Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FOTOGRAMETRI II
PERENCANAAN JALUR TERBANG DAN PEMBUATAN TITIK KONTROL TANAH UNTUK
PEMOTRETAN UDARA

Disusun Oleh :

Fauzie Aditya (14/369752/TK/42666)


Kurniawan Adi Pradana (14/367047/TK/42300)
Nabila Hasnah W (14/368034/TK/42551)
Zelin Resiana (14/366475/TK/42117)
Zulfa Sinta Filavati (14/368474/TK/42569)

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI DAN


GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
PERENCANAAN JALUR TERBANG

DAN PEMBUATAN TITIK KONTROL TANAH

UNTUK PEMOTRETAN UDARA

A. Latar Belakang:

Tujuan pemotretan udara adalah untuk mencari koordinat-koordinat di lapangan


untuk kemudian dilakukan transformasi koordinat ke sistem koordinat peta sesuai dengan
skala foto yang telah disesuaikan. Dari koordinat foto yang telah diperoleh, maka bisa
dibuat perencanaan jalur terbang sesuai dengan kebutuhan, yang salah satunya adalah
untuk memetakan suatu daerah dengan cara fotogrametri atau foto udara.

Selain itu latar belakang dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fotogrametri II. Pada laporan kali ini, tugas yang dilakukan adalah merencanaan
pembuatan jalur terbang untuk keperluan pemotretan foto udara serta pemasangan titik
kontrol tanahnya di lapangan/area yang akan dipetakan.

B. Maksud dan Tujuan:

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Mengajarkan kepada mahasiswa agar mampu melakukan pembuatan perencanaan
jalur terbang.
2) Mengajarkan kepada mahasiswa agar mampu membuat titik kontrol tanah sebelum
melakukan pemotretan di lapangan.
3) Mengajarkan kepada mahasiswa agar mampu membuat peta rencana jalur terbang.

C. Dasar Teori:

Pekerjaan pemotretan udara adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mendukung pekerjaan pemetaan. Pada pekerjaan foto udara ini pelu dilakukan tahapan-
tahapan sebelum terbang. Diantaranya adalah tahapan persiapan, perencanaan,
pelaksanaan pemotretan dengan pesawat terbang, pengolahan foto, serta penyajian
fotonya.
Pada tahapan persiapan, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah persiapan personil,
persiapan pelengkapan-perlengkapan sebelum terbang, surat ijin terbang, dan briefing.
Kemudian setelah dilakukan briefing maka tahap selanjutnya adalah perencanaan, yang
meliputi perencanaan fokus kamera, jenis pesawat apa yang akan dipakai, perencanaan
jalur terbang, perencanaan tinggi terbang, perencanaan fokus kamera yang akan dipakai,
serta perencanaan skala foto yang akan dipakai. Kemudian pada tahap pelaksanaan, yang
dilakukan adalah pelaksanaan pemotretan dengan tinggi terbang yang telah ditentukan,
dengan peralatan-peralatan yang telah dipersiapkan. Setelah dilakukan pemotretan,
tahapan selanjutnya adalah pemrosesan. Yaitu dengan memproses film(negatif) untuk
kemudian dilakukan pengolahan foto. Setelah foto diolah, maka langkah selanjutnya
adalah interpretasi hasil pengolahan foto. Hasilnya bisa dalam bentuk mozaik foto
ataupun peta garis (sesuai dengan kebutuhan).
Pada umumnya parameter pokok yang perlu diketahui sebelum dilakukan
pemotretan foto udara adalah sebagai berikut:
- Besar fokus kamera yang akan digunakan
- Skala foto udara
- Besarnya overlap dan sidelap antar foto
- Bentuk dan karakteristik daerah
Pada pekerjaan foto udara ini kendala-kendala yang sering dijumpai adalah distorsi pada
hasil pemotretan, yaitu pengaruh gerakan pesawat saat exposure.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada pekerjaan foto udara adalah sebagai berikut:
1. Titik pemotretan yang dipasang pada area harus kelihatan saat difoto.
2. Memperhatikan tipe-tipe jalur terbang, misalnya:
- Linear coverage: untuk jalur pemotrtean seperti saluran pipa, jalan raya, ataupun
sungai.
- Block coverage: untuk area yang berbentuk luasan.
3. Permintaan skala peta oleh pengguna, maka bisa menentukan tinggi terbang, dan
memilih fokus kamera yang akan digunakan.
4. Interval kontur.

D. Pembuatan Jalur Terbang (hitungan jalur)


Perhitungan jarak antar jalur terbang untuk memenuhi kriteria pertampalan sidelap 40%.
Jarak antar jalur (U) = S(1-q) = + m
S = Panjang area cakupan satu foto =
lebar foto (mm) x skala foto = m
q = prosentase pertampalan sidelap = 40%

Pembuatan Jalur Terbang (titik eksposure)

Perhitungan posisi rencana titik eksposure dengan kriteris pertampalan overlape 60%
untuk daerah landai dan 80% untuk daerah dengan kontur rapat, seperti gunung atau
daerah berbukit.
Jarak antar titik eksposure (B) = S(1-p) = + .m
S = Panjang area cakupan satu foto =
Panjang foto (mm) x skala foto = m
p = prosentase pertampalan overlap = 60% atau 80%.
E. Membuat Peta Jalur Terbang Pemotretan Udara

Peta jalur terbang (flight plan) merupakan peta yang meliputi seluruh wilayah
yang menjadi objek pemotretan yang menjadi pedoman arah jalur pemotretan. Flight
Plan adalah bagan jalur lengkap dengan letak dan koordinat tiap titik exposure selama
pemotretan. Flight plan dibuat dengan memplot pada peta topografi atau peta lain
yang sesuai.
Maksud dan tujuan pembuatan peta jalur terbang ini adalah :
a. Mengetahui dan dapat membuat peta jalur terbang secara baik dan benar.
b. Menentukan perimeter dan luas wilayah obyek pemotretan.
c. Menentukan data parameter perencanaan yang meliputi jarak antar basis (B), jarak
antar jalur (Q), dan luas model.
d. Menentukan jumlah exposure baik secara hitungan (n).
e. Menentukan/menghitung koordinat titik-titik exposure.

Manfaat dari flight plan beberapa diantaranya adalah :


a. Untuk melihat total kebutuhan logistik dan jumlah foto yang akan didapatkan pada
batasan luas wilayah berdasarkan ketetapan skala, pertampalan foto.
b. Untuk menentukan arah jalur terbang yang berguna untuk efisiensi biaya
pemotretan serta jumlah foto yang optimal.
c. Peta jalur terbang dapat digunakan untuk lampiran permohonan ijin pemotretan
dari pihak berwenang.
d. Dari dapat dibuat panduan pelaksanaan pemotretan dengan navigasi GPS.

F. Langkah Kerja :
1. Menyiapkan peta rupa bumi
2. Tentukan area yang akan dipetakan
3. Lakukan perhitungan Basis Udara dan jarak antar jalur sesuai dengan data yang ada.
4. Gambar jalur terbang diatas peta yang sesuai dengan kondisi lapangan.
G. Data dan Perhitungan
Sumber Peta = Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal
Skala Peta = 1 : 25.000
Daerah yang dipetakan = Yogyakarta, Kab. Yogya
Luas area (F) = 6525.6899 ha
Format foto = 5.3 cm x 4.03 cm
Tipe Foto = RGB
Kamera = Leica RCD30
Panjang Focus (f) = 50 mm
Shutter speed (t) = 1/1000 detik
Pertampalan ke depan (u) = 60% = 0,6
Pertampalan ke samping (q) = 30% = 0,3
Jalur terbang pesawat = Dari BARAT LAUT-TENGGARA dan sebaliknya
Kecepatan terbang (Vg) = 120 km/jam = 33.3333 m/s

Menghitung nilai-nilai parameter:

Skala Foto = 1 : 5.000


Ukuran pixel = 5,2 um, 10320 x 7752 pixels

Liputan Foto (P) = format foto x skala foto


= 53.664cm x 5.000
= 268320 cm
= 2683.2m

Liputan Foto (L) = format foto x skala foto


= 40.310 cm x 5.000
= 201552 cm
= 2015.52 m

P di peta = P / skala peta


2683 .2
= 25.000

= 0.1073 m = 10.73 cm

L di peta= L / skala peta


2015 .52
= 25000

= 0.0806 m = 8.06 cm
Jadi ukuran foto di peta = 10.73 cm x 8.06 cm
Basis udara (B) = (1- u) P
= (1- 0,6) x 2683.2 m
= 1073.28 m

B di peta = 107.328 / 25.000


= 0.043 m = 4.3 cm

Jarak antar jalur (Q) = (1-q) L


= (1- 0,3) x 2015.52 m
= 1410.86 m

Q di peta= 1410.86 / 25.000


= 0.056 m = 5.6 cm

Luas efektif per model (Fn) = B x Q


= 1073.28 m x 1410.86 m

= 1514247.82 m2

Jumlah Foto = F/Fn


= 65256899+ 10%*F/Fn
1514247.82
=47.40465 =47lembar

Jumlah jalur terbang =L/Q


= 7000 m / 1410.86 m
= 4.96 5jalur

Interval pemotretan :
Jika diketahui kecepatan terbang (Vg) = 120 km/jam =>33.33 m/s

Interval pemotretan = B / Vg
= 1073.28 m / 33.3333 m/s
= 32.2 detik
Image motion (m) = (Vg x f x t) : H
= {50000 mm/s x 50 mm x (1/1000s)} :250000mm
= 0,01mm = 10 mikrometer
(batas maksimum image motion adalah 10 mikrometer).

Tinggi tebang
H = f*skala
= 50*5000
= 250000 / 100
= 2500 m

Gambar area yang akan dipetakan :

Gambar perencanaan jalur terbang


Berikut gambar Perencanaan Jalur Terbang :

Pesawat yang digunakan adalah Casa 212 A-2103

EADS/CASA C-212 Aviocar adalah sebuah pesawat angkut jarak menengah,


bermesin turboprop, dengan kemampuan STOL, yang didisain dan dibangun di
Spanyol untuk keperluan sipil dan militer. Pesawat ini juga diproduksi dibawah lisensi
SPanyol di Indonesia oleh IPTN (PT. DI). Penamaan pesawat C-212 pada awal
pemasaran adalah "Aviocar", namun, EADS CASA tidak lagi memakai nama itu, dan
merubahnya menjadi C-212.
Gambar Leica RCD30

Perencanaan Biaya
KESIMPULAN

Pekerjaan pemotretan udara adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mendukung pekerjaan pemetaan. Pada pekerjaan foto udara ini pelu dilakukan tahapan-
tahapan sebelum terbang. Diantaranya adalah tahapan persiapan, perencanaan,
pelaksanaan pemotretan dengan pesawat terbang, pengolahan foto, serta penyajian
fotonya. Pada tahapan persiapan, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah persiapan
personil, persiapan pelengkapan-perlengkapan sebelum terbang, surat ijin terbang, dan
briefing. Kemudian setelah dilakukan briefing maka tahap selanjutnya adalah
perencanaan, yang meliputi perencanaan fokus kamera, jenis pesawat apa yang akan
dipakai, perencanaan jalur terbang, perencanaan tinggi terbang, perencanaan fokus
kamera yang akan dipakai, serta perencanaan skala foto yang akan dipakai

Anda mungkin juga menyukai