Anda di halaman 1dari 2

Meski saat ini pemerintah memberikan kemudahan bagi bagi perusahan untuk membuka akses

bisnis pembangkit listik, namun dua perusahaan BUMN yang saat ini sudah memiliki
pembangkit tidak memiliki niat un tuk mengembangkan hal tersebut menjadi usaha.

BUMN yang memiliki pembangkit listrik sendiri yakni Pertamina Rifenery Unit III Plaju dan PT
Pusri. General Manager Pertamina RU III Mahendrata Sudibja kepada Radar Palembang Senin
(12/1) mengatakan, Pertamina sudah memiliki pembangkit listrik sendiri sejak pertama kali
kilang dibuat zaman belanda dulu. Pembuatan pembangkit untuk mendukung aktifitas produksi
migas di kilang pertamina.

Pertamina ini merupakan aset pital negara, apalagi kilang yang ada di Plaju sangat besar
kontribusinya untuk memenuhi kebutuhan BBM yang ada di Sumsel dan sekitarnya. Produksi
dilakukan mobile tanpa henti, makanya dibutuhkan aliran listrik yang stabil tanpa gangguan. Jika
kita menggunakan listrik dari PLN dan seketika terjadi trobel maka bisa mengganggu aktivitas
produksi BBM, jelas dia.

Menurutnya, Pertamina setiap saat membutuhkan aliran listrik dalam kapasitas besar setiap
harinya, makanya sangat tidak memungkinkan jika dialiri dari PLN. Kita membutuhkan listrik
untuk kebutuhan kilang dan perumahan pegawai, setiap bulan pulihan bahkan ratusan mega
watt diperlukan untuk kebutuhan produksi minyak, katanya.

Meski Pertamina memiliki kemampuan untuk membuat pembangkit listrik, namun Pertamina
tidak memiliki wewenang untuk membuat pembangkit keperluar komersial. Menurutnya,
konsen pertamina RU III hanya untuk memenuhi kebutuhan bukan untuk komersial.

Produksi listrik kita bukan untuk komersial, meski ada kapasitas lebih, namun tidak satupun
disalurkan ke masyarakat pinggiran, jukis perusahaan ini dibuat pemerintah untuk memporduksi
minyak bukan untuk membuat bisnis lain seperti listrik, tegas Mahendra.

Hal yang sama juga dijelaskan Direktur Utama PT Pusri Ir Musthofa. Menurutnya, Pusri memiliki
pembangkit listrik yang menggunakan bahan baku energi alternatif seperti batu bara. Pusri
sudah sejak lama memiliki pembangkit listrik sendiri, namun keberadaan pembangkit tersebut
khusus untuk memenuhi kebutuhan listrik di areal pabrik dan perumahan, kata Dirut.
Menurutnya, Pusri memerlukan energi listik yang cukup besar stiap harinya, baik untuk
beutuhan produksi di Pabrik, fasilitas umum seperti rumah sakit sekolah dan perumahan
pegawai. Kapasitas yang besar inilah mengharuskan Pusri membuat alternatif energi listrik
sendiri. Dari situs resmi Pusri, perusahaan ini melakukan pengembangan pembangunan berupa
proyek STG dan boiler batubara untuk memasok steam dan listrik ke pabrik Pusri II-B sejak 2013
lalu.

Penambahan pembangkit listrik ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi listirk untuk
Pusri IIB nanti, sebab jika tidak ada tambahan pembangukit tentu pabrik yang baru dibangun
sulit untuk beroperasi, katanya.

Ia menjelaskan, pembangunan pembangkit baru itu merupakan bagian dalam revitalisasi


(penghidupan kembali) PT Pusri 2013, meliputi pendirian Pabrik Pusri IIB pada pertengahan
Januari, peremajaan kapal, dan pembuatan gudang urea curah yang baru.

Harga gas yang relatif mahal dibanding batu bara menjadi pertimbangan utama dalam
pembangunan pembangkit baru itu, apalagi bahan mineral ini semakin berkurang
ketersediaannya di alam. Sementara PT Pusri sendiri membutuhkan gas sebesar 225 mmscfd per
tahun.

Jika bergantung pada gas maka akan sulit apalagi sudah banyak sumur-sumur yang habis
kandungannya. Sumsel sebagai daerah yang kaya akan batu bara menjadi salah satu alasan
mengapa dibangun pembangkit sendiri ini, katanya.

Menurutnya, penggunaan batu bara itu akan mengurangi biaya produksi hingga 25 persen.
Untuk itu, perusahaanya telah menjalin komunikasi dengan PT Bukit Asam untuk menjamin
suplai batu bara nantinya. Pada tahap awal setelah berdiri, kebutuhan mencapai 400.000 ton,
sementara tahap dua diperkirakan 600.000 ton. Pembangkit ini akan berdiri di dalam lingkungan
pabrik

Anda mungkin juga menyukai