Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA

DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN


KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Program Studi Teknologi Pangan

Oleh

Devy Nur Afiah


12.302.0120

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2017
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA


DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN
KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG
Devy Nur Afiah*),
Dr. Tantan Widiantara, ST., MT. **) dan Ir. Hervelly, MP. ***)
*)
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr.
Setiabudhi No. 193, Bandung, 40153, Indonesia
**)
Dosen Pembimbing Utama, ***)Dosen Pembimbing Pendamping

Email : devyna28@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan gula merah
dengan sukrosa dan perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau
terhadap karakteristik jenang. Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai cara pembuatan jenang dari bahan baku yang bervariasi sebagai bentuk
diversifikasi produk pangan serta untuk meningkatkan nilai gizi jenang dengan menggunakan
bahan yang mengandung karbohidrat dan protein cukup tinggi. Metode penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3 x 3 dan ulangan sebanyak 3
kali. Faktor yang pertama adalah perbandingan gula merah dengan sukrosa (A) terdiri dari a1
(5:2), a2 (5:3) dan a3 (5:4). Faktor kedua adalah perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar
dengan tepung kacang hijau (B) terdiri dari b1 (1:1:1), b2 (1:1:2) dan b3 (2:1:1). Analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis kimia (kadar air dan kadar gula reduksi) dan uji
organoleptik (warna, rasa, aroma dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan
gula merah dengan sukrosa (A) hanya berpengaruh terhadap kadar air jenang. Sedangkan untuk
kadar gula reduksi, faktor perbandingan gula merah dengan sukrosa (A) dan faktor perbandingan
tepung jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau (B) serta interaksi antara kedua faktor
tidak memberikan pengaruh. Berdasarkan uji organoleptik, kedua faktor dan interaksinya tidak
berpengaruh pada penilaian panelis terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur. Perlakuan terbaik
adalah perlakuan a3b3 (perbandingan gula merah dengan sukrosa 5:4 serta perbandingan tepung
jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau 2:1:1) yang memiliki kadar protein 6,33%
dan nilai tekstur 3.128,27 gf.

Kata kunci: jenang, gula merah, sukrosa, tepung jagung, tepung ubi jalar, tepung kacang hijau

PENDAHULUAN merupakan jenis makanan semi basah


yang serupa dengan dodol. Baik jenang,
Latar Belakang
dodol dan makanan sejenisnya tergolong
Indonesia memliki ragam
ke dalam jenis makanan ringan dan
makanan lokal yang diolah dari bahan
bukan sebagai makanan utama atau lauk
pangan yang berasal dari alam
pauk. Jenang dikonsumsi sebagai
Indonesia. Keanekaragaman makanan di
kudapan yang dimakan setelah makan
setiap daerah memang menjadi poin
makanan pokok. Jenang adalah makanan
tersendiri bagi Indonesia karena selain
tradisional yang erat kaitannya dengan
sebagai identitas, makanan tersebut juga
tradisi masyarakat terutama di daerah
berpotensi untuk dikembangkan menjadi
Jawa.
makanan yang dapat mengangkat
Potensi produk jenang untuk
kekayaan kuliner nusantara.
dikembangkan sangatlah tinggi,
Jenang adalah salah satu makanan
mengingat makanan tak bisa lepas dari
khas daerah di Indonesia. Jenang

1
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

kegiatan sehari-hari termasuk dalam hal terbentuk warna cokelat akibat dari
pariwisata. Data yang diperoleh oleh terjadinya karamelisasi (Winarno,
Fandeli (2002) dalam Taslim (2015), 2004).
menyatakan bahwa di Indonesia, Pengembangan produk jenang
contohnya Bali, belanja wisata untuk perlu dilakukan, seiring dengan
makanan dan minuman mencapai 12% kebutuhan dan permintaan konsumen
dari seluruh total belanja wisata. Animo yang beranekaragam. Penambahan
wisatawan domestik maupun bahan-bahan lain sebagai bahan pengisi
mancanegara yang besar terhadap ataupun sebagai pemberi rasa dilakukan
kuliner khas daerah di Indonesia dapat terhadap produk jenang sebagai suatu
dijadikan sebagai peluang untuk bentuk inovasi. Bahan-bahan lain yang
mengembangkan produk jenang. biasa ditambahkan dalam pembuatan
Bahan-bahan yang umumnya jenang adalah buah-buahan dan umbi-
digunakan dalam pembuatan jenang atau umbian, bahkan saat ini mulai
dodol terdiri dari tepung ketan, gula dikembangkan jenang dengan bahan
merah atau gula pasir dan santan yang baku ikan. Pengembangan tersebut
dididihkan sampai mengental. Gula berpotensi untuk lebih meningkatkan
merupakan bahan yang tidak dapat kekayaan pangan lokal yaitu jenang.
dilhilangkan saat membuat jenang atau Pada penelitian kali ini, dilakukan
dodol. Berdasarkan SNI merujuk pada diversifikasi jenang dari bahan jagung,
pengolahan dodol beras ketan, ubi jalar dan kacang hijau.
disebutkan bahwa jumlah minimal gula Produktivitas jagung, kacang
dalam produk dodol yang dihitung hijau dan ubi jalar di Indonesia termasuk
sebagai sukrosa adalah sebesar 30%. tinggi. Hal ini ditinjau berdasarkan data
Tujuan penambahan gula dalam dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
pembuatan jenang adalah untuk menunjukan bahwa produksi jagung di
pembentukan tekstur, rasa dan warna. Indonesia rata-rata selama tiga tahun
Semakin banyak gula yang ditambahkan (2013-2015) mengalami kenaikan
maka tekstur jenang yang dihasilkan sebesar 549.925,5 ton. Untuk ubi jalar,
akan menjadi keras, rasa akan semakin produktivitasnya pada tahun 2015
manis dan warna yang dihasilkan akan mencapai 161,26 kuintal per hektar. Dan
semakin gelap(Satuhu, 2004). untuk produksi kacang hijau di
Gula memiliki kemampuan untuk Indonesia, rata-rata selama tiga tahun
mengikat air. Semakin banyak gula yang (2013-2015) mengalami kenaikan
ditambahkan ke dalam adonan maka sebesar 33.375 ton (Badan Pusat
semakin banyak pula air yang diikatnya, Statistik, 2015).
sehingga kadar air dari produk jenang Jagung merupakan komoditas
menjadi rendah yang berpengaruh strategis dilihat dari perannya sebagai
terhadap tekstur produk tersebut. Selain sumber karbohidrat kedua setelah beras.
tekstur, banyaknya gula yang Di beberapa tempat di Jawa Tengah,
ditambahkan juga akan mempengaruhi Jawa Timur dan Madura, jagung
rasa dan warna dari produk. Adanya menjadi makanan pokok bagi
glukosa, sukrosa, pati dan lain-lain dapat penduduknya. Di daerah lain, seperti
meningkatkan cita rasa pada bahan Jawa Barat, jagung penting sekali yaitu
makanan. Misalnya sukrosa sebagai makanan tambahan dalam masa
menimbulkan rasa manis, pati paceklik (Prapnomo, 2001). Selain
menimbulkan rasa khusus pada makanan sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
karena tekstur yang dimilikinya, merupakan sumber protein yang penting
demikian juga bila gula dalam hal ini dalam menu masyarakat di Indonesia.
sukrosa yang dipanasakan akan Prolamin merupakan kadar tertinggi

2
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

pada protein jagung yaitu mencapai 47% pengadukan secara terus menerus
(Richana, 2012). sampai tekstur jenang mengental.
Ubi jalar merupakan kelompok
Manfaat Penelitian
tanaman pangan yang paling banyak
Manfaat dari dilakukannya
dibudidayakan sebagai komoditas
penelitian ini adalah diharapkan dapat
pertanian sumber karbohidrat setelah
memberikan informasi mengenai cara
gandum, beras, jagung dan singkong
pembuatan jenang dari bahan baku yang
(UNDP, 2013). Keunggulan ubi jalar
bervariasi yang merupakan suatu bentuk
adalah memiliki indeks glikemik 54
diversifikasi terhadap pangan lokal.
yang tergolong rendah yang berarti
Selain itu, diharapkan juga dengan
karbohidratnya tidak mudah diubah
melakukan penelitian ini dapat
menjadi gula sehingga baik untuk
memanfaatkan jagung, ubi jalar dan
dikonsumsi penderita diabetes. Di dalam
kacang hijau sebagai bahan baku
ubi jalar juga terkandung betakaroten
pembuatan jenang yang memiliki nilai
terutama pada ubi jalar kuning (Kunia,
gizi lebih, berupa kandungan protein
2009).
yang cukup tinggi.
Kacang hijau merupakan salah
satu jenis kacang-kacangan dengan
METODE PENELITIAN
kandungan gizi yang cukup tinggi dan
komposisinya lengkap. Karbohidrat Bahan dan Alat Penelitian
merupakan bagian terbesar Bahan-bahan yang digunakan
dibandingkan dengan komponen- pada pembuatan jenang adalah jagung
komponen lain yang terdapat pada (Zea mays), ubi jalar (Ipomea batatas
kacang hijau. Dalam 100 gram kacang L.) yang diperoleh dari Pasar desa Tugu
hijau, terdapat 62,90 gram karbohidrat, Lelea, kacang hijau (Phaseolus radiatus
22,00 gram protein, 1,20 gram lemak L.) yang diperoleh dari Pasar
dan sisanya berupa air, serat, vitamin Gegerkalong, gula merah yang diperoleh
dan mineral (Rukmana, 1997). Profil dari Pasar Gegerkalong, sukrosa atau
dari asam amino kacang hijau setara gula pasir, kelapa, air dan tepung beras
dengan kacang kedelai dan juga kaya ketan.
akan vitamin A, B1, B2, C dan niasin Bahan-bahan yang digunakan
(Supriyono, 2008). dalam analisis kimia adalah akuades,
Penggunaan ketiga komoditas toluen, larutan Luff Schoorl
tersebut dalam pengolahan jenang akan (CuSO4.2H2O, asam sitrat, air suling dan
menambah keragaman sekaligus Na2CO3.10H2O), H2SO4 6 N, KI,
meningkatkan nilai gizi dari jenang. Na2S2O3 1 N, amilum, indikator
Kandungan protein yang didapat dari phenolphthalein, NaOH 30%, Na2SO4
kacang hijau dan jagung dapat menjadi anhidrat, selenium black, HgO, batu
sumber energi cadangan di samping didih, H2SO4 (p), granul Zn, HCl 0,1 N
karbohidrat, selain itu protein juga dan NaOH 0,1 N.
penting untuk pertumbuhan dan Alat-alat yang digunakan dalam
metabolisme tubuh. Beberapa vitamin pembuatan jenang adalah neraca digital,
dan mineral yang diperlukan tubuh juga sendok, garpu, baskom, pisau, kompor
bisa diperoleh dari ketiga bahan gas, wajan, spatula, loyang, kain saring,
tersebut. kertas minyak (waxed paper), tray,
Proses pengolahan jenang tunnel drier, blender, slicer, screener,
dilakukan dengan cara blending yaitu kain saring dan plastik sampel.
dengan mencampurkan dan Alat-alat yang digunakan untuk
memanaskan semua bahan disertai analisis produk jenang adalah labu
bundar (Pyrex), batu didih, oven,

3
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

kondensor, labu ukur (Pyrex), yang ditambahkan atau 21%), terdiri


Erlenmeyer (Pyrex), pipet ukur (Pyrex), dari 3 taraf yaitu:
filler, buret (Pyrex), klem dan statif, b1 = 1:1:1
pipet tetes, eksikator, cawan, tangkrus, b2 = 1:1:2
labu kjeldahl, corong, labu destilasi, b3 = 2:1:1
selang, adapter dan texture analyzer. Model matematika untuk
Tujuan Penelitian rancangan ini adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian secara umum Yijk = + Kk + Ai + Bj + (AB)ij + ij
adalah untuk mengetahui perbandingan Keterangan :
gula merah dengan sukrosa dan Yijk = Nilai pengamatan (respon)
perbandingan tepung jagung, ubi jalar faktor A pada taraf ke-i dan
dengan kacang hijau yang tepat faktor B pada taraf ke-j
sehingga dihasilkan jenang dengan i = 1,2,3 (banyaknya variasi
karakteristik yang baik. perbandingan gula merah
Rancangan Penelitian dengan sukrosa (a1, a2, a3))
Penelitian yang dilakukan terdiri j = 1,2,3 (banyaknya variasi
dari penelitian pendahuluan dan perbandingan tepung jagung,
penelitian utama. Tujuan dari penelitian ubi jalar dengan kacang hijau
pendahuluan adalah untuk membuat (b1, b2, b3))
tepung jagung, tepung ubi jalar dan k = 1,2,3 (banyaknya ulangan)
tepung kacang hijau yang akan = Nilai rata-rata perlakuan
digunakan untuk penelitian utama serta Ai = Pengaruh perlakuan faktor A
untuk menganalisis ketiga bahan pada taraf ke-i
tersebut (analisis kadar air, kadar gula Bj = Pengaruh perlakuan faktor B
reduksi dan kadar protein). Penelitian pada taraf ke-j
utama merupakan lanjutan dari (AB)ij = Pengaruh interaksi antara
penelitian pendahuluan yang bertujuan faktor A pada taraf ke-i dan
untuk mengetahui pengaruh faktor B pada taraf ke-j
perbandingan gula merah dengan Kk = Pengaruh kelompok ulangan
sukrosa dan perbandingan tepung ke-k
jagung, ubi jalar dan kacang hijau. ij = Pengaruh galat percobaan
Metode penelitian yang pada kelompok ke-k yang
digunakan adalah metode eksperimental memperoleh taraf ke-i pada
dengan Rancangan Acak Kelompok faktor A dan taraf ke-j pada
Faktorial yang terdiri dari dua faktor faktor B
yang masing-masing memiliki tiga taraf Tabel 1. Rancangan Percobaan Model
dengan ulangan sebanyak tiga kali, Rancangan Acak Kelompok (RAK)
sehingga akan diperoleh 27 total Perbandingan Ulangan
Perbandingan
perlakuan (Gasperz, 1995). gula merah
tepung jagung,
ubi jalar dengan
Faktor (A) perbandingan gula dengan sukrosa
kacang hijau I II III
(A)
merah dengan sukrosa (dari total jumlah (B)
gula yang ditambahkan atau 26%), 1:1:1 (b1) a1b1 a1b1 a1b1
terdiri dari 3 taraf yaitu: 5:2 (a1) 1:1:2 (b2) a1b2 a1b2 a1b2
a1 = 5:2 2:1:1 (b3) a1b3 a1b3 a1b3
1:1:1 (b1) a2b1 a2b1 a2b1
a2 = 5:3
5:3 (a2) 1:1:2 (b2) a2b2 a2b2 a2b2
a3 = 5:4
2:1:1 (b3) a2b3 a2b3 a2b3
Faktor (B) perbandingan tepung
1:1:1 (b1) a3b1 a3b1 a3b1
jagung, tepung ubi jalar dengan tepung 1:1:2 (b2) a3b2 a3b2 a3b2
5:4 (a3)
kacang hijau (dari total jumlah tepung 2:1:1 (b3) a3b3 a3b3 a3b3

4
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

Berdasarkan rancangan di atas Rancangan Respon


dapat dibuat denah (layout) percobaan Rancangan respon yang dilakukan
sebagai berikut. pada penelitian utama untuk produk
Kelompok ulangan I jenang terdiri dari :
a2b1 a3b3 a1b3 a2b3 a3b1 a1b2 a2b2 a1b1 a3b2 1. Respon Kimia
Kelompok ulangan II Analisis kimia yang dilakukan
a3b2 a1b1 a2b2 a2b1 a1b2 a3b3 a3b1 a1b3 a2b3 pada produk jenang adalah analisis
kadar air dengan metode destilasi dan
Kelompok ulangan III kadar gula reduksi dengan metode Luff
a1b3 a2b2 a3b1 a3b2 a2b3 a2b1 a1b2 a3b3 a1b1
Schoorl.
Berdasarkan rancangan percobaan 2. Respon Organoleptik
maka dapat dibuat analisis variansi Tipe pengujian yang digunakan
(ANAVA) untuk mendapatkan dalam uji organoleptik ini adalah uji
kesimpulan mengenai pengaruh hedonik. Dalam uji hedonik, panelis
perlakuan. Hipotesis variansi percobaan diminta mengungkapkan tanggapan
dengan RAK dapat dilihat pada Tabel 2. senang atau sebaliknya disertai dengan
Tabel 2. Analisis Variansi Percobaan tingkat kesukaannya yang disebut skala
dengan RAK hedonik. Uji hedonik dilakukan oleh 30
Derajat Jumlah Kuadrat F orang panelis agak terlatih dengan
Sumber F
Variansi
Bebas Kuadrat Tengah
Hitung
Tabel atribut yang dinilai adalah warna, rasa,
(db) (JK) (KT) 5% aroma dan tekstur dari jenang yang
Kelompok r 1 JKK KTK
dihasilkan.
KT(A)/
Faktor A a1 JK(A) KT(A)
KTG
KT(B)/ HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor B b1 JK(B) KT(B)
KTG
Interaksi KT(AxB)/ Penelitian Pendahuluan
(a-1)(b-1) JK (AxB) KT(AxB)
AB KTG Tabel 3. Hasil Analisis Bahan Baku
Galat (r-1)(ab-1) JKG KTG Kadar
Total rab-1 JKT Kadar Kadar
Bahan Gula
Air Protein
Sumber : Gaspersz, 1995 Baku Reduksi
(%) (%)
(%)
Selanjutnya ditentukan daerah Tepung
penolakan hipotesis, yaitu : 10,00 6,61 5,88
jagung
1. Jika Fhitung Ftabel pada taraf 5% maka Tepung ubi
5,25 6,61 4,75
tidak ada pengaruh antara rata-rata jalar
dari setiap perlakuan, artinya Tepung
perlakuan yang diberikan tidak kacang 9,50 6,85 7,88
hijau
berpengaruh terhadap mutu jenang
maka hipotesis ditolak. Berdasarkan Tabel 3, tepung
2. Jika Fhitung > Ftabel, pada taraf 5% jagung, tepung ubi jalar dan tepung
maka adanya pengaruh antara rata- kacang hijau memiliki kadar air masing-
rata dari setiap perlakuan, artinya masing sebesar 10,00%, 5,25% dan
perlakuan yang diberikan 9,50%. Kadar air tepung jagung yang
berpengaruh terhadap mutu jenang digunakan dalam penelitian ini masih
yang dihasilkan, maka hipotesis sesuai dengan standar SNI 01-3727-
diterima dan selanjutnya dilakukan 1995, dimana kadar air maksimal tepung
uji jarak berganda Duncan pada taraf jagung adalah sebesar 10,00%. Jika
5%. dibandingkan dengan kedua tepung
lainnya, kandungan air dalam tepung
jagung cukup besar. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh perbedaan kondisi atau
sifat saat bahan dikeringkan. Jagung dan

5
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

kacang hijau dikeringkan dalam bentuk ada tidaknya gugus hidroksil (OH)
biji, sedangkan ubi jalar dikeringkan bebas yang reaktif (Winarno, 2004).
setelah dilakukan size reduction yaitu Kandungan gula reduksi pada
dengan cara slicing. suatu bahan dapat mempengaruhi
Analisis kadar air pada tepung ubi karakteristik produk. Selama proses
jalar menunjukkan bahwa tepung ubi pengolahan jenang, adanya gula
jalar memiliki kadar air sebesar 5,25%. pereduksi dan asam amino dari protein
Hasil tersebut lebih rendah jika akan menimbulkan reaksi yang dikenal
dibandingkan dengan hasil penelitian sebagai reaksi Maillard.
Ambarsari (2009), dimana tepung ubi Tabel 3 menunjukkan kandungan
jalar kuning yang diamati memiliki protein pada tepung jagung, tepung ubi
kadar air sebesar 6,77%. Beberapa hal jalar dan tepung kacang hijau adalah
yang dapat mempengaruhi kandungan sebesar 5,88%, 4,75% dan 7,88%. Hasil
air produk tepung ubi jalar adalah analisis protein tepung jagung lebih
perlakuan suhu, lama pengeringan dan rendah jika dibandingkan dengan
umur panen ubi jalar sebagai bahan baku literatur. Etikawati (2007) menyatakan
(Antarlina, 1991 dalam Ambarsari, kadar protein pada tepung jagung adalah
2009). 6,32%. Jumlah tersebut jauh lebih
Analisis tepung kacang hijau yang rendah dibandingkan dengan kadar
dilakukan menghasilkan kadar air protein dalam biji jagung yaitu sekitar
sebesar 9,50%. Tepung kacang hijau 11,1%-26,6%. Hal ini sesuai dengan
yang digunakan dalam penelitian kali ini perrnyataan Budiman (2011) yang
adalah tepung yang diperoleh dari biji menyatakan bahwa protein tepung
kacang hijau tanpa pengupasan kulit. jagung sedikit mengalami penurunan
Hasil penelitian Blessing (2010) jumlah dibandingkan protein pada biji
menyatakan bahwa kandungan air pada jagung sebelum diolah.
tepung kacang hijau tanpa pengupasan Analisis kadar protein pada
kulit (undehulled mungbean flour) tepung ubi jalar menunjukkan bahwa
mencapai 10,25%. tepung ubi jalar memiliki kadar protein
Tabel 3 menunjukkan kandungan sebesar 4,75%. Hasil tersebut sedikit
gula reduksi pada tepung jagung, tepung lebih besar dibandingkan beberapa hasil
ubi jalar dan tepung kacang hijau adalah penelitian tentang tepung ubi jalar di
sebesar 6,61%, 6,61% dan 6,85%. Kadar Indonesia, dimana rata-rata kadar
gula reduksi ketiga tepung tersebut proteinnya adalah 3,16% (Ambarsari,
tergolong tinggi. Dalam penelitian 2009).
Suarni (2007), tepung jagung varietas Kandungan protein dalam tepung
lokal mengandung gula reduksi sebesar ubi jalar dapat dipengaruhi oleh
0,14%. Beberapa faktor dapat beberapa hal, di antaranya adalah jenis
mempengaruhi kadar gula reduksi dari atau varietas ubi jalar itu sendiri serta
suatu bahan, termasuk jenis atau proses pengupasan pada saat produksi.
varietas, proses pengolahan dan lain Menurut Woolfe (1992) dalam
sebagainya. Ambarsari (2009), kandungan protein
Gula reduksi merupakan golongan tertinggi pada ubi jalar terletak pada
gula (karbohidrat) yang mempunyai lapisan terluar daging umbi, yang
kemampuan untuk mereduksi senyawa- berdekatan dengan kulit luar. Adanya
senyawa penerima elektron. Semua proses pengupasan yang berlebihan
monosakarida dan disakarida (kecuali menyebabkan bagian daging ubi jalar
sukrosa) berperan sebagai gula yang kaya protein menjadi ikut
pereduksi. Ada tidaknya sifat pereduksi terbuang.
dari suatu molekul gula ditentukan oleh

6
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

Analisis tepung kacang hijau yang (B) serta interaksi keduanya tidak
dilakukan menghasilkan kadar protein mempengaruhi penilaian panelis
sebesar 7,88%, jauh lebih kecil terhadap warna jenang.
dibandingkan dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan intensitas
Calloway (1994) dalam Blessing (2010) warna dari gula merah yang lebih tinggi
mengemukakan bahwa kadar protein sehingga menghasilkan jenang dengan
pada tepung kacang hijau yang tanpa warna cokelat gelap. Intensitas warna
melalui pemisahan kulit adalah sebesar pada gula merah dipengaruhi oleh
20,3%. Kadar protein dari tepung proses pemasakan dan nilai akhir brix.
kacang hijau dapat dipengaruhi oleh Suhu dan lama evaporasi mempengaruhi
beberapa hal termasuk proses warna gula, dimana semakin lama
pengolahan. Penggunaan suhu yang evaporasi semakin tinggi nilai brix
tinggi dengan waktu yang lama saat akhir. Warna kecokelatan pada gula
pengeringan dapat menyebabkan merah disebabkan adanya reaksi
kerusakan pada senyawa protein. Selain Maillard dan karamelisasi yang
itu, jenis dan sumber atau asal bahan menghasilkan pigmen melanoidin yaitu
serta keadaan selama penyimpanan dan pigmen warna cokelat (Saloko, 2009
distribusi juga dapat menjadi faktor dalam Dewi, 2014).
yang menyebabkan kandungan protein Intensitas warna dari gula merah
pada tepung kacang hijau berbeda-beda. yang tinggi menyebabkan warna yang
Kadar protein dalam tepung akan dihasilkan ketiga tepung tertutup oleh
berpengaruh terhadap viskositas dan warna gula merah tersebut sehingga
suhu gelatinisasi. Protein yang rendah produk yang dihasilkan dominan
dari larutan pati menyebabkan pati berwarna cokelat gelap.
mempunyai viskositas lebih besar Beberapa reaksi terjadi selama
karena granula tanpa protein lebih proses pengolahan jenang, dimana hal
mudah pecah dan jumlah air yang masuk tersebut turut berperan dalam
ke granula lebih banyak yang memberikan warna cokelat pada produk
mengakibatkan peningkatan yang dihasilkan. Proses perubahan
pengembangan granula. Semakin kecil warna pada produk jenang adalah proses
kadar protein semakin besar pencokelatan yang disebabkan oleh
pengembangan granula yang adanya pemanasan. Pada produk yang
meningkatkan viskositas pada diberi penambahan gula, bila dilakukan
pemanasan (Suarni, 2013). pemanasan yang lebih lama terjadi
Penelitian Utama reaksi pencokelatan non enzimatik yang
1. Respon Organoleptik menimbulkan warna pada produk.
Adanya protein dalam bahan juga turut
a. Warna
Warna merupakan komponen mempengaruhi warna produk. Gula
yang sangat penting dalam menentukan pereduksi dengan asam amino dari
kualitas atau derajat penerimaan dari protein akan bereaksi menghasilkan
warna gelap, dimana reaksinya dikenal
suatu bahan pangan. Sebelum faktor-
sebagai reaksi Maillard (Winarno,
faktor lain dipertimbangkan, secara
visual faktor warna tampil lebih dahulu 2004).
dan kadang-kadang sangat menentukan b. Rasa
(Winarno, 2004). Rasa merupakan faktor yang
Hasil analisis variansi (ANAVA) cukup penting dari suatu produk
yang telah dilakukan menunjukkan makanan ataupun minuman selain warna
bahwa perbandingan gula merah dengan dan aroma. Komponen yang dapat
sukrosa (A), perbandingan tepung menimbulkan rasa yang diinginkan pada
jagung, ubi jalar dengan kacang hijau suatu bahan atau produk tergantung dari

7
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

senyawa penyusunnya. Cita rasa suatu Hasil perhitungan analisis variansi


bahan pangan biasanya tidak stabil, (ANAVA) terhadap aroma
dapat mengalami perubahan selama menunjukkan bahwa perbandingan gula
pengolahan dan penyimpanan merah dengan sukrosa (A),
(Setiawan, 2005). perbandingan tepung jagung, tepung ubi
Hasil perhitungan analisis variansi jalar dengan tepung kacang hijau (B)
(ANAVA) terhadap rasa menunjukkan serta interaksi keduanya tidak
bahwa perbandingan gula merah dengan berpengaruh terhadap aroma jenang.
sukrosa (A), perbandingan tepung Tepung-tepungan seperti tepung
jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau mengeluarkan aroma yang
kacang hijau (B) serta interaksi khas. Selain itu, pati yang terdapat
keduanya tidak berpengaruh terhadap dalam tepung memberikan aroma khas
rasa dari jenang yang dihasilkan. tepung yang diduga berasal dari amilosa
Gula merah dan sukrosa yang terkandung di dalam tepung
memberikan rasa manis pada jenang, tersebut. Haryadi (2006) mengemukakan
namun penambahan keduanya dengan bahwa kandungan amilosa berkorelasi
variasi perbandingan yang berbeda tidak positif dengan aroma bahan dan
berpengaruh terhadap rasa jenang. berkorelasi negatif dengan tingkat
Perbandingan tepung jagung, tepung ubi kelunakan, kelekatan, warna dan kilap.
jalar dengan tepung kacang hijau juga Meskipun demikian, adanya gula merah
tidak mempengaruhi rasa dari jenang. yang ditambahkan membuat aroma yang
Pati yang terdapat dalam tepung akan lain tertutup. Selain sebagai pemanis dan
menimbulkan rasa khusus pada makanan pemberi warna, gula merah juga
karena tekstur yang dimilikinya digunakan sebagai penambah aroma.
(Winarno, 2004). Gula merah mempunyai perbedaan sifat
Interaksi antara perbandingan fungsional dengan gula pasir terutama
gula merah dengan sukrosa dan pada rasa manis, warna, aroma dan
perbandingan tepung jagung, tepung ubi keempukannya (Soekarto, 1999).
jalar dengan tepung kacang hijau tidak Aroma yang timbul pada produk
mempengaruhi penilaian panelis jenang atau dodol disebabkan karena
terhadap rasa dari jenang. Rasa yang terjadinya reaksi yang melibatkan gula
ditimbulkan dari tepung jagung, ubi jalar dengan komponen lain dalam bahan
dan kacang hijau tertutupi oleh rasa pembuat jenang. Reaksi Maillard yang
manis yang dihasilkan dari gula. Dalam melibatkan gula pereduksi dengan gugus
gula merah terkandung sukrosa dan gula amino dari protein serta terjadinya
pereduksi seperti glukosa dan fruktosa. karamelisasi akan menghasilkan aroma
Sedangkan dalam sukrosa atau yang yang khas dan senyawa berwarna
lebih dikenal di pasaran dengan nama cokelat yang disebut melanoidin
gula pasir, terkandung sukrosa sebesar (Winarno, 2004).
94% (Mahmud, 2009). Aroma khas jenang juga dapat
c. Aroma ditimbulkan dari penggunaan santan.
Bau-bauan (aroma) dapat Santan mengandung senyawa
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat nonylmethylketone, dengan suhu
diamati dengan indera pembau. Di pengolahan yang tinggi akan
dalam industri pangan, pengujian menyebabkan bersifat volatil dan
terhadap bau dianggap penting karena menimbulkan bau yang enak (Yasin,
dengan cepat dapat memberikan hasil 2013 dalam Rosyadi, 2014).
penilaian terhadap produk tentang d. Tekstur
diterima atau tidaknya produk tersebut Tekstur merupakan sensasi yang
(Kartika, 1988). dapat diamati dengan mulut (pada waktu

8
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun kesegaran dan daya tahan bahan pangan
perabaan dengan jari (Kartika, 1988). itu sendiri (Winarno, 2004).
Tekstur juga menjadi salah satu faktor Kandungan air dalam bahan
penentu kualitas yang perlu pangan dapat mempengaruhi daya tahan
diperhatikan, terutama untuk jenis makanan terhadap serangan
makanan lunak dan makanan renyah. mikroorganisme yang dinyatakan dalam
Hasil perhitungan analisis variansi aktivitas air (Aw), yaitu jumlah air
(ANAVA) terhadap tekstur bebas yang digunakan oleh
menunjukkan bahwa perbandingan gula mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
merah dengan sukrosa (A), Semakin tinggi kadar air yang
perbandingan tepung jagung, tepung ubi terkandung dalam bahan pangan, maka
jalar dengan tepung kacang hijau (B) kemungkinan rusaknya bahan pangan
serta interaksi keduanya tidak karena aktivitas mikroorganisme akan
berpengaruh terhadap tekstur jenang. semakin tinggi.
Perbandingan gula merah dengan Hasil perhitungan analisis variansi
sukrosa tidak berpengaruh terhadap (ANAVA) terhadap kadar air jenang
tekstur jenang. Gula memiliki menunjukkan bahwa perbandingan gula
kemampuan untuk mengikat air. merah dengan sukrosa (A) berpengaruh
Semakin banyak gula yang ditambahkan terhadap kadar air dari jenang yang
ke dalam adonan maka semakin banyak dihasilkan, sedangkan perbandingan
pula air yang diikatnya, sehingga kadar tepung jagung, tepung ubi jalar dengan
air dari produk jenang menjadi rendah tepung kacang hijau (B) serta interaksi
yang berpengaruh terhadap tekstur keduanya tidak berpengaruh terhadap
produk tersebut. kadar air jenang.
Perbandingan tepung jagung, Tabel 4. Pengaruh Perlakuan
tepung ubi jalar dengan tepung kacang Perbandingan Gula Merah dengan
hijau juga tidak berpengaruh terhadap Sukrosa terhadap Kadar Air Jenang
tekstur jenang. Hal tersebut berbeda Nilai Taraf
dengan yang diungkapkan oleh Perlakuan
Rata-rata Nyata
Murtiningrum (2011) yang menyatakan a1 (5:2) 16,187 b
bahwa penggunaan jenis tepung yang
berbeda akan berpengaruh pada tekstur a2 (5:3) 14,600 ab
jenang yang dihasilkan. Perbedaan a3 (5:4) 12,325 a
perbandingan kandungan amilosa dan
amilopektin dalam pati di tepung Tabel 4 menunjukkan bahwa
menentukan sifat produk olahan, dimana kadar air pada perlakuan penambahan
semakin rendah kandungan amilosa gula merah dan sukrosa dengan
menyebabkan makin kenyal produk perbandingan 5:3 (a2) tidak berbeda
olahannya. nyata dengan perlakuan penambahan
gula merah dan sukrosa dengan
2. Respon Kimia perbandingan 5:2 (a1) dan perbandingan
a. Kadar Air 5:4 (a3), akan tetapi perlakuan
Air merupakan komponen penting penambahan gula merah dan sukrosa
dalam bahan pangan karena air dapat dengan perbandingan 5:2 (a1) berbeda
mempengaruhi kenampakan, tekstur, nyata dengan perlakuan penambahan
serta cita rasa makanan. Bahkan dalam gula merah dan sukrosa dengan
bahan pangan yang kering sekalipun, perbandingan 5:4 (a3).
seperti buah kering, tepung serta biji- Penambahan gula dengan
bijian, terkandung air dalam jumlah perbandingan yang berbeda,
tertentu. Kandungan air dalam bahan berpengaruh cukup signifikan terhadap
pangan ikut menentukan acceptability,

9
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

kadar air dari jenang yang dihasilkan. tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan yang reaktif. Sukrosa tidak mempunyai
bahwa semakin banyak gula pasir atau gugus OH bebas yang reaktif karena
sukrosa yang ditambahkan maka kadar keduanya sudah saling terikat, karena itu
air semakin menurun. sukrosa bersifat non pereduksi
Gula pasir yang 94% terdiri dari (Winarno, 2004).
sukrosa memiliki kemampuan mengikat Hasil perhitungan analisis variansi
air lebih besar dibanding gula merah (ANAVA) terhadap kadar gula reduksi
yang mengandung sukrosa lebih sedikit. jenang menunjukkan bahwa
Sukrosa memiliki kemampuan untuk perbandingan gula merah dengan
mengikat air, dimana semakin banyak sukrosa (A), perbandingan tepung
sukrosa yang ditambahkan ke dalam jagung, tepung ubi jalar dengan tepung
adonan maka semakin banyak pula air kacang hijau (B) serta interaksi
yang diikatnya, sehingga kadar air dari keduanya tidak berpengaruh terhadap
produk jenang menjadi rendah yang kadar gula reduksi jenang.
berpengaruh terhadap tekstur produk Rata-rata kadar gula reduksi pada
tersebut. semua perlakuan adalah 4,8871%.
Penambahan sukrosa berpengaruh Selain dari penggunaan tepung,
pada kekentalan gel yang terbentuk. kandungan gula reduksi juga diperoleh
Sukrosa akan menurunkan kekentalan, dari gula merah yang digunakan. Dalam
hal ini disebabkan sukrosa akan gula merah terkandung sukrosa sebesar
mengikat air sehingga pembengkakan 84,31% dan gula pereduksi seperti
butir-butir pati terjadi lebih lambat, glukosa dan fruktosa sebesar 0,53%
akibatnya suhu gelatinisasi menjadi (Mahmud, 2009). Selama proses
lebih tinggi (Winarno, 2004). pemanasan, penguraian sukrosa yang
Kadar air jenang dipengaruhi oleh terdapat dalam bahan-bahan juga akan
proses pemasakan adonan. Kriteria meningkatkan kadar gula reduksi.
pemasakan jenang sampai kental dan Penambahan sukrosa dan gula
tidak lengket di pengaduk merupakan merah berdasarkan literatur akan
prosedur yang cukup kritis, diperlukan mempengaruhi kadar gula reduksi dari
kepekaan dan latihan sehingga diperoleh produk jenang. Dalam gula merah
jenang dengan kekentalan yang pas, terkandung sukrosa sebesar 84,31% dan
tidak keras dan tidak lembek. gula pereduksi seperti glukosa dan
Kandungan air dalam jenang akan fruktosa sebesar 0,53%. Sedangkan
berpengaruh pada tekstur. Air yang dalam sukrosa atau yang lebih dikenal di
terlalu banyak akan membuat tekstur pasaran dengan nama gula pasir,
jenang menjadi lembek dan hancur terkandung sukrosa sebesar 94%
sedangkan air yang terlalu sedikit (Mahmud, 2009). Berdasarkan hal
membuat jenang menjadi keras. Air juga tesebut, penambahan sukrosa dan gula
berpengaruh pada ketahanan produk merah dengan berbagai variasi
jenang terhadap mikroorganisme. perbandingan seharusnya memberikan
b. Kadar Gula Reduksi pengaruh. Akan tetapi hasil penelitian
Menurut istilah umum, gula biasa menunjukkan hal yang sebaliknya. Hal
disebutkan untuk setiap jenis ini dapat disebabkan karena variasi
karbohidrat yang digunakan sebagai perbandingan keduanya yang tidak
pemanis. Jenis karbohidrat yang terlalu jauh sehingga hasilnya pun tidak
terkandung dalam gula adalah berupa memberikan pengaruh yang signifikan
sukrosa dan gula pereduksi. Ada terhadap kadar gula reduksi jenang.
tidaknya sifat pereduksi dari suatu Perbandingan tepung jagung,
molekul gula ditentukan oleh ada tepung ubi jalar dengan tepung kacang

10
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

hijau tidak berpengaruh terhadap kadar amilopektin sangat berpengaruh pada


gula reduksi jenang. Ketiga tepung profil gelatinisasi pati. Amilosa
tersebut memiliki kandungan gula memiliki ukuran yang lebih kecil
reduksi yang tidak berbeda jauh dengan struktur tidak bercabang.
sehingga saat diolah menjadi produk Sementara amilopektin merupakan
tidak ada perbedaan. Selain itu, variasi molekul berukuran besar dengan
perbandingan ketiga tepung yang juga struktur bercabang banyak dan
tidak berbeda jauh dapat menjadi membentuk double helix. Saat pati
penyebab tidak adanya pengaruh dipanaskan, beberapa double helix fraksi
penambahan tepung jagung, ubi jalar amilopektin merenggang dan terlepas
dan kacang hijau dengan perbandingan saat ada ikatan hidrogen yang terputus.
berbeda terhadap kadar gula reduksi Jika suhu yang lebih tinggi diberikan,
jenang. ikatan hidrogen akan semakin banyak
Adanya karbohidrat khususnya yang terputus, menyebabkan air terserap
gula pereduksi akan bereaksi dengan masuk ke dalam granula pati. Pada
gugus amina primer dari protein proses ini, molekul amilosa terlepas ke
menghasilkan bahan berwarna cokelat. fase air yang menyelimuti granula,
Reaksi tersebut dikenal dengan reaksi sehingga struktur dari granula pati
Maillard (Winarno, 2004). menjadi lebih terbuka, dan lebih banyak
Karbohidrat dalam bahan pangan air yang masuk ke dalam granula,
umumnya menunjukkan beberapa menyebabkan granula membengkak dan
perubahan selama proses pengolahan volumenya meningkat. Molekul air
atau pemasakan. Perubahan yang umum kemudian membentuk ikatan hidrogen
terjadi antara lain dalam hal kelarutan, dengan gugus hidroksil gula dari
hidrolisis dan gelatinisasi pati. Pada saat molekul amilosa dan amilopektin. Di
pemanasan, sebagian sukrosa akan bagian luar granula, jumlah air bebas
terurai menjadi glukosa dan fruktosa. menjadi berkurang, sedangkan jumlah
Proses penguraian tersebut dinamakan amilosa yang terlepas meningkat.
hidrolisis. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu Molekul amilosa cenderung untuk
campuran glukosa dan fruktosa disebut meninggalkan granula karena
gula invert (Poedjiadi, 2005). strukturnya lebih pendek dan mudah
Pati merupakan polimer glukosa larut. Mekanisme ini yang menjelaskan
yang terdiri atas amilosa dan bahwa larutan pati yang dipanaskan
amilopektin. Amilosa merupakan bagian akan lebih kental (Mailhot, 1988 dalam
polimer linier dengan ikatan -(1,4) unit Imanningsih, 2012).
glukosa. Sedangkan amilopektin Pemanasan larutan pati di atas
merupakan polimer -(1,4) unit glukosa temperatur gelatinisasi membuat pati
dengan rantai samping -(1,6) unit yang mengandung amilopektin lebih
glukosa yang menyebabkan struktur banyak akan membengkak lebih cepat
amilopektin bercabang (Jacobs, 1998 dibandingkan dengan pati lain (Tester,
dalam Herawati, 2011). Hidrolisis pati 1997 dalam Imanningsih, 2012).
atau amilum akan menghasilkan Kandungan amilosa yang semakin
glukosa. Secara berurutan pati akan tinggi, menyebabkan kemampuan pati
diubah menjadi amylodextrin, untuk menyerap air lebih besar karena
erythodextrin, achrodextrin dan maltosa. amilosa mempunyai kemampuan lebih
Hidrolisis lebih lanjut maltosa akan besar daripada amilopektin dalam
menghasilkan glukosa. membentuk ikatan hidrogen. Pati yang
Jenis pati yang berbeda akan banyak mengandung amilopektin
memiliki sifat yang berbeda dalam (amilosa rendah), bila dimasak tidak
pengolahan. Jumlah fraksi amilosa- mampu membentuk gel yang kukuh dan

11
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

pasta yang dihasilkan lebih lunak Analisis tekstur dilakukan dengan


(disebut long texture). Sifat long texture menggunakan alat texture analyzer
tersebut menyebabkan kecenderungan dimana hasil analisis menunjukkan
sifat yang merenggang dan patah, bahwa jenang dengan penambahan gula
sehingga menghasilkan tingkat merah dan sukrosa (5:4) serta tepung
pengembangan yang lebih besar jagung, tepung ubi jalar dan tepung
(Houston, 1972 dalam Rahmadan, kacang hijau (2:1:1) memiliki nilai
2014). tekstur sebesar 3.128,37 gf.
Nilai tekstur dari produk jenang
Perlakuan Terpilih
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Penentuan produk terpilih
di antaranya perbedaan komposisi gula,
dilakukan berdasarkan hasil pengujian
waktu pemasakan dan suhu pemasakan.
organoleptik dan kimia. Respon
Selain itu, kandungan air dalam jenang
organoleptik (warna, rasa, aroma,
turut berpengaruh terhadap nilai tekstur
tekstur) dan respon kimia (kadar air,
jenang. Penelitian Bere (2013)
kadar gula reduksi) menunjukkan tidak
menunjukkan bahwa dodol dengan
adanya perbedaan terhadap setiap
penambahan tepung sorgum dan tepung
perlakuan. Hal ini berarti interaksi
kacang hijau dengan perbandingan
antara perbandingan gula merah dengan
70%:30% memiliki tekstur sebesar
sukrosa dan perbandingan tepung
825,97 gf.
jagung, ubi jalar dengan kacang hijau
Hasil analisis protein terhadap
tidak berpengaruh terhadap karakteristik
perlakuan a3b3 menunjukkan bahwa
jenang.
jenang dengan penambahan gula merah
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa
dan sukrosa (5:4) serta tepung jagung,
perlakuan a3b1 dan a3b3 memiliki nilai
tepung ubi jalar dan tepung kacang hijau
kadar air yang tidak berbeda jauh, akan
(2:1:1) memiliki kadar protein sebesar
tetapi dilihat secara keseluruhan
6,33%.
perlakuan a3b3 memiliki nilai yang
Dalam SNI 01-2986-1992
lebih baik dibanding a3b1, misalnya dari
mengenai dodol disebutkan bahwa kadar
respon organoleptik, perlakuan a3b3
protein dodol minimal 3%. Pada
lebih disukai dari segi warna, rasa dan
penelitin kali ini, dihasilkan jenang
tekstur dibandingkan perlakuan a3b1.
dengan kadar protein sebesar 6,33%.
Oleh karena itu perlakuan a3b3 dipilih
Kadar protein yang cukup tinggi dapat
sebagai perlakuan terbaik yang
disebabkan oleh penggunaan bahan-
selanjutnya dilakukan analisis secara
bahan yang memiliki kandungan protein
fisik dan kimia berupa analisis tekstur
cukup tinggi, salah satunya adalah
dan kadar protein.
kacang hijau. Hasil analisis bahan baku
Tabel 5. Penentuan Perlakuan Terpilih berupa tepung kacang hijau
Respon Organoleptik Respon Kimia menghasilkan kadar protein sebesar
Kadar
Perlakuan
Warna Rasa Aroma Tekstur
Kadar
Gula
7,88%. Meskipun hasil tersebut berbeda
Air jauh dengan literatur, namun tetap
Reduksi
a1b1 4.38a 4.23a 4.43a 4.19a 16.87a 4.09a memberikan pengaruh terhadap kadar
a a a a a
a1b2 4.21 4.20 4.33 4.16 16.88 4.54a protein jenang yang dihasilkan.
a a a a a
a1b3 4.42 4.08 4.38 4.09 14.81 4.87a
a a a a a
a2b1 3.86 3.94 4.06 3.81 14.78 4.53a KESIMPULAN DAN SARAN
a a a a a
a2b2 4.49 4.28 4.30 4.30 16.20 4.49a
a2b3 4.33 a 4.17 a 4.30 a 4.07 a 12.81 a 5.08a Kesimpulan
a3b1 4.28 a 4.08 a 4.37 a 4.01 a 10.77 a 4.59a Berdasarkan hasil penelitian maka
a3b2 4.27 a 4.19 a 4.32 a 4.11 a 15.42 a 5.04a dapat diperoleh kesimpulan sebagai
a3b3 4.37a 4.28a 4.34a 4.18a 10.78a 4.72a berikut:

12
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

1. Penelitian pendahuluan DAFTAR PUSTAKA


menghasilkan data kadar air pada
Ambarsari, I., Sarjana dan Abdul
tepung jagung, tepung ubi jalar dan
Choliq. 2009. Rekomendasi
tepung kacang hijau sebesar 10,00%,
dalam Penetapan Standar Mutu
5,25% dan 9,50%, kadar gula reduksi
Tepung Ubi jalar. Jurnal
pada tepung jagung, tepung ubi jalar
Standardisasi Volume 11 No. 3.
dan tepung kacang hijau sebesar
6,61%, 6,61% dan 6,85%. serta kadar Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi
protein tepung jagung, tepung ubi Jagung Menurut Provinsi
jalar dan tepung kacang hijau adalah (Ton), 1993-2015.
sebesar 5,88%, 4,75% dan 7,88%. Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi
2. Penelitian utama menunjukkan
Kacang Hijau Menurut
bahwa faktor perbandingan gula Provinsi (Ton), 1993-2015.
merah dengan sukrosa (A)
berpengaruh terhadap kadar air dan Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi
faktor perbandingan tepung jagung, Ubi Jalar Menurut Provinsi
tepung ubi jalar dengan tepung (Ton), 1993-2015.
kacang hijau (B) serta interaksi Badan Pusat Statistik. 2015.
kedua faktor tidak berpengaruh Produktivitas Ubi Jalar
terhadap semua respon. Menurut Provinsi (Kuintal per
3. Perlakuan yang terpilih adalah Hektar), 1993-2015.
perlakuan a3b3 (perbandingan gula
merah dengan sukrosa 5:4 serta Bere, H. A. E., Agus W. dan Tri
perbandingan tepung jagung, tepung Kusuma A. P. 2013. Pengaruh
ubi jalar dengan tepung kacang hijau Variasi Pencampuran Tepung
2:1:1), yang memiliki nilai tekstur Sorgum (Sorghum bicolor L.)
3.128,27 gf dan kadar protein sebesar dan Tepung Kacang Hijau
6,33%. (Phaseolus radiatus) pada
Pembuatan Dodol Ditinjau dari
Saran Sifat Fisik, Organoleptik dan
Berdasarkan penelitian yang telah Kadar Protein.
dilakukan, pemasakan atau pemanasan http://journal.respati.ac.id/index.p
jenang merupakan prosedur yang cukup hp/medika/article/viewFile/74/70.
kritis yang memerlukan kepekaan dan Diakses 13 Agustus 2016.
latihan untuk memperoleh tekstur jenang
yang sesuai. Kelemahan dari penelitian Blessing, I. A. dan I. O. Gregory. 2010.
ini adalah tekstur jenang yang tidak Effect of Processing on the
terlalu liat, oleh karena itu diperlukan Proximate Composition of the
perbaikan dari berbagai aspek termasuk Dehulled and Undehulled
dari segi proses mulai dari pengolahan Mungbean (Vigna radiata (L.)
bahan menjadi tepung hingga proses Wilczek) Flours. Pakistan
pembuatan jenang agar dihasilkan Journal of Nutrition Volume 9
jenang dengan karakteristik yang baik. No. 10.
Selain itu, tidak homogennya data hasil Budiman, Haryanto. 2011. Sukses
analisis juga dapat mempengaruhi hasil Bertanam Jagung, Komodotas
akhir dari penelitian, sehingga Pertanian yang Menjanjikan.
diperlukan ketelitian dan keakuratan Cetakan Pertama. Pustaka Baru
dalam melaksanakan setiap tahap dari Press. Yogyakarta.
penelitian.

13
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

Dewi, S. R., N. Izza, D. A. dan Tinexcelly. 2009. Tabel


Agustiningrum, D. W. Indriani, Komposisi Pangan Indonesia
Y. Sugiarto, D. M. Maharani dan (TKPI). Elex Media Komputindo.
R. Yulianingsih. 2014. Pengaruh Jakarta.
Suhu Pemasakan Nira dan
Murtiningrum dan Gino N. 2011.
Kecepatan Pengadukan
Penggunaan Bahan Pengisi
Terhadap Kualitas Gula Merah
dalam Perbaikan Sifat
Tebu. Jurnal Teknologi Pertanian
Fisikokimia dan Organoleptik
Volume 15 No. 3.
Dodol Buah Merah (Pandanus
Etikawati, E. 2007. Pengaruh conoideus L.) sebagai Sumber
Perlakuan Passing, Konsentrasi -Karoten. Jurnal Agritech
Na2CO3, dan Kadar Air Volume 31 No. 1.
Terhadap Mutu Mi Basah
Poedjiadi, A dan Titin Supriyanti. 2005.
Jagung yang Dibuat dengan
Dasar-dasar Biokimia. Edisi
Ekstruder Ulir Pemasak. Tugas
Kedua. Universitas Indonesia
Akhir Departemen Ilmu dan
Press. Jakarta.
Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Prapnomo, Yogi. 2001. Pengolahan
Pertanian Bogor, Bogor. Jagung sebagai Industri Kecil.
Titian Ilmu. Bandung.
Gaspersz, Vincent. 1995. Teknik
Analisis dalam Penelitian Rahmadan, Endra. 2014. Uji Alat
Percobaan I. Tarsito. Bandung. Penggiling Tipe Flat Burr Mill
pada Komoditas Beras, Ketan
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan
Putih dan Ketan Hitam.
Beras. Gadjah Mada University
http://repository.usu.ac.id/bitstrea
Press. Yogyakarta.
m/123456789/42529/4/Chapter%
Herawati, Heny. 2011. Potensi 20II.pdf. Diakses 30 Mei 2016.
Pengembangan Produk Pati
Richana, N., Ratnaningsih dan W.
Tahan Cerna sebagai Pangan
Haliza. 2012. Teknologi
Fungsional. Jurnal Litbang
Pascapanen Jagung. Balai Besar
Pertanian Volume 30 No. 1.
Penelitian dan Pengembangan
Imanningsih, Nelis. 2012. Profil Pascapanen Pertanian. Bogor.
Gelatinisasi Beberapa
Rosyadi, E., S. B. Widjanarko dan D.
Formulasi Tepung-Tepungan
W. Ningtyas. 2014. Pembuatan
untuk Pendugaan Sifat
Lempeng Buah Lindur
Pemasakan. Penel Gizi Makan
(Bruguiera gymnorrhiza)
Volume 35 No. 1.
dengan Penambahan Tepung
Kartika, B., P. Hastuti dan W. Ubi Kayu (Manihot esculenta
Supartono. 1988. Pedoman Uji crantz). Jurnal Pangan dan
Inderawi Bahan Pangan. Agroindustri Volume 2 No. 4.
Penerbit Universitas Gadjah
Rukmana, Rahmat. 1997. Kacang
Mada. Yogyakarta.
Hijau, Budi Daya dan
Kunia, K. 2009. Yuk Makan Kudapan Pascapanen. Kanisius.
Sehat. Pusat Penelitian Yogyakarta.
Bioteknologi, ITB. Bandung.
Satuhu, S. dan Sunarmani. 2004.
Mahmud, M. K., Hermana, N. A. Membuat Aneka Dodol Buah.
Zulfianto, R. R. Apriyantono, I. Cetakan Pertama. Penebar
Ngadiarti, B. Hartati, Bernadus Swadaya. Jakarta.

14
Devy Nur Afiah (123020120)
Pengaruh Perbandingan Gula Merah dengan Sukrosa dan Perbandingan Tepung Jagung, Ubi
Jalar dengan Kacang Hijau Terhadap Karakteristik Jenang

Setiawan, Y. 2005. Pengaruh (Lactobacillus bulgaricus dan


Konsentrasi Lemak Kakao Candida kefir) dan Konsentrasi
(Cocoa Butter) dan Konsentrasi Glukosa. Tesis. Universitas
Lesitin Terhadap Mutu Produk Diponegoro. Semarang.
Cokelat Batang. Tugas Akhir
Taslim. 2015. Potensi Wisata
Jurusan Teknologi Pangan,
Makanan (Food Tourism).
Fakultas Teknik, Universitas
http://pariwisata.rejanglebongkab.
Pasundan, Bandung.
go.id/potensi-wisata-makanan-
Soekarto, S. T., C. H. Wijaya, A. food-tourism-2. Diakses 19 Juni
Sulaeman dan S. Wijandi. 1999. 2016.
Kajian Beberapa Jenis
UNDP. 2013. Laporan Studi, Kajian
Penggunaan Gula Merah untuk
Ubi Jalar dengan Pendekatan
Industri dan Pengolahan
Rantai Nilai dan Iklim Usaha di
Pangan Di Indonesia. Buletin
Kabupaten Jayawijaya.
Penelitian Ilmu dan dan
Teknologi Pangan Volume 4 No. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan
1. dan Gizi. Edisi Sebelas.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI
01-2986-1992. Dodol. Badan
Standardisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI
01-3727-1995. Tepung Jagung.
Badan Standardisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI
01-2986-2013. Dodol Beras
Ketan. Badan Standardisasi
Nasional.
Suarni, I. U. Firmansyah dan M. Aqil.
2013. Keragaman Mutu Pati
Beberapa Varietas Jagung.
Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan Volume 32 No.
1.
Suarni, Tj. Harlim, A. Upe dan Abd R.
Patong. 2007. Pengaruh
Modifikasi Enzimatik (-
amilase) Terhadap Viskositas
dan Komposisi Karbohidrat
Tepung Jagung. Indonesian
Journal of Chemistry Volume 7
No. 1.
Supriyono, T. 2008. Kandungan Beta
Karoten, Polifenol Total, dan
Aktivitas Merantas Radikal
Bebas Kefir Susu Kacang
Hijau (Vigna radiata) oleh
Pengaruh Jumlah Starter

15

Anda mungkin juga menyukai