Anda di halaman 1dari 3

Skip to content

Home
About Us
Contact

Mengapa Hidrolisis ATP Menghasilkan


Energi Bebas Tinggi?
Posted on April 1, 2014 by belajarbiokimia

Gambar 1: Hidrolisis ATP

Reaksi-reaksi metabolisme yang terjadi di dalam tubuh dapat berlangsung secara


eksergonik maupun endergonik. Reaksi eksergonik adalah reaksi yang menghasilkan
energi bebas Gibbs, yaitu energi yang dapat digunakan untuk melakukan kerja pada
temperatur dan tekanan tetap. Reaksi eksergonik menyebabkan energi bebas molekul
pereaksi menjadi turun, karena energi bebasnya dibebaskan pada saat reaksi. Oleh
karena itu, energi bebas produk menjadi lebih rendah dibanding energi bebas pereaksi.
Semakin rendah energi bebas suatu zat, maka zat tersebut semakin stabil. Pada reaksi
eksorgenik, dihasilkan produk yang lebih stabil dibanding pereaksi. Hal sebaliknya
terjadi pada reaksi endorgenik yang membutuhkan energi bebas agar reaksi dapat
terjadi. Energi bebas sistem meningkat sehingga produk menjadi kurang stabil
dibanding pereaksi.
Reaksi eksergonik menghasilkan energi bebas yang kemudian digunakan untuk
melaksanakan reaksi endergonik. Reaksi katabolisme seperti reaksi-reaksi pada jalur
glikolisis (penguraian glukosa menjadi asam piruvat) yang merupakan reaksi
eksergonik, menghasilkan energi bebas. Energi bebas yang dihasilkan digunakan untuk
melakukan reaksi endergonik, yaitu reaksi anabolisme seperti reaksi-reaksi pada jalur
glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari asam piruvat).

Energi bebas yang dihasilkan oleh reaksi eksergonik dapat digunakan dalam reaksi
endergonik karena disimpan dalam bentuk senyawa perantara berenergi tinggi. Senyawa
perantara paling umum yang digunakan oleh tubuh adalah adenin trifosfat (ATP).
Energi bebas yang dihasilkan oleh reaksi eksergonik digunakan untuk membentuk ATP
dari adenin difosfat (ADP) dan fosfat anorganik (Pi). Sebaliknya, reaksi endergonik
memperoleh energi bebas dari hidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi.

Reaksi hidrolisis ATP merupakan reaksi yang menghasilkan energi bebas yang
dibutuhkan untuk melakukan reaksi endergonik. Untuk itu, reaksi hidrolisis ATP harus
menghasilkan energi bebas yang mencukupi bagi sebagian besar reaksi endergonik yang
terjadi di dalam tubuh. Energi bebas yang dihasilkan oleh hidrolisis ATP sebesar 30,5
kJ/mol pada keadaan standar dengan konsentrasi ATP, ADP, dan Pi sebesar 1,0 M.
Akan tetapi, pada kenyataannya konsentrasi ATP, ADP, dan Pi dalam sel jauh lebih
rendah dari 1,0 M. Oleh karena itu, hidrolisis ATP pada konsentrasi sesuai dengan
kondisi sel menghasilkan energi yang lebih besar, yaitu antara 50-65 kJ/mol.

Secara kimia, ada beberapa alasan yang menyebabkan hidrolisis ATP dapat
menghasilkan energi bebas yang tinggi yang dirangkum dalam Gambar 1. Alasan
pertama, adanya ketidakstabilan struktur ATP karena terdapat tolakan antar 4 ion
negatif yang terdapat pada struktur tersebut. Hidrolisis menyebabkan ikatan
fosfoanhidrida ujung pada molekul ATP terputus dan memisahkan satu dari tiga muatan
negatif yang terdapat pada fosfat, sehingga dapat mengurangi tegangan akibat tolakan
molekul negatif tersebut. Alasan kedua, Pi yang terbentuk distabilkan oleh resonansi.
Adanya struktur resonansi menyebabkan suatu molekul menjadi lebih stabil sehingga
energi bebasnya menjadi rendah. Alasan ketiga, adanya aksi massa yang menggeser
kesetimbangan ke arah produk hidrolisis. Hidrolisis ATP menghasilkan ADP yang
terionisasi secara langsung. ph tubuh berada pada kisaran 7, berarti konsentrasi H+
hanya sekitar 10-7 M. Konsentrasi H+ tersebut sangat rendah dibandingkan konsentrasi
ATP dan ADP pada tubuh yang berada pada kisaran 10-3 M. Hal tersebut menyebabkan
reaksi akan bergeser ke arah produk hidrolisis. Alasan keempat, derajat solvasi produk
hidrolisis, yaitu Pi dan ADP lebih tinggi dibandingkan pereaksi yakni ATP. Hal tersebut
lebih lanjut dapat meningkatkan kestabilan produk.

Hidrolisis ATP bersifat eksorgenik sehingga dapat digunakan bagi kebanyakan reaksi di
dalam tubuh sebagai sumber energi bebas. Akan tetapi, reaksi ini juga merupakan reaksi
yang lembam secara kinetik. Reaksinya berjalan sangat lambat (dapat dikatakan tidak
terjadi) tanpa adanya bantuan enzim sebagai katalis. Dalam setiap reaksi hidrolisis ATP,
diperlukan jenis enzim kinase tertentu. Dengan demikian, hidrolisis ATP dapat diatur
kecepatannya sesuai dengan kebutuhan tubuh makhluk hidup. LUAR BIASA.

Anda mungkin juga menyukai