Anda di halaman 1dari 5

Kesadahan air

Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk mengendapkan
sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama sekali.
Selanjutnya air yang sadah dapat didefinisikan juga sebagai air yang konsentrasi mineral-
mineralnya dalam jumlah yang tinggi. Kesadahan air terutama disebabkan oleh keberadaan
kation-kation logam bervalensi dua seperti ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di
dalam air, atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan
bikarbonat dalam jumlah kecil (Ghino, 2010). Keberadaan ion-ion kalsium dan magnesium di
dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium,
sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Adapun konsentrasi ion calcium dan
magnesium di dalam air jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ion-ion lainnya, oleh karena itu
penetapan kesadahan hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ saja. Air yang
sadah dapat menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya yakni : Menyebabkan sabun
sukar berbusa, menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pipa dan ketel air panas bila terjadi
pemanasan, menyebabkan terjadinya scalling (pembentukan endapan), dan masih banyak lagi.
Dalam kesadahan, terdapat tiga tipe kesadahan air yaitu: Kesadahan sementara, kesadahan
permanen dan kesadahan total. Kesadahan sementara atau kesadahan karbonat merupakan
kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion bikarbonat (HCO3) yang berikatan dengan kation
logam bervalensi dua. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan merebus air sadah untuk
melepaskan kandungan CO2 nya. Kesadahan permanen atau kesadahan non karbonat
merupakan kesadahan yang disebabkan oleh berikatannya kation-kation logam bervalensi dua
dengan anion-anion selain karbonat. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan mudah
seperti halnya dengan kesadahan sementara. Kesadahan total, Kesadahan total didefinisikan
sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air (Anonim, 2008),
atau dengan kata lainnya kesadahan total merupakan jumlah dari kesadahan sementara dan
kesadahan permanen.
Kekeruhan air

Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia
yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko,
2005).
Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu
untuk air minum idealnya 30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter
<10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain
(Effendi, 2003).
Air untuk minum umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water) seperti danau,
sungai dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah (Ground Water) atau
air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang umumnya bebas dari kandungan
zat berbahaya, namun tidak selalu bersih (Krisnandi, 2009).
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l.
Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan
menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat menyebabkan
kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu plankton dalam kolam
harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH,
konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi
serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan
juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di
samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor
yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin
pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air
terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus
suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari
permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
Suhu air merupakan factor yang banyak mendapatkan perhatian dalam pengkajian-
pengkajian. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja hanya untuk mempelajari gejala-
gejala fisika dalam laut tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan,
bahkan dapat juaga dimanfaatkan untuk mengkaji metodologi (Notji, 1989).
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air.
Oksigen terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di
perairan tercemar. Pada perairan yang jenuh biasanya mengandung oksigen dalam rentang 8-
15 mg / l. Tergantung pada salinitas dan tempertur bagi organisme organisme akuatik
biasanya membutuhkan dengan konsentrasi 5-8 mg/l untuk dapat hidup secara normal
( Naster,1991 dalam Wibowo, 2004).
Amonium ( NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium
adalah bentuk transisi dari amoniak. Sumber amoniak di perairan adalah pemecahan nitrogen
organik ( protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam limbah dan air, yang
berasaal dari bahan organik yang terdapat di dalam limbah dan air,yang berasal dari bahan
organik ( tumbuhan ) dan biota akuatik yang telah mati olwh mikrpba dan jamur ( Effendi,
2003).

Kandungan padatan
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic,
mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat
terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus
dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (210-6 meter). Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan
aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat
mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan
kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll) (Insan, 2007).

Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah
liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup
(biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik)
seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk
endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu
perairan (Tarigan et al, 2003).

Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan
kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 m. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama
terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang
larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian (Anonim, 2010).
Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6
mm) dan koloid (diameter < 10 -6 mm - < 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-
bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 m (Vanho, 2010).

O2 dan Co2 terlarut


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygent = DO) mungkin merupakan variabel yang paling kritis
dalam budidaya ikan, oleh karena itu budidayawan ikan seharusnya akrab dengan dinamika
konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam. Atmosfir adalah tempat penyediaan oksigen yang
paling besar. Kelarutan oksigen (Solubility of Oxygent) dalam air pada suhu berbeda dan pada
standar tekanan atmosfir di atas permukaan laut. Meskipun oksigen terlarut akan berdifusi ke
dalam air namun kecepatan berdifusinya sangat rendah. Oleh karena itu, fotosintesa yang
dilakukan oleh fitoplankton adalah sumber utama oksigen terlarut dalam suatu sistem budidaya
ikan. Budidayawan ikan sangat berkepentingan dengan kecepatan hilangnya oksigen terlarut
dari air. Penyebab utama habisnya oksigen terlarut dalam suatu kolam adalah respirasi oleh
plankton, respirasi oleh ikan-ikan, respirasi oleh organisme bentik serta difusi oksigen ke udara
(Idris, 2013). 7
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus dalam kondisi terlarut dalam air.
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga bila ketersediaannya di dalam air
tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya maka segala aktivitas biota akan terlambat (Kordi,
2010).
Oksigen terlarut dapat membentuk presipitasi (endapan) dengan besi dan mangan. Kedua unsur
tersebut menimbulkan rasa yang tidak enak pada air. Untuk keperluan air perairan biasanya
memiliki nilai jenuh kecuali untuk kadar oksigen yang tinggi akibat peningkatan korosivitas.
Profil sebaran vertikal oksigen terlarut pada kolam air dapat mengambarkan tingkat kesuburan
perairan. Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologi. Ikan dan
organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup. Kebutuhan oksigen
sangat dipengaruhi oleh suhu, dan bervariasi antara organisme. Keberadaan logam berat yang
berlebihan di perairan mempengaruhi sistem respirasi organisme akuatik sehingga pada saat
kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi (Effendi,
2003).
Sumber oksigen dalam perairan dapat diperoleh dari hasil proses fotosintesis phytoplankton
atau tumbuhan hijau dan proses difusi dari udara, serta hasil proses kimiawi dari reaksi-reaksi
oksidasi. Keberadaan oksigen di perairan biasanya diukur dalam jumlah oksigen terlarut
(dissolved oxygen) yaitu jumlah miligram gas oksigen yang terlarut dalam satu liter air. Pada
ekosistem perairan, keberadaan oksigen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
distribusi temperatur, keberadaan produser autotrop yang mampu melakukan fotosintesis, serta
proses difusi oksigen dari udara. Di perairan umumnya oksigen memiliki distribusi yang tidak
merata secara vertikal . Distribusi ini berkaitan dengan 8
kelarutan oksigen yang dipengaruhi oleh temperatur perairan. Kelarutan oksigen bertambah
seiring dengan penurunan temperatur perairan (Huda, 2009).
Kandungan karbondioksida bebas dalam air tinggi maka akan dapat meracuni habitat dalam air
dan makhluk hidup lainnya dan dapat mengakibatkan kematian. Karbondioksida dalam air
dihasilkan dari penguraian bahan-bahan organik oleh bakteri dengan bantuan oksigen dalam
air. Ganggang yang menggunakan karbondioksida dalam fotosintesis juga mengasilkan
karbondioksida melalui proses metabolisme tanpa menggunakan cahaya atau bersifat anaerob.
Besi terlarut

Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi,
pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di dalam
air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+.
Kandungan ion Fe (Fe2+,Fe3+) pada air sumur bor berkisar antara 5 7 mg/L.
Tingginya kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan keadaan struktur tanah.
Struktur tanah dibagian atas merupakan tanah gambut, selanjutnya berupa lempung
gambut dan bagian dalam merupakan campuran lempung gambut dengan sedikit pasir.
Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+) . Dalam
bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur
lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari
dalam tanah sendiri di sampng dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari
larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan endapan buangan industri.
Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki tangki besi adalah akibat dari
beberapa kodisi, di antaranya : 1) Akibat pengaruh pH yang rendah (bersifat asam), dapat
melarutkan logam besi. 2) Pengaruh akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan
larutnya logam besi. 3) Pengaruh banyaknya O2 yang terlarut dalam air yang dapat pula.
4) Pengaruh tingginya temperature air akan melarutkan besi-besi dalam air. 5) Kuatnya
daya hantar listrik akan melarutkan besi. 6) Adanya bakteri besi dalam air akan memakan
besi.
Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal
ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk
senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe(OH)3, FeO, Fe2O3 dan lain-lain.
Konsentrasi besi terlarut yang masih diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai dengan
0,1 mg/L (Ekojuli, 2009).

Anda mungkin juga menyukai