Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan masalah
yang dapat diangkat dalam makalah ini adalah ;
1. Bagaimanakah kondisi kerusakan hutan mangrove yang terjadi di Kota Surabaya?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan
mangrove di Kota Surabaya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk menyusun arahan pengendalian terhadap
laju konversi hutan mangrove di Kota Surabaya yang semakin meningkat. Tujuan ini
terdiri dari beberapa tujuan dasar, diantaranya:
1. Mengetahui kondisi dan pendistribusian hutan mangrove di Kota Surabaya
2. Mengetahui mengetahui kondisi kerusakan hutan mangrove yang berada di Kota
Surabaya
3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada hutan
mangrove di Kota Surabaya
4. Menyusun dan memberikan rekomendasi dan arahan terhadap permasalahan
wilayah studi guna menekan angka pengkonversian hutan mangrove.
D. Identifikasi Kondisi
1. Identifikasi Geografis Wilayah
Kota Surabaya secara geografis terletak pada 70 9 70 21 LS dan 1120 36
1120 57 BT dengan Topografi relatif datar antara 0 20 Meter diatas permukaan air
laut (Bappeko Kota Surabaya). Sedangkan wilayah Pesisir Kota Surabaya berada pada
titik koordinat 70 14 - 70 21 LS dan 1120 37 - 1120 57 BT . Wilayah pesisir
Surabaya meliputi 11 Kecamatan dengan luas kota 52.087 Ha, luas daratan 33.048 Ha
sedangkan selebihnya yaitu 19.039 Ha merupakan wilayah laut (Dinkominfo, Profil
Surabaya Tahun 2011). Kota Surabaya memiliki panjang garis pantai 37,5 km
E. Kajian Pustaka
1. Teori Tata Guna Lahan
Dalam pembagian fungsi kawasan dan wilayah pada dasarnya harus mengikuti
kaedah tata guna lahan yang sesuai. Berbagai teori mengenai tata guna lahan
dijadikan landasan dalam penataannya. Adapun teori tata guna lahan menurut C.
hapsin adalah sebagai berikut.
1.1. Teori Konsentrik (concentriczone concept)
Teori Konsentrik yang dikemukakan EW.Burkss. Dalam teori konsentrik ini,
Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan kota membentuk suatu zona
konsentris,yang dibagi dalam beberapa zona, yaitu :
Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD)
yang terdiri bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan
pusat perbelanjaan.
Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah
sewaan, kawasan industri, dan perumahan buruh
Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan
untuk tenaga kerja pabrik
Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga
kerja kelas menengah
Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat kelas
menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.
Kualitas lahan berkaitan Kesuburan tanah dan kualitas air, dan kondisi estiari
dengan upaya pengolahan Kemungkinan mekanisasi (trafficability).
budidaya pesisir Ukuran unit lahan untuk optimalisasi pengelolahan
Dalam lingkup wilayah studi yakni di Kota Surabaya, yang menjadi masalah
konversi lahan adalah konversi lahan mangrove menjadi lahan perindustrian,
permukiman dan bentuk lahan budi daya lainnya.
4. Ekosistem Mangrove
4.1. Pengertian Mangrove ( Hutan Bakau )
Mangrove atau sering disebut hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut (Vitanurmala,2012) . Menurut Undang-undang no 5 tahun
1990 tentang konvensi sumber daya alam Hayati dan Ekosistemnya merupakan
suatu kekuatan dalam pelaksaan konservasi kawasan hutan mangrove. Adapun
aspek dalam undang-undang tersebut adalah sebagai berikut.
Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan dengan menjamin
terpeliharanya proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan
keberlangsungan ekosistemnya.
Pengawetan sumber plasmah nutfah, yaitu menjamin
terpeliharnayasumber genetik dan ekosistemnya,yang sesuai bagi
kepentingan kehidupan umat manusia.
Pemanfaatan secara lestari atau berkelanjutan, baik berupa produksi dan
jasa
Gambar.
Rancangan Pengembangan Kawasan Waterfront City
Dapat kita lihat pada beberapa gambar rancangan di atas, bahwa proyek Waterfront City
yang akan dilakukan atau dikembangkan tetap mempertahankan aspek-aspek kelestarian
lingkungan, sekalipun itu di zona kawasan strategis untuk sektor ekonomi. Selain dengan
merancang kawasan zona strategis, beberapa cara penyelesaian yang lainnya adalah
sebagai berikut.
G. Kesimpulan
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki garis pantai yang sangat panjang,
yakni 81.000 km. Wilayah di sekitar garis pantai ini disebut sebagai wilayah pesisir.
Disekitar wilayah pesisir ini memiliki berbagai manfaat keuntungan bagi negara
Indonesia,seperti keberadaan hutan mangrove.
Persebaran hutan mangrove di Surabaya terbagi dalam dua zonasi wilayah, yakni di
Pantai Timur Surabaya (PAMURBAYA) dan Pantai Utara (PANTURA). Pamurbaya
merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau yang memiliki kendali besar terhadap
keadaan geografis Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan Hutan Mangrove yang ada di
Pantai Timur ini menjadi benteng untuk melindungi Surabaya dari ancaman abrasi,
instrusi air laut, dan penurunan muka tanah. .Namun banyak terjadi kerusakan lahan
H. Rekomendasi
Terkait dengan permasalahan mangrove yang terjadi di Kota Surabaya, maka ada
beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, diantaranya;
Pemerintah harus segera membuat peraturan baik peraturan perundang-
undangan maupun peraturan RTRW mengenai pengembangan kawasan
pesisir terutama proses pengelolaan kawasan mangrove.
Pemerintah harus berperan aktif dan mengajak masyarakat sekitar pesisir
menjaga kelestarian hutan bakau untuk menjaga ekosistem yang hidup di
sekitar hutan bakau.
Menjadikan masyarakat pesisir sebagai subjek dan komponen utama dalam
hal konservasi, pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove. Artinya, segala