DISUSUN OLEH :
Okty Fitria Istiqomah Zein 260112140004
Hanik Chafidhoturrofiah 260112140021
Hesti lestari 260112140065
Siti Nursayyidah 260112140071
Putri Aryuni 260112140095
Febrian Rovelino Toar Kalalo 260112140099
LATAR BELAKANG
Apotek adalah salah satu sarana kesehatan, yaitu tempat tertentu tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan
no.1027/Kep/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta).
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu indikator yang banyak dipakai
dalam mengukur kualitas layanan sebuah produk baik barang maupun jasa.
Pelayanan pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu tindakan dan perlakuan
atau cara melayani orang lain untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginannya. Tingkat kepuasan konsumen atas suatu pelayanan dapat diukur
dengan membandingkan antara harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan
yang diinginkan dengan kenyataan yang diterimanya atau dirasakan (Stefanus,
2008).
1. Rumus Slovin
n=
(2 )+1
Dimana:
n = sampel;
N = populasi;
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05
125
n=
125 (0,052 )+1
(Riduwan, 2005)
N= 2
++1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Misal:
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel:
19,76
N= N = 203,6 dibulatkan menjadi 203
0,12 +5+1
(Arikunto, 2010)
3. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan
kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5%
dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran
sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Keterangan:
n : Besar sampel minimal
N : Besar populasi
Z : Derajat kepercayaan (95%=1,96)
d : Standar derajat kepercayaan yang digunakan yaitu 90% atau 0,1
p : Proporsi target populasi sebelumnya (jika tidak diketahui 0,5)
q : proporsi tanpa atribut (1-p)
(Lameshow, 1997)
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Alat
II. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data primer berupa jawaban
kuesioner dari responden.
1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan
observasional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data
diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden konsumen apotek di
Apotek Kimia Farma 58 Bandung. Kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis kesenjangan (Gap) dan disajikan dalam diagram kartesius.
2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pasien dilakukan dengan metode purposive sampling atau
pengambilan sampel bertujuan. Sampel penelitian adalah pasien atau orang yang
mewakili pasien untuk datang ke apotek dengan kriteria inklusi pelanggan/pasien
yang bersedia menjadi responden dan kriteria eksklusi tidak bersedia menjadi
responden. Berdasarkan rumus Lameshow (1997) untuk menghitung jumlah
sampel minimum diperoleh hasil 65 orang.
2
= 2
( 1) + 2 . .
Keterangan:
n : Besar sampel minimal
N : Besar populasi
Z : Derajat kepercayaan (95%=1,96)
d : Standar derajat kepercayaan yang digunakan yaitu 90% atau 0,1
p : Proporsi target populasi sebelumnya (jika tidak diketahui 0,5)
q : proporsi tanpa atribut (1-p)
Dengan demikian, jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:
N : 200
(1,96)2 (200)(0,5)(0,5)
= (0,1)2 (2001)+(1,96)2 (0,5)(0,5)
n = 65
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner direkapitulasi dan diberikan scoring yang
ditetapkan dengan skala yang menggunakan ketentuan sebagai berikut :
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini secara teknis adalah sebagai
berikut:
1. Analisis kuantitatif terhadap kualitas jasa yang berdasarkan pada lima dimensi
berkualitas yaitu berwujud (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), serta empati (empathy) dari pelanggan
di Apotek.
G=PE
Dimana :
G = Kesenjangan (gap)
P = Persepsi pelanggan terhadap pelayanan (perception of delivered)
E = Expectation of service
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2.2 Responsiveness
4.2 Nilai Ekspektasi, Persepsi dan Selisih Kepuasan Pasien Dimensi
Responsiveness di Apotek Kimia Farma 58
Selisih Kuadran
Responsiveness Ekpektasi (y) Persepsi (x)
1.1 4.45 3.81 - 0.64 III
1.2 4.59 4.02 - 0.57 II
1.3 4.45 3.82 - 0.63 III
1.4 4.57 4.00 - 0.57 II
Mean 4.52 3.91 -0.6
Nilai kesenjangan negatif ditunjukkan oleh semua dimensi kualitas
layanan Apotek Kimia Farma 58. Hal ini disebabkan nilai ekspektasi lebih tinggi
dibandingkan dengan persepsi responden terhadap pelayanan kefarmasian di
apotek. Hal ini memberikan pengertian bahwa apotek masih belum bisa
memuaskan pelanggan 100%. Namun dimensi responsiveness menunjukkan
kesenjangan paling kecil atau kepuasan terbesar. Dimensi responsiveness sendiri
meliputi kecepatan pelayanan obat, ketanggapan melayani keluhan pasien,
kecepatan pelayanan di kasir dan ketidakbingungan petugas dalam menghadapi
pasien, sehingga dapat diketahui bahwa petugas memiliki ketanggapan yang
cukup baik terhadap pelayanan di apotek, dengan demikian pelayanan petugas
terhadap pasien di apotek harus dipertahankan.
4.2.3 Assurance
4.3 Nilai Ekspektasi, Persepsi dan Selisih Kepuasan Pasien Dimensi Assurance di
Apotek Kimia Farma 58
Nilai kesenjangan negatif juga ditunjukkan oleh dimensi Tangible. Hal ini
disebabkan nilai ekspektasi lebih tinggi dibandingkan dengan persepsi responden
terhadap pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini juga memberikan pengertian
bahwa apotek masih belum bisa memuaskan pelanggan 100%. Berdasarkan
analisis GAP nilai kesenjangan paling tinggi pada dimensi tangible adalah
ketersediaan lahan parkir. Faktor ini bisa terjadi karena jumlah pasien yang sangat
banyak dan lahan apotek yang kurang memadai. Namun hal ini tidak terlalu
menjadi ekspektasi tinggi oleh pasien namun bisa menjadi pertimbangan oleh
pengelola apotek untuk menambah ketersediaan lahan parkir.
4.2.5 Emphaty
Tabel 4.5 Nilai Ekspektasi, Persepsi dan Selisih Kepuasan Pasien Dimensi
Emphaty di Apotek Kimia Farma 58
Semua point pada dimensi emphaty yang diteliti pada apotek kimia farma
58 menunjukkan nilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang
diberikan dalam point emphaty belum memuaskan pelanggan 100%. Point
dimensi emphaty yang diteliti meliputi perhatian petugas dalam menghadapi
keluhan konsumen, pelayanan petugas yang tidak membeda-bedakan konsumen,
keramahan petugas dan kepahaman petugas terhadap kebutuhan pelanggan. Point
emphaty yang menunjukkan selisih paling kecil adalah point dimensi nomor 4.2
yang artinya pada point emphaty tersebut, pasien memiliki tingkat kepuasan
paling besar. Point dimensi 4.2 yaitu mengenai pelayanan petugas yang tidak
membeda-bedakan status social dari pasien. Point dimensi emphaty yang
menunjukkan selisih paling besar adalah point nomor 4.1 yaitu mengenai
perhatian petugas terhadap keluhan konsumen. Selisih yang besar antara
ekspektasi dan persepsi menunjukkan bahwa pasien masih kurang puas terhadap
pelayanan petugas yang kurang member perhatian terhadap keluhan konsumen.
4.2.6 Reliability
Tabel 2.5 Nilai Ekspektasi, Persepsi dan Selisih Kepuasan Pasien Dimensi
Reliability di Apotek Kimia Farma 58
Kepuasan Pelanggan
4.75 5,3
5,2 2,1
4.7
5,1 II
4.65 5,4
4,3 2,44,2
Harapan
4.6 1,2
2,2 2,4
4.55
4,1 4,5 1,4 2,3
III 3,4
4.5 3,3 3,5 IV
3,1 3,2
4.45 3,6 1,3
2,5
1,1 2,6
4.4
3 3.5 4 4.5
Kenyataan
Responsiveness
4.6
1,2
4.58
1,4
4.56
I II
4.54
Harapan
4.52
4.5
III IV
4.48
4.46
1,1 1,3
4.44
3.75 3.8 3.85 3.9 3.95 4 4.05
Kenyataan
4.3.3 Assurance
Berdasarkan diagram kartesius, maka data yang masuk dalam kuadran I
perlu ditingkatkan yaitu ketersediaan obat dalam apotek. Sedangkan data pada
kuadran III sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan pelayanan sehingga poin
ini dapat menjadi hal penting dalam membedakan kualitas pelayanan dengan
apotek lainnya.
Assurance
4.75
2,1
4.7
4.65
II
I
Harapan
4.6
2,2 2,4
4.55
2,3
4.5
III IV
4.45 2,5 2,6
4.4
3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2 4.4
Kenyataan
Tangible
4.53
4.52 3,4
4.51 3,5 II
I 3,1
4.5 3,3 3,2
Harapan
4.49
4.48
III IV
4.47
4.46 3,6
4.45
3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2
Kenyataan
Emphaty
4.63
4.62 4,3
4.61 4,2
I II
Harapan
4.6
4.59
4.58
III IV
4.57 4,1 4,5
4.56
3.88 3.9 3.92 3.94 3.96 3.98 4 4.02 4.04
Kenyataan
Reability
4.76
5,3
4.74
4.72
I II
4.7
Harapan
5,2
4.68
4.66
5,1
4.64
III IV
4.62
5,4
4.6
3.9 3.95 4 4.05 4.1 4.15
Kenyataan
Point 5.3 termasuk ke dalam kuadran II. Hal ini menunjukkan bahwa
petugas memberikan obat sesuai dengan resep (5.3) karena pada kuadran ini unsur
pernyataan dianggap memiliki tingkat ekspektasi dan persepsi yang cukup tinggi,
sehingga apotek sebaiknya mempertahankan hal tersebut, dan untuk kemudian di
tingkatkan supaya citra apotek akan tetap baik di mata konsumen.
Dimensi
5
4.8 4
4.6 5
3 1
4.4 2
Harapan
4.2
4 II
I
3.8
3.6
3.4
III IV
3.2
3
3.65 3.7 3.75 3.8 3.85 3.9 3.95 4 4.05
Kenyataan
5.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan yang perlu ditingkatkan adalah ketersediaan obat dan
perhatian petugas terhadap keluhan konsumen, jika dilihat dari dimensi, yang
harus ditingkatkan adalah dimensi tangible dan responsiveness.
5.2 Saran
1. Untuk mengatasi kekurangan ketersediaan obat di apotek, maka saran yang
diberikan adalah:
Petugas menulis dengan jelas penolakan resep yang terjadi setiap ada
penolakan.
Pengecekan stok obat secara rutin.
Adanya sistem online yang memungkinkan setiap apotek kimia farma dapat
melihat stok apotek kimia farma lain, sehingga jika pada apotek kimia farma
yang bersangkutan tidak ada obat A, petugas dapat merekomendasikan
pelanggan untuk membeli di apotek kimia farma lain.
2. Untuk mengatasi kekurangan perhatian petugas terhadap keluhan konsumen,
maka saran yang diberikan adalah:
Petugas harus bekerja cepat dalam menangani konsumen.
Membuka layanan khusus informasi obat pada pasien yang telah membeli
obat di kimia farma. Layanan ini memungkinkan pelanggan menelpon
menanyakan keluhan obat atau menanyakan sesuatu jika saat di rumah
membutuhkan informasi lebih jelas berkaitan dengan obat yang telah di beli
di Kimia Farma.
DAFTAR PUSTAKA