Anda di halaman 1dari 30

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG

PETUNJUK TEKNIS REVISI KTSP PERPADUAN 2006 DENGAN 2013


JENJANG SD TAHUN 2016

TIM PENGEMBANG KURIKULUM KABUPATEN TANGERANG


2016
SISTEMATIKA BUKU I KTSP
PADUAN KURIKULUM 2006 DAN 2013

Halaman Cover / Sampul* ............................................................................................................


Lembar Pemberlakuan* .................................................................................................................
Kata Pengantar ..............................................................................................................................
Daftar isi* ......................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang* ................................................................................................
B. Dasar Hukum ...................................................................................................
1. Yuridis .........................................................................................................
2. Filosofis........................................................................................................
3. Teoritis .........................................................................................................
4. Empiris ........................................................................................................
C. Rasionalisasi Pengembangan Kurikulum .........................................................
1. Tantangan Internal
2. Tantangan Eksternal
D. Definisi Operasional*
E. Prinsip Pengembangan KTSP*
F. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum
G. Mekanisme Penyusunan Kurikulum
H. Prinsif Pelaksanaan Kurikulum
I. Tujuan Pendidikan Dasar

Bab II. Komponen Kurikulum


A. Visi Sekolah ......................................................................................................
B. Misi Sekolah .....................................................................................................
C. Tujuan Satuan Pendidikan ................................................................................
D. Struktur Dan Muatan Kurikulum
1. Struktur Kurikulum 2006
2. Muatan Kurikulum 2013
E. Beban Belajar Tambahan
1. Kurikulum 2006
2. Kurikulum 2013

F. Pengaturan Beban Belajar Seluruh Mata Pelajaran Pertahun


1. Kurikulum 2006
2. Kurikulum 2013

G. Pengaturan Beban Belajar Setiap Mata Pelajaran Pertahun


1. Kurikulum 2006
2. Kurikulum 2013
H. Alokasi Waktu Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
1. Kurikulum 2006
2. Kurikulum 2013
I. Ketuntasan Belajar*
1. Ketuntasan Belajar Kurikulum 2006
2. Ketuntasan Belajar Kurikulum 2013
J. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah*
1. Analisis Kontek
2. Jadwal Kegiatan
3. Rencana Penilaian

K. Jadwal Pelajaran
1. Kurikulum 2006
2. Kurikulum 2013
L. Kreteria Kenaikan Kelas
M. Kreteria Kelulusan

Bab. III KalenderAkademik Sekolah


A. Analisi Alokasi Waktu
B. Muatan Kelender Akademik Sekolah
1. Permulaan Waktu Tahun Pelajaran
2. Waktu Tahun Efektif
3. Pengaturan Waktu Libur
4. Kegiatan Khusus Sekolah
C. Penetapan Kelender Akdemik Sekolah

Bab. IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Lampiran
1. SK tim pengembang KTSP
2. Bukti fisik mekanisme penyusunan KTSP
3. Instrumen validasi KTSP
4. Berita acara penetapan KTSP
5. Berita acara penetapan mata pelajaran muatan lokal
6. Berita acara pemilihan pengembangan diri
7. Berita acara penetapan KKM
8. Dokumen analisis KKM (terpisah)
9. dll
PENJELASAN

Halaman Cover / Sampul*


Halaman Cover(**) Berisi :
Satu logo atau dua logo, judul, dan alamat lengkap.
Cover satu logo, menggunakan logo pemerintah Kabupaten Tangerang dengan posisi di
atas, di tengah halaman
Cover dua logo, menggunakan logo pemerintah Kabupaten Tangerang dan logo sekolah
dengan posisi logo kabupaten di samping kanan atas dan logo sekolah di samping kiri
atas

CONTOH 1 : COVER DENGAN SATU LOGO

KURIKULUM SEKOLAH DASAR ..................................

Jl. .................................................................................

........................................................................................

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG

2016

CONTOH 2 : COVER DENGAN DUA LOGO (LOGO PEMDA KAB. TANGERANG


DAN SEKOLAH)

Logo sekolah

(bila ada)

KURIKULUM SEKOLAH DASAR ..................................

Jl. Raya. ..................................................................................

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG
2016
2016
Lembar Pengesahan*

Lembar pengesahan KTSP, berisi rumusan kalimat pengesahan yang baik dan benar, tanda
tangan kepala sekolah sebagai pihak yang mengesahkan beserta cap sekolah, tanda tangan
ketua komite sekolah sebagai pihak yang menyetujui, dan tanda tangan kepala dinas
pendidikan kabupaten sebagai pihak yang mengetahui.

Contoh :
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan memperhatikan hasil validasi revisi Kurikulum Sekolah Dasar Negeri/Swasta
.............................. Kecamatan .............................. Kabupaten Tangerang Banten.
Disahkan, disetujui dan diketahui untuk diberlakukan pada Tahun Pelajaran 2016/2017

Menyetujui, Disahkan di : ........................................


Ketua Komite, Pada tanggal : 18 Juli 2016
Kepala SD N/S .......................................

............................................... ...............................................
NIP.

Mengetahui,
Sekretaris Dinas Pendidikan
Kabupaten Tangerang

...........................................
Pembina .............................
NIP. ....................................
Kata Pengantar
Rumusan kata pengatar dikembangkan sekolah

Daftar isi*
Daftar isi ditulis sesuai sistematika pengembangan KTSP

Bab I Pendahuluan(**)
A. Latar belakang(**)
Latar belakang dikembangkan sekolah yang berisi uraian dasar pemikiran
penyusunan KTSP yang dirumuskan dengan bahasa yang baik dan benar

B. Dasar Hukum
Dasar hukum berisi landasan yuridis, filosofis, teoritis dan empiris yang menjadi
landasan dalam pengembangan KTSP.
Misalnya :
1. Landasan Yuridis
a. Undang-udang Dasar Tahun 1945 Pasal 31
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2015 tentang perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 67 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah.
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57 Tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar
j. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
61 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
k. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar
dan Menengah
l. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
m. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
n. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
o. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
p. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Menengah
q. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum Tahun 2013.

2. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013
dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang.
b. Demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas
utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan
masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman
belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan
masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli
terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
c. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan
akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar,
dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis
serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,
dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
d. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan
kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin
ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
e. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di
atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

3. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

4. Landasan Empiris (kajian riil di lapangan)


Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan
kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia.Kecenderungan ini juga
menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian
massal.Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa kekerasan tersebut bersumber
dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat
menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum
yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di
ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.Oleh
karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban
belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini.

Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran


berkaitan dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar.Beban
belajar ini bahkan secara kasat mata terwujud pada beratnya beban buku yang
harus dibawa ke sekolah.Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya
mata pelajaran yang ada di tingkat Sekolah Dasar.Oleh karena itu, kurikulum
pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga)
kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung serta pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi,
termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional/UN menunjukkan
mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui
kegiatan pembelajaran di dalam satuan pendidikan.Maka kurikulum harus
mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta didik.

Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata
mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin
berkurangnya sumber air bersih, adanya potensi rawan pangan pada berbagai
belahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi
generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum
seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian
generasi muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk
merumuskan pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan
ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus
terus ditingkatkan.Hasil studi PISA (Program for International Student
Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika,
dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar
terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada
ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang
komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat,
prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil studi ini
menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani
peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang
diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam membangun negara
pada masa mendatang.

C. Rasionalisasi Pengembangan Kurikulum


Berisi rasionalisasi dalam pengembangan KTSP baik secara internal maupun
eksternal.
Contoh :
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia


dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah
penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035
pada saat angkanya mencapai 70%.

Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana


mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini
dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola
hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat
industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free
Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi
International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999
juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan
PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

D. Definisi Operasional*
Depiniis oprasional berisi hal-hal yang perlu dijelaskan yang berkaitan dengan
pengembangan dan muatan KTSP
Contoh :
1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003)
2. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus.
3. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi
4. waktu, dan sumber belajar.
5. Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik
di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan
kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk
mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik
yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.
Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar
sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah
kegiatan ekstrakurikuler.
6. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi
tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tersebut.
7. Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai dengan bakat/minatnya.
8. Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi
muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya.
9. Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan
prinsippembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam
memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.
10. Visi sekolah merupakan cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga
sekolah/madrasah, yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga
sekolah/madrasah.
11. Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai
penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk
menjadi rujukan bagi penyusunan program pokok sekolah/madrasah, baik
jangka pendek dan menengah maupun jangka panjang, dengan berdasarkan
masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.
12. Tujuan pendidikan sekolah merupakan gambaran tingkat kualitas yang akan
dicapai oleh setiap sekolah dengan mengacu pada karakteristik dan/atau
keunikan setiap satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
13. Pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri melalui
berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
14. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu
kriteria atau ukuran
15. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran.
16. Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta
didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang
peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik
lain, guru telah melakukan penilaian informal terhadap performansi peserta
didik tersebut.
17. Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan
informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan
dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses informal,
penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan
secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang
kemajuan peserta didik.
18. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil
penilaian.
19. Penilaian otentik adalah penilaian dengan menggunakan berbagai cara dan
kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh
peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan
oleh peserta didik.
20. Penilaian Kelas Otentik
a. Penilaian Otentik adalah proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik
yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria.
Untuk itu, guru harus mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan
yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
b. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau
menunjukkan secara tepat, bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan
(kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
21. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian harus
mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah
22. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
23. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan
24. Dan lain-lain

E. Prinsip Pengembangan
Prinsip Pengembangan KTSP berisi 7 prinsip pengembangan KTSP sesuai BSNP,
ayitu :
1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan
lingkungannya;
2. beragam dan terpadu;
3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
4. relevan dengan kebutuhan kehidupan;
5. menyeluruh dan berkesinambungan;
6. belajar sepanjang hayat; dan
7. seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

F. Acuan Oprasional Penyusunan Kurikulum


Acuan oprasional berisi acuan oprasional pengembangan KTSP, yaitu
Peningkatan iman dan taqwa serta ahlak mulia
1. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
2. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
3. Tuntutan pembangunan daerah dan nasioanal
4. Tututan dunia kerja
5. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
6. Agama
7. Dinamika perkembangan global
8. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
9. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
10. Kesetaraan jender
11. Karakteristik satuan pendidik

G. Mekanisme Pengembangan kurikulum


Mekanisme Penyusunan berisi mekanisme penyusunan KTSP, yaitu :
1. Melibatkan tim penyusun (guru, konselor, kepala sekolah/madrasah, komite
sekolah/madrasah);
2. Dilakukan melalui workshop;
3. Kegiatan reviu dan revisi;
4. Menghadirkan narasumber;
5. Finalisasi KTSP;
6. Pemantapan dan penilaian; dan
7. Pendokumentasian hasil penyusunan kurikulum.

H. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum


Prinsip pelaksanaan berisi 7 prinsip pelaksanaan kurikulum (KTSP), yaitu :
1. Siswa harus mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas,
dinamis, dan menyenangkan.
2. Menegakkan 5 pilar belajar:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Siswa mendapatkan layanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan
percepatan.
4. Suasana hubungan siswa dan guru yang saling menerima dan menghargai,
akrab, terbuka, dan hangat.
5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimetode, sumber belajar,
teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya, serta kekayaan daerah.
7. Diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang
cocok dan memadai antar kelas.
I. Tujuan Pendidikan Dasar
Dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional, pendidikan sekolah dasr
adalah sebagai berikut :
Meletakkan dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia,
keterampilan unuk hidup mandiri, tanggung jawab untuk mengikuti pendidikan
lebih lanjut

Bab II Komponen Kurikulum


A. Visi
Visi ditentukan/dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan ketentuan :
1. Dijadikan sebagai cita-cita bersama warga satuan pendidikan dan segenap
pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
2. Mampu memberikaninspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga satuan
pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan;
3. Dirumuskan berdasarkan masukan dari berbagai warga satuan pendidikan
dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras denganvisi institusi di atasnya
serta visi pendidikan nasional;
4. Diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah
dengan memperhatikan masukan komite sekolah;
5. Disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan;
6. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

B. Misi Sekolah(*)
Misi ditetapkan/dikembangkan sekolah, dengan ketentuan .
1. Memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional;
2. Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
3. Menjadi dasar program pokok satuan pendidikan;
4. Menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh satuan pendidikan;
5. Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
satuan pendidikan;
6. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiata satuan-
satuan unit satuan pendidikan yang terlibat;
7. Dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang
dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
8. Disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan; dan
9. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

C. Tujuan Satuan Pendidikan(*)


Tujuan satuan pendidikan, ditetapkan/dikembangkan sekolah dengan ketentuan :
1. Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah
(empat tahunan);
2. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat;
3. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh satuan
pendidikan dan Pemerintah;
4. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk
komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh
kepala sekolah;
5. Disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang
berkaitan.

D. Struktur Kurikulum
Bagi satuan pendidikan yang menggunakan Kurikulum 2006 dan 2013 sekolah
harus mamasukan 2 (dua) struktur kurikulum yaitu Kurikulum 2006 dan 2013,
dengan ketentuan :
1. Struktur Kurikulum 2006 Memuat
1) Mata pelajaran dan alokasi waktu untuk kelas : 2, 3, 5 dan 6
2) Untuk mata pelajaran Mulok dan kegiatan Ekstrakurikuler sekolah dapat
mencantumkannya pada salah satu struktur kurikulum ( 2006 atau 2013 )
3) Satuan pendidikan membuat deskripsi yang menunjukan penggunaan dua
kurikulum dengan menyajikan dua struktur kurikulum
Contoh 1 :
Dengan menggunakan dua kurikulum yaitu kurikulum 2006 dan 2013,
maka kami sajikan struktur kurikulum sebagai berikut :

Struktur Kurikulum 2006


Komponen II III , V, DAN VI
A. MATA PELAJARAN POKOK
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial TEMATIK 3
7. Seni Budaya dan Ketrampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 4
Kesehatan
Jumlah JP Perminggu ... 27 28 30
B. MUATAN LOKAL
1. Bahasa Inggris 2 2 2
2. Bahasa Arab 2 2 2
C. EKSTRAKURIKULER 2*)

Jumlah JP/Minggu 31 32 34
Keterangan.
Jumlah JP Kelas : 2 = 31 ; Kelas 3 = 32 ; dan Kelas : 5 sd 6 = 34 adalah jumlah jam
pelajaran perminggu yang ditetapkan sekolah setelah ditambah 4 jam pembelajaran
perminggu
*) Ekuivalen 2 jam pembelajara, untuk kegiatan ekstra kurikuler
Sekolah dapat menentukan mata pelajaran muatan lokal sebaiknya tidak lebih dari dua
mulok dengan ketentuan setiap mulak 2 jam perminggu
Sekolah dapat menentukan kegiatan ekstra kurikuler sesuai kebutuhan
Kelas 1, 2, dan 3 pembelajaran tematik
Kelas 4, 5, dan 6 pembelajaran mata pelajaran
2. Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum 2013 yang disajikan memuat mata pelajaran dan alokasi
waktu untuk kelas : 1, dan 4.
Sesuai dengan Permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, Struktur Kurikulum
sekolah dasar terdiri dari :
a. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah


Ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti Kelas I, II, dan III Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS I KELAS IV
1. Menerima dan menjalankan ajaran 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai
agama yang dianutnya ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, dan tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
percaya diri dalam berinteraksi diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
dengan keluarga, teman, dan guru teman, guru, dan tetangganya
3. Memahami pengetahuan faktual 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
dengan cara mengamati [mendengar, mengamati dan menanya berdasarkan rasa
melihat, membaca] dan menanya ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
berdasarkan rasa ingin tahu tentang Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
kegiatannya, dan benda-benda yang tempat bermain
dijumpainya di rumah dan di
sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam
dalam bahasa yang jelas dan logis, bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam dalam karya yang estetis, dalam gerakan
gerakan yang mencerminkan anak yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
sehat, dan dalam tindakan yang tindakan yang mencerminkan perilaku anak
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
beriman dan berakhlak mulia

b. Mata pelajaran
Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan
alokasi waktu untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana tabel
berikut.
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
Kelompok A I - - IV - -
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 - - 4 - -
2. Pendidikan Pancasila dan 5 - - 5 - -
Kewarganegaran
3. Bahasa Indonesia 8 - - 7 - -
4. Matematika 5 - - 6 - -
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 - -
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 - -
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 - - 5 - -
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan 4 - - 4 - -
Kesehatan
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 30 - - 36 - -

Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.
Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum
diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah
Remaja.
Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan Sekolah,
Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung
pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik, terutama adalah sikap peduli.
Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan
pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi
keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler
ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler.
Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata
pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh
pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah
daerah.
Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan
matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila
daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah
jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu
untuk tiap matapelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikannya sesuai
kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.
Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal
yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Khusus untuk matapelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Ibtidaiyah dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kementerian
Agama.
Pembelajaran Tematik Terpadu
Berdasarkan hasil analisa, Sekolah dapat menambah jam pelajaran perminggu
pada mata pelajaran yang dianggap kurang sesuai visi, dan misi sekolah dan
penambahan jam tersebut harus termuat dalam struktur sekolah yang sudah
ditetapkan

E. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

1. Beban Belajar Kurikulum 2006


Sesuai Permendiknas nomor 22 tahun 2006, beban belajar sekolah dasar
adalah :
a. Minggu efektfi pertahun 34-38 minggu
b. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 26 jam pembelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 27 jam pembelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 28 jam pembelajaran.
e. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 30 jam
pembelajaran.
f. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
g. Sekolah dapat mengatur beban belajar persemester seuai kebutuhan

2. Beban Belajar Kurikulum 2013


Sesuai dengan Permendikbud nomor 67 tahun 2013, beban belajar sekolah
dasar adalah
a. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan VI dalam satu semester paling
sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
b. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu
dan paling banyak 20 minggu.
c. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu
dan paling banyak 16 minggu.
d. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan
paling banyak 40 minggu.
e. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pembelajaran.
f. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pembelajaran.
g. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pembelajaran.
h. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam
pembelajaran.
i. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.

F. Pengaturan Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Seluruh Mata Pelajaran Pertahun
1. Kurikulum 2006
Sesuai dengan Beban Belajar Kurikulum 2006 (Permendiknas nomor 22
tahun 2006), maka pengaturan beban bebajar tatap muka sekolah dasar adalah
:
Contoh
Satu jam Jumlah Minggu Waktu pembelajaran per Jumlah
pemb. jam Efektif Tahun jam per
tatap pemb. per tahun
Kelas

muka Per tahun (@60


(menit) minggu ajaran menit)
1 sd 35 26-28 34-38 Pembelajaran (30940 516-621
3 37240 menit)
4 sd 35 32 34-28 Pembelajaran (38080 635-709
6 42560 menit)
Keterangan
Pengaturan beban belajar kegiatan tatap muka pertahun, digunakan untuk
menentukan jumlah hari belajar efektif (HBE) pertahun.

2. Kurikulum Kurikulum 2013


Sesuai dengan Beban Belajar Kurikulum Kurikulum 2013
(Permendikbu nomo 67 tahun 2013) maka pengaturan beban belajar sekolah
dasar dapat ditentukan sebagai berikut :
Contoh
Satu jam Jumlah Minggu Waktu Jumlah
Semester

pemb. jam Efektif pembelajaran jam per


Kelas

tatap pemb. per tahun per tahun


muka Per ajaran tahun (@60
(menit) minggu menit)
1 35 30 18-20 18.900-21.000 315-350
2 35 32 18-20 20.160-22.400 336-373
Ganjil

3 35 34 18-20 21.420-23.800 357-397


4 sd 35 36 18-20 22.680-25.200 378-420
6
Genap 6 35 30 14-16 14.700-16.800 245-280
1 dan 1 35 30 36-40 37.800-42.000 630-700
2(1 2 35 32 36-40 40.320-44.800 672-747
th) 3 35 34 36-40 42.840-47.600 714-793
4 sd 35 36 36-40 45.360-50.400 756-840
6

G. Pengaturan Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Setiap Mata Pelajaran


Pertahun
1. Kurikulum 2006
Pengaturan Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Pada Setiap Mata
Pelajaran berisi rincian pengaturan beban belajar tatap muka setiap mata
pelajaran sesuai dengan Jumlah Jam pelajaran setiap mata pelajaran
perminggu sebagimana ditetapkan pada struktur kurikulum sekolah
Contoh :
Mata Pelajaran Satu jam Jumlah jam Minggu Jumlah waktu
pemb. tatap pemb. Per Efektif pembelajaran

Kelas
muka minggu per tahun setiap mata
(menit) ajaran pelajaran per
tahun (menit)
Pendidikan Agama 35 3 38 3.990
Pendidikan 35 2 38 2.660
4 sd 6

Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia 35 5 38 6.650
Matematika 35 5 38
Dst
Keterangan
Jumlah waktu pembelajaran setiap mata pelajaran per tahun digunakan
untuk menentukan alokasi waktu setiap KD dalam RPP

2. Kurikulum 2013
Contoh :
Mata Pelajaran Satu jam Jumlah jam Minggu Jumlah waktu
pemb. tatap pemb. Per Efektif pembelajaran
Kelas

muka minggu per tahun setiap mata


(menit) ajaran pelajaran per
tahun (menit)
Pendidikan Agama 35 4 38 5.320
dan Budi Pekerti
Pendidikan 35 5 38 6.650
4 sd 6

Pancasila dan
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia 35 7 38 9.310
Matematika 35 6 38 7.980
Dst

H. Beban Belajar Tambahan


Pada Kurikulum 2013, berdasarkan hasil analisa, sekolah dapat menambah
jam pelajaran perminggu pada mata pelajaran yang dianggap kurang sesuai
visi, dan misi sekolah dan penambahan jam tersebut harus termuat dalam
struktur sekolah yang sudah ditetapkan

I. Kompetensi Dasar
Berisi SK dan KD mata pelajaran pokok, mulok dan program kegiatan
pengembangan diri yang diajarkan di sekolah
Contoh :
1. Kurikulum 2006
sesuai dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006. SK dan KD kurikulum
2006 adalah :
1) Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas : I (satu)
Semester : 1(satu)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Al Quran 1.1 Melafalkan QS Al-Fatihah dengan lancar
1. Menghafal Al Quran surat 1.2 Menghafal QS Al-Fatihah dengan lancar
pendek pilihan
Aqidah 2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SWT melalui
2. Mengenal Rukun Iman ciptaan-Nya
2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman
2.3 Menghafal enam Rukun Iman
Ahlak 3.1 Membiasakan perilaku jujur
3. Membiasakan perilaku terpuji 3.2 Membiasakan perilaku bertanggung jawab
3.3 Membiasakan perilaku hidup bersih
3.4 Membiasakan perilaku disiplin
Fiqih 4.1 Menyebutkan pengertian bersuci
4. Mengenal tatacara bersuci 4.2 Mencontoh tatacara bersuci
(thaharah)
5. Mengenal Rukun Islam 5.1 Menirukan ucapan Rukun Islam
5.2 Menghafal Rukun Islam

2. Kurikulum 2013
Sesuai dengan Permendiknas nomor 67 tahun 2013. KI dan KD kurikulum
2013 adalah :
a. Mata Pelajaran Pokok
1. Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kelas : I (satu)
Semester : 1(satu)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar


1. Menerima dan 1.1 Terbiasa berdoa sebelum dan sesudah belajar
menjalankan ajaran sebagai bentuk pemahaman terhadap Q.S. Al-
agama yang dianutnya Fatihah
1.2 Meyakini adanya Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.
1.3 Mensyukuri karunia dan pemberian sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Fatihah
dan Q.S. Al-Ikhlas
1.4 Terbiasa bersuci sebelum beribadah
1.5 Terbiasa membaca Basmalah setiap memulai
aktivitas
2. Memiliki perilaku jujur, 2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari
disiplin, tanggung jawab, pemahaman sifat shiddiq Rasulullah SAW
santun, peduli, dan 2.2 Memiliki perilaku hormat dan patuh kepada
percaya diri dalam orangtua dan guru sebagai implementasi dari
berinteraksi dengan pemahaman Q.S. Luqman (31): 14
keluarga, teman, dan 2.3 Memiliki perilaku hormat kepada sesama anggota
guru keluarga sebagai implementasi dari pemahaman
Q.S. An-Nisa (4): 36
2.4 Memiliki sikap pemaaf sebagai implementasi dari
pemahaman kisah keteladanan Nabi Muhammad
SAW
2.5 Memiliki sikap percaya diri sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. Al-Ikhlas
2.6 Memiliki sikap yang baik ketika berbicara
sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-
Baqarah (2): 83
2.7 Memiliki perilaku rajin belajar sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Alaq
(96): 1-5
2.8 Memiliki perilaku bersih badan, pakaian, barang-
barang, dan tempat sebagai implementasi
pemahaman makna bersuci
3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengetahui huruf-huruf hijaiyyah dan harkatnya
faktual dengan cara secara lengkap
mengamati [mendengar, 3.2 Mengenal pesan-pesan yang terkandung di dalam
melihat, membaca] dan Q.S Al Fatihah, Al Ikhlas dan Al Alaq (96): 1-5
menanya berdasarkan 3.3 Mengenal makna Asmaul Husna: Ar-Rahman,
rasa ingin tahu tentang Ar-Rahim, Al-Malik
dirinya, makhluk ciptaan 3.4 Mengenal makna dua kalimat syahadat sebagai
Tuhan dan kegiatannya, bagian dari rukun Islam yang pertama
dan benda-benda yang 3.5 Mengenal makna doa sebelum dan sesudah
dijumpainya di rumah belajar
dan di sekolah 3.6 Mengenal tata cara bersuci
3.7 Memahami shalat dan kegiatan agama yang
dianutnya di sekitar rumahnya melalui
pengamatan
3.8 Mengenal kisah keteladanan Nabi Adam a.s.
3.9 Mengenal kisah keteladanan Nabi Idris a.s.
3.10 Mengenal kisah keteladanan Nabi Nuh a.s.
3.11 Mengenal kisah keteladanan Nabi Hud a.s
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi
Muhammad SAW
3.13 Memahami perilaku hormat dan patuh kepada
orangtua dan guru
3.14 Memahami perilaku saling menghormati
antarsesama anggota keluarga
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Melafalkan huruf-huruf hijaiyyah dan harakatnya
faktual dalam bahasa secara lengkap
yang jelas dan logis, 4.2 Melafalkan Q.S. Al-Fatihah dan Q.S. Al-Ikhlas
dalam karya yang estetis, dan Al Alaq (96): 1-5 dengan benar dan jelas
dalam gerakan yang 4.2.1 Menunjukkan hafalan Q.S. Al-Fatihah dan
mencerminkan anak Q.S. Al-Ikhlas dengan benar dan jelas
sehat, dan dalam 4.2.2 Melafalkan Asmaul Husna: Ar-Rahman,
tindakan yang Ar-Rahim, Al-Malik
mencerminkan perilaku 4.3 Melafalkan dua kalimat syahadat dengan benar
anak beriman dan dan jelas
berakhlak mulia 4.4 Melafalkan doa sebelum dan sesudah belajar
dengan benar dan jelas.
4.5 Mempraktikkan tata cara bersuci
4.5.1 Melaksanakan shalat dan kegiatan agama
yang dianutnya di sekitar rumahnya
melalui pengamatan
4.5.2 Mencontohkan kegiatan agama yang
dianutnya di sekitar rumahnya
4.5.3 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Adam
a.s.
4.5.4 Menceritakan kisah keteladanan Nabi
Idris a.s.
4.5.5 Menceritakan kisah keteladanan Nabi
Nuh a.s.
4.5.6 Menceritakan kisah keteladanan Nabi
Hud a.s
4.5.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi
Muhammad SAW
4.5.8 Mencontohkan perilaku hormat dan patuh
kepada orangtua dan guru
4.5.9 Mencontohkan perilaku saling
menghormati antarsesama anggota
keluarga

3. Komperensi Dasar Mulok


Berisi SK dan KD dari Mulok yang dilaksanakan

4. Program Kegiatan Pengembangan Diri (Ekstrakurikuler)


Berisi program Kegiatan Pengembangan Diri (Ekstrakurikuler) yang
dilaksanakan

J. Alokasi Waktu Penugasan Tersetruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak


Tesetruktur
Alokasi Waktu Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur ditentutakan oleh satuan pendidikan sesuai dengan alakosi waktu/
beban belajar yang sudah ditetapkan dalam satu tahun.
Alokasi Waktu Pemugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur yang harus ditetapkan adalah :
1. Kurikulum 2006
1) Mata Pelajaran Pokok
2) Mata Pelajaran Muatan Lokal

2. Kurikulum 2013
1) Mata Pelajaran Pokok
2) Mata Pelajaran Muatan Lokal

Sebagai bahan pengetahuan dalam memahai tentang Alokasi Waktu


Pemugasan Tersetruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Tesetruktur,
disajikan penjelasan sebagai berikut:
Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur maksimal
40% dari alokasi waktu tiap mata pelajaran.
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh guru
untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan
terstruktur ditentukan oleh guru.
Misalnya: Pemberian tugas dari guru kepada siswa untuk mengerjakan
Lembar Kerja Siswa (LKS), mengerjakan soal-soal buatan guru, dan
sebagainya yang harus ditandatangi orang tua dan dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya.
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang
oleh guru untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya
diatur sendiri oleh siswa.
Contoh Alokasi Waktu Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri
Tidak Terstruktur
N Kelas Penugasan
Beban Kegiatan
o Mata Pelajaran Tersetruktur dan
Belajar Pembelajaran
Kegiatan Mandiri
Pertahu Tatap Muka
Tidak Terstruktur
n (60%)
(40%)
I A. Mata Pelajaran
Pokok
1. Pendidikan 3.780 menit Menit
Agama menit
2. Pendidikan 1.260 menit Menit
Pancasila dan menit
Kewarganega
ran
3. Bahasa 8.820 menit Menit
Indonesia menit
4. Matematika 7.560 menit Menit
menit
DST
JUMLAH

A. Ketuntasan Belajar*
Ketuntasan belajar ditetapkan/dibuat Satuan pendidikan, ketuntusan belajar
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen KTSP ini, adapun
ketuntasan belajar ditetapkan/dibuat Satuan pendidikan adalah :
1. Ketuntasan Belajar Kurikulum 2006
a. Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2)
b. Ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
2. Ketuntasan Belajar Kurikulum 2013
a. Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2)
b. Ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
3. Sebagai pengetahuan untuk menetapkan ketuntasan hasil belajar,
disajikan penjelasan berikut ini :
Penjelasan
Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap,pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan
substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan
penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan
tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat
penguasaan minimal atau di atasnya,sedangkan ketuntasan belajar dalam
konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester,
setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.

Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik


menguasai kompetensi darisejumlah mat pelajaran yang diikutinya dalam
satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun ajaran adalah
keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan genap dalam satu
tahunajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah
keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran
dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan.

Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat,


yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik(B), Cukup (C), dan Kurang (K)
sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Nilai Ketuntasan Sikap


(Predikat)
Sangat Baik (SB)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (K)

Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan
dengan predikat Baik (B).

Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan


dalam bentuk angka dan huruf, yakni4,00 1,00 untuk angka yang
ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana tertera pada
tabel berikut.

Nilai Ketuntasan
Pengetahuan dan Keterampilan

Rentang Angka Huru


f
3,85 4,00 A
3,51 3,84 A
-
3,18 3,50 B
+
2,85 3,17 B
2,51 2,84 B
-
2,18 2,50 C
+
1,85 2,17 C
1,51 1,84 C
-
1,18 1,50 D
+
1,00 1,17 D

Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan oleh sekolah


berdasarkan analisa kemampuan, daya dukung , dan tingkat kesukaran.

B. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah*


Satuan pendidikan wajib menyusun/mengembangkan kegiatan pembelajaran
pendidikan karakter dan budaya sekolah yang dilaksanakan sekolah, yang
berupa :
1. Hasil analisis konteks
2. Jadwalsecara harian, mingguan, dan bulanan. pengembangan karakter
dalam budaya sekolah
3. Rencana penilaian penerapan pendidikan karakter di sekolah
Sebagai pengetahuan, dalam kegiatan pembelajaran pendidikan karakter
dan budaya sekolah dijelaskan berikut ini :

Saat kita memasuki milenium baru, ingatlah baik-baik bahwa ukuran


kemajuan suatu negara bukanlah besarnya pendapatan nasional,
kemajuan teknologi, atau kekuatan militernya, melainkan karakter
penduduknya (Thomas Lickona, 2008)

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat


Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi
dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat
kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya
nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
memudarnyakesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman
disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Sumber: Buku
Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025).
Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional.
Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan
karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila.
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah
tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional --UUSPN).

Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh


untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter
bangsa sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-
2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter
(2010): pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk
memberikan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, 2011 keputusan baik-buruk, keteladanan,
memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati.

Atas dasar apa yang telah diungkapkan di atas, pendidikan karakter bukan
hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih
dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap
dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.
Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan
pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving
good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga
terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik.

Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan


integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah,
masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia
industri (Sumber: Buku Induk Pembangunan Karakter, 2010).

Sebagaimana diketahui, wadah untuk pendidikan karakter adalah keluarga,


sekolah, media masa, dan masyarakat (lingkungan sosial). Khusus sekolah:
Apa yang dapat dilakukan sekolah (baca: guru, kepala sekolah, siswa, dan
warga sekolah lainnya) untuk pengembangan karakter tersebut? Kita
menyadari bahwa pengembangan karakter memerlukan waktu lama.
Karena itu, pengembangan karakter harus dilakukan sedini mungkin.
Sekolah sebagai pusat pembudayaan berbagai perilaku baik yang ingin kita
lihat di masyarakat nanti menjadi wadah yang sangat strategis.

4. Tahapan Penerapan Pendidikan Karakter


Adapun tahapan penerapan pendidikan karakter di tingkat satuan
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis konteks
2. Mencanangkan komitmen bersama antara seluruh warga sekolah
3. Menyusun penjadwalan pengembangan karakter dalam budaya sekolah
secara terjadwal secara harian, mingguan, dan bulanan.
4. Melakukan penilaian penerapan pendidikan karakter di sekolah

C. Jadwal Pelajaran
Sekolah menetapkan jadwal pelajaran dimaksudkan :
1. Mengatur seluruh kegiatan pembelajaran, mata pelajaran pokok, mulok dan
kegiatan ektrakurikuler perminggu
2. Jumlah jam pembelajaran dan `mata pelajaran pokok, mulok dan
ekrtakurikuler yang diatur pada jadwal pembelajaran harus sesuai dengan
struktur kurikulum yang sudah ditetapkan sekolah.

D. Kreteria Kenaikan Kelas *


Kreteria kenaikan kelas ditetpakan oleh sekolah sebagai dasar peserta didikan
naik kelas atau tidak

E. Kreteria Kelulusan
Kreteria kelulusan . Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal72Ayat(1) dan
PP Nomor 32 tahun 2013 tentang SNP, peserta didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompokmata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok matapelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaranjasmani,olahraga, dan kesehatan;
3. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi;
4. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan;
5. Standar Kompetensi Lulusan meliputi Kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau mata kuliah;
6. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran dilakukan melalui ujian
sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan Peserta Didik dari satuan
pendidikan;
8. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata
pelajaran dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan
kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan; dan
9. Kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Bab III KalenderAkademik Sekolah


A. Analisis Alokasi Waktu Kelander
Analisis Alokasi Waktu Kelander Akademik Sekolah dimaksudkan untuk
mengetahui alokasi waktu setiap kegiatan
Contoh :
Analisis Alokasi Waktu Kelander Akademik Sekolah
Alokasi Waktu Dalam Bulan (minggu/hari)

Pertahun
Jml.
Desb

Mart
No Kegiatan

Agst

Pebr
Sept

Nop

Juni
Mei
Apr
Okt
Juli

Jan
1 Jml minggu
2 Jml. Minggu Efektif
3 Jml. Minggu Belajar
Efektif
4 Permulaan tahun 3 - - - - - - - - - - - 3
Palajaran
5 Jml. Hari
6 Jml. Hari Efektif
7 Kls
Jml. Hari 1
Belajar 2
Efektif 3
4
5
6
8 Jeda tengah semester
maks. 2 mg
9 Jeda antar maks.
semester2 mg
10 Libur akhir tahun
maks.3 mg
11 Libur keagamaan 2-4
mg
12 Libur umum/ Nasional
maks 2 mg
13 Libur Khusus maks. 1
mg
14 Kegiatan Khusus maks
3 mg

Keterangan :
1. Jml. Minggu belajar efektif, ditentukan sesuai dengan minggu minggu belajar
efektif yang ditetapkan sekolah berada disekitar 12 bulan
2. Jml. Hari Efektif berada disekitar 12 bulan ditetakan berdasarkan :
Contoh Sekolah menetapakan
Kelas I :
1) Alokasi waktu (Beban belajar) perthun : 35x26x36= 32.760 menit
2) Alokasi wkrtu (Beban belajar) perminggu adalah 30 jam (1.050 menit)
3) Hari belajar efektif perminggu = 6 hari
4) Alokasi wkrtu (Beban belajar) perhari : adalah 1050 menit : 6 hari = 175
menit
5) Maka Hari Belajar Efektif pertahun 32.760 : 175 = 187 hari
3. Kerena Beban belajar berbeda, maka hari belajara efektif setiap kelas akan
berbeda

B. Muatan Kelender Akademik Sekolah


Berdasarakan hasil anlasis, alokasi waktu setiap muatan kalender di bawah ini
ditenukan :
5. Permulaan Waktu Pelajaran: ..... hari
6. Waktu Belajar Efektif
a. MingguEfektif Belajar : ..... minggu
b. Hari Belajar Efektit : ..... hari
7. Pengaturan Waktu Libur
b. Jeda Tengah Semester : ..... hari
c. Jeda Antar Semester: ..... hari
b. Libur Akhir Tahun Pelajaran: ..... hari
c. Hari Libur Keagamaan: ..... hari
d. Hari Libur Umum/Nasional: ..... hari
e. Hari Libur Khusus
4. Kegiatan Khusus Sekolah : ..... hari
Dibutikan dengan diprogramkan kegiatan secara khusus yang dilakukan sekolah

C. Penetapan Kelender Akdemik Sekolah


Adanya dokumen kelender akademik sekolah yang Berisi Penyebaran alokasi
waktu mutatan kelender untuk setiap kegiatan disekitar 12 bulan dalam 1
tahun

Bab IV PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Lampiran
1. SK tim pengembang KTSP
2. Buti pisik mekanisme penyusunan KTSP
3. Instrumen validasi KTSP
4. Berita acara penetapan KTSP
5. Berita acara penetapan mata pelajaran muatan lokal
6. Berita acara pemilihan pengembangan diri
7. Berita acara penetapan KKM
8. Dokumen analisis KKM (terpisah)
9. dll

Anda mungkin juga menyukai