Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
) dan Sawo
(Manilkara zapota (L.) van Royen) sebagai Reseptor Elektromagnet.
III. Tujuan
1. Mendeskripsikan konsep reseptor gelombang elektromagnet pada tumbuhan.
2. Menentukan organ dan sel aksesori dari berbagai tumbuhan yang mampu
berfungsi sebagai reseptor gelombang elektromagnetik.
3. Mendeskripsikan berbagai bentuk respon tumbuhan terhadap gelombang
elektromagnetik.
Bahan :
1. Daun dan Batang dari tanaman sawo dan tanaman belimbing
2. Air secukupnya
B. Prosedur Percobaan
1. Tentukan 2 pohon yang akan dijadikan sebagai pengamatan.
2. Amati signal yang muncul pada tiap-tiap pohon, ukur signal dengan
menggunakan handphone.
3. Catat hasilnya.
4. Ambil bagian pohon (bagian daun dan bagian batang) pada kedua pohon
5. Buat preparat masing-masing bagian pohon tersebut
6. Amati dibawah mikroskop
7. Pengamatan dilakukan pada bagian epidermis dan asesoris sel yang
terdapat pada bagian daun maupun batang
8. Bandingkan anatomi epidermis dan asesoris sel yang menyusun
masing-masing pohon.
Prosedur Percobaan diatas dapat diringkas dalam bentuk alur sebagai berikut:
Sayatan Melintang
Perbesaran 10 x 10
Jaringan mesofil
Sayatan Melintang
Perbesaran 10 x 10
2. Sawo Batang -Anatomi batang
(Manilkara sawo tidak memiliki
kauki) derivate epidermis.
-Bagian-bagian
batang sawo, yaitu
epidermis, korteks,
cambium, floem,
Perbesaran 10 x 10
Epidermis
Sayatan Melintang
Perbesaran 10 x 10
Tabel 2. Hasil Pengukuran Sinyal yang Muncul pada Tiap Pohon
Nama
Kelengkeng
Kayu Putih
No
Belimbing
Glodokan
Trembesi
Kenanga
Mangga
Mahoni
Jambu
Merah
Operator
Dadap
Pucuk
Tiang
Sawo
1 Telkomsel 4 - 4 - 4 4 - - - - - 4
2 Indosat - - 4 2 3 4 4 - 4 2 4 -
3 XL - 4 - - - - 4 - - - - -
4 3 - 4 - - - - 4 4 - - - -
5 Axis - - 4 - 4 - - - - - - -
6 Smartfren 4 - - - - - - - - - - 4
Keterangan :
1= kekuatan sinyal lemah
2= kekuatan sinyal sedang
3=kekuatan sinyal kuat
4= kekuatan sinyal sangat kuat
VII.Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1. menunjukkan bahwa tanaman
belimbing (Averrhoa carambola L.) memiliki derivat epidermis berupa trikoma
pada batang dan daunnya. Sedangkan sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen)
tidak memiliki derivat epidermis pada batangnya tetapi memiliki kutikula yang
juga merupakan salah satu jenis derivat epidermis pada daunnya. Derivat
epidermis lainnya yang pasti ada pada daun tanaman adalah stomata, namun
pada pengamatan yang telah dilakukan tidak dapat ditemukan stomata karena
preparat yang diamati kurang jelas (irisannya kurang tipis). Struktur anatomi
yang ditemukan (terlihat) pada irisan batang belimbing antara lain epidermis,
korteks, floem, kambium, xylem, trikom dan empulur. Sedangkan pada daun
meliputi epidermis, jaringan mesofil, dan trikom. Struktur anatomi yang
ditemukan (terlihat) pada irisan batang Sawo antara lain epidermis, korteks,
cambium, floem, xilem, dan empulur.. Sedangkan pada daun meliputi epidermis
dan tulang daun.
Hasil pengamatan pada tabel 2. dapat diketahui bahwa secara umum kekuatan
sinyal berbagai operator yang muncul ketika berada di bawah pohon
menunjukkan hasil sinyal sedang (2), kuat (3) hingga sangat kuat (4). Dari data
kelas yang diperoleh, kelompok kami melakukan pengamatan kekuatan sinyal
operator indosat dan telkomsel yang muncul ketika berada di bawah pohon
belimbing (Averrhoa carambola L.) dan sinyal operator indosat dan 3 di bawah
pohon Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen).
Pengukuran sinyal operator Indosat, telkomsel dan 3 saat berada di bawah
pohon belimbing dan sawo menunjukkan hasil yang sama yaitu semua
memperoleh nilai sinyal 4 atau kekuatan sinyalnya sangat baik (sangat kuat).
VIII. Pembahasan
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau
tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan
beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelombang, frekuensi,
amplitudo dan kecepatan.
Gelombang elektromagnetik memiliki rentang spektrum dari sinar gamma
sampai gelombang radio. Banyak aplikasi teknologi yang berdasar konsep
gelombang elektromagnetik ini. Pulsa handphone antara lain dikirim dalam
bentuk gelombang elektromagnetik. Ketika berkomunikasi dengan HP
gelombang suara diubah menjadi gelombang elektromagnetik oleh sistem relay
sehingga pihak yang diajak berkomunikasi dapat mendengar suara. Aplikasi
gelombang elektromagnetik pada berbagai bidang memungkinkan manusia
berbuat banyak. Diantaranya bidang telekomunikasi antar wilayah global,
bahkan menembus ruang angkasa.
Tumbuhan mampu mengurangi pancaran radiasi gelombang
elektromagnetik. Tumbuhan mampu menyerap gelombang elektromagnetik oleh
molekul pigmennya melalui proses fotofisiologi. Tanaman dapat meredam
radiasi gelombang elektromagnetik yang bergantung pada jenis
tumbuh-tumbuhan, ukuran tumbuh- tumbuhan, daya serap tumbuh- tumbuhan
dan jarak dari sumber radiasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan
sinyal elektromagnetik yang muncul ketika di bawah pohon sawo dan belimbing.
Pada pohon sawo dan belimbing menunjukkan kekuatan sinyal sebesar 4 yang
berarti sinyal tersebut tergolong sangat kuat. Hal ini dikarenakan pohon sawo
dan belimbing yang digunakan relatif masih muda dengan kondisi batang masih
kecil dan daun tidak terlalu rimbun. Semua benda di bumi dipengaruhi oleh
medan magnet termasuk unsur-unsur pada tanaman seperti senyawa organik
dalam sitoplasma dan penyusun jaringan tumbuhan yaitu dengan adanya organ
dan sel aksesori pada pohon sawo dan belimbing. Organ tersebut adalah trikoma
pada bagian daun dan petiolus.
Trikoma adalah derivat epidermis yang merupakan jaringan terluar yang
telah mengalami perubahan struktur atau modifikasi struktur epidermis
(Widhianto, 2010). Modifikasi dapat berbentuk lapisan lilin maupun lapisan
tebal pada permukaan daun. Namun, tidak semua tanaman memiliki trikoma.
Fungsi dari trikoma yaitu sebagai perlindungan tanaman dari kekeringan dan
radiasi gelombang elektromagnetik (Widhianto, 2010).
Daya serap tumbuhan terhadap terhadap pancaran radiasi gelombang
tergantung pada jenis tumbuhan, ukuran tumbuhan dan jarak dari sumber radiasi.
Pada penelitian Hadi, dkk (2011) menunjukkan bahwa semakin banyak
tumbuhan maka semakin kecil radiasi yang diperoleh, namun besar kecilnya
tumbuhan dan jenis tumbuhan juga dapat mempengaruhi. Pada sebatang pohon
yang rimbun dapat menyerap radiasi lebih besar daripada 10 batang pohon yang
ukurannya tidak begitu rimbun, begitu pula dengan jenis tumbuhan misalnya
walaupun ukuran tumbuhannya kecil tetapi mempunyai daya serap radiasi yang
besar.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengamatan diatas, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Konsep reseptor gelombang elektromagnet pada tumbuhan Belimbing (Averrhoa
carambola L.) dan Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) adalah gelombang
sinyal (salah satu bentuk gelombang elektromagnetik) yang dipancarkan oleh
pemancar diterima oleh tumbuhan melalui bagian trikoma sehingga dapat
teredam.
2. Organ tubuh dan sel aksesori pada tumbuhan Belimbing (Averrhoa carambola L.)
dan Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) yang mampu berfungsi sebagai
reseptor gelombang elektromagnetik adalah trikom.
3. Bentuk respon tumbuhan Belimbing (Averrhoa carambola L.) dan Sawo
(Manilkara zapota (L.) van Royen) terhadap gelombang elektromagnetik adalah
dengan meredam gelombang elektromagnetik yang berada bebas di udara.
X. Daftar Pustaka
Anies. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi. Gramedia, Jakarta.
Balerdi, C.F., Crane, J.H., dan Maguire, I. 2008. Sapodilla Growing in the Florida
Home Landscape. <http://edis.ifas.ufl.edu.> Diakses pada tanggal 23
September 2017.
Elektro Indonesia. 2000. Electromagnetik Radiation, the New Book of Popular
Science, Grolier Incorporated.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener32a.html. Diakses 23
September 2017.
Hadi, I.A, Rida Samdara dan Hesna Nurliana. 2011. Efisiensi Tumbuhan Dalam
Meredam Gelombang Elektromagnetik (Studi Kasus Di SUTT Kota Bengkulu).
Jurnal Online. Universitas Bengkulu.
Morton, J. (1987). Fruits of warm climates. Miami: FL, pp.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Priadi D, Cahyani Y. 2011. Keanekaragaman varietas belimbing manis (Averrhoa
carambola L.) di Kebun Plasma Nutfah Tumbuhan dan Hewan Cibinong. Berk
Penel Hayati 5A:73-77.
Widhianto, B.D. 2010. Studi Karakter Fisiologi Dan Anatomi Sambung Nyawa
(Gyanura procumbens (L) Merr.) Yang Dipapar Dengan Sinar UV-B. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.