Anda di halaman 1dari 39

Skip to content

Soal Medis
Medical Blog by dr. Cinta
ABOUT

DISCUSSION

LINK

Manajemen Rumah Sakit


February 14, 2010dr. Cinta

Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis
pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesahatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan
kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat
jalan, dan unit rawat inap. Dalam perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari
pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik
RS yang pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif)
terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayangan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat.
Pelayanan kesehatan di RS saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga bersifat
pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi
kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan
kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien
dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat
sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di
RS merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif dan holistik).

Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat karya, dan padat teknologi
dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal rujukan medik, RS juga diandalkan untuk
memberikan pengayoman medik (pusat rujukan) untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di
wilayah kerjanya. Sifat pengayoman sangat erat kaitannya dengan klasifikasi Rumah Sakit. Ada
empat jenis RS berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di Indonesia yaitu kelas A, B, C, dan D.
Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah Sakit yang lebih rendah dan mempunyai
pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan
yaitu sistem rujukan kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan
teknologi, bantuan sarana dan operasionalnya) danrujukan medik (berkaitan dengan pelayanan
yang bersifat kuratif dan rehabilitatif)

Dan berubahnya RS kelas A dan B menjadi RS seadanya, bahkan ada yang menjadi
Perusahaan Jawatan (Perjan), menejemen klasik RS di Indonesia sudah pasti mengalami
perubahan. Perubahan dalam hal peningkatan profesionalisme staf, tersedianya peralatan yang
lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi RS yang akan bermanfaat untuk
peningkatan mutu pelayanan kesehatan RS

JENIS RUMAH SAKIT DI INDONESIA

Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis pelayanan dan kelasnya.
Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS yaitu RS Pemerintah (RS Pusat, RS
Propinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI, dan RS Swasta yang menggunakan dana investasi
dari sumbar dalam negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA). Jenis RS yang kedua adalah
RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb). Jenis RS
yang ketiga adalah RS kelas A, kelas B (pendidikan dan non-pendidikan), RS kelas C dan RS
kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979). Pemerintah sudah meningkatkan status semua
RS Kabupaten menjadi kelas C.

Kelas RS juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Pada RS kelas A tersedia
pelayanan spesialistik yang luas termasuk spesialistik. RS kelas B mempunyai pelayanan
minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. RS kelas C mempunyai minimal empat
spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak). Di RS kelas D hanya terdapat
pelayanan medis dasar.

Keputusan Menteri Kesehatan No.134 Menkes/SK/IV/78 Th.1978tentang susunan organisasi


dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain
Pasal 1 : Rumah Sakit Umum adalah organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Yan Medik.

Pasal 2 : Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan (caring)
dan penyembuhan (curing) penderita serta pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa
(rehabilitation).

Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut RS mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan usaha pelayanan medik


2. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik
3. Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan
4. Melaksanakan usaha perawatan
5. Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan paramedis
6. Melaksanakan sistem rujukan
7. Sebagai tempat penelitian

Pasal 4 :

1. RS Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS kelas A, kelas B, kelas C.
2. RS Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik
dan subspesialistik yang luas
3. RS Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik yang
luas.
4. RS Umum kelas C adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling
sedikit empat spesialis dasar yaitu: Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit
Kebidanan/Kandungan, dan Kesehatan Anak.

SUSUNAN ORGANISASI RSU DI INDONESIA

Untuk Rumah Sakit Umum kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai dengan SK Menkes No.
543/VI/1994 adalah sebagai berikut.

1. Direktur
2. Wakil Direktur yang terdiri dari:

Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan


Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
Wadir Umum dan Keuangan
Wadir komite Medik
Tiap-tiap Wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur beberapa bidang/bagian
pelayanan dan keperawatan serta instalasi. Instalasi RS diberikan tugas untuk menyiapkan
fasilitas agar pelayanan medik dan keperawatan dapat terlaksana dengan baik. Instalasi RS
dipimpin oleh seorang kepala yang diberikan jabatan non struktural. Beberapa jenis instalasi RS
yang ada pada RS kelas A adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif,
bedah sentral, farmasi, patologi klinik, patologi anatomi, gizi, laboratorium, perpustakaan,
pemeliharaan sarana rumah sakit (PSRS), pemulasaran jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan
dan ketertiban lingkungan, dan binatu.

Komite Medik (KM) juga diberikan jabatan nonstruktural yang fungsinya menghimpun anggota
yang terdiri dari para kepala Staf Medik Fungsional (SMF). KM diberikan dua tugas utama yaitu
menyusun standar pelayanan mediks dan memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal:

1. Pembinaan, pengawasan dan penelitian mutu palayanan medis, hak-hak klinis khusus
lepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta penelitian
dan pengembangan (litbang).
2. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan etika profesi.

Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes RI berdasarkan usulan dari Direktur
RS. Dengan mengkaji struktur organisasi dan tugas-tugas pokok RS, dapat dibayangkan bahwa
manajemen sebuah RS hampir mirip dengan manajemen hotel. Yang berbeda, tujuan mereka
yang berkunjung dan jenis pelayanannya. Masyarakat yang berkunjung ke RS bertujuan untuk
memperoleh pelayanan medis karena kejadian sakit yang dideritanya, sedangkan mereka yang
berkunjung ke hotel adalah untuk bersenag-senang.

Pembentukan KM di RS sangat diperlukan untuk membantu tugas-tugas direktur RS dalam


menjaga mutu dan etika pelayanan RS. KM dibentuk berdasarkan SK Dirjen Yan. Medik Depkes
RI sesuai dengan usul Direktur RS. Masa kerja Wadir KM adalah tiga tahun. Di bawah Wadir KM
terdapat panitia infeksi nasokomial, panitia rekam medis, farmasi da terapi, audit medik, dan
etika.

SMF yang menggantikan UPF ( Unit Pelaksanaan Fungsional) terdiri dari dokter umum, dokter
gigi, dokter spesialis, dan dokter subspesialis. Mereka mempunyai tugas pokok menegakkan
diagnosis, memberikan pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan, pelatihan dan penelitian pengembangan pelayanan medis. Untuk RS
kelas A jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yakni(1) Bedah (2) Kesehatan Anak (3)
Kebidanan dan Penyakit Kandungan (4) Penyakit Dalam (5) Penyakit Saraf (6) Penyakit Kulit
dan Kelamin (7) THT (8) Gigi dan Mulut (9) Mata (10) Radiologi (11) Patologi Klinik (12) Patologi
Anatomi (13) Kedokteran Kehakiman (14) Rehabilitasi Medik (15) Anestesi.
Masing-masing Wadir juga dilengkapi sekretariat khusus dan bidang-bidang yang dibagi lagi
menjadi subbagian dan seksi ( sesuai dengan SK Menkes No. 134). Susunan RSU kelas B
hampir sama dengan kelas A. Bedanya hanya terletak pada jumlah dan jenis-jenis masing-
masing SMF. Untuk RSU kelasB tidak ada subspesialisasinya.

Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika dibandingkan dengan kelas A dab B.
Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurus administrasi.
Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf profesional (medis dan
paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara umum, jenis kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan juga akan ikut menentukan peningkatan kelas sebuah RS di suatu
wilayah, terutama yang berlokasi di ibu kota provinsi.

PENERAPAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan kinerja yang unggul. Kinerja yang unggul
atauPerformance Excellence merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh
setiap organisasi untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia
jasa pelayanan kesehatan.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit untuk menciptakan kinerja
yang unggul diantaranya melalui pemberian pelayanan yang bagus serta tindakan medis yang
akurat dan mekanisme pengelolaan mutu tentunya.

Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit swasta dalam mempertahankan
atau meningkatkan jumlah konsumen adalah pelayanan. Tuntutan untuk mendapatkan
pelayanan yang berkualitas dan nyaman semakin meningkat, sesuai dengan meningkatnya
kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan
sosial ekonomi masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari pengelola rumah sakit.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, di setiap kota besar seperti Jakarta banyak
sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan peralatan medis yang prima dapat kita
temukan di setiap sudut kota, sehingga masyarakat konsumen yang tadinya harus ke luar negeri
demi servis dan kualitas dokter yang prima, sekarang tidak perlu lagi ke luar negeri.

Dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen, rumah sakit berusaha untuk
mempunyai tenaga dokter ahli yang tetap, sekaligus memperkerjakan dokter waktu dan dokter
kontrak. Bahkan di beberapa rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dapat kita jumpai
pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) yang ditangani oleh dokter tetap maupun dokter kontrak.
Bahkan ada rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap seperti laboratorium
dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang serba lengkap. Sedangkan untuk
tenaga dokternya mereka mengambil dokter-dokter spesialis yang terkenal dan pengelola rumah
sakit menganggap dokter spesialis dan pasiennya sebagai customer mereka

Untuk menjaga agar dokter spesialis ternama tersebut tetap menjadicustomer mereka, maka
pihak rumah sakit melakukan strategi sedemikian rupa. Diantaranya dengan menyediakan
peralatan medis yang dikehendaki oleh para dokter tersebut

Sedangkan untuk menghasilkan mekanisme pengelolaan mutu yang bagus, perusahaan dalam
hal ini rumah sakit perlu menerapkan metode pengukuran yang efektif untuk dapat menganalisis
dan menemukan dimensi mutu 0 yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencapai mutu
yang tinggi. Salah satu model pengukuran yang sudah dikenal luas dan terbukti secara efektif
membantu keberhasilan penerapan sistem manajemen mutu adalah sistem Malcolm Baldrige
National Quality Award. Malcolm Baldrige National Quality Awards (MBNQA) merupakan sistem
manajemen yang sangat efektif untuk menghasilkan loyalitas pelanggan dan kinerja tinggi bila
diterapkan dengan tepat.

Kriteria penilaian/pengukuran kinerja yang dimiliki oleh MBNQA juga dapat digunakan oleh
industri jasa pelayanan kesehatan, yang disebut dengan Performance Excellence for Health
Care based on MBNQA.Kriteria dari Performance Excellence for Health Care based on
MBNQAterdiri dari 7 kategori, yaitu: Health Care Results, Patient -and Other Customer- Focused
Results, Financial and Market Results, Staff and Work System Results, Organizational
Effectiveness Results, Governance and Social Responsibility Results.

Dengan penerapan sistem manajemen mutu secara menyeluruh dan model pengukuran tepat
maka perusahaan akan menjadi perusahaan kelas dunia yang siap memenangkan persaingan.

Dalam penerapannya, manajemen di rumah sakit dapat dilihat dari fungsi perencanaan rumah
sakit dan fungsi pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit.

FUNGSI PERENCANAAN RUMAH SAKIT

Perencanaan merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan suatu organisasi.

Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai Protective bennefits
yaitu merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan
keputusan dan Positive benefit yaitu untuk peningkatan pencapaian tujuan organisasi.
Fungsi perencanaan di bidang kesehatan adalah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan fungsi yang penting karena akan menentukan fungsi-fungsi


manajemen yang lainnya dan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien.

Manfaat Perencanaan Rumah Sakit

Melalui perencanaan program di rumah sakit akan dapat diketahui:

1. Tujuan program di rumah sakit dan bagaimana cara mencapainya.


2. Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Struktur organisasi rumah sakit yang dibutuhkan.
4. Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.
5. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan di rumah sakit.
6. Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasan yang perlu dikembangkan oleh manajer
dan perlu dilaksanakan.

Keuntungan perencanaan rumah sakit yang baik:

1. Aktifitas di rumah sakit lebih terarah untuk mencapai tujuan.


2. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
3. Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
4. Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi pengawasan.

Kerugian perencanaan rumah sakit:

1. Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
2. Memerlukan biaya yang cukup besar.
3. Hambatan psikologis.
4. Menghambat timbulnya inisiatif.
5. Terhambatnya tindakan yang perlu diambil.

Langkah-langkah Perencanaan Rumah Sakit:


1. Analisis situasi

Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta. Analisis situasi ini melibatkan beberapa
aspek ilmu yaitu:

Epidemiologi (distribusi penyakit dan determinannya) yakni kelompok penduduk sasaran


(who) yang menderita kejadian tersebut, dimana, kapan masalah tersebut terjadi. Misalnya:
data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi.
Antropologi (aspek budaya dan perilaku sehat, sakit masyarakat)
Demografi (angka-angka vital statistik). Misalnya: berdasarkan kelompok umur, jumlah
kelahiran dan kematian, jumlah AKI dan sebagainya.
Statistik (mengolah dan mempresentasikan data).
Ekonomi (pembiayaan kesehatan) meliputi pendapatan, tingkat pendidikan, norma sosial,
dan sistem kepercayaan masyarakat.
Geografis yaitu meliputi semua informasi karakteristik wilayah yang dapat mempengaruhi
masalah tersebut.
Organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan, persediaan
vaksin dan sebagainya.

Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan adalah:

Penyakit dan kejadian sakit di wilayah kerja.


Data kependudukan.
Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia.
Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya.
Sarana dan sumber daya penunjang.

Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu:

Mendengarkan keluhan masyarakat di lapangan.


Membahas masalah-masalah kesehatan dengan tokoh-tokoh formal dan informal
masyarakat.
Membahas masalah-masalah bersama petugas lapangan kesehatan.
Membaca laporan kegiatan program kesehatan.
Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus, hasil suatu survei, juklak
program, laporan tahunan.

Masalah kesehatan tersebut meliputi:

Masalah penyakit (medis), intervensi medis yaitu diagnosa penyakit, pengobatan dan tindak
lanjut.
Masalah kesehatan masyarakat (Public health), surveilen, analisis epidemiologi, intervensi
yaitu promosi kesehatan, perlindungan spesifik atau imunisasi dan deteksi dini.

2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya

Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit, masalah manajemen
pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah perilaku, sikap dan pengetahuan
masyarakat. Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf,
dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas masalah dijadikan dasar untuk
menentukan tujuan.

Contoh masalah tentang penyakit antara lain KIA/ KB, tingginya prevalensi anemia pada remaja
putri dan wanita hamil, partus kasep, kematian ibu bersakin, BBLR, kematian neonatal dan
perinatal (misalnya akibat tetanus neonatorum, ISPA, diare), infertility, mioma, Ca. Cervix, Ca.
Mammae serta masalah komplikasi pemakaian IUD.

Contoh masalah program adalah sebagai berikut:

Masalah input, jumlah staf kurang, keterampilan dan motivasi kerja rendah, peralatan kurang
memadai, jenis obat yang tersedia tidak sesuai.
Masalah proses, terkait dengan fungsi manajemen (POAC) yaitu kurang jelas tujuan
program, kurang jelas rumusan masalah program (Planning), pembagian tugas tidak jelas
(Organizing), kepemimpinan kurang (Actuating), pengawasan atau supervisi lemah
(Controlling).

Contoh masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain tingginya jumlah anak yang
menderita diare, air minum yang terkontaminasi air limbah, kebutuhan masyarakat akan
penyuluhan kesehatan, banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalan umum, pemilikan
jamban keluarga yang masih rendah, kurangnya persediaan oralit di Posyandu dan tervatasnya
jumlah staf yang mampu melakukan deteksi dini diare. Yang menjadi prioritas atau masalah
utama adalah tingginya jumlah anak yang menderita diare.

Kriteria penetapan prioritas masalah kesehatan:

Apakah masalah tersebut menimpa sebagian besar penduduk?


Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya kematian bayi?
Apakah masalah tersebut mempengaruhi kesehatan dan kematian anak balita?
Apakah masalah tersebut mengganggu kondisi kesehatan dan mengakibatkan kematian ibu
hamil?
Apakah masalah kesehatan tersebut bersifat kronis, mnimbulkan kecatatan, dan
mengganggu produktifitas kerja masyarakat di suatu wilayah?
Apakah masalah tersebut mengakibatkan kepanikan masyarakat secara luas?

Kriteria berdasarkan fisibilitas di lapangan:

Apakah daerah itu mudah dicapai?


Bagaimana partisipasi masyarakat setempat?
Berapa cakupan kegiatan program yang telah mampu dicapai selama ini?
Apakah masalah kesehatan tersebut adalah salah satu prioritas program kesehatan
nasional?
Apakah masalah kesehatan tsb. dapat dipecahkan dengan potensi yg. Ada?

3. Penentuan tujuan program

Kriteria penentuan tujuan program:

Tujuan adalah hasil yang diinginkan (tolok ukur keberhasilan kegiatan).


Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur, bisa dilihat hasilnya.
Tujuan penting untuk membuat perencanaan dan mengevaluasi hasilnya.
Target operasional berhubungan dengan waktu.
Tetapkan kegiatan program untuk mencapai tujuan.
Tetapkan masalah dan faktor-faktor penghambat sebelum tujuan dan target operasional
ditetapkan.

Contoh: Untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal care ibu-ibu hamil, dirumuskan
tujuan pelayanan meningkatnya cakupan K1 (kunjungan ibu hamil yang pertama) dari 80%
menjadi 100%, dan K4 60% menjadi 80%. Perlu didistribusikan bidan di setiap desa. Perlu
penyediaan kit bidan lengkap.

4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program

Sebelum menentukan tolak ukur, perlu dipelajari hambatan-hambatan program kesehatan yang
pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari masyarakat, lingkungan, Puskesmas
maupun dari sektor lainnya.

Hambatan program dalam manajemen rumah sakit antara lain:

Hambatan pada sumber daya yaitu meliputi motivasi yang rendah pada staf pelaksana,
partisipasi masyarakat yang rendah, peralatan tidak lengkap, informasi tidak valid, dana yang
kurang dan yang waktu kurang.
Hambatan pada lingkungan yaitu meliputi geografis (jalan rusak), iklim, tingkat pendidikan
rendah, sikap dan budaya masyarakat (mitos, tabu, salah persepsi) serta perilaku
masyarakat yang kurang partisipatif.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar hambatan dan kendala program
kemudaian mengeliminasi, memodifikasi, serta mengurangi yang tidak bisa dilakukan dan
menyesuaikannya dengan tujuan operasional kegiatan program.

5. Membuat rencana kerja operasional

Dengan Rencana Kerja Operasional (RKO) akan memudahkan pimpinan mengetahui sumber
daya yang dibutuhkan dan sebagai alat pemantau. Pembahasan rencana kerja operasional
meliputi:

Mengapa kegiatan ini penting dilaksanakan?


Apa yang akan dicapai?
Bagaimana cara mengerjakannya?
Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatannya?
Sumber daya pendukung?
Dimana kegiatan akan dilaksanakan?
Kapan kegiatan ini akan dikerjakan?

FUNGSI PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN

(ACCTUATING) DI RUMAH SAKIT

RS adalah sebuah organisasi yang sangat kompleks. Manajemennya hampir sama dengan
manajemen sebuah hotel. Yang membedakan hanya pengunjungnya. Pengunjung RS adalah
orang yang sedang sakit dan keluarganya.Mereka pada umumnya mempunyai beban sosial-
psikologi akibat penyakit yang diderita oleh salah seorang dari anggota keluarganya.

Kompleksitas fungsi actuating di sebuah RS dipengaruhi oleh dua aspek yaitu:

Sifat pelayanan kesehatan yang ientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan
(customer service). Hasil perawatan pasien sebagai customer RS ada tiga kemungkinan
yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati. Apapun kemungkinan hasilnya, kualitas
pelayananharus diarahkan untuk kepuasan pasien (customer satisfaction) dan keluarganya.
Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari
berbagai jenis profesi.
Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut dikembangkannya
kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan manajerial seperti ini akan menjadi salah satu
faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS (quality of services) karena pelayanan
kesehatan di RS hampir semuanya saling terkait satu sama lain. Atas dasar ini, pelayanan di RS
harus mengembangkan sistem jaringan kerja internal (networking) yang solid dan menunjang
satu sama lain.

Semua staf RS harus memahami visi dan misi pengembangan RS serta kebijakan operasional
pimpinan. Untuk menjaga otonomi profesi dari masing-masing SMF, kualitas pelayanan di RS
harus disesuaikan dengan standar profesi yang harus ditetapkan oleh setiap perkumpulan dokter
ahli (ikatan profesi). Stanndar profesi dikenal denga medical of conduct dan medical ethic juga
harus selalu diperhatikan oleh semua staf SMF dalam rangka menjaga mutu pelayanan RS
(quality of care).

Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus diemban oleh RS,
penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari empat faktor. Faktor pertama
adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah koordinasi yang dikembangkan oleh masing-
masing Wakil Direktur dengan kepala SMF dan kepala instalasinya; ketiga adalah komitmen dan
profesionalisme tenaga medis dan non medis di RS (dokter, perawat, dan tenagapenunjang
lainnya), dan keempat adalah pemahaman pengguna jasa pelayanan RS (pasien dan
keluarganya) akan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di RS.

Peranan dokter spesialis sangat besar pengaruhnya di dalam penerapan fungsi actuating ini.
Sifat otonomi profesi di tiap-tiap SMF harus diiatur agar tidak menjadi penghambat penerapan
fungsiactuating di RS. Untuk itu, mereka harus memahami benar visi dan misi RS yang ingin
dikembangkan oleh pihak manajemen (direktur) RS. Oleh karena itu, fungsi RS harus dilihat
dalam konteks kesatuan kerja dari sebuah tatanan sistem yang terpadu.Pelayanan kesehatan
dimasing-masing SMF adalah subsistemnya.

Di pihak lain, intensitas dan frekuensi komunikasi abtara pihak pimpinan RS dan semua staf
profesional harus berlangsung dinamis. Kepemimpinan, komunikasi, koordinasi merupakan
faktor penting didalam pengembangan fungsi actuating. Ketiganya akan memudahkan
penjabaran visi dan misi serta strategi pimpinan RS menembangkan mutu pelayanan kesehatan
di masing-masing SMF.Disisi lain, dibutuhkan juga peningkatan keterampilan manajerial di pihak
pimpinan RS sehingga lebih mampu mengintregasikan masing-masing tugas SMF ke dalam satu
kesatuan gerak (networking) yang harmonis dan saling menunjang peningkatan mutu pelayanan
RS demi kepuasan pelanggannya. Jika pendekatan ini kurang dipahami oleh pihak manajemen
RS dan pimpinan SMF, budaya kerja yang berorientasi kepada peningkatan mutu pelayanan RS
tidak akan berkembang. Meraka cenderung akan bertindak sendiri, arogansi profesi dan
dukungan sarana dan prasarana (input) pelayanan RS (teknologi dan peralatan kedokteran,
logistik, keuangan, dan sebagainya) kurang mendapat perhatian. Untuk itu pengembangan
budaya kerja staf di SMF harus diarahkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi RS.
Meraka harus menyadari akan peranannya sebagai staf RS yang diberikan tugas istimewa
memberikan asuhan pelayanan medik dan kesehatan kepada masyarakat (customer) yang
menggunakan jasa pelayanan RS.

REKAM MEDIS DAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT\

Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun praktik pribadi,
peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat pada pelayanaan. RM
adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. Catatan demikian akan berguna untuk
merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan, hasilpemeriksaan dan pengobatan yang
telah diberikan bila pasien daang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, bulan
bahkan tahu.

Untuk mendukung peningkatan mutu dan peranan RM dalam pelayanan kesehatan, IDI juga
menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No. 315/PB/A.4/88, yang menekankan bahwa
praktek profesi kedokteran harus meaksanakan RM, tidak saja untuk dokter yang bekerja di
rumah sakit tetapi juga bagi dokter yang praktik pribadi.

Sebelum RM populer seperti sekarang kalangan kesehatan dulunya menggunakan istilah status
pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung menngunakan istilah Rekam Medis sebagai
terjemahan dari medical record. RM adalah kumpulan keterangan tentang identitas,
hasilanamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien
dar waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula
berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara.

Dalam PERMENKES No. 749a/MenKes/XII/89 tentang RM disebut pengertian RM adalah berkas


yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Di rumah sakit terdapat 2 jenis RM, yaitu:

RM untuk pasien rawat jalan


RM untuk pasien rawat inap

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi pasien
antara lain:

Identitas dan formulir perizinan


Riwaya penyakit
Laporan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa atau diagnosis banding
Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang.

Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:

Persetujuan tindakan medik


Catatan konsultasi
Catatan perawat da tenaga kesehatan lainnya
Catatan observasi klinik dan pengobatan
Resume akhir dan evaluasi pengobatan

Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat inap,
yaitupenmbuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan :

Anamnesis
Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain lain.
Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksnakan.
Keadaan pasien waktu keluar
Anjuran pengobatan dan perawatan.

Tujuan pembuatan resume ni antara lain:

Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang
berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk dirawat kembali.
Bahan penilai staf medik rumah sakit
Untuk memenuhi permintaan dari badan badan resmi tentang perawatan seorang pasien.
Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan dokter
konsultan

Secara umum kegunaan RM adalah:

Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut andil dalam
pelayanan kesehatan.
Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan
kepada pasien
Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan pengobatan selama
pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
Sebagai dasar analisis, study, evaluasi terhadap mutupelayanan yang di beriakn kepada
pasien
Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
Menyedikan data data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan
Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien
Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan

Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan lainnya
dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa adanya informasi
medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka kegunaan
seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai.

INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KESEHATAN

Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu terkait dengan struktur, proses, outcome sistem
pelayanan RS yersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan
sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.

Aspek struktur

Struktur adalah semua masukan (input) untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi
tenaga, peralatan, dana dan sebagainya. Ada sebuah asuransi yang mengatakan bahwa jika
struktur sistem RS tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu asuhannya. Baik tidaknya
struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya, efisiensi, mutu dari masing masing
komponen struktur.

Proses

Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga professional lainnya yang mengadakan
interaksi secara profesional dengan pasiennya. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan,
penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.

Dalam hal ini juga dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi menjalankan standards
of good practice yang telah diterima dan diakui oleh masing masing ikatan profesi, akan
semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap pasien. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan
di RS dapat diukur dari tiga aspek yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas
prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien.

Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya di RS terhadap pasien. Di
sini diperlukan pedoman untuk mengukur mutu asuhan pelayanan kesehatan. Indikator mutu
pelayanan medis meliputi :
1. Angka infeksi nosokomial
2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
3. Kematian pasca bedah
4. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
5. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
6. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
7. ADR (Anasthesia Death Rate)
8. PODR (Post Operation Death Rate)
9. POIR (Post Operative Infection Rate)

Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS :

1. Unit cost untuk rawat jalan


2. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
3. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4. BOR (Bed Occupancy Rate)
5. BTO (Bed Turn Over)
6. TOI (Turn Over Interval)
7. ALOS (Average Length of Stay)
8. Normal Tissue Removal Rate

Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :

1. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya


2. Surat pembaca di koran
3. Surat kaleng
4. Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
5. Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS

Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari :

1. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien
2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik
3. Jumlah tindakan pembedahan
4. Jumlah kunjungan SMF spesialis
5. Pemfaatan oleh masyarakat
6. Contact rate
7. Hospitalization rate
8. Out patient rate
9. Emergency out patient rate
Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar nasional,
penilaian dialkukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun sebelumnya di RS
yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen / direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang terkait.

Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:

1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi


2. Pasien diberi obat yang salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
4. Tidak ada oksigen
5. Tidak ada alat penyedot lendir
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat tidak sesuai standar
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.

Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS
(quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care).
Keduanya merupakan oucome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang
dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan
kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu
direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.

Rumus untuk menghitung mutu pelayanan RS

BOR (Bed Occupancy Rate)

Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS.

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%

Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu

ALOS (Average Length of Stay)

Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini di samping merupakan gambaran
tingkat efisiensi manajemen sebuah RS, indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu
pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dapat dijadikan tracernya (yang perlu pengamatan
lebih lanjut).
Jumlah hari perawatan pasien keluar rumah sakit

Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

BTO (Bed Turn Over)

Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya per tahun) tempat idur
RS. Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur RS.

Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

TOI (Turn Over Interval)

Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi berikutnya. Indikator ini
juga menberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

(Jumlah TT x hari) hari perawatan RS

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

NDR (Net Death Rate)

Angka kematian di atas 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 100 penderita keluar RS.

Jumlah pasien mati di atas 48 jam dirawat x 100%

Jumlah pasien RS kematian di bawah 48 jam

GDR (Gross Death Rate)

Angka kematian umum penderita keluar RS

Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat x 100%

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Net Death Rate


Total kematian > 48 jam dalam periode waktu tertentu x 100%

Total pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama

Net Infection Rate

Total penderita infeksi yang didapat RS dalam periode tertentu x 100%

Jumlah pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama

Anasthesia Death Rate

Total kematian Anasthesia dalam periode tertentu x 100%

Total pasien yang mendapat anasthesia dalam periode yang sama

Post Operation Death Rate

Total kematian dalam 10 kali operasi dalam periode waktu tertentu x 100%

Total pasien yang dioperasi dalam periode yang sama

Normal Tissue Removal Rate

Total normal tissue yang diangkat x 100%

Total tissue yang diperiksa

Maternal Death Rate

Jumlah pasien kebinanan yang meninggal dalam periode tertentu x 100%

Jumlah pasien kebidanan yang eluar hidup + mati

Foetal Death Rate

Jumlah kematian bayi dengan U.K.>20 minggu x 100%

Jumlah semua kelahiran dalam periode tertentu


Contact Rate (5 mil)

Total pasien keluar hidup + mati x 100%

Jumlah populasi

Hospitalization Rate

Total hari rawat x 100%

Jumlah populasi

Out Patient Rate

Total kunjungan (baru + lama) x 100%

Jumlah populasi

Emergency Out Rate Patient

Total kunjungan pasien gawat darurat x 100%

Jumlah populasi

Hasil perhitungan standar mutu pelayanan RS tersebut harus dibandingkan dengan masing-
masing standar mutu nasional. Untuk ukuran mutu yang tidak ada standar nasionalnya,
angkanya dibandingkan dengan hasil penilaian tahun-tahun sebelumnya.

Standar nasional untuk asuhan kesehatan RS di Indonesia

1. BOR : 75-85%

2. ALOS : 7-10 hari

3. TOI : 1-3 hari

4. BTO : 5-45 hari

5. NDR (48 jam) : < 2,5%


6. GDR : <3%

7. Anasthesia Death Rate : 1/5000

8. Post Operation Death Rate : <1%

9. Post Operative Infection Rate : <1%

10. Normal Tissue Removal Rate : <10%

11. Maternal Death Rate : <0,25%

12. Neonatal Death Rate : <2%

13. Angka Infeksi Nosokomial : 1-2%

KESIMPULAN

Pihak-pihak yang berperan dalam manajemen rumah sakit adalah dokter, dokter umum dan
spesialis, dokter gigi, perawat, farmasis, fisioterapis tekhnisi dan lain-lain yang bekerja di rumah
sakit tersebut.

Untuk mencapai organisasi rumah sakit yang baik diperlukan penerapan manajemen yang baik
pula.

SARAN

Masing-masing profesi yang bekerja di rumah sakit sebaiknya mengetahui bagaimana suatu
fungsi manajemen yang baik agar dapat menjalankan profesinya tersebut sekaligus menjaga
jalannya fungsi rumah sakit yang baik dan benar.
Advertisements
Share this:

Click to share on Twitter (Opens in new window)

13Share on Facebook (Opens in new window)13

Click to share on LinkedIn (Opens in new window)

Click to share on Google+ (Opens in new window)

Like this:
Post navigation
PREVIOUS POST Manajemen Puskesmas dan Posyandu
NEXT POST Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Cetak

13 thoughts on Manajemen Rumah Sakit

1. Rafika Indri Usyana

NOVEMBER 1, 2011 AT 10:22 PM

infonya bermanfaat sekali,tx.

Like
Reply

1. Cinta

FEBRUARY 20, 2012 AT 7:35 PM

alhamdulillah, sama

Like

Reply

2. nha
MARCH 5, 2013 AT 5:16 PM

https://somelus.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-rumah-sakit/

Like

Reply

3. ridha

MARCH 18, 2013 AT 4: 40 AM

TRIMS YA MATAKU JADI TERBUKA BETAPA KOMPLEKS DAN RUMITNYA MANAJEMEN


RUMAH SAKIT

Like

Reply

1. dr. Cinta

JANUARY 24, 2016 AT 4:38 PM

Sama-sama semoga bermanfaat

Like
Reply

4. rama

JANUARY 24, 2014 AT 4:30 AM

mbak boleh tahu referensi tulisan ini, saya sedang mencari tinjauan pustaka beserta daftar
pustaka untuk tesis saya terima kasih ya

Rama

Like

Reply

5. Pingback: Rumah Sakit Mata Untuk Anak - Serba Serbi Berita

6. monica

APRIL 7, 2015 AT 4:54 AM

terima kasih lengkap dan padat infonya,,,,

Like

Reply
1. dr. Cinta

JANUARY 24, 2016 AT 4:35 PM

sama-sama semoga bermanfaat

Like

Reply

7. risnanda

OCTOBER 17, 2016 AT 7:05 PM

Trimakasih ya mba . Walaupun saya tidak mengenyam jenjang pendidikan perguruan tinggi
setidaknya saya sedikit tahu tentang ilmu management RS
sekali lagi trumakasih .

Like

Reply

8. Rachmat Ari K

NOVEMBER 2, 2016 AT 2:17 AM


terima kasih atas ilmunya ane newbie di rumah sakithijrah dari dunia riba ingin ke dunia
yang penuh kemaslahatan mohon doanya lagi berikhtiar dan kerja membuat rumah sakit
khusus Geriatrik EcoPark Hospital Garutkalau punya excell membuat pendapatan dan
pengeluaran sekalian akutansi rumah sakitnya bisa sharing.. Jazakallah Khoir dokter yg
sholehah

Like

Reply

9. Pingback: Tugas Akhir Manajemen Rumah Sakit Kumpulan Contoh Skripsi


10. Pingback: Contoh Tugas Akhir Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Contoh Skripsi

Leave a Reply

Welcome

Archives

Archives

Top Posts & Pages

Pengertian Dokter dan Tugas Dokter

Manajemen Rumah Sakit

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA YANG TEPAT UNTUK BAKTERI GRAM POSITIF

Hukum dan Etika Rumah Sakit

Manajemen Puskesmas dan Posyandu


Chronic Myeloid Leukemia (CML)

Jenis-Jenis NAPZA

Pemberian Obat secara Intravena

Tanda Bayi Sakit

STROKE ISKEMIK

Blog Stats

630,767 hits

Search for:

Follow me on Twitter
Wandys Weblog
Orang yang terkuat bukan mereka yang selalu menang melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Beranda
More About Me
Buku Tamu
Info
In English
Download

Beranda > Karya Ilmiah > INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT

INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT


Desember 17, 2007wandyTinggalkan komentarGo to comments

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT.


1. Standar Pelayanan Rumah Sakit Daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit,
pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang
minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
2. Indikator
Merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan
tertentu. Untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:
a. Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan
misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan pelayanan,
pelayanan dengan ramah dan lain-;ain.
c. Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah
pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
d. Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan sebagai misalnya keluhan
pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.
e. Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun penerima pelayanan
atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.
f. Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka kematian ibu yang
menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.
3. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan.
Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidence base.
4. Bahwa rumah Sakit sesuai dengan tuntutan daripada kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh
rumah sakit propinsi/kabupaten/kota, maka harus memberikan pelayanan untuk keluarga miskin dengan biaya
ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
5. Secara khusus selain pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah setempat maka rumah
sakit juga harus meningkatkan manajemen di dalam rumah sakit yaitu meliputi:
a. Manajemen Sumberdaya Manusia.
b. Manajemen Keuangan.
c. Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit, kedalam dan keluar rumah sakit.
d. Sarana prasarana.
e. Mutu Pelayanan.
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (Hospital by Laws)
Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga kesehatan dan melindungi pasien maka rumah
sakit perlu mempunyai peraturan internal rumah sakit yang bias disebut hospital by laws. Peraturan tersebut
meliputi aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan kesehatan, ketenagaan, administrasi dan manajemen.
Bentuk peraturan internal rumah sakit (HBL) yang merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi
antara lain: Tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit,
informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komete medik, panitia
etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja,
jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan. Bentuk dari
Hispital by laws dapat merupakan Peraturan Rumah Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat
Keputusan, Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Peraturan internal rumah
akit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak harus sama materi muatannya, hal tersebut
tergantung pada: sejarahnya, pendiriannya, kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit
tersebut. Namun demikian peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan
diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam
bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.
PENGHITUNGAN EFISIENSI
Indikator penilaian efisiensi pelayanan adalah:
Bed occupancy rate.
Bed turn over.
Length of stay.
Turn over interval.
Bed occupancy rate (BOR) atau Pemakaian Tempat Tidur dipegunakan untuk melihat berapa banyak tempat
tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa.
Jumlah hari perawatan
BOR = x 100%
Jumlah TT x hari perawatan
Prosentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam
jangka waktu tertentu. Bila nilai ini mendekati 100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80% sudah
bias dikatakan ideal.
BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitas rumah
sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi. Semua per bedaan tadi disebut sebagai case mix.
Turn over internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain.
(Jumlah TT x 365) hari perawatan
TOI = x 100%
Jumlah semua pasien keluar hidup + mati
TOI diusahakan lebih kecil daripada 5 hari.
Bed turn over (BTO), berpa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Usahakan BTO lebih
besar dari 40.
Length of stay yang baik 5-13 hari atau maksimum 12 hari, 6-10 hari.
Infant mortality rate (angka kematian bayi). Standar 20%
Jumlah kematian bayi yang lahir di RS
IMR = - x 100%
Jumlah bayi yang lahir di RS dalam waktu tertentu
Maternal Mortality Rate (MMR) atau angka kematian ibu melahirkan. Standard 0,25% atau antara 0,1-
0,2%
Jumlah pasien obstetri yang meninggal
MMR = x 100%
Jumlah pasien obstetri dalam jangka waktu tertentu
Foetal Death Rate (FDR) atau angka bayi lahir mati. Standar 2%.
Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan 20 minggu
FDR = - x 100%
Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu tertentu
Post Operative Death Rate (FODR) atau angka kematian pasca bedah. Standar 1%.
Jumlah kematian setelah operasi dalam satu periode
FODR = x 100%
Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode yang sama
Angka kematian sectio caesaria. Standar 5%.
Dalam usaha memperkecil pengaruh case mix untuk menilai tingkat efisiensi digunakan indikator yang lebih
tajam, indikator yang dimaksud adalah:
Av LOS pasien prabedah
Pasien yang akan dioperasi biasanya harus menjalani pemeriksaan radiologi dan laboratorium serta perlu
observasi terhadap keadaan tertentu. Jadi sebelum operasi pasien telah menggunakan jasa rumah sakit yang
tidak sedikit. Lebih banyak pemeriksaan atau lebih lama observasi tentunya lebih banyak menggunakan
sumber daya rumah sakit. Agar efisiensi maka pemborosan harus ditekan. Bertambah singkat Av LOS
prabedah, bertambah hemat atau bertambah efisien pelayanan yang diberikan.
Av LOS penyakit tertentu atau tracer conditions.
Telah disusun kelompok-kelompok diagnosis penyakit yang tidak berbeda banyak cara penganannya mediknya,
tidak berbeda banyak Av LOS-nya, dan hampir sama menyerap sumber dayanya. Kelompok penyakit ini
disebut Diagnosis Related Group (DRG). Dalam DRG ini ada 83 kelompok diagnesis yang masih terbagi lagi
menjadi 383 subkelompok.
INDIKATOR PENILAIAN
Untuk menilai pemanfaatan tenaga dipergunakan indikator:
Rasio kunjungan dengan jumlah tenaga perawat jalan.
Rasio jumlah hari perawatan dengan jumlah tenaga perawat inap.
Rasio jumlah paisien intensif dengan jumlah tenaga perawat yang melayani.
Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani.
Indikator untuk penilaian cakupan pelayanan adalah:
Rata-rata kunjungan per hari
Rata-rata kunjungan baru per hari
Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan
Jumlah rata-rata pasien ugd per hari
Rata-rata pasien intensif per hari
Rata-rata pasien intensif perhari
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari
Prosentase r/ yang dilayani terhadap r/ rumah sakit
Prosentase item obat dalam formularium
Jumlah pelayanan ambulans
Rasio banyaknya cucian dengan pasien rawat inap
Prosentase penyediaan makanan khusus
Rasio pasien rawat jalan terhadap jumlah penduduk dalam, catchment area
Admission use rate
Hospitalization rate
Mutu pelayanan ditinjau dari GDR & NDR
1. Angka Kematian Kasar/CDR (%) = <45%
2. Angka Kematian Netto/NDR (%) = <25%
Share this:

Reddit

Terkait
Buku - Buku Pedoman Akreditasi Rumah SakitDengan 34 komentar
ANALISIS BIAYA PELAYANAN RUMAHSAKIT BERBASIS STANDART PELAYANAN MEDIS SEBAGAI
DASAR PENETAPAN TARIF DIAGNOSIS RELATEDS GROUP (CASEMIX)dalam "Karya Ilmiah"
RUMAH SAKIT NEGERI INI SALAH ASUHdalam "Opini"

Kategori:Karya IlmiahTag:Indikator, Kinerja RS


Komentar (42)Trackbacks (0)Tinggalkan komentarLacak balik

1.

me

Januari 23, 2008 pukul 5:12 am


Balas
silakan kunjungi website depkes untuk melihat indikator kinerja rumah sakit. yang memerlukan indikator2 lain
silakan call me at yames :anankovic@yahoo.co.uk

o
adethia hailina

Februari 11, 2012 pukul 6:40 am


Balas
maaf, persisnya di bagian mana ya untuk melihat indikator kinerja rumah sakit?? (di bag UU, Pemenkes,
ato dmna). Tolong balas di imel bundasyafiqtuasikal@yahoo.com. Thanks sebelumnya

o
Mulyadi Fattah, SST

Maret 8, 2012 pukul 1:24 pm


Balas

tlg d kirimi spm dan sop u/ d kamar operasi

2.

rosita p

Februari 11, 2008 pukul 2:44 pm


Balas
Mohon bantuannya:
1. Rumus Menghitung kebutuhan perawat di Rawat Inap
2. Berapa minimal BOR yang layak untuk berdirinya RS

3.

frida

Februari 12, 2008 pukul 9:01 am


Balas

Sdh bagus tulisan anda tentang indikator kinerja RS. Tp saat ini sdh ada beberapa ondikator kinerja RS yang
dikembangkan oleh Depkes dengan pendekatan BSC. Pendekatan ini lebih komprehensif melihat dari 4
perspektif. Mungkin jika ditambahkan dengan indikator tersebut, tulisan anda menjadi lebih sempurna. salam
sukses untuk anda. bravo. congratulation.

4.

fa

Juni 14, 2008 pukul 1:20 am


Balas
saya perlu sk menkes 1333/menkes/sk/xii/1999. yang punya tolong email kefaqiut@yahoo.com. terima kasih.

ada yanag tahu mengapa harus farmasi yang melayani jamkesmas ?

5.
fa

Juni 14, 2008 pukul 1:25 am


Balas
saya perlu sk menkes 1333/menkes/sk/xii/1999. yang punya tolong email kefaqiut@yahoo.com. terima kasih.
ada yanag tahu mengapa harus farmasi yang melayani jamkesmas ?

6.

rulita

Agustus 14, 2008 pukul 3:26 am


Balas
saya perlu sk menkes 1333/menkes/sk/xii/1999 dan sk menkes nomor 13333 tahun 1999..isinya sama gak
sih ato beda. yang punya tolong email kerulita_ak@yahoo.com. terima kasih.

7.

sigi

Oktober 15, 2008 pukul 5:27 am


Balas

permisitau ndak standar bor ideal rumah sakit di indonesia itu berapa? lalu angka tersebut didapat dari mana
sumbernya? trus mengapa kok angkanya segitu? plis kirim email jawaban, butuh banget buat TA ku.. makasih,
semoga Tuhan membalas jasamu..

8.
fa
November 25, 2008 pukul 5:38 am
Balas
minta tlg saya perlu :
1.kepmendagri no 92 tahun 1993 tetnag penetapan penatausahaan serta
pertanggungjawaban keuangan unit swadana daerah
2. kepmenkes 446 tahun 2002 tentang pedoman umum pengadaan obat pelayanan dasar
3. kepmenkes 447/2002tetnag pedoman umum pengadaan obat program kesehatan
4. sk menkes 1333 tahun 1999 tetnag farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap barang farmasi di rs.
tq

9.

Roy

November 27, 2008 pukul 10:22 am


Balas

tolong dibantu:
1. Kepmenkes 363 tahun 1998
2. Kepmenkes 1333 tahun 1999
3. Peraturan/Keputusan Menkes terkait Standar Penilaian Kinerja RS
4. Kepmenkes 81 tahun 2004
5. Kepmenkes 1204 tahun 2004

trims

10.

Dewanto

Desember 5, 2008 pukul 3:49 pm


Balas
Bagaimana caranya menggunakan SPM untuk penganggaran sesuai PP 65? Hubungan SPM dengan Costing
hanya pada standar input semisal standar alat dibanding dengan existing selisihnya digunakan untuk anggaran
belanja modal sesuai permendagri no 13.Dan itu tidak dicantumkan dalam SPM Versi Arsada.

11.

Dewanto

Desember 5, 2008 pukul 3:55 pm


Balas

Indikator selayaknya memiliki korelasi hubungan sebab akibat antara mutu layanan (outcome), Produktivitas
(output) dan sumberdaya yang digunakan (input. Mutu RS proxynya adalah IK 10 penanganan penyakit,
produktivitas adalah utilisasi sumberdaya agar tidak ada loss misalnya resep, pasien, lab dibawa keluar dan
input proxynya SDM, alat atau ruangan serta standar cost perlayanan.

12.

RAI_MRS

April 6, 2009 pukul 10:28 am


Balas
keren blogx, thanx tas informasinya sangat membantu,
btw gimana klo data2x di update biar kita tau perkembangan masalah manajemen rumah sakit sekarang ini???

13.

Tutik Hartini

April 15, 2009 pukul 2:22 am


Balas

bagaimana dengan indikator kinerja untuk instalasi laboratorium rumah sakit secara khusus. Terima kasih

14.

Ali Sadikin

Mei 7, 2009 pukul 1:38 am


Balas

Saya butuh contoh2 SPM, Tata Kelola,Rencana Anggaran Bisnis /RAB, Neraca Keuangan sbg bahan informasi
RS menuju BLU,Buat Yth Dosen saya Pak Chali atau Bu Frida mgkn bisa bantu saya.

ali sadikin,rsu bulungan

15.

imbix

Juni 14, 2009 pukul 2:22 am


Balas
sumber rasio ini dari mana?
apakah ada aturan baku dari depkes
semisal permenkes atau sejenisnya?
mohon ijinnya materi ini saya pakai
dalam penelitian saya, terima kasih

16.
wordyness
September 25, 2009 pukul 3:35 am
Balas
Thanks. Izin kutip di laporan saya ya.

17.

nina marliana

November 3, 2009 pukul 6:03 am


Balas
tolong infonya ad yg punya peraturan pemerintah or permenkes or peraturan baku lainnya tentang waktu yang
ditetapkan dalam pelaynan farmasi rawat jalan dirumah sakit, tolong email ke marliana_nina@yahoo.com
trimakasih

18.

Heru Kusumanto

November 11, 2009 pukul 2:27 pm


Balas
Jumlah kunjungan, jumlah hari rawat kok jadi indikator kinerja ya?
Bukankah itu menunjukkan jumlah orang yang kena musibah seperti sakit, kecelakaan, kedaruratan dll?
Kalau ilmu ini dipakai oleh pemadam kebakaran, berarti makin banyak rumah yang terbakar, prestasi kerja
makin meningkat. Aneh kan? Coba rumuskan satuan unit jasa yang kita jual terlebih dahulu secara
medis/kedokteranpasti kita punya pedoman untuk membahas kapasitas produksi, kapasitas terpasang maupun
kapasitas terjual, kualitas produk dst.
Anehnya yang menghitung unit cost pun tetap mempergunakan jumlah kunjungan sebagai pembagi
(denumerator), padahal jumlah kunjungan itu sifatnya heterogen, dan lagi jumlah kunjungan itu bukan jumlah
produksi tetapi jumlah jasa yang terjual.
Kapan kita adakah seminar tentang ini?
Anyway terima kasih uraiannya tentang kinerja RS

o
mohammad was'an
Mei 12, 2012 pukul 2:02 am
Balas

Terus jalan keluarnya bagaimana Pak ?

19.
Hibert
Juli 2, 2010 pukul 3:25 am
Balas

Tolong kirimkan rumus menghitung jumlah hari rawatan di ruang rawat inap Puskesmas.

20.

erawati,rsud nganjuk

September 29, 2010 pukul 10:03 am


Balas
minta tlg ada yang tau standar angka infeksi nosokomial, sumbernya serta SK menkesnya, tlg email
ke armamavi@Gmail.com

21.

teman anda

Januari 2, 2011 pukul 7:22 am


Balas
Ada salah tulis dalam indkaor GDR dan NDR bukan %( prosen ) tetapi seharusnya promil.
Sebenarnya LOS bukan ukuran efisiensi tetapi ukuran kualitas.Kalau Los tinggi bisa berarti pelayanan jelek ,
mungkin ada infeksi nosokomial dll.

Selamat sukses

22.

Adhyatma Kus Hadinatha

Februari 12, 2011 pukul 3:25 pm


Balas

Halo. mau tanya nih. kalo rasio seperti Cost Recovery rate dan sales growth rate untuk digunakan dalam
menghitung rasio keuangannya kira2 itu dasarnya dari mana ya? ada peraturannya tidak? mohon bantuannya
untuk skripsi saya.

terima kasih

23.

defi

Februari 15, 2011 pukul 2:20 pm


Balas

tolong kaaih kriteria penilaian kinerja sumber daya manusia di rumah sakit

24.

irina purwaningrum

Mei 15, 2011 pukul 1:59 pm


Balas

saya tertariksekali dengan tulisan diatas dan kebetulan saya bekerja di RSUD yang masih baru. jadi tolong beri
saya bagaimana cara menghitung satu persatu penilaian kinerja rumah sakit tsb. terima kasih

25.
haerul saleh,skm,mm
Mei 21, 2011 pukul 2:58 am
Balas

sebagai warga kesehatan pd umumnya dan terkhusus yg sdg bertugas di rs perlu adanya wadah untuk saling
berbagi informasi utamanya info yg lg trend agr sejawat bs mengetahui ttg perkembangan dunia kesehatan
dan perumahsakitan, ok,,,,,,,,,,,,,salam manisku buat sluruh sejawat se indonesia.

26.

tommy

Juni 23, 2011 pukul 7:41 am


Balas

saya perlu sk menkes 1333/menkes/sk/xii/1999. yang punya tolong email saya

27.

oktaviani

Juli 15, 2011 pukul 12:47 am


Balas

apakah standar pelayanan minimal untuk instalasi rekam medik RS tipe B??? n berdasarkan peraturan apa???
28.

Erry, drg, MARS

November 8, 2011 pukul 2:47 am


Balas
Mohon di E mail kan Keputusan Menteri Kesehatan No 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit..
btk

29.

rachmadi

November 23, 2011 pukul 2:29 am


Balas
Bapak / Ibu , yang memerlukan buku2 tentang akreditasi RS dapat menghubungi saya Rachmadi No. HP.
0821125632435 atau email rachmadi7110@yahoo.co.id..

30.

Mulyadi Fattah, SST

Maret 8, 2012 pukul 1:22 pm


Balas
ada yg pny spm dan sop u/ d kmr operasi?kalau ada..minta tlg d kirimkan ke email
saya: mulyadifattah@hotmail.com terima kasih banyak sebelumnya

31.
madecerik
April 10, 2012 pukul 9:19 am
Balas

Saya sedang menyusun pengukuran kinerja rumah sakit dengan menggunakan Balanced Scorecard, bagi
rekan-rekan yang mempunyai softcopy Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 625/Menkes/SK/V/2010,
tlg disharing ke saya ya ? karena saya googling tdk ada datanya.
Trims
I Made Arimbawa
http://www.madecerik.net
[Blog Informatika Kesehatan & Manajemen]

32.
madecerik
April 10, 2012 pukul 9:22 am
Balas

Saya sedang menyusun pengukuran kinerja rumah sakit dengan menggunakan Balanced Scorecard, bagi
rekan-rekan yang mempunyai softcopy Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 625/Menkes/SK/V/2010,
tlg disharing ke saya ya ? karena saya googling tdk ada datanya.
Trims
I Made Arimbawa
http://www.madecerik.net
[Blog Informatika Kesehatan & Manajemen]

33.

nunik yanuar hermawan

Juli 11, 2012 pukul 12:42 pm


Balas
apa beda hari perawatan sama lama dirawat, tlong info ny y,sy msh br di bidang rekam medis,sy
tunggu,tolong email di : nickyanuar@gmail.com
trima kasih

34.
agus septiawan
Agustus 4, 2012 pukul 9:01 am
Balas

manta tolong jawanannya: apakah indikator penilaian kinerja pelayanan rumah sakit (BOR,ALS,BTO,TOI,NDR,
dan GDR) dapat disebut dengan pengukuran kinerja tradisional? alasannya apa? terima kasih.

35.

erizal nazar

Agustus 6, 2012 pukul 2:32 am


Balas

tul.. kenapa kepmen ini juga ga ada d situs depkes yaa?? klo ada yg py link nya tolong ya

36.

wildana

September 24, 2012 pukul 10:00 am


Balas

mantap k.. trima kasih kinsyaallah berkah. smoga ada waktu luang untuk mengupdate

37.

Oktober 8, 2012 pukul 2:22 am


Balas

terimakasih info ttg rumah sakit

38.
RIDWAN
April 25, 2013 pukul 5:47 am
Balas

THANKS

39.

sukreni abdullah

Februari 7, 2014 pukul 3:04 am


Balas

mantap tulisannya wandy..jadi kangen planet MARS dee. sukses terus ya.salam buat para dosen MARS

Tinggalkan Balasan

Refleksi Setahun Dunia Kesehatan di Negeri Inirokok-itu-konyol


RSS feed

Cari
Cari untuk:
Blog Stats
208,458 hits
My Tweet
Kesalahan: Twitter tidak merespons. Tunggulah beberapa menit dan perbarui halaman.
Contact Me

Wandy Bondenk

Create Your Badge


Tulisan Terakhir
Refleksi 50 Tahun Hari Kesehatan Nasional
KESELAMATAN PASIEN, TANGGUNGJAWAB SIAPA?
RUMAH SAKIT NEGERI INI SALAH ASUH
INFORMASI SEMINAR SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)
Forum Nasional II: Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia
Buku Buku Pedoman Akreditasi Rumah Sakit
Reuni Angkatan 2001 FKM Unhas
Hari AIDS Sedunia dan Peran Rumah Sakit
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Evaluation social marketing program to reduce a number of people smoking in Indonesia
Perlunya sistem kewaspadaan dini penanggulan penyakit di masyarakat
Patient Satisfaction
Mengenal Apa itu Penyakit Flu Burung
Mengenal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Harga minyak dunia, Kemacetan dan Kesehatan Masyarakat
Komentar Terbaru
bicara di RUMAH SAKIT NEGERI INI SALAH

sukreni abdullah di INDIKATOR KINERJA RUMAH S

noviade jusman di FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

selfien di Buku Buku Pedoman Akre

rahmat nur jaya di Buku Buku Pedoman Akre

marisa di Mengenal Informed Conse

dewi di Buku Buku Pedoman Akre

Asryn Best To Gether di Mengenal Ilmu Kesehatan M

RIDWAN di INDIKATOR KINERJA RUMAH S

Mustika Nugroho di Buku Buku Pedoman Akre

Indriyanto di Buku Buku Pedoman Akre

sul di FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

friska di Buku Buku Pedoman Akre

Thamie ThamThamie di Mengenal Ilmu Kesehatan M

tiur marsaulina di FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

My Link
astaqauliyah
corat-coretku..
Depkes
Dyan blogs
FKM UNHAS
Free Scholarship Info Worldwide
Health Management Blog
indonesia next
Make Money and Blogging Tips
MARS FKM UNHAS
My Blog
serendipity
supirbemo
Puncak
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Ikuti

Anda mungkin juga menyukai