ABSTRAK
Kemacetan lalulintas pada jalan perkotaan telah menjadi topik utama permasalahan di negara berkembang
termasuk Indonesia. Akibat yang ditimbulkan kemacetan ini terdiri dari kerugian materiil dan imateriil. Kerugian
materiil berupa bertambahnya biaya operasional kendaraan dan kerugian imateriil yaitu kelelahan dan polusi udara.
Kawasan Jalan Guru Patimpus merupakan jalan dengan volume lalulintas yang padat. Penurunan kecepatan dan
kemacetan terparah terjadi pada pagi dan sore hari. Berdasarkan keadaan tersebut maka pada penelitian ini
dilakukan analisa mengenai besaran biaya kemacetan kendaraan pribadi pada kawasan jalan Guru Patimpus, untuk
mengetahui nilai kerugian akibat kemacetan tersebut. Besarnya kerugian dihitung berdasarkan naiknya nilai biaya
operasional kendaraan (BOK). Dari hasil analisis, didapat nilai kerugian akibat keadaan ini sebesar Rp 5.200.360,-
untuk semua kendaraan dan untuk setiap kendaraan yang melewati kawasan ini mengalami kerugian sebesar Rp
310,- setiap melakukan perjalanan.
Kata Kunci : Tundaan, Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Jalan Guru Patimpus
Traffic congestion on urban roads has been a major topic of the problems in developing countries,
including Indonesia. The impact congestion consists of material and immaterial losses. Material loss in the form of
increased vehicle operating costs and non-material loss is exhausted and air pollution. Guru Patimpus area is traffic
volume roads are congested. Decrease speed and congestion are greatest at the morning and afternoon. Under these
circumstances the analysis conducted in this study on the amount of congestion costs of private vehicles on the road
Teacher Patimpus region, to determine the value of losses due to congestion. The amount of loss is calculated based
on the increased value of vehicle operating cost (VOC). From the analysis, obtained the value of losses due to the
state of IDR 5,200,360, - for all vehicles and for every vehicle that passes through the region suffered a loss of IDR
310, - per trip.
Key Word : Congestion, Vehicle Operating Costs (VOC), Guru Patimpus Road
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan satu Negara berkembang yang memiliki penduduk yang relative bersifat konsumtif.
Hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah kendaraan pribadi yang naik tiap tahunnya. Banyaknya jumlah
kendaraan ini mau tidak mau berdampak pada bertambahnya volume lalu lintas di jalan-jalan kota, khususnya kota
Medan. Kemacetan lalu lintas pada jalan perkotaan telah menjadi topic utama permasalahan di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Secara umum ada tiga faktor yang menyebebkan terjadinya kemacetan, yaitu terus
bertambahnya kepemilikan kendaraan (Demand), terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya dan
fasilitas transportasi yang lainnya (Supply), serta belum optimalnya system pengoperasian yang ada (sistem
operasi).
Selain volume kendaraan yang banyak, perilaku pengemudi juga turut menjadi salah satu pemicu kemacetan
di jalan. Kurangnya kesadaran pengemudi dalam mematuhi peraturan lalu lintas menyebabkan berbagai pelanggaran
dan ketidaknyamanan dalam melewati suatu ruas jalan. Kemacetan yang terjadi mau tidak mau menimbulkan
kerugian materiil maupun imateriil. Kerugian materiil yakni adanya pemborosan bahan bakar yang bertambah akibat
melewati jalan yang macet, dan kerugian imateriil berupa kelelahan pengemudi yang bertambah dan tingkat polusi
udara yang meningkat. Akibat kemacetan ini sangatlah merugikan barbagai pihak, baik dari segi aspek pengemudi,
jalan itu sendiri dan juga kendaraan yang melewati jalan tersebut, sehingga layak apabila kita memperhitungkan
kerugian yang ditimbulkan akibat kondisi tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila
arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total apabila kendaraan harus
berhenti atau bergerak lambat. Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang
ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut
mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai
derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai
lebih dari 0,5. Kemacetan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level of Service), pada saat LOS < C.LOS <
C, kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan samping yang
timbul dan kebebasan bergerak relative kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8
(V/C > 0,8), dan pada akhirnya nilai LOS sudah mencapai tingkat pelayanannya, maka aliran lalu lintas menjadi
tidak stabil sehingga terjadi tundaan berat, yang disebut kemacetan lalu lintas.
Congestion cost (biaya kemacetan) merupakan selisih antara marginal social cost (biaya yang dikeluarkan
masyarakat) dengan private cost (biaya yang dikeluarkan oleh pengguna kendaraan pribadi) yang disebabkan oleh
adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan yang sama. Perhitungan beban biaya kemacetan didasarkan kepada
perbedaan antara biaya marginal social cost dan marginal private cost dari suatu perjalanan. Biaya kemacetan adalah
biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan volume kendaraan yang mendekati ataupun melebihi
kapasitas pelayanan jalan. Biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan
adanya pengoperasian satu jenis kendaraan pada kondisi normal untuk satu tujuan tertentu. Biaya operasi kendaraan
terdiri atas biaya tetap (standing cost) dan biaya tidak tetap (running cost). Karena yang diperhitungkan sebagai
manfaat proyek adalah selisih dalam BOK, maka yang perlu dihitung adalah biaya tidak tetap saja, baik untuk
kondisi dengan proyek (with project) maupun untuk kondisi tanpa proyek (without project). Pada tugas akhir ini
digunakan dua metode perhitungan untuk mendapatkan nilai Biaya Operasional Kendaraan, yakni dengan
menggunakan program HDM-4 dan Metode perhitungan BOK manual LAPI-ITB.
3 METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah ruas jalan Guru Patimpus Medan dimana jalan ini merupaka jalan penghubung
antara dua jalan protokol kota Medan, yakni antara Jalan Gatot Subroto dan jalan Perintis Kemerdekaan.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Data Kecepatan Rata-rata per Jam Pada Ruas Jalan Guru Patimpus
Waktu Kecepatan
07.00-08.00 22,13
08.00-09.00 25,63
09.00-10.00 36,85
10.00-11.00 35,77
11.00-12.00 26,33
12.00-13.00 25,15
13.00-14.00 25,54
14.00-15.00 35,62
15.00-16.00 25,48
16.00-17.00 26,43
17.00-18.00 24,95
18.00-19.00 38,83
3022
2803 2815 2847 2720 2592 2756
2452 2591
2435
1967
1332
38.83
22.13 25.63 36.85 35.77 26.33 25.15 25.54 35.62 25.48 26.43 24.95
5.4 Perhitungan BOK dengan program HDM-4
Besaran Biaya Operasional Kendaraan pada Jalan Guru Patimpus pada setiap jam
BOK Column1
Jenis Kendaraan
Kecepatan
(km/jam)
Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
3 m/km 1,50
Maka total biaya tundaan kendaraan pribadi yang melewati jalan Guru Patimpus adalah sebesar :
22,13
C = 16.808* [ 3.007 22,13 + (1 ) 5.139]0,0045
38,83
C = Rp 5.200.360,008 = Rp 5.200.360,-
Pada penelitian ini ditetapkan besaran biaya tundaan di kawasan Jalan Guru Patimpus adalah Rp
5.200.360,- untuk 12 jam penelitian yang harus ditanggung oleh pengendara kendaraan pribadi.
Pada saat survey terdapat 16.808 kendaraan pribadi yang melewati jalan Guru Patimpus, maka biaya
tundaan yang harus ditanggung oleh setiap pengguna kendaraan pribadi adalah sebesar Rp 310,-/kendaraan untuk
setiap perjalanan.
6 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tundaan yang terjadi pada jalan Guru Patimpus disebabkan oleh arus local yaitu akibat adanya
aktivitas perdagangan.
2. Ruas jalan arah Gatot Subroto merupakan ruas jalan yang paling parah mengalami tundaan terutama
pada pukul 07.00-08.00 dan 17.00-18.00.
3. Kinerja jalan terburuk terjadi pada pukul 07.00-08.00 dengan kecepatan rata-rata kendaraan 22,13
km/jam dengan tingkat pelayanan pada level D.
4. Kerugian paling dasar dari tundaan adalah waktu tempuh dan juga pemborosan bahan bakar yang
mengakibatkan naiknya biaya opersional kendaraan.
5. Penambahan BOK sebesar Rp 3.007,- dan total biaya tundaan sebesar Rp 5.200.360,- dan tambahan
biaya yang ditanggung pengemudi tiap kendaraan sebesar RP 310,- tiap melakukan perjalanan.
7 SARAN
8 REFERENSI
Jotin, Kristy. C and B. Kent Lall. (2003). Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid I. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tamin, O.Z. (2008). Perencanaan , Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi : Teori, Contoh Soal dan
Aplikasi. Penerbit ITB, Bandung.
Tzedakis, A. (1980). Different Vehicle Speeds and Congestion Costs. Journal of Transport Economics and
Policy.
Bennet, C.R, Paterson, D.O. (2000). HDM-4 A Guide to Calibration and Adaptation.
Kamaluddin, R. (1986). Ekonomi Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. (2004). Pra Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan