TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Jamur
Jamur adalah organisme eukariotik yang memiki banyak bentuk, mulai dari sel tunggal
yang mikroskopis sampai multisellular, dan jamur yang dapat diamati dengan mata telanjang.
Terdapat lebih dari 100.000 species jamur yang terdapat di alam. Walaupun jamur tumbuh
dimana-mana, hanya beberapa species jamur yang penting bagi ilmu kesehatan.
Sebagai eukariotik jamur memiliki nucleus yang dikelilingi oleh membrane inti,
membrane plasma yang mengandung sterol, mitokondria, badan golgi, ribosom, sitoskeleto, dan
1. Dermatofitosis
2. Non dermatofitosis
nondermatofitosis (penyakit pada jaringan yang tidak mengandung zat tanduk/keratin/semua zat
kalsium) yang menyerang pada kulit manusia. Jamur ini menjadi penyebab terjadinya infeksi
kulit superfisial yaitu pitiriasis versikolor (panu) dan folliculitis. Adakalanya, pada
(Hospenthal:173, 2008).
Kerajaan : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo :Tremellales
Familia : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur
2.1.4 Morfologi
Malassezia furfur merupakan Lipophilic yeast (jamur yang hanya bisa tumbuh pada
jaringan lemak) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal, hifanya berbatang
pendek dan tidak lurus. Malassezia sp menghasilkan konidia sangat kecil atau mikrokonidia pada
makrokonidia besar dan berbentuk gelendong yang jauh lebih besar daripada mikrokonidianya.
Pemeriksaan mikroskopi menunjukkan adanya untaian jamur yang terdiri dari spora dan hifa
yang saling bergabung satu sama lainnya (Alis:9, 2010). Pada sediaan media SDA yang
ditambahkan olive oil, jamur Malassezia furfur terlihat seperti koloni yeast di bawah tetesan
Malassezia furfur memiliki sifat lipofilic, yaitu hanya dapat hidup di daerah yang
berlemak (Hospenthal:173, 2008). Jamur ini dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan
kelembaban tinggi, dan memproduksi banyak keringat (Alis:9, 2010). Malassezia furfur dapat
tumbuh pada media SDA dengan penambahan olive oil. Jamur ini dapat tumbuh pada kisaran pH
2.2.1 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di daerah
tropis, oleh karena tingginya temperature dan kelembaban. Menyerang hampir semua usia
terutama remaja, terbanyak pada usia 16 40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita,
perbandingan 1,09% pria dan 0.6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada namun
diperkirakan 40 50% dari populasi di Negara tropis terkena penyakit ini, sedang di Negara
subtropis yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5 1% dari semua penyakit jamur (Donna,
2008).
2.2.2 Patogenesis
Pitiriasis versikolor timbul bila Malassezia furfur berubah menjadi bentuk miselium,
Faktor eksogen meliputi panas, kelembaban, penutupun kulit oleh kosmetik atau
pakaian, dimana terjadi peningkatan CO2, mikoflora, dan pH. Sedangkan, faktor endogen berupa
malnutrisi, terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Disamping
itu, diabetes mellitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit berat yang
Selain itu, pitiriasis versikolor pada situasi tertentu dapat menjadi masalah yang sangat
penting bagi pasien penerima hyperalimentation yaitu pasien yang diberi nutrisi makanan
melalui intra vena, dimana saluran infuse dipasang pada daerah sekitar ketiak atau lengan, maka
akan membuat kandungan lipid pada daerah itu meningkat, sehingga jamur Malassezia furfur
akan dengan cepat tumbuh. Pada pasien dengan immunocompromised seperti AIDS dan
malnutrisi, jamur Malassezia furfur dengan cepat menginfeksi dan dapat menyebabkan lesi yang
cukup parah (Falco:320, 1996). Hipopegmentasi yang terjadi pada penyakit pitiriasis versikolor,
disebabkan oleh zat toksin yang terdapat dalam jamur yang mencegah pembentukan melanin dan
asam azeleat yang dihasilkan oleh pityrosporum dari asam lemak dalam sebum yang merupakan
Lesi biasanya ditemukan di daerah ketiak, punggung, dan daerah lipatan tubuh. Lesi
dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian menjadi banyak dan menyebar, disertai adanya
sisik. Kelainan kulit pada penderita panu tampak jelas, sebab pada orang kulit berwarna
merupakan bercak dengan hipopigmentasi, sedangkan pada orang kulit putih, sebagai bercak
(versikolor). Biasanya tidak ada keluhan, hanya ada rasa gatal saat berkeringat, dan ada perasaan
Diagnosa penyakit pitiriasis versikolor adalah dengan penyinaran sinar ultra violet
pada kulit yang diduga terkena pitiriasis versikolor, maka akan tampak fluoresensi hijau kebiru-
biruan. Dilakukan juga pemeriksaan langsung dengan kerokan kulit dan penambahan KOH 10%,
maka akan tampak jamur yang berkelompok seperti sphagetti (Falco:319, 2000).
1. Pengobatan sistemik : pengobatan per oral yang diberikan oleh dokter pada pasien yang
2. Pengobatan tropical : pengobatan dari luar yaitu dioleskan pada kulit, biasanya salep
ketokonazol 400 mg / hari sekali sebulan. Pada daerah endemik untuk pencegahan penyakit
dapat disarankan pemakaian ketokonazol 200 mg sekali sebulan atau pemakaian shampoo
Dapat juga untuk pencegahan digunakan lotion yang mengandung selenium sulfid
Prognosis untuk penyakit ini baik bila pengobatan dilakukan rutin. Tetapi intensitas
penyakit ini kambuh atau muncul kembali sangat tinggi pada individu yang telah terkena
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: C. aurantifolia
Asal usul dan penyebaran geografis jeruk nipis diduga berasal dari India Utara yang
berbatasan dengan Myanmar, atau di Malaysia bagian utara. Namun menurut Swingle, jeruk
Jeruk nipis tiba di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Kolumbia dan Ekuador)
melalui kepulauan Pasifik. Ia dibawa bangsa Polynesia yang berlayar sampai ke pantai barat
Amerika.
Semua jenis jeruk nipis yang berkembang di Indonesia berasal dari India. Tumbuhan
Jeruk nipis mengandung zat asam amino (triptofan, lisin), minyak terbang (sitral,
limones, filandren, lemon kamfer, kadimen, gerani lasetat, linalil asetat, aktilaldehid,
nonilclehid), damar, glikosida, asam sitrat, lemak, kalium, fosfor, besi, belerang, serta vitamin B1
Daging buah jeruk nipis bersegmen. Segmen buahnya berdaging hijau kekuning-
kuningan dan mengandung banyak sari buah yang beraroma harum. Sari buahnya yang sangat
asam berisi asam sitrat berkadar 7-8 % dari berat daging buah. (Sarwono:4, 2001).
1. Belerang
Belerang pada jeruk nipis tergolong sebagai sulfur precipitatum bersifat antijamur,
yang terkandung dalam 100 gr larutan jeruk nipis. Selain belerang, juga terdapat logam lain
seperti besi dan kalsium dalam buah jeruk nipis (Myrna, 2011).
didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh jamur, sedangkan fungistatik dapat
menghambat pertumbuhan jamur tanpa mematikannya. Tujuan utama pengobatan infeksi jamur
adalah membunuh organisme yang patogen dan memulihkan kembali flora normal kulit dengan
cara memperbaiki membran mukosa yang merupakan tempat berkembangnya koloni jamur
(Alis:10, 2010).
Obat-obat antijamur disebut sebagai obat antimikotik dipakai untuk mengobati dua
jenis infeksi jamur, yaitu infeksi jamur supefisial pada kulit atau selaput lendir dan infeksi jamur
Anti jamur bisa bekerja mempangaruhi dinding sel jamur, membran sitoplasma
maupun inti. Anti jamur perkembangannya cenderung lebih lambat daripada antibiotika karena
struktur sel jamur mirip dengan sel tubuh kita. Selain mengganggu struktur dari membran
sitoplasmanya, adapula anti jamur yang menghambat atau mengganggu sintesis dinding sel yaitu
mangan, sitin, dan glukan. Anti jamur ini bersifat toksik untuk jamur tapi tidak bersifat toksin
untuk tubuh.
Belerang memiliki sifat fungisid yang lemah, bekerja melawan jamur dengan cara
keratolitik, yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau
melunakkan/menipiskan lapisan keratin. Pada jamur, belerang dapat mempengaruhi dinding sel
Penentuan aktivitas antijamur dapat dilakukan dengan salah satu dari dua
konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam
media. Sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar,
kemudian ditanami jamur. Metode dilusi cair adalah metode untuk menentukan konsentrasi
minimal dari suatu antijamur yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme.
2. Metode difusi
Pada metode difusi ini yaitu uji potensi berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan
pertumbuhan jamur, karena berdifusinya antijamur dari titik awal pemberian ke daerah difusi.
Metode ini bertujuan untuk menguji sensitivitas antimikroba terhadap mikroorganisme. Pada
metode ini ada beberapa cara yaitu cara Kirby Bauer, cara sumuran, dan cara Pour plate (Alis:13,
2010).
3. Metode ALT
mikroorganisme aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik, dan termofilik) setelah contoh
diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35C 1C selama 48 jam 1 jam mikroorganisme
ditumbuhkan pada suatu media agar, maka mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan
15
Related Searches:
Free Online File Storage
Transfer Files
FTP Client
Upload Files
Hosting Platform
Web Hosting Plans
Hosting Provider
Share Large Files
Secure FTP
FTP Software
Best Web Hosting