Anda di halaman 1dari 10

RESIKO BUNUH DIRI

A. Kasus (Masalah Utama)

Resiko bunuh diri

1. Pengertian

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah


dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007).

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar


dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya.
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh
diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu isyarat
bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan bunuh diri.

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan perilaku scara tidak


langsung ingin bunuh diri. pada kondisi ini mungkin kilen sudah
memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. klien umunya
mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus
asa/tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negative
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi


keinginan untuk mati diserati dengan rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh
dirinya.

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai


atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi
ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri,
minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi.

2. Tanda Dan Gejala

a. Isyarat bunuh diri


Data subyektif : Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh! atau Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya, mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya,
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
Data objektif : Sedih, murung, marah, nangis, banyak diam,
kontak mata kurang, emosi labil, tidur kurang.
b. Ancaman bunuh diri
Data subjektif : Ungkapan ingin mati diucapkan oleh pasien
berisi keinginan mati, ungkapan rencana untuk mengakhiri
kehidupan, ungkapan dan tindakan menyiapkan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.
Data objektif : Banyak melamun, menyiapkan alat untuk
rencana bunuh diri, gelisah, mudah emosi, sedih, murung,
menangis, jalan mondar-mandir.
c. Percobaan bunuh diri
Data subjektif : Mau mati, jangan tolong saya, biarkan saya,
saya tidak mau ditolong, emosi labil.
Data objektif : Klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, membenturkan
kepala.
B. Proses Terjadinya Masalah

1. Etiologi

Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan


Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1
Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :

a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada
pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus
kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat
gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan
zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan
besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif,
dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting
dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan
terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons seseorang dalam menghadapi masalah
tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan factor penting yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko
bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang
terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh
stress berlebihan yang dialami oleh individu.
Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus
adalah melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh
diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien
melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan
seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang
aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri.
Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

2. Pohon Masalah

3. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

Masalah keperawatan : resiko bunuh diri

Data subjektif : mengungkapkan keinginan bunuh diri,


mengungkapkan keinginan untuk mati, mengungkapkan rsa
bersalah dan keputusasaan, ada riwayat berulang percobaan
bunuh diri sebeblumnya dari keluarga, berbicara tentang
kematian, menanyakan dosis obat yang mematikan,
mengungkapkan adanya konflik interpersonal,
mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan
saat kecil.

Data objektif : impulsive, curiga, status perkawinan yang tidak


harmonis, ada riwayat penyakit mental (depresi,
penyalahgunaan alcohol), pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau gagal dalam karier).

C. Diagnosa Keperawatan : Resiko bunuh diri

D. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan : Klien mampu :

1. Tetap aman dan selamat/klien tidak mencederai diri


sendiri.
2. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri
dengan membuat daftar aspek ositif diri sendiri.

Tindakan keperawatan :

1. Mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri :


isyarat, ancaman, percobaan (jika percobaan segera
rujuk).
2. Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan
mengamankannya (lingkngan aman untuk pasien).
3. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh
diri, buat daftar aspek positif diri, latihan afirmasi/berpikir
positif yang dimiliki.
4. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh
diri: menerapkan pola koping yang konstruktif dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mendiskusikan harapan dan masa depan.
6. Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan
secara bertahap (setahap demi setahap).

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP) Pasien

SP I

1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, akibat


resiko bunuh diri.
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
3. Mengamankan benda-benda yang dapat
membahayakan pasien.
4. Melakukan kontrak treatment.
5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
6. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri..

SP II

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


(kemampuan mengendalikan dorongan bunuh diri).
2. Mengidentifikasi aspek positif pasien.
3. Mendorong pasien untuk berpikir positif terhadap diri.
4. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai
inidvidu yang berharga.

SP III

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


(kemampuan mengendalikan dorongan bunuh diri dan
aspek positif).
2. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan
pasien.
3. Menilai pola koping yang biasa dilakukan.
4. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif.
5. Mendorong pasien memilih pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian.

SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(kemampuan mengendalikan dorongan bunuh diri, aspek
positif dan penerapan pola koping yang konstruktif).
2. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien.
3. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan
yang realistis.
4. Memberi dorongan psien melakukan kegiatan dalam
rangka merai masa depan yang realistis.

Contoh Latihan :

Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, akibat resiko


bunuh diri, mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien, mengamankan benda-benda yang
dapat membahayakan pasien, melakukan kontrak
treatment, mengajarkan cara mengendalikan dorongan
bunuh diri, melatih cara mengendalikan dorongan bunuh
diri.

ORIENTASI

Assalamualaikumperkenalkan nama saya Winda Hayati,


senang dipanggil Winda, saya perawat yang akan merawat
Bapak hari ini, .Nama bapak siapa senang dipanggil apa ?
Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?, bagaimana
tidur bapak semalam? Bagaimana pak kalau hari ini kita
berbincang-bincang tentang benda-benda apa saja yang dapat
membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara
mengendalikan dorongan bunuh diri?, dimana kita akan
bicara?, bagaimana kalau di taman pak?, berapa lama kita
akan berbincang-bincang?, bagaimana kalau waktu
berbincang-bincang kita selama 15 menit?, apakah bapak
setuju? Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu
benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri bapak,
serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan dorongan
bunuh diri.

KERJA

Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat


membahayakan diri bapak?, coba sebutkan apa saja benda-
benda tersebut!. Bagus sekali sekali bapak, bapak tahu benda-
benda yang dapat membahayakan diri bapak. Apakah salah
satu benda tersebut ada dikamar bapak?, kalau ada benda
tersebut jangan bapak dekati atau pegang ya pak. Apa bapak
sering mendengar bisikan yang mendorong bapak untuk
melakukan bunuh diri?, apa yang bapak lakukan ketika suara-
suara itu datang? Bapak, bagaimana kalau saya ajarkan cara-
cara lain untuk mengusir suara-suara itu, apakah bapak mau?,
pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga
rapat-rapat, seperti ini pak, dan katakana dengan keras, JAUHI
SAYA, PERGI KAMU !!! KAMU PALSU. Coba bapak lakukan
seperti yang saya ajarkan tadi, iya pak seperti itu, bagus

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-


benda yang dapat membahayakan diri bapak, dan mengetahui
cara mengusir suara-suara yang menyuruh bapak melakukan
bunuh diri? Coba bapak ulangi lagi apa yang saya ajarkan
tadi, iya begitu pakBapak, selama kitak tidak bertemu, bila
bapak melihat benda-benda yang dapat membahayakan bapak,
segera jauhi, dan jika bapak mendengar suara-suara itu
kembali, segera bapak usir dengan cara yang sudah kita
pelajari tadi ya pak.Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu,
kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?,
baiklah besok kita akan membahas tentang cara berfikir positif
tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang
berharga. Tempatnya mau dimana pak? Bagaimana kalau di
taman pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah
bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat.

Anda mungkin juga menyukai