Namun, ada beberapa penyakit yang tidak sesuai dengan bagan diatas,
sehingga dikenal dengan istilah atau kejadian seperti dibawah ini:
a. Self limiting desease: proses penyakit berhenti sendiri dan semua fungsi
tubuh normal kembali.
b. Penyakit inapparent: penyakit yang berlangsung tanpa gejala klinis,
penderita
penyakit tertentu sudah mulai menularkan penyakitnya sebelum masa
inkubasi selesai (misal campak, polio, rubella, cacar air), atau penderita
penyakit tertentu menularkan penyakitnya setelah gejala klinis muncul
(misal filariasis, batuk rejan, malaria).
c. Masa latent: masa antara masuknya agent sampai penderita dapat
menularkan penyakitnya.
d. Periode menular: penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan
penderita pulih (konvalesens) dan pulih sesudah penyakit tidak
menunjukkan gejala klinis (penderita menjadi karrier).
e. Periode akut: penyakit berlangsung dalam waktu singkat (beberapa hari
atau
minggu saja). Misalnya, influenza, rabies, cacar, atau campak.
f. Periode kronis: penyakit ini berlangsung beberapa tahun (misal TBC,
leprae,AIDS).(Rajab, 2009: 18)
Contoh, kanker serviks merupakan kanker bagian bawah (leher) uterus yang
berhubungan dengan vagina. Kanker tersebut merupakan kanker kedua terbanyak
pada wanita dan penyebab kematian karena kanker paling utama di negara-negara
berkembang. Sekitar 466,000 kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita di
seluruh dunia setiap tahun, sebagian besar di negara berkembang. Dari 231,000
wanita yang meninggal karena kanker serviks setiap tahun, sekitar 80 persen
berasal dari negara berkembang (Alliance for Cervical Cancer Prevention, 2007).
Sebagian besar wanita yang terinfeksi HPV akan mengalami displasia tingkat
rendah, disebut CIN 1 (cervical intraepithelial neoplasia 1), dalam beberapa bulan
atau tahun terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari CIN 1 mengalami regresi dan
menghilang dengan spontan dalam tempo 2-3 tahun terutama pada wanita usia di
bawah 35 tahun. Displasia tingkat rendah (CIN 1) perlu dimonitor tetapi tidak
perlu diobati Sebagian kecil kasus CIN 1 akan mengalami progresi menjadi
displasia tingkat tinggi, disebut CIN 2/3 (Murti, 1997)
Sekitar 15% infeksi HPV yang persisten akan berkembang menjadi CIN 2/3
dalam tempo 3-4 tahun, baik dengan atau tanpa melalui CIN 1. CIN 2/3
merupakan prekursor kanker serviks, karena itu harus diobati. Perjalanan kanker
serviks memiliki masa laten sangat panjang, hingga 20 tahun. Risiko
perkembangan dari lesi prekanker (CIN 2/3) menjadi kanker invasif adalah sekitar
30-70% (rata-rata 32 persen) dalam tempo 10 tahun. Kanker serviks paling sering
terjadi pada wanita setelah usia 40 tahun, lebih-lebih wanita di usia 50 dan 60
tahunan (Parkin et al., 1997).
Amoebiasis 2 4 minggu
Antraks 2 7 hari
Botulism 12 36 jam
Chikungunya 3 12 hari
Kholera 1 5 hari
Filariasis 3 12 bulan
Hepatitis A 15 50 hari
Hepatitis B 7 26 minggu
Leptospirosis 4 18 hari
Campak 10 14 hari
Poliomyelitis 5 30 hari
Tetanus 4 21 hari
Kuman penyakit tidak masuk dan ke luar begitu saja tetapi harus melalui
pintu tubuh tertentu sesuai dengan jenis masing-masing penyakit misalnya
melalui: kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, atau saluran kemih. Dalam
memilih pintu masuk-keluar ini setiap jenis kuman mempunyai jalan masuk dan
ke luar tersendiri dari tubuh manusia. Ada yang masuk melalui mulut (oral) dan
ke luar melalui dubur (sistem pencernaan), seperti yang dilakukan oleh
kebanyakan cacing. Namun ada pula yang masuk melalui kulit tetapi ke luar
melalui dubur, misalnya cacing Ankylostoma.
Selain itu, dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat
seperti:
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada
mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat
positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko
dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Faktor-faktor itu
tampaknya banyak bersifat sosial atau berhubungan dengan gaya hidup dan
pola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan primordial ini
merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang positif yang dapat
melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan.
Pencegahan tingkat pertama dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) menjauhkan
agen untuk dapat kontak atau memapar pejamu, dan (2) menurunkan kepekaan
pejamu (host susceptibility). Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan
patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari
pencegahan primordial, maka saatnya pencegahan tingkat pertama ini
digalakkan terhadap penyakit. Apabila lolos dari upaya maka penyakit itu
akan segera dapat timbul secara epidemiologis, tercipta sebagai suatu penyakit
yang endemis atau yang lebih berbahaya apabila timbul dalam bentuk KLB
(Bustan, 2006: 53).
Pencegahan tingkat keua ini dilakukan dalam fase patologis dengan cara
mengetahui perubahan klinik atau fisiologis yang terjadi dalam awal penyakit
(early symptoms) atau semasa masih dalam presymtomatic, masa sangat awal
kelainan klinik. Pencegahan ini ditunjukkan untuk meneteksi penyakit sedini
mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian,
pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat
progresifitas penyakit, mencegah komplikasi penyakit, dan membatasi
kemungkinan kecacatan.
6. Tingkat pencegahan
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah
untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya,
dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan
yang terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat dipikirkan upaya-upaya
pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat
dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat
disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan
penyakit, yaitu :
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan
penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat
kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah
tampak. Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu
meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut :
1. Pencegahan tingkat awal (primodial prevention)
a. Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
a. Promosi kesehatan (health promotion)
b. Pencegahan khusus
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
a. Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
b. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
a. Rehabilitasi (rehabilitation)
Tingkat pencegahan dan kelompok targetnya menurut fase penyakit
Tingkat pencegahan Fase penyakit Kelompok target
primordial Kondisi normal Populasi total dan
kesehatan kelompok terpilih
Primary Keterpaparan factor Populasi total dan
penyebab khusus kelompok terpilih dan
individu sehat
secondary Fase patogenesitas awal Pasien
Tertiary Fase lanjut (pengobatan Pasien
dan rehabilitasi)
Sumber : Beoglehole, WHO 1993
Hubungan kedudukan riwayat perjalanan penyakit, tingkat pencegahan
dan upaya pencegahan
Riwayat penyakit Tingkat pencegahan Upaya pencegahan
Pre-patogenesis Primordial prevention Underlying condition
Primary prevention Health promotion
Specific protection
patogenesis Secondary prevention Early diagnosis and
prompt treatment
Disability limitation
Tertiary prevention Rehabilitation
Sumber : Beoglehole, WHO 1993