Anda di halaman 1dari 8

Artikel Penelitian

Penggunaan Metode Dua Menit (M2M)


dalam Menentukan Prevalensi
Gangguan Jiwa di Pelayanan Primer

Dan Hidayat,* Elly Ingkiriwang,* Andri,* Evalina Asnawi,*


Ratna Surya Widya,* Djap Hadi Susanto**

*Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
**Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Abstrak: Metode dua menit (M2M) dirancang sebagai alat untuk membantu pelayanan kesehatan
(tidak khusus untuk kesehatan jiwa saja) yang digunakan untuk menentukan prevalensi
gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas. M2M dibandingkan dengan pemeriksaan wawancara
psikiatrik konvensional oleh psikiater dengan PPDGJ-III ternyata cukup valid dan dapat
dipercaya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan prevalensi gangguan kesehatan jiwa dan
jenis gangguan jiwa di Puskesmas kecamatan Grogol Petamburan dengan membandingkan
penggunaan M2M oleh dokter Puskesmas dengan penggunaan metode wawancara psikiatrik
konvensional oleh psikiater. Telah dilakukan penelitian pada 1052 pasien yang berobat di
Puskesmas kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian ini mendapatkan
prevalensi gangguan jiwa sebesar 31,8% baik yang diperoleh oleh dokter Puskesmas maupun
oleh psikiater. Kondisi gangguan jiwa terbanyak yang didapatkan berdasarkan M2M adalah
neurosis sebesar 28,5% Sedangkan berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ III (ICD 10) yang
dilakukan psikiater, gangguan jiwa terbanyak adalah kecemasan sebesar 14% kemudian disusul
oleh gangguan psikosomatik, gangguan makan, gangguan tidur dan disfungsi seksual sebesar
12,5%, dan gangguan depresif 2%. (total 28,5%)
Kata Kunci: alat diagnostik, psikiatri, gangguan jiwa, prevalensi, Puskesmas

448 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010
Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa

The Usage of Two Minutes Method (M2M) to


Determine Mental Disorder Prevalence in Primary Care

Dan Hidayat,* Elly Ingkiriwang,* Andri,* Evalina Asnawi,*


Ratna Surya Widya,* Djap Hadi Susanto**

*Division of Mental Health Faculty of Medicine Krida Wacana Christian University, Jakarta
**Division of Public Health Faculty of Medicine Krida Wacana Christian University, Jakarta

Abstrac: Two Minutes Method (M2M) is prepared as a method to assist primary care phycisian in
health care service (not just as mental health care service) and it is used to determine mental
disorder prevalance compared to conventional psychiatric interview using PPDGJ-III by psy-
chiatrist which is founded to be valid and reliable. The aim of the study was to compare the usage
of M2M by primary care physician and the usage of conventional psychiatric interview by psy-
chiatrist in determining mental disorder prevalence in Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.
From 1052 patients visited Puskesmas kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, the
mental disorder prevalence was 31,8% which was founded by the pshysician as well as by the
psychiatrist. Using M2M, neurosis was founded to be the most common mental disorder (28,5%).
Meanwhile, by using diagnotic guideline of PPDGJ-III performed by psychiatrist, Anxiety Disor-
ders were 14%, followed by 12,5% Psychosomatic Disorder, Eating Disorder, Sleep Disorder
and Sexual Dysfunction, and 2% Depressive Disorder (total 28,5%).
Key words: diagnostic tool, psychiatry, mental disorder, prevalence, Puskesmas

Pendahuluan Tambora (1985), memberikan hasil ditemukannya gangguan


Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa jiwa sejumlah 28,73% pasien dewasa, dan 34,39% pasien
bahwa pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab anak.3
utama dari ketidakmampuan seorang individu di seluruh dunia Sayangnya kondisi psikiatrik yang seringkali ber-
dan gangguan psikiatrik akan menyumbang sekitar 15% dari tumpang tindih dengan gejala fisik ini tidak terdiagnosis
angka kesakitan global. Amerika sendiri telah kehilangan dengan baik di lapangan karena berbagai faktor. Pasien
setiap tahunnya uang sejumlah 80 milyar dollar akibat gangguan psikiatrik yang tidak terdiagnosis merugikan pasien
ketidakproduktifan yang dikarenakan menderita gangguan sendiri. Hal ini memerlukan penanganan yang baik karena
psikiatrik.1 ketepatan diagnosis dan kecepatan penanganan akan
Dua pertiga dari pasien gangguan psikiatrik ditemukan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan sebaliknya.
di pusat pelayanan kesehatan primer. Sekitar 30% pasien- Amerika Serikat telah memberlakukan suatu pedoman
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan primer meru- untuk melakukan suatu penapisan kondisi gangguan
pakan pasien gangguan psikiatrik yang memenuhi diagno- psikiatrik di pelayanan primer. Hal ini akan meningkatkan
sis menurut DSM-IV. Penelitian di Amerika Serikat me- deteksi gangguan psikiatrik di pelayanan primer dan
nyebutkan bahwa pasien gangguan psikiatrik pertama kali meningkatkan cakupan terapi gangguan psikiatrik di pela-
datang ke pelayanan primer disebabkan karena gejala-gejala yanan kesehatan primer. Penelitian sebelumnya mengatakan
yang dialaminya seringkali berupa keluhan yang berhu- terdapat empat diagnosis yang paling sering ditemukan di
bungan dengan kondisi medis umum. Hal lain adalah stigma pelayanan primer dan juga yang paling sering terlewatkan,
yang melekat pada penyedia layanan psikiatri sehingga yaitu depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat dan gangguan
membuat pasien lebih senang untuk bertemu dengan dokter kognitif.2
umum terlebih dahulu di pusat pelayanan primer. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
Penelitian sebelumnya mengenai gangguan jiwa yang jiwa di Puskesmas adalah beban kerja (jumlah pasien) yang
pernah dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Dirjen besar dibandingkan dengan dokter yang bertugas, keter-
Yanmed, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, batasan waktu pelayanan, mutasi dokter Puskesmas yang
pimpinan dr. Rudy Salan SpKJ (alm), di Puskesmas Kecamatan terlalu cepat, sehingga dokter pengganti yang belum terlatih

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010 451
Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa

mengalami kesulitan. Pernah dilakukan konsultasi kesehatan pelatihan. Pertanyaan cukup dijawab ya atau tidak 5
jiwa oleh psikiater pembina secara rutin di setiap kecamatan MINI dibagi menjadi beberapa modul yang diidentifikasi
untuk meningkatkan ketrampilan dokter Puskesmas dalam dengan huruf (A-N) yang masing-masing berkaitan dengan
melakukan pelayanan kesehatan jiwa; keluhannya tetap saja suatu kategori diagnostik. Pada awal setiap seksi diagnostik
merasa terlalu lama bila harus melakukan wawancara psikiatrik. (kecuali untuk seksi gangguan psikotik), pertanyaan-
Karena itu dikembangkan metode dua menit dalam pelayanan pertanyaan skrining yang berhubungan dengan kriteria utama
kesehatan untuk dapat menyaring kasus-kasus jiwa di dari gangguan itu ditampilkan di dalam suatu kotak abu-abu.
Puskesmas dalam waktu dua menit. Ternyata penggunaan Pada akhir setiap seksi, satu atau beberapa kotak diagnostik
metode dua menit ini dapat meningkatkan cakupan prevalensi memungkinkan penetapan apakah diagnosis tersebut ada
(walaupun masih di bawah prevalensi yang didapat dari atau tidak ada.
World Health Report 2001, yaitu 24% 4
Tujuan penelitian ini adalah menentukan prevalensi dan Instruksi Penilaian
jenis gangguan jiwa di Puskesmas Kecamatan Grogol Semua pertanyaan yang ditanyakan harus dinilai.
Petamburan, Jakarta Barat, dengan teknik wawancara Metode Penilaian dilakukan di sebelah kanan setiap pertanyaan
Dua Menit (M2M) oleh dokter umum dibandingkan dengan dengan melingkari jawaban yang sesuai. Klinikus harus yakin
teknik wawancara psikiatrik konvensional berdasarkan bahwa setiap istilah dari pertanyaan telah dipahami oleh
pedoman diagnostik PPDGJ-III oleh psikiater. pasien (misalnya: kerangka waktu, frekuensi, keparahan, dan/
atau alternatif). Gejala yang lebih merupakan akibat dari suatu
Metode penyebab organik atau karena penggunaan zat jangan
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan dimasukkan.
potong lintang (cross sectional). Penelitian bertempat di
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan di wilayah Jakarta Tabel 1. Daftar Gangguan Mental yang Dikaitkan dengan Kerangka
Barat dan dilaksanakan dari Mei -Juli 2008. Responden dipilih Waktu yang Dibutuhkan untuk Menegak- kan
Diagnosisnya
secara purposive sampling sehingga semua pasien yang
berkunjung dimasukkan ke dalam penelitian sebagai res- Versi MINI ICD-10 Kerangka Waktu
ponden sampai batas waktu penelitian yang telah ditetapkan.
Data yang didapatkan dari kuesioner yang telah diisi lengkap A. Episode Depresif 2 minggu terakhir
B. Distimia 2 tahun terakhir
oleh pewawancara kemudian diolah dengan menggunakan B1.Risiko Bunuh Diri 1 bulan terakhir
piranti lunak pengolah data. C. Episode Manik Seumur hidup
Instrumen yang digunakan adalah metode dua menit D. Agorafobia Baru-baru ini
yaitu metode wawancara sederhana setengah terstruktur E. Gangguan Panik Baru-baru ini
F. Sosialfobia Baru-baru ini
yang dirancang untuk pelayanan kesehatan jiwa integratif G. Gangguan Obsesif-kompulsif 2 minggu terakhir
di Puskesmas (untuk mendeteksi, mendiagnosis dan mela- H. Gangguan Anxietas Menyeluruh 6 bulan terakhir
kukan terapi gangguan mental pada pelayanan kesehatan I. Gangguan Stres Pasca Trauma Baru-baru ini
umum). J. Bulimia Nervosa 3 bulan terakhir
K. Anorexia Nervosa Baru-baru ini
Dokter Puskesmas memeriksa, menegakkan diagnosis L. Gangguan yang berkaitan dengtan alkohol Tahun lalu
dan terapi dengan M2M, dengan klasifikasi yang berlaku di M. Gangguan yang berkaitan dengan zat Tahun lalu
Puskesmas. Psikiater memeriksa ulang semua pasien yang psikoaktif
telah diperiksa dokter Puskesma dengan menggunakan N. Gangguan Psikotik Seumur hidup
wawancara psikiatrik konvensional (di atas 2 menit) dengan
menggunakan pedoman diagnostik PPDGJ-III, klasifikasi Dari daftar di atas tampak bahwa tidak semua gangguan
gangguan jiwa yang nantinya juga akan digunakan di jiwa dapat disaring dengan MINI; khususnya yang banyak
Puskesmas. di Puskesmas seperti Gangguan Psikosomatik.
Untuk diagnosis khusus, dibuat MINIPLUS, MINI-KID
Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI)14 ,15 dan tambahan-tambahan lainnya, sehingga tidak tercakup
MINI dipersiapkan sebagai brief structural interview dalam satu instrumen, dan memerlukan waktu minimal 15 menit
khusus untuk axis 1 Gangguan Psikiatrik dari DSM-IV dan (bagi yang sudah terlatih). Demikian juga pemakaian SCID
ICD-10. Validasi dan reliabilitas sudah dilakukan terhadap atau CIDI perlu waktu yang lama. Semua ini merupakan alat
Structured Clinical Interview for DSM-IV Axis I Disorders diagnostik khusus gangguan mental. Sulit bagi dokter
(SCID) (DSM-IV) dan Composite International Diagnostic Puskesmas menggunakan MINI ini.
Interview (CIDI) (ICD-10) dengan hasil validasi yang tinggi
dan skor reliabilitas yang akseptabel dan dilaksanakan dalam Metode Dua Menit (M2M)6,7
waktu yang relatif lebih singkat (rata-rata 15 menit). Dapat M2M dipersiapkan sebagai suatu wawancara sederhana
digunakan oleh klinisi dan pewawancara awam dengan setengah terstruktur (brief semi-structured interview) untuk

450 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010
Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa

dipergunakan di pelayanan kesehatan primer/dasar dalam Tabel 4. Data Dasar Karakteristik Pasien
melakukan deteksi kasus-kasus gangguan jiwa dengan
Karakteristik Pasien Jumlah Persentase
pendekatan eklektik holistik, digunakan dalam pelayanan (n) (%)
kesehatan umum. Disebut metode dua menit, karena
diharapkan dalam tahap-tahap dua menit dapat dicapai tar- Jenis Kelamin Laki-laki 400 38,0
get-target tertentu. Hal ini juga berdasarkan saran dokter Perempuan 652 62,0
Status Pernikahan Menikah 682 64,8
Puskesmas yang mengharapkan adanya suatu metode yang Tidak menikah 370 35,2
singkat (maksimal dalam dua menit) yang dapat menyaring Pendidikan Tidak Sekolah 152 14,4
dengan cepat walaupun secara kasar ada tidaknya masalah SD 359 34,2
kesehatan jiwa pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas. SMP 256 24,3
SMA 230 21,9
Pasien datang ke Puskesmas pertama kali ke loket untuk Akademi/PT 55 5,2
mendaftarkan diri dan dibuatkan kartu rawat jalannya dengan Suku/Etnis Jawa 502 47,7
identitasnya, setelah itu ke poliklinik. Di Poliklinik diterima Betawi 214 20,3
oleh perawat untuk ditanyakan keluhan utamanya; Sunda 199 18,9
Cina 39 3,8
keluhannya bisa keluhan fisik dan/atau keluhan kejiwaan, Batak 38 3,6
bila hanya ada keluhan fisik maka diagnosisnya gangguan Minang 19 1,8
fisik; bila keluhannya berupa keluhan kejiwaan saja maka Lainnya 41 3,9
diagnosisnya gangguan kejiwaan; bila ada keluhan fisik dan Agama Islam 919 87,4
Kristen 73 6,9
keluhan kejiwaan, dicari tahu hubungan antara kedua jenis Katolik 22 2,1
keluhan tersebut, bisa hubungan sebab-akibat atau bisa Hindu 1 0,1
sebagai komorbiditas; yang pasti ada masalah kesehatan Buddha 37 3,5
jiwa. Hal ini bila telah terlatih dapat dilakukan kurang dari Keluhan fisik Metabolisme 22 2,1
Degenerasi 29 2,8
dua menit. Kemudian pasien akan diperiksa oleh dokter, Infeksi 543 51,6
dokter dengan menggunakan pedoman diagnosis gangguan Vaskuler 22 2,1
jiwa di Puskesmas yang disederhanakan dari PPDGJ-III, Trauma 12 1,1
juga bila telah terlatih dapat membuat diagnosis kerja dan Endokrin 9 0,9
Neoplasma 8 0,8
terapi yang sesuai dalam kurun waktu kurang dari dua menit.
Toksik 1 0,1
Pasien dipesankan untuk kembali kontrol pada satu minggu Herediter 4 0,4
kemudian dan direevaluasi diagnosis dan terapi yang telah Tidak ada 402 38,1
Keluhan Psikosomatik Kardiovaskuler 150 14,3
GI Tract 192 18,3
Respirasi 169 16,1
Tabel 2. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Pus- Dermatologi 58 5,4
kesmas dengan M2M:6,8 Muskuloskeletal 132 12,5
Endokrin 2 0,2
0801 Psikosis, GMO Urogenital 6 0,6
0802 Neurosis (Anxietas, Depresi, Psikosomatik) Serebrovaskuler 100 9,5
0803 Retardasi Mental Tidak ada 243 23,1
0804 G Keswa pada kanak, ADHD, G Perkembangan Keluhan kejiwaan Psikotik 4 0,4
0805 Lain-lain (G Kepribadian, G NAPZA) (mental) Anxietas 268 25,5
0901 Epilepsi Depresif 95 9,0
Manik 1 0,1
Tabel 3. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Menurut Retardasi Mental 3 0,3
PPDGJ-III(ICD-10)7,10,11 NAPZA 2 0,2
Anak Remaja 36 3,4
F0 Gangguan Mental Organik Tidak Ada 643 61,1
F1 Gangguan Penggunaan Zat Psikoaktif Lama sakit <1 minggu 707 67,2
F20# Gangguan Skizofrenia <1 bulan 177 16,8
F31 Gangguan Bipolar(Mania) <6 bulan 90 8,6
F32# Gangguan Depresif <5 tahun 53 5,0
F40# Gangguan Anxietas >5 tahun 25 2,4
F50# Gangguan Psikosomatik, Gangguan makan, Gangguan Tidur, Disabilitas/disfungsi Tidak ada 772 73,4
Disfungsi Seksual GF (gangguan fungsi) GF Pekerjaan (1) 175 16,5
F60# Gangguan Kepribadian GF Sosial (2) 66 6,3
F70# Retardasi Mental GF perawatan diri (3) 21 2,0
F80# Gangguan Perkembangan Psikologis (Berbicara, Berbahasa, (1)+(2) 6 0,6
Mengeja, Membaca, Berhitung, Motorik (1)+(3) 8 0,8
F90# Gangguan Hiperkinetik (Gangguan Pemusatan Perhatian (2)+(3) 4 0,4
dengan Hiperaktivitas)
G40# Epilepsi Jumlah Pasien 1052 100,0

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010 451
Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa

diberikan, bila belum ada kemajuan dijanjikan waktu tersendiri Tabel 6. Prevalensi Gangguan Jiwa Menurut Diagnosis Dok-
untuk diteliti lebih lanjut, atau bila perlu konseling, atau bila ter Puskesmas dengan Menggunakan Metode Dua
Menit (M2M)
perlu dikonsulkan ke psikiater pembina. Metode dua menit
ini sudah digunakan dalam pedoman pelayanan kesehatan Diagnosis dengan M2M Jumlah %
terpadu di Puskesmas oleh Departemen Kese-hatan Republik
Indonesia. 0801 Psikosis, GMO 3 0,3
0802 Neurosis (Anxietas, Depresi, Psikosomatik) 300 28,5
Studi validasi dan reliabilitas pada penelitian ini dila- 0803 Retardasi Mental 4 0,4
kukan dengan pemeriksaan ulang oleh psikiater berdasarkan 0804 G Keswa pada kanak, ADHD, G Perkem- 27 2,6
pedoman diagnostik PPDGJ-III pada semua pasien yang telah bangan
diperiksa oleh dokter Puskesmas yang menggunakan M2M. 0805 Lain-lain (G Kepribadian, G NAPZA - -
0901 Epilepsi - -
Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut M2M dan Total Gangguan Keswa 334 31,8
PPDGJ-III (ICD-10) dapat dilihat di Tabel 2 dan 3. Tidak ada gangguan keswa (G Fisik murni) 718 68,3

Hasil Penelitian
Dari sejumlah 1052 pasien (subjek penelitian) didapat- Gangguan Depresif (total 28,5%). Total pasien gangguan jiwa
kan karakteristik pasien yang tertuang dalam Tabel 4. yang didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III adalah 31,8%.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 6
Hubungan Antara Usia dengan Gangguan Jiwa dan tabel 7, maka didapatkan bahwa prevalensi pasien yang
Uji Pearson Chi-Square terhadap usia metode diagno- didiagnosis gangguan jiwa baik oleh dokter Puskesmas
sis adalah =5% didapatkan X2=26,30 dengan df=4; p=0.000. dengan menggunakan M2M dan yang dilakukan oleh
Dengan demikian didapatkan adanya hubungan bermakna psikiater dengan menggunakan pedoman diagnostik PPDGJ-
antara usia pasien dengan kejadian gangguan kejiwaan III (pada seluruh pasien yang telah diperiksa oleh dokter
dengan diagnosis berdasarkan metode M2M dan diagnosis Puskesmas adalah sama yaitu 31,8%. Perbedaan hanya pada
ICD-10. klasifikasi gangguan jiwa yang digunakan. Hal ini berarti
bahwa M2M setara dengan penggunaan pedoman diag-
Diagnosis Gangguan Jiwa Berdasarkan M2M nostik PPDGJ-III.
Hasil penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa
diagnosis gangguan jiwa terbanyak yang dilakukan oleh Diskusi
dokter Puskesmas berdasarkan Metode Dua Menit (M2M) Peranan dokter di pelayanan primer seperti puskesmas
adalah Neurosis sebesar 28,5% yang di dalamnya terdiri dari sangat penting dalam memberikan penanganan pada kasus-
keluhan kecemasan, depresi dan psikosomatik. Secara kasus gangguan kesehatan jiwa. Dalam penelitian ini
keseluruhan jumlah pasien yang didiagnosis mengalami didapatkan angka 31,8% pasien yang datang ke puskesmas
gangguan jiwa berdasarkan alat diagnostik M2M adalah memenuhi KM diagnosis gangguan kesehatan jiwa. Angka
sebesar 31,8%. Secara keseluruhan hasil ini dapat dilihat pada ini sebenarnya lebih rendah dari angka yang didapatkan dari
tabel 4. kepustakaan tahun 2003 yang menyebutkan angka 50% untuk
Sedangkan berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ- pasien yang memenuhi kriteria diagnosis gangguan kese-
III yang dilakukan oleh psikiater, jumlah gangguan jiwa hatan jiwa di pelayanan primer.10 Walaupun 12 tahun yang
terbanyak adalah gangguan anxietas sebesar 14% yang lalu penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh The
disusul oleh Gangguan Psikosomatik, Gangguan makan, American Academy of Family Physician menyebutkan angka
Gangguan Tidur, Disfungsi Seksual sebesar 12,5%, dan 2% sekitar 20-30% pasien yang datang ke pelayanan primer

Tabel 5. Hubungan antara Usia dengan Gangguan Kejiwaan Berdasarkan Diagnosis Metode 2 Menit
dan ICD 10

Usia Pasien Diagnosis M2M Diagnosis ICD-10


Tidak ada Ada gang- Tidak ada Ada gang- Total
gangguan jiwa guan jiwa gangguan jiwa guan jiwa
n % n % n % n % n %

<19 tahun 129 60,8 83 39,2 130 61,3 82 38,7 212 20,1
20-29 tahun 82 56,2 64 43,8 82 56,2 64 43,8 146 13,9
30-39 tahun 126 69,6 55 30,4 126 69,6 55 30,4 181 17,2
40-49 tahun 173 70,0 74 30,0 173 70,0 74 30,0 247 23,5
>50 tahun 208 78,2 58 21,8 207 77,8 59 22,2 266 25,3

Total 718 68,2 334 31,8 718 68,2 334 31,8 1052 100

452 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010
Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa

Tabel 7. Prevalensi Gangguan Jiwa Menurut Diagnosis Psi- kiater kesehatan jiwa bisa digunakan juga sebagai alat diagnostik
dengan ICD-10 sederhana untuk penegakan diagnosis kerja dan terapi.
Diagnosis dengan PPDGJ III (ICD 10) Jumlah % Penegakan diagnosis berdasarkan M2M cukup sederhana
yaitu dengan fokus pada keluhan utama pasien. Pada keluhan
F0 Gangguan Mental Organik - - utama fisik (sebagian besar pasien Puskesmas datang dengan
F0 Gangguan Penggunaan Zat Psikoaktif - - keluhan fisik) selalu ditanyakan pula kemungkinan adanya
F20# Gangguan Skizofrenia 3 0,3
F31 Gangguan Bipolar (Mania) - - keluhan kejiwaan seperti kelompok keluhan psikosis
F32# Gangguan Depresif 21 2,0 (halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku kacau), kelompok
F4O# Gangguan Anxietas 147 14,0 ansietas (cemas, was was, khawatir, gelisah, disertai dengan
F50# Gangguan Psikosomatik, Gangguan makan, 132 12,5 keluhan fisik seperti berdebar-debar, keringat dingin, pucat,
Gangguan Tidur, Disfungsi Seksual
F60# Gangguan Kepribadian - - dan hipertensi), kelompok manik (gembira, banyak bicara,
F70# Retardasi Mental 4 0,4 hiperaktif), kelompok depresi (murung, sedih, tak banyak
F80# Gangguan Perkembangan Psikologis 5 0,5 bicara dan pasif), kelompok pengguna NAPZA (biasanya
(Berbicara, Berbahasa, Mengeja, Membaca, langsung menyebutkan zat yang digunakan), kelompok
Berhitung, Motorik
F90# Gangguan Hiperkinetik (Gangguan Pemusatan 22 2,1
psikosomatik (keluhan fisik yang dilatarbelakangi oleh
Perhatian dengan Hiperaktivitas) anxietas dan/atau depresi). Khusus untuk pasien anak
G40# Epilepsi - - (berusia <18 tahun) ditanyakan adanya keterlambatan per-
Total Gangguan Keswa 334 31,8 kembangan fisik, psikologik, kesulitan belajar, hiperaktifitas,
Tidak ada gangguan keswa (G Fisik murni) 718 68,3
remaja yang masih mengompol, kecerdasan yang kurang,
kesulitan interaksi sosial, perilaku stereotipik dan lain-lain.
memenuhi kriteria diagnosis gangguan kesehatan jiwa. Sekitar Keluhan kejiwaan lain yang sering menyertai adalah
30-80% di antaranya tidak terdeteksi oleh dokter di pelayanan gangguan tidur. Keluhan epilepsi (kejang, bengong, serangan
primer.11 berulang) juga dimasukkan sebagai gangguan kesehatan
Keluhan psikosomatik yang dalam bahasa psikiatri jiwa. Dengan ditemukan keluhan kejiwaan seperti di atas
disebut sebagai keluhan somatik banyak ditemukan pada sudah dapat dipastikan ada masalah kesehatan jiwa.
penelitian ini. Berdasarkan diagnosis M2M, pasien yang Wawancara lebih lanjut (hubungan antara keluhan kejiwaan
didiagnosis mengalami anxietas, depresi dan psikosomatik dan keluhan fisik) dapat membantu ditegakkannya diagno-
berjumlah 28,5%. Hal ini sesuai dengan laporan dari The Acad- sis jenis gangguan jiwa serta terapinya.
emy of Psychosomatic Medicine yang mengatakan bahwa Kesimpulan
30% pasien yang datang ke pelayanan primer untuk
Metode Dua Menit dapat diandalkan sebagai alat
gangguan fisiknya memiliki gangguan psikiatrik. Lebih jauh
deteksi, diagnosis dini dan terapi gangguan kesehatan jiwa
dikatakan bahwa di antara angka tersebut, 23% didiagnosis
di pelayanan primer seperti puskesmas. Keluhan psiko-
gangguan depresi, 22% dengan gangguan anxietas, dan 20%
somatik banyak ditemukan pada pasien yang berobat ke
dengan gangguan somatisasi.11,12
puskesmas dengan gangguan fisik, terutama terkait saluran
Dalam literatur barat dikatakan bahwa keluhan yang
pencernaan. Jika terdapat waktu yang cukup, sebaliknya
sering dihubungkan dengan gangguan somatik pada pasien
M2M dilanjutkan dengan alat diagnostik MINI untuk
di pelayanan primer adalah keluhan yang berhubungan
penegakan diagnosis yang lebih pasti.
dengan nyeri tulang belakang.13 Hal ini berbeda dengan hasil
yang ditemukan pada penelitian ini bahwa keluhan yang Daftar Pustaka
berhubungan dengan sistem pencernaan adalah keluhan 1. Halverson J, Chan C. Screening for psychiatric disorders in pri-
yang paling banyak dirasakan oleh pasien (18,3%). mary care. Wisconsin Med J. 2004;103(6):46-51.
Sedangkan seterusnya adalah keluhan sistem respirasi 2. Kahn LS, Halbreich U, Bloom MS, Bidani R, Rich E, Hersey CO.
(16,1%), sistem kardiovaskuler (14,3%), sistem muskulos- Screening for mental illness in primary care clincis. Intl J Psy
Med 2004;34:345-62.
keletal (12,5%), sistem serebrovaskuler (9,5%) dan sisanya 3. Direktorat kesehatan jiwa. Hasil penelitian prevalensi gangguan
adalah bidang dermatologi (5,5%). jiwa di puskesmas Tambora. Jakarta: Departemen Kesehatan
Prevalensi Gangguan Jiwa di Puskesmas Kecamatan Republik Indonesia,1985.
Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang diperoleh dengan 4. World Health Organization (WHO). Report of World Health
Organization 2001. Geneva: World Health Organization; 2002.
M2M dan dengan PPDGJ-III adalah sama yaitu 31,8%. 5. World Health Organization. Diagnostic and Management Guide-
Gangguan jiwa yang terbanyak berdasarkan diagnosis lines for Mental Disorders in Primary Care, ICD-10 Chapter V,
Puskesmas adalah 0802 (Neurosis) yaitu 28,5%; sedangkan Primary Care Version. Geneva: World Health Organization; 1996.
menurut PPDGJ-III adalah: F40# (14,0%), F50# (12,5%) dan 6. Direktorat Kesehatan Jiwa. Pedoman pelayanan kesehatan jiwa
dasar di puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
F32# (2%), totalnya sama yaitu 28,5%, Indonesia; 2004.
Metode-Dua-Menit yang semula digunakan untuk 7. Direktorat kesehatan jiwa. Pedoman penatalaksanaan penyalah-
menyaring secara kasar (deteksi) kasus-kasus gangguan gunaan NAPZA dan gangguan jiwa di sarana, pelayanan kesehatan

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010 453
Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa

umum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003. Guidelines for Psychiatric Consultation in the General Medical
8. Direktorat Kesehatan Jiwa. Pedoman penegakan diagnosis Setting. Psychosomatics. 1998;(Suppl)39:S8-S30.
gangguan jiwa III (PPDGJ-III). Jakarta: Departemen Kesehatan 13. Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W., Kroenke K, Somatic
RI; 1993. Symptoms in Primary Care: Etiology and Outcome. Psychoso-
9. World Health Organization. Inventory Clinical Diagnosis 10 matics. 2003;44:471-8.
(ICD-10). Geneva: World Health Organization; 1992. 14. Yayasan Depresi Indonesia. MINI-Indonesia v 2.2. Jakarta:
10. Kisely S, Campbell LA. Taking consultation liaison psychiatry Yayasan Depresi Indonesia, 2007.
into primary care. Int J Psy Med. 2007;37:383-91. 15. Lecrubier Y, Sheehan DV, Weiller E, Amorim P, Bonora I, Sheehan
11. Carlat DJ. The psychiatric review of symptoms: a screening tool KH et al. MINI ICD-10 v 5.0.0. Hopital de la Salpetriere, France
for family physician. American Family Physician. American and University of South Florida, USA; 1998.
Academy of Family Physician.1998.November 1. Diunduh dari
http://www.aafp.org/afp/981101ap/carlat.html .
12. Bronheim HE, Fulop G,. Kunkel EJ, Muskin PR, Schlinder BA, MS
Yates WR. The Academy of Psychosomatic Medicine Practice

454 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai