Disusun oleh:
Supervisor:
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
COW Pembimbing
COW Pembimbing
dr. Rahmawati
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas cahaya ilmu dan
kemudahan yang dikaruniakan-Nya sehingga makalah yang berjudul Infeksi
Saluran Kemih (ISK)ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai
rangkaian tugas kepanitraan klinik di departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU.
Terima kasih kami sampaikan kepada dr. M. Feldy Gazali Nasution,
Sp.PD selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapatmemberikan
kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segalakerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demiperbaikan makalah ini di kemudian hari.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah laporan kasus ini adalah untuk
menguraikan teori-teori tentang Infeksi saluran kemih (ISK), mulai dari definisi
sampai diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosisnya. Penyusunan makalah
laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan pelakasanaan kegiatan
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Manfaat
Makalah laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
dan pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih
memahami tentang Infeksi saluran kemih (ISK) ini, dan mampu melaksanakan
diagnosis serta pengobatan terhadap penyakit ini sesuai dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan lokasi anatomis, ISK dapat digolongkan sebagai ISK atas dan
bawah. ISK atas merupakan infeksi yang terjadi pada ginjal (pielonefritis) dan
ureter (ureteritis), sedangkan ISK bawah adalah infeksi yang terjadi pada vesika
urinaria (sistisis), prostat (prostatitis) dan uretra (uretritis).4 Akan tetapi karena
adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering didapatkan bakteri di dua
lokasi yang berbeda.3
ISK juga dapat digolongkan sebagai ISK sederhana dan ISK komplikata.
ISK sederhana ialah infeksi yang bersifat akut tanpa kondisi penyulit seperti pada
ISK komplikata dan cenderung tidak menyebabkan gejala sisa. ISK sederhana
biasanya sembuh sempurna dengan pengobatan. Sedangkan ISK komplikata ialah
infeksi yang terjadi pada kondisi yang mana terdapat pemasangan kateter,
instrumentasi, abnormalitas baik fungsional maupun anatomis dari saluran kemih,
adanya batu saluran kemih, obstruksi, kondisi imunosupresi, penyakit ginjal dan
diabetes melitus yang mana kondisi-kondisi tersebut dapat menyebabkan
kerusakan struktural dan fungsional dari saluran kemih hingga keadaan yang
mengancam jiwa. Berbeda dengan ISK sederhana, ISK komplikata lebih sukar
diobati.5
Faktor risiko
(tahun) Perempuan Lelaki
Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria
di 2,7% lelaki dan 0,7% di perempuan (Wettergren, Jodal, and Jonasson,
1985). Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah lebih banyak
berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia
hidup 6 bulan pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada anak berusia 1-5
tahun, insidens bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara
berkurang di lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5
tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih,
seperti vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi
relatif constant pada anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan
ini biasanya berasosiasi dengan kelainan fungsional pada saluran kemih
seperti dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens ISK bertambah secara
signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada lelaki
6
muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis pada
wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun
adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK
bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas dan mortalitas
ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun.6
Kokus gram positif tidak begitu sering ditemukan sebagai penyebab ISK.
Namun, Staphylococcus saprophyticus-resiten novobiocin, spesies koagulase
negatif, ditemukan sebagai penyebab ISK akut asimtomatik pada 10-15 persen
kasus. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada pasien dnegan
batu ginjal atau yang memiliki riwayat instrumentasi atau pembedahan.
Tabel 2.2. Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme (MO) yang Paling
Sering Sebagai Penyebab ISK3
Gram negatif
Famili Genus Spesies
Enterobacteri acai Escherichia coli
Klebsiella pneumonia oxytosa
Proteus mirabilis vulgaris
Enterobacter cloacae aerogenes
7
Gram positive
Famili Genus Spesies
Micrococcaceae Staphylococcus aureus
Streptococceae Streptococcus fecalis enterococcus
ISK umum terjadi pada wanita, dan banyak wanita mengalami ISK lebih
dari sekali dalam hidupnya. Beberapa faktor risiko ISK yang spesifik pada wanita
antara lain:
1. Anatomi Saluran Kemih
Wanita memiliki uretra yang lebih pendek dibandingkan pria, sehingga
mempermudah bakteri untuk bermigrasi mencapai lokasi infeksi yang lebih
tinggi, seperti vesika urinaria.
2. Aktivitas Seksual
Wanita yang aktif secara seksual cenderung memiliki risiko untuk terkena ISK
lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak aktif secara seksual. Wanita
dengan pasangan seksual yang berganti-ganti memiliki resiko yang lebih besar
lagi untuk terkena ISK.
3. Jenis Alat KB
Wanita yang menggunakan diafragma untuk KB dapat memiliki risiko lebih
tinggi untuk terkena ISK, begitu juga dengan wanita yang menggunakan agen
spermisidal.
8
4. Menopause
Setelah menopause, penurunan pada estrogen dalam darah menyebabkan
perubahan pada saluran kemih yang mengakibatkan wanita lebih rentan
terkena ISK.
Faktor risiko lainnya yang berperan dalam menyebabkan seseorang
terkena ISK ialah:
1. Abnormalitas Saluran Kemih
Bayi yang lahir dengan abnormalitas saluran kemih yang menyebabkan urin
tidak dapat diekskresikan dengan normal atau menyebabkan urin kembali lagi
ke uretra memiliki risiko terkena ISK lebih tinggi.
2. Obstruksi Salura Kemih
Batu ginjak atau pembesaran prostat dapat menyebabkan urin terperangkap di
vesika urinaria dan meningkatkan risiko ISK.
3. Sistem Imun yang Menurun
Diabetes atau penyakit lainnya yang mengganggu sistem imun dapat
meningkatan risiko terkena ISK.
4. Penggunaan Kateter
Orang-orang yang menggunakan kateter, seperti pasien-pasien yang dirawat
inap di rumah sakit, orang-orang dengan kelainan neurologis sehingga tidak
dapat mengontrol buang air kecil, memiliki risiko lebih tinggi terkena ISK.
5. Tindakan pada Saluran Kemih
Pembedahan saluran kemih atau pemeriksaan pada saluran kemih yang
menggunakan alat-alat medis dapat meningkatkan risiko berkembangnya ISK.
IG serotipe dari 170 serotipe O/ E. coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien
ISK klinis, diduga strain E. coli ini mempunyai patogenisitas khusus.
a. Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa
fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai
kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada
umumnya P fimbriae akan terikat pada O blood group antigen yang
terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah.
b. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenitas lain dari E. coli
berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti -hemolisin,
cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1), dan iron reuptake system
(aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -hemolisin terikat pada
kromosom dan berhubungan dengan pathogenicity island (PAIS) dan
hanya 5% terikat pada gen plasmio.
c. Faktor virulensi variasi fase. Virulensi bakteri ditandai dengan
kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon
faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunnjukkan peranan beberapa
penentu virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi saluran kemih.
Oleh karena itu, ketahan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan
ginjal.
2. Peranan Faktor Tuan Rumah (Host).
a. Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik
mendukung hipotesis peranan status saluran kemih merupakan faktor
risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih
pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran
kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila
sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran
kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap
infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks
vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat terapi
antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila
10
refluks vesikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak
jarang dijumpai di klinik terjadinya gagal ginjal terminal (GGT) tipe
kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.
b. Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan
bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai kontribusi untuk
kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di bawah dapat dilihat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK rekuren)
dan status sekretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air dan
beberapa kelas immunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi ISK
juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen
terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis.
Gejala klinis bergantung pada organ saluran kemih yang terkena infeksi.
Pielonefritis akut
- Demam, mual dan muntah, nyeri abdomen, dan diare. Dapat ditemukan
gejala sistitis.
- Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut kostovertebra atau palpasi abdomen
dalam.
- Urinalisis: ditemukan silinder leukosit
Prostatitis
- Akut : nyeri pada perineum, demam, dan prostat yang membengkak pada
pemeriksaan
- Kronis : gejala serupa sistitis , pancaran urin lemah, sulit mulai buang air
kecil
12
Sistitis
- Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif
- Trias : disuria,frekuensi,urgensi
- Nyeri suprapubik atau dapat bermanifestasi sebagai nyeri pinggang bawah
- Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin dapat berdarah pada 30% kasus
- Kemerahan pada uretra atau area suprapubik.
Uretritis
- LUTS iritatif
- Disuria, frekuensi, dan piuria
a. Urinalisis6
Pada sampel urin dapat ditemukan adanya leukosit esterase dan nitrit.
Leukosit esterase merupakan komponen hasil pemecahan leukosit dalam urin,
sedangkan nitrit adalah hasil reduksi nitrat oleh bakteri gram negatif dalam urin.
Keduanya dapat dideteksi dalam urin menggunakan disptik urin. Pemeriksaan
14
Tabel 2.6. Diagnosis Banding Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Pria9
mengeras dan
membesar
Batu Saluran Kemih Dapat menimbulkan Pemeriksaan urogram IV
kerusakan pada dan ct scan dapat
epitelium saluran mengidentifikasi adanya
kemih yang batu dalam saluran kemih
menyebabkan gejala
disuria
Riwayat BSK
sebelumnya
Uretritis Gonokokus Riwayat memiliki Pemeriksaan gonokokus
pasangan seksual intrauretra dapat
yang lebih dari satu mengkonfirmasi adanya
Gejala frekuensi, infeksi akibat gonokokus
urgensi dan demam
jarang ditemukan
Adanya pus purulen
pada uretra
Lebih sering pada
usia muda
Uretritis Klamidia Riwayat memiliki Kultur urin steril
pasangan seksual Pemeriksaan klamidia
yang lebih dari satu intrauretra dapat
Gejala frekuensi, mengkonfirmasi adanya
urgensi dan demam infeksi akibat klamidia
jarang ditemukan
Lebih sering pada
usia muda
Kanker Kandung Dapat ditemukan gejala Sistoskopi dan biopsi
Kemih seperti pada ISK, namun jaringan mengkonfirmasi
17
Tabel 2.7. Diagnosis Banding Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Wanita10
Over Active Bladder Dapat ditemukan urgensi Urinalisa dan kultur urin
dan frekuensi tanpa negatif
adanya infeksi
Uretritis Non Infeksius Disuria, dapat disertai Urinalisa dan kultur urin
gejala BAK iritatif tanpa negatif
adanya infeksi
18
Benda Asing di ISK yang rekuren atau Benda asing (seperti batu,
Kandung Kemih tidak kunjung sembuh benang operasi) terlihat
pada pemeriksaan radiologi
atau sistoskopi
Kandidosis Vaginalis Adanya pus atau tanda- Urinalisa dan kultur
tanda iritasi pada vagina urin negatif, kultur
vagina positif
Pemeriksaan KOH
positif
Trikomonas Vaginalis Adanya pus atau tanda- Urinalisa dan kultur
tanda iritasi pada vagina urin negatif, kultur
vagina positif
Ditemukan parasit
berflagela, tes amin
positif, dan hilangnya
flora normal vagina
Bakterial Vaginosis Adanya pus atau tanda- Urinalisa dan kultur
tanda iritasi pada vagina urin negatif
Kultur vagina positif,
pemeriksaan DNA
positif untuk gonokokus
dan klamidia
Penanganan episode ABU pada wanita dengan riwayat ISK rekuren tidak
direkomendasikan. Pada laki-laki dengan ISK rekuren dengan ABU,
prostatitis bakterial kronik bila terdiagnosis perlu dilakukan terapi.
c. Wanita hamil
ABU sering terjadi pada kehamilan dan berhubungan dengan peningkatan
risiko ISK simtomatik dan pielonefritis. Namun tidak ada rekomendasi yang
dapat dipakai, dan bila ada kasus, maka rekomendasi sesuai pola kuman lebih
dianjurkan.
d. Pasien dengan faktor risiko yang teridentifikasi (wanita pasca menopause,
diabetes mellitus, lanjut usia, disfungsi dan / atau pasca rekontruksi saluran
kemih bagian bawah, pasien dengan kateter saluran kemih, pasien
transplantasi ginjal, dan immunocompromise) tidak dianjurkan untuk
dilakukan skrining dan terapi pada ABU.
e. Pada pasien dengan penggantian nefrostomi dan stent, direkomendasikan
pemberian antibiotik karena adanya risiko komplikasi infeksi akibat
kontaminasi tindakan.
f. Sebelum operasi
Terapi antibiotik untuk ABU hanya direkomendasikan pada prosedur yang
masuk ke dalam saluran kemih. Kultur urin perlu dilakukan sebelum tindakan,
dan bila diagnosis ABU sudah ditegakkan, terapi pre operatif perlu diberikan.
Rekomendasi untuk antibiotik profilaksis disesuaikan dengan pola kuman.
g. Terapi farmakologis
Untuk eradikasi ABU, pemberian pilihan antibiotik dan lama terapi seperti
pada ISK non komplikata atau ISK komplikata, tergantung dari jenis kelamin,
riwayat penyakit dan komplikasi. Terapi yang diberikan tidak secara empiris. Bila
pasien ABU mengeluh adanya bau tidak sedap dan disuria, antiseptik urin dapat
diberikan dan disertai meningkatkan asupan air, dapat menjadi pilihan yang patut
dipertimbangkan.
20
wanita hamil
Levofloksasin 250 mg qd 3 hari Dilarang untuk
wanita hamil
Ofloksasin 200 mg bid 3 hari Dilarang untuk
wanita hamil
Sefalosporin 500 mg bid 3 hari
(misalnya:
cefadroxil)
Jika terdapat lokal resisten (resisten E. coli <20 %)
Trimetoprim 200 mg bid 5 hari Dilarang untuk
(TMP) trimester pertama
kehamilan
Trimetoprim 160/800 mg bid 3 hari Dilarang untuk
sulfametoksazol trimester akhir
(TMP-SMX) kehamilan
Keterangan: Obat antimikroba pilihan pertama hanya direkomendasi untuk
wanita, tidak direkomendasikan untuk lelaki
Tabel 2.10. Rekomendasi inisial terapi empirik antimikroba oral pada mild
dan moderate acute uncomplicated pyelonephritis10
Terapi oral pada mild dan moderate uncomplicated pyelonephritis
Antibiotik Dosis Durasi terapi
Ciprofloksasin 500-750 mg bid 7-10 hari
Levofloksasin 500 mg qd 7-10 hari
Levofloksasin 750 mg qd 5 hari
Alternatif terapi
Cefpodoxime proxetil 200 mg bid 10 hari
Ceftibuten 400 mg qd 10 hari
TMP-SMX 160/800 mg bid 14 hari
Co-amoksiklav 0,5/0,125 g tid 14 hari
Pada wanita hamil dengan pielonefritis berat, harus dirawat inap dan
diberikan perawatan supportif. Setelah ada perbaikan klinik, terapi parenteral
dapat diganti dengan terapi oral dengan durasi terapi 7-10 hari.3
24
Pada lelaki dengan febril ISK, pielonefritis dan infeksi rekuren, atau
terdapat kemungkinan faktor komplikasi durasi minimum terapi
direkomendasikan 2 minggu dengan obat fluoroquinolon.12
Sepalosporin
Karbapenem
Antibiotik yang tidak direkomendasikan untuk terapi empirik
Aminopenicilin misalnya: amoksisilin, ampisilin
TMP-SMX
Fosfomycin trometamol
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna,
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila
terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi.
Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta
faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
27
BAB 3
dr. Olga
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 20 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
ANAMNESA PENYAKIT
ANAMNESA ORGAN
Lain-lain : (-)
29
Lain-lain : (-)
30
Perifer
STATUS PRESENS
Berat Badan : 50 kg
BW : = BB (170-100)x 100 = 71 %
(TB-100) x 100% 50
[TB(m)]2 (1,7x1,7)
KEPALA
Kesan: Anemis
LEHER
Pembesaran kelenjar limfa (-), lokasi (-), jumlah (-), konsistensi (-),mobilitas (-),
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Sinistra
Intercostal Space V
Auskultasi
Paru
Suara tambahan :-
Jantung
M1>M2, P2>P1, T1>T2, A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-),
THORAX BELAKANG
ST : -
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Asimetris
Gerakan Lambung/usus :-
Palpasi
LIMFA
GINJAL
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Auskultasi
Lokasi :-
Edema - -
Arteri femoralis + +
36
Reflex KPR + +
Refleks APR + +
Refleks Fisiologis + +
Refleks Patologis - -
Lain-lain - -
\
37
Leukosit: (+)
Leukosit:5-10/lpb T. Trichiura: -
Neutrofil: 89%
Limfosit: 4,9 %
Monosit: 5,8 %
38
RESUME
Nadi : 106x/i
Pernafasan : 20x/I
PEMERIKSAAN FISIK
Temperatur : 39C
Leher: dbn
39
Ekstremitas :
Superior : dbn
Inferior : dbn
Tindakan suportif : -
Medikamentosa :
5. LDH
41
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
15 -18 Nyeri BAK Sens : Compos Mentis ISK Komplikata + Sepsis ec - Tirah Baring
September (+) TD: 90/70 mmHg Urosepsis + Non Hodgkin - Diet MB Tinggi Karbohidrat Tinggi
2016 VAS 3-4 HR : 106x/i Lymphoma pro kemoterapi III Protein
Demam (+) RR : 30x/i - IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Lemas (+) Temp :37,7C Hasil lab - Drip Ciprofloksasin 400 mg/12 jam
Tidak bisa Mata: Anemis (+/+) (15 September 2016): - Paracetamol 3 x 500 mg tab
duduk dan Hidung: dbn Ginjal: - Inj Novalgin 1 amp/8 jam (k/p) bila
berjalan Leher: dbn BUN: 14 mg/dl temp >38,5C
Kateter telah Thorax: dbn Ureum: 30 mg/dl
terpasang 2 Abdomen: Kreatinin: 0,7 mg/dl
minggu Asimetris, Soepel, Elektrolit
SMRS Colonostomy (+), Feses Na/K/Cl: 132/3,2/100
(+) benjolan (+) Hati
setentang umbilikal Bilirubin Total: 0,2 mg/dL
ukuran 30 x 20 cm, Bilirubin Direk : 0,1 mg/dL
konsistensi keras, batas Fosfatase Alkali (ALP) : 83 U/L
42
Hasil lab
(Tanggal 16 September 2016)
Urinalisis:
Urin Lengkap :
Warna: Kuning Keruh
Glukosa :-
Bilirubin: -
Keton: -
Berat Jenis: 1,025
pH: 6
43
Protein: -
Nitrit: -
Leukosit: +
Darah: +
Sedimen Urin:
Eritrosit : 4-8 LPB
Leukosit: 10-15 LPB
Epitel: 0-1 LPB
Casts: -
- Gentamycin
- Levofloxacin
- Ofloxacin
- Norfloxacin
- Trimethoprim
20-23 Demam (+) Sens : Compos Mentis ISK Komplikata + Sepsis ec - Tirah Baring
September VAS 3-4 TD: 100/60 mmHg Urosepsis + Non Hodgkin - Diet MB Tinggi Karbohidrat Tinggi
2016 Lemas (+) HR : 80x/i Lymphoma pro kemoterapi III Protein
Tidak bisa RR : 20x/i - IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
duduk dan Temp :38,8C - Inj. Meropenem 1g/8 jam
berjalan Mata: Anemis (+/+) Hasil Lab (20 September 2016): - Paracetamol 3 x 500 mg tab
Hidung: dbn Hb: 7,4 g/dL - Inj Novalgin 1 amp/8 jam (k/p) bila
Leher: dbn Eritrosit: 3,00 x 106/mm3 temp >38,5C
Thorax: dbn Leukosit: 22,120 x 103/mm3
Abdomen: Trombosit: 322 x 103/mm3
Asimetris, Soepel, Ht: 24 %
Colonostomy (+), Feses
(+) benjolan (+) MCV: 79 fL
setentang umbilikal MCH: 24,7 pg
46
September VAS 0 TD: 110/70 mmHg Urosepsis + Non Hodgkin - Diet MB Tinggi Karbohidrat Tinggi
2016 Lemas (+) HR : 112x/i Lymphoma pro kemoterapi III Protein
Tidak bisa RR : 20x/i - IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
duduk dan Temp :38,1C Hasil Lab (27 September 2016) - Paracetamol 3 x 500 mg tab
berjalan Mata: Anemis (+/+) Hb: 6,7 g/dL - Inj Novalgin 1 amp/8 jam (k/p) bila
Hidung: dbn Eritrosit: 2,8 juta/L temp >38,5C
Leher: dbn Leukosit: 17.530/ L
Thorax: dbn Ht: 22 %
Abdomen: Trombosit: 424.000/ L
Asimetris, Soepel, MCV: 79 fL
Colonostomy (+), Feses MCH: 23,9 pg
(+) benjolan (+) MCHC: 30,5 g/dL
setentang umbilikal
ukuran 30 x 20 cm, Hati:
konsistensi keras, batas LDH: 528 U/L
tegas, permukaan rata, Asam Laktat: 2,7 mmol/L
nyeri tekan (-) Procalcitonin: 0,21 ng/mL
Ekstremitas:
Oedem sup/inf: Hasil Lab (27 September 2016)
49
(-)/(-) Urinalisis
Urin Lengkap
Warna: Kuning Jernih
Glukosa: -
Bilirubin: -
Keton: -
Berat Jenis: 1,010
pH: 8
Protein: -
Nitrit: -
Leukosit: -
Darah: -
Sedimen Urin:
Eritrosit: 0-1 LPB
Leukosit: 0-1 LPB
Epitel: 0-1 LPB
Casts: -
50
BAB 4
DISKUSI KASUS
No Teori Kasus
1. Definisi: Hasil Kultur Urin Porsi Tengah:
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah Ditemukan Bakteri Aerob: Klebsiella
istilah umum yang menunjukkan pneumonia > 100.000 CFU/ ml urine
keberadaan mikroorganisme dalam Significant bacteriuria.
urin (bakteriuria). Bakteriuria ESBL (+)
dikatakan bermakna (significant
bacteriuria) bila terdapat
pertumbuhan mikroorganisme
tunggal > 100.000 CFU/mL pada
biakan urin porsi tengah.
2. Etiologi: Hasil Kultur Urin Porsi Tengah:
Escheria coli menyebabkan ~80% Ditemukan Bakteri Aerob: Klebsiella
infeksi akut (baik sistisis maupun pneumonia> 100.000 CFU/ ml urine
pielonefritis) pada pasien tanpa Significant bacteriuria.
kateter, abnormalitas saluran ESBL (+)
kemih, atau kalkuli. Bakteri gram
negatif lainnya, terutama Proteus,
Klebsiella spp, dan terkadang juga
Enterobacter spp, berperan dalam
ISK dalam presentasi yang lebih
kecil pada ISK sederhana.
Mikroorganisme tersebut bersama
dengan Serratia spp, dan
Pseudomonas spp, berperan besar
dalam menyebabkan infeksi
51
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
HASIL UJI KULTUR URIN
Dijumpai Klebsiella pneumonia > 100.000 CFU Urin Significant bacteriuria
Sensitif terhadap antimikroba Amikacin
Imipenem
Cefoperazone/Sulbactam
Meropenem
Fosfomycin
Polymyxin B
Resisten terhadap antimikroba Ampisilin
Cefotaxime
Ceftiazidime
Ceftriaxone
Ciprofloxacin
Cotrimoxazole
Doxycycline
Gentamycin
Levofloxacin
Ofloxacin
Norfloxacin
Trimethoprim
57
LAMPIRAN 2
USG Ginjal dan Saluran Kemih
Kesimpulan:
Acute pyelonefritis bilateral
Abses Renal Dextra + Hidronefrosis Renal Dextra Grade III