasikan
peralatan listrik kita dengan arus searah.
c. Semua tombol dan tahanan harus berada pada live (kawat fase)
d. Seluruh tombol harus dalam keadaan turn off apabila tidak dipergunakan
dan sterker harus dicabut dari sumber arus apabila tidak dipergunakan
dalam jangka waktu lama.
e. Alat pacu jantung atau kateter harus di isolasi dan hindari dari sentuhan
logam
f. Lakukan prosedur tes secara teratur
g. Alat-alat listrik, pipa radiator diletakkan sedemikian rupa sehingga
terhindar dari pegangan penderita.
h. Salah satu cara yang diusulkan untuk mengurangi bahaya adalah dengan
menggunakan isi ulang, alat bertenaga baterai dalam diagnostik, terapi,
dan situasi pemantauan. Outputnya akan digabungkan dengan ilmu optik
untuk sistem tampilan konvensional sehingga tidak akan ada kontak antara
pasien dan sistem layar. Dengan kondisi tersebut, salah pengegroundnan
tidak akan terjadi. Meskipun cara ini mahal, itu akan mengurangi bahaya
kejut listrik.
2) Terhadap penderita
Penderita diisolasikan dari ground. Hal ini agak sulit dikerjakan oleh
karena pada EKG monitor kaki kanan penderita selalu dihubungkan ke ground.
Untuk menghindari hal tersebut dapat dipergunakan transformer.
3) Terhadap ruangan
a. Lantai ruangan terbuat dari bahan tanpa penghantar listrik atau dipasang
karpet karet
b. Ruangan harus sekering mungkin.
4) Terhadap petugas:
a. Diberi pendidikan ketrampilan tentang penggunaan alat-alat listrik.
b. Pendidikan terhadap bahaya syok dan teknik proteksi yang baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron
yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya
rangsangan penginderaan.
2. Adapun hukum yang terdapat dari biolistrik adalah Hukum Ohm, rumusnya : R =
V/I. Sedangkan, Hukum Joule yaitu Q = V I t.
3. Bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf
pusat yang berfungsi sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia dan sistem saraf otonom yang berfungsi mengendalikan ataupun
mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar.
4. Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).
5. Potensial listrik saraf ada 2, yaitu potensial aksi saraf yaitu Perubahan yang
menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action
potential). dan potensial istirahat saraf. Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam
dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut dengan potensial
istirahat sel (cell resting potential).
6. Transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut
menimbulkan kontraksi otot. Elektromiogram (EMG) dapat diperoleh dari otot
atau unit motorik yang dirangsang secara elektris (listrik).
7. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na+ yang ada
di dalam tubuh. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh adalah
Electrokardiograf (EKG).
8. Kelistrikan dan kemagnetan yang timbul dalam tubuh tebagi menjadi 9, yaitu:
1) Sistem Syaraf dan Neuron
2) Kelistrikan Saraf
3) Perambata Potensial Aksi
4) Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction
5) Kelistrikan Otot Jantung
6) Macam-Macam Gelombang Potensial Aksi
7) Elektroda
8) Isyarat Listrik Tubuh
9) Aktivitas Kelistrikan Otot Jantung

3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat menjaga asupan gizinya terkait dengan zat-zat yang
dibutuhkan untuk tetap menjaga kinerja listrik dan magnet dalam tubuh sehingga
organ-organ dalam tubuh dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC. Hal : 201-268


Cameron, John R. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta : EGC. Hal :196-230

Anda mungkin juga menyukai