2762 - Artikel Haikal Hazmi Last
2762 - Artikel Haikal Hazmi Last
ABSTRAK
1
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
ABSTRACT
Identification of student mistakes useful to know how the mistakes of the student, especially in
terms of completing the test given by the teacher. The purpose of this study was to (1) Determine the
completeness of the results of the test class X SMA Negeri 4 Palangkaraya in completing the test
description of the objective, (2) Describe the major mistakes made by students in completing the test
description of the objective, and (3) Describe the factors that cause students made a mistake in
completing an objective description of the test on the material Straight Motion with Constant Velocity
and Acceleration.
This research is a descriptive research. The study population was the whole class X SMAN 4
Palangkaraya academic year 2016/2017 which amounted to 6 classes with the number of students
amounted to 219 people. The number of samples taken in this study as a class. Sampling was
conducted with a random sampling that is by lottery. The sample in this study is a class X-3 with the
number of students 42 people. The instrument used in this study is the achievement test in the form of
an objective narrative form, questionnaire and interview guidelines. The validity of the content using
content validity coefficient and trials conducted on achievement test. The trial results obtained by one
about the fall and nine questions used as a research instrument with reliability value of 0.79.
Based on the analysis, it can be concluded that: (1) the individual mastery of the 40 students
who took the tests (2 do not take the test) gained 10 students completed and 30 students did not
complete. Traditionally not complete because it acquired 25% of students who completed and did not
reach the standards set classical completeness is 85%. (2) The percentage of mistakes made by
students in solving the material Straight Motion with Constant Velocity and Acceleration is (a) a
mistake to write the formula of 46.39%, (b) fault convert units amounted to 52.36%, (c) error opersai
count of 55.56%, and (d) a mistake to write the final answer amounted to 60.69%. (3) Factors that
cause errors in completing the test an objective description of internal factors in the aspect of
intelligence by 59% with less category, aspects of motivation of 67% with enough categories; external
factors on aspects of the use of props by teachers by 59% with less category and the support of
classmates by 60% with enough categories; as well as strategic factors of student learning outside of
school by 57% with less category.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan di alam yang memperlajari
tentang segala sesuatu gejala alam pada suatu benda yang tidak hidup atau materi di alam
semesta ini.Fisika merupakan ilmu yang berkaitan erat dengan perkembangan teknologi dan
pembangunan.Menurut ensiklopedi Islam dalam Hamdani (2011: 56), Fisika adalah ilmu
pengetahuan yang membahas materi, energi, dan interaksinya.Fisika juga merupakan materi
pelajaran yang membutuhkan kemampuan penalaran.Siswa tidak hanya sekedar menghafal
rumus dan pengertian dasar tetapi juga menerapkan rumus dari konsep yang telah dipahami
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.Wakhidah dkk.(2007: 151) menyatakan bahwa
salah satu cabang ilmu alam yang menarik adalah Fisika yang di dalamnya dapat mempelajari
dan menjelaskan fenomena alam, bahkan mengagumi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
melalui ilmu Fisika.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah
ilmu pengetahuan yang membahas tentang alam semesta yang menunjang kemajuan
teknologi dan pembangunan.
Fisika adalah salah satu mata pelajaran tersendiri di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Siswa SMA dianggap cukup matang dalam memahami dan mempelajari pelajaran Fisika
lebih lengkap dan komplek, sehingga seharusnya siswa dapat mengerjakan soal-soal Fisika
dengan bekal yang sudah didapat di masa Sekolah Menengah Pertama. Tujuan pembelajaran
Fisika di SMA adalah siswa diharapkan mampu menguasai konsep dan prinsip Fisika serta
mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal
2
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Permendikbud No. 59 Tahun 2014). Ausubel dalam Ibrahim
(2012: 3) menjelaskan bahwa konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi,
atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas yang mewakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda
atau simbol.Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku bagi sekelompok gejala tertentu
yang mampu menjelaskan suatu kejadian (Sari, 2009: 2).
Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 Pasal 3 ayat 1 tentang penilaian hasil belajar oleh
pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah,
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar siswa
secara berkesinambungan. Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya (Djemari Mardapi, 2012: 4). Arifin (2014: 9) menyatakan evaluasi pembelajaran
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam
rangka pengendalian, penjaminan, penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap
berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Tingkat
keberhasilan siswa dalam penguasaan materi Fisika dapat diketahui dengan hasil jawaban tes
siswa. Pelajaran Fisika menuntut siswa mampu menyelesaikan soal-soal uraian objektif
dengan langkah-langkah dan jawaban yang tepat. Soal diselesaikan melalui suatu prosedur
atau langkah-langkah tertentu, sehingga tes uraian objektif harus dijawab dengan sebenar-
benarnya tanpa adanya hasil karangan jawaban siswa. Soal uraian objektif penyelesaiannya
dilakukan melalui prosedur atau langkah-langkah tertentu dan jawabannya sudah pasti
(Djemari Mardapi, 2012: 121).
Pembelajaran Fisika di kelas X, terdapat materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan
Percepatan Konstan yang merupakan salah satu materi yang dipelajari di semester ganjil.
Hasil wawancara dengan guru Fisika yang mengajar di SMA Negeri 4 Palangka Raya,
banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
telah ditetapkan sekolah yaitu 70,00 tertutama pada materi Gerak Lurus dengan kecepatan
dan percepatan konstan. Ketuntasan belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipersyaratkan (Permendikbud No. 59 tahun
2014: 937). Rendahnya tingkat penguasaan materi terlihat dari hasil ulangan tengah semester
siswa kelas X semester I pada tahun ajaran 2015/2016 terdapat dalam Tabel 1:
Rendahnya nilai yang diperoleh siswa disebabkan karena banyaknya kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes. Siswa sering melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal-soal Fisika. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru Fisika di SMA Negeri 4 Palangka Raya bahwa kesalahan yang sering dilakukan
siswa dalam mengerjakan soal uraian diantaranya yaitu siswa masih bingung dengan rumus
yang akan digunakan, kesalahan perhitungan, dan tidak tahu simbol-simbol dalam istilah
Fisika. Lerner (1981) dalam Sari et al (2013) menyatakan beberapa kekeliruan umum yang
dilakukan anak adalah kekurangan pemahaman tentang simbol, perhitungan, penggunaan
proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca.
Siswa mendapatkan nilai rendah diakibatkan karena beberapa faktor penyebab dalam
proses pembelajarannya maupun saat penilaian. Irham dan Wiyani (2014: 254) menyatakan
kesulitan belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidak
3
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang
disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga siswa terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai
tujuan belajar. Muhibbin Syah (2014: 170) membagi faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar menjadi dua macam yaitu (1) faktor intern siswa dan (2) faktor ekstern
siswa. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 4 Palangka Raya, sarana dan prasarana di
sekolah sudah cukup memadai untuk menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Alat-alat di ruang laboratorium cukup lengkap dan baik, tetapi belum digunakan maksimal
untuk praktikum. Referensi atau buku tentang materi Fisika yang digunakan siswa tidak
terlalu banyak. Laboratorium maupun referensi yang ada sudah cukup baik, namun siswa
masih banyak yang tidak mampu menguasai pelajaran, sehingga pada proses akhir
pembelajaran banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes yang
diberikan guru.
Identifikasi kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal perlu dilakukan,
agar dapat diketahui kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan tes bentuk uraian objektif. Informasi dari identifikasi kesalahan siswa dalam
menyelesaikan butir tes uraian objektif digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran.
Aspek yang sesuai dengan bentuk tes uraian objektif adalah aspek kemampuan kognitif
tingkat penerapan (C3). Aspek C3 pada tujuan pembelajaran dapat mengukur kemampuan
siswa untuk menerapkan materi yang diajarkan dalam bentuk menyelesaikan soal-soal Fisika
yang berbentuk uraian objektif. Pembelajaran yang lebih optimal perlu diterapkan untuk
mengurangi tingkat kesalahan saat menyelesaikan soal setelah diketahui jenis kesalahan yang
dominan. Guru sebaiknya menggunakan media maupun model pembelajaran yang beragaram
serta memberikan lebih banyak contoh penyelesaian soal-soal bentuk uraian objektif.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai
kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan butir uraian objektif dalam
penelitian yang berjudul Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Tes Uraian
Objektif pada Materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan di Kelas X
SMA Negeri 4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017
4
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
2. Mendeskripsikan besar kesalahan yang dilakukan siswa tiap jenis dalam menyelesaikan
tes uraian objektif di kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan.
3. Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan siswa kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman (Muhibbin Syah,
2014: 88). Slameto dalam Djamarah (2008: 13) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai hasil dari latihan maupun
pengalaman individu untuk memperoleh suatu perubahan yang lebih baik dan bermanfaat
bagi kehidupan maupun lingkungannya.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Muhibbin Syah (2014: 129) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran (Muhibbin Syah, 2014: 129).
5
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
interaksi belajar mengajar dan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan baik
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan perubahan tingkah laku.Hasil
belajar dapat meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Penelitian ini memfokuskan pada penilaian hasil belajar menggunakan instrumen berupa
tes uraian objektif, dan hanya memuat aspek penerapan atau aplikasi (C3). Guru yang
mengajar bukanlah peneliti, hal ini dilakukan karena peneliti hanya ingin mengetahui jenis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada gerak lurus dengan kecepatan
dan percepatan konstan dan faktor penyebab siswa melakukan kesalahan. Hasil analisis akan
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan bagi guru maupun siswa nantinya agar
proses belajar dan hasil belajar siswa akan maksimal. Penilaian dilakukan oleh peneliti
6
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
dengan pedoman yang sudah dibuat sebelumnya agar tidak ada kekeliruan dan hasil yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2.2 Tes
2.2.1 Pengertian Tes
Djemari Mardapi (2008: 67) menyatakan tes merupakan salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang
terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh
siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian
dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut (Purwanto, 2009: 66).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tes merupakan salah satu alat
ukur untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang atau terhadap materi yang telah
diajarkan oleh guru dengan cara memberikan respon terhadap pertanyaan yang telah dibuat
baik lisan maupun non-lisan.
2.2.2 Fungsi Tes
Tes memiliki fungsi dan tujuan penting untuk mengetahui pencapaian belajar atau
kompetensi yang telah dicapai siswa untuk bidang tertentu (Djemari Mardapi, 2012: 108).
Menurut Rasyid dan Mansur (2007: 164) menyatakan bahwa Tujuan tes yaitu untuk:
1) engetahui tingkat kemampuan siswa, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, 4) mengetahui hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil
belajar, 6) mengetahui pencapaian kurikulum, 7) mendorong siswa belajar, dan 8) mendorong
pendidik mengajar yang lebih baik dan siswa belajar lebih baik.
Sudijono (2011: 47) menyatakan bahwa secara umum ada dua macam fungsi yang
dimiliki oleh tes, yaitu:
1. Sebagai alat pengukur perkembangan terhadap siswa.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
2.2.3 Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu tes
objektif dan tes non objektif.Tes yang objektif adalah tes yang system penskorannya objektif,
sedangkan tes non objektif adalah tes yang system penskorannya dipengaruhi subjektivitas
pemberi skor (Djemari Mardapi, 2012: 109). Djemari Mardapi (2008: 71) menyatakan bentuk
tes objektif yang sering digunakan adalah:
1. Bentuk benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah pernyataan yang bernilai
benar dan salah.
2. Bentuk Pilihan ganda
Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih
alternatif jawaban yang telah disediakan.
3. Bentuk Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari satu premis, suatu daftar
kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis
itu dengan satu kemungkinan jawaban.
4. Bentuk Uraian Objektif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang matematika dansains,
karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau
langkah-langkah tertentu, setiap langkah ada skornya.
7
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
Diketahui : v1 = 18 m/s
v2 = -32 m/s
t = 0,2 menit
Ditanya : =?
Penyelesaian :
2 1
=
A. Kesalahan rumus 1
(32) 18
=
B. Kesalahan konversi satuan 12 1
50
=
C. Kesalahan operasi hitung 12 1
Sistem penskoran pada soal bentuk uraian objektif maupun bentuk pilihan ganda diubah
dalam skala 100. Penilaian berdasarkan acuan norma dinyatakan dalam distribusi normal
dibandingkan dengan kelompoknya. Penilaian dengan acuan kriteria yang ingin dicapai,
hasilnya hanya dua kategori sudah mencapai atau belum mencapai (Djemari Mardapi, 2012:
175). Kategori sudah mencapai apabila siswa sudah mampu mendapatkan skor pada kriteria
minimal atau diatasnya, sebaliknya kategori belum mencapai apabila siswa belum bisa
mencapai atau mendapat skor pada skor minimal ketuntasan.
8
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
9
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif diartikan sebagai
suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa secara
sistematis sesuai dengan apa adanya (Dantes, 2012: 51). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017
sebanyak 6 kelas MIA. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak satu kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yaitu dengan cara undian. Setelah
dilakukan pengundian secara acak didapat sampel penelitian kelas X-3 dengan jumlah siswa
42 orang.
10
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
nilai 0, karena rumus merupakan kunci awal untuk menyelesaikan tes yang telah dibuat.
Bentuk pertanyaan wawancara pada penelitian ini merupakan bentuk pertanyaan
semiterstruktur.
11
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
2) Menjumlahkan skor yang diperoleh siswa untuk hasil pengisian kuesioner. Skor
maksimum setiap butir soal adalah 5 baik itu berupa pernyataan positif maupun
pernyataan negatif. Untuk menghitung persentase faktor penyebab kesalahan siswa
dalam menyelesaikan tes uraian objektif digunakan rumus (adaptasi Ngalim Purwanto,
2009):
=
100%... (4)
3) Memberikan kategori pengaruh faktor-faktor dengan melihat jumlah skor hasil yang
diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner dengan kriteria sebagai berikut (Adaptasi
Widoyoko, 2013: 242):
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa ketuntasan hasil tes secara individu setelah selesai
pembelajaran pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan di kelas X-3
12
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
terdapat 10 siswa tuntas dan 30 siswa tidak tuntas. Kategori tersebut sesuai dengan syarat
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70%.
Berdasarkan hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal, faktor yang mempengaruhi
ketuntasan hasil tes kognitif pada 10 siswa yang tuntas adalah sebagai berikut:
1. Siswa mampu menuliskan rumus dengan benar.
2. Siswa mampu mengkonversi satuan dengan benar.
3. Siswa menyelesaikan perhitungan dengan benar.
4. Siswa menuliskan jawaban akhir dengan benar.
Berdasarkan hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal, faktor yang menyebabkan 30
siswa tidak tuntas hasil tesnyaadalah sebagai berikut:
1. Siswa tidak bisa menuliskan yang diketahui, ditanyakan dalam soal.
2. Siswa tidak mampu mengkonversi satuan dengan benar.
3. Siswa asal menuliskan rumus.
4. Siswa tidak menyelesaikan jawaban hingga akhir.
Ketuntasan klasikal setelah pembelajaran selesai secara sederhana disajikan pada
Gambar 2.
25%
75%
Gambar 2 menunjukkan persentase ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar 25% artinya
hasil tes pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan masih belum
tuntas secara klasikal. Ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%. Persentase
ketuntasan klasikal yang rendah atau tidak tuntas dikarenakan siswa tidak bisa menuliskan
yang diketahui, ditanyakan dalam soal, tidak mampu mengkonversi satuan dengan benar, asal
menuliskan rumus, tidak menyelesaikan jawaban hingga akhir.
4.2 Persentase Tiap Jenis Kesalahan dalam Menyelesaikan Tes Uraian Objektif
4.2.1 Kesalahan dalam Menuliskan Rumus
Kesalahan menuliskan rumus dapat dilihat dari jawaban siswa dalam menuliskan rumus
yang tepat untuk menyelesaikan soal. Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa pada jenis
kesalahan menuliskan rumus secara keseluruhan diperoleh rata-rata persentasekesalahan
siswa sebesar 46,39%. Persentase tersebut membuktikan bahwa siswa yang mengalami
kesalahan menuliskan rumus yang tepat dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi
gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan cukup besar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih keliru dalam menuliskan rumus pada soal
tes yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, persentase kesalahan
rumus dalam menyelesaikan soal pada masing-masing butir soal disajikan dalam Gambar 3:
13
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
PK (%)
100 85
80
57.5 60
60 45 48.75
33.75 37.5 35
40
15
20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 3. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Menuliskan Rumus
Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase kesalahan menuliskan rumus lebih dari 50%
terletak pada butir soal nomor 1, 2, dan 4 sedangkan pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7, 8 dan 9
siswa melakukan kesalahan dibawah 50%. Siswa paling banyak melakukan kesalahan
menuliskan rumus pada butir soal nomor 1 sedangkan siswa paling sedikit melakukan
kesalahan pada butir soal nomor 9.
Butir soal nomor 1 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi perpindahan
pada gerak lurus. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 1 siswa yang menuliskan rumus
dengan tepat dan ada 10 siswa yang menuliskan hanya satu langkah rumus, seharusnya ada
dua langkah penulisan rumus yang harusnya dilakukan. Butir soal nomor 9 menyajikan
masalah yang berhubungan dengan materi konsep gerak lurus berubah beraturan pada gerak
vertikal ke atas. Hasil analisis jawaban siswa didapat 34 siswa yang menuliskan rumus
dengan tepat. Sebagian besar siswa mampu menuliskan rumus yang digunakan dikarenakan
materi tersebut baru diajarkan sehingga siswa masih bisa mengingat dan paham cara
menyelesaikan soal.
4.2.2 Kesalahan dalam Mengkonversi Satuan
Hasil analisis jawaban siswa pada jenis kesalahan mengkonversi satuan secara
keseluruhan diperoleh rata-rata persentase kesalahan siswa sebesar 52,36%. Hasil tersebut
menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesalahan melakukan konversi satuan
atau telah mengalami kesalahan pada langkah sebelumnya, sehingga tidak dapat
menyelesaikan tes dengan benar. Persentase kesalahan yang dialami setiap siswa pada jenis
kesalahan mengkonversi satuan secara sederhana disajikan pada Gambar 4.
PK (%)
100
78.75
80 72.5
57.5 60 52.5
60 48.75 47.5
40 27.5 26.25
20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 4. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Mengkonversi Satuan
14
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
Butir soal nomor 8 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi gerak vertikal
ke bawah. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 7 siswa yang mengkonversi satuan
dengan benar dan ada 3 siswa yang menuliskan hanya satu langkah dalam mengkonversi
satuan. Selain itu 30 siswa salah dalam mengkonversi satuan ataupun sudah salah dalam
langkah sebelumnya. Sebagian besar siswa mampu mengkonversi satuan dikarenakan materi
tersebut baru diajarkan sehingga siswa masih bisa mengingat dan sebagian siswa hanya
mampu mengkonversi satuan waktu karena sering digunakan dalam keseharian.
4.2.3 Kesalahan dalam Operasi Hitung
Hasil analisis jawaban siswa pada jenis kesalahan operasi hitung secara keseluruhan
diperoleh rata-rata persentase kesalahan siswa sebesar 55,56%. Hasil tersebut menunjukkan
cukup banyak siswa yang kurang teliti saat melakukan operasi hitung atau tidak bisa dalam
operasi hitungnya atau telah mengalami kesalahan pada langkah sebelumnya, sehingga tidak
dapat menyelesaikan tes. Persentase Kesalahan pada jenis kesalahan operasi hitung secara
sederhana disajikan pada Gambar 5.
PK (%)
100
83.75
77.5
80
57.5 62.5 55
60
43.75 47.5 40
40 32.5
20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 5. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Operasi Hitung
Gambar 5 menunjukkan bahwa persentase kesalahan siswa dalam operasi hitung lebih
dari 50% terletak pada butir soal nomor 1, 2, 3, 7 dan 8 sedangkan pada nomor 4, 5, 6 dan 9
siswa melakukan kesalahan di bawah 50%. Siswa paling banyak melakukan kesalahan
operasi hitung pada butir soal nomor 8 sedangkan siswa paling sedikit melakukan kesalahan
pada butir soal nomor 6.
Butir soal nomor 8 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi gerak vertikal
ke bawah. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 6 siswa yang melakukan operasi hitung
dengan benar dan ada 1 siswa yang menuliskan hanya satu langkah dalam melakukan operasi
hitung. Butir soal nomor 6 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi tentang
menentukan jarak benda pada gerak lurus beraturan berdasarkan grafik. Hasil analisis
jawaban siswa didapat 27 siswa yang melakukan operasi hitung dengan benar dan ada 13
siswa salah dalam melakukan operasi hitung ataupun sudah salah dalam langkah sebelumnya.
4.2.4 Kesalahan dalam Menuliskan Jawaban Akhir
Hasil analisis jawaban siswa pada jenis kesalahan menuliskan jawaban akhir secara
keseluruhan diperoleh rata-rata persentase kesalahan siswa sebesar 60,69%. Persentase
Kesalahan yang dialami setiap siswa secara sederhana disajikan pada Gambar 6.
15
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
PK (%)
100 91.25
80
80 67.5 65
57.5 53.75 57.5
60
45
40 28.75
20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
satu langkah, sedangkan dalam pedoman penskoran dibuat dua langkah dalam menuliskan
rumus, sehingga ia bisa melanjutkan langkah berikutnya dengan benar.
Pada butir soal nomor 4, persentase kesalahan menuliskan rumus lebih besar dari pada
persentase kesalahan mengkonversi satuan. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa ada
yang menuliskan rumus tetapi hanya satu langkah, sedangkan dalam pedoman penskoran
dibuat 3 langkah dalam menuliskan rumus yang terbagi menjadi 2 poin jawaban sehingga ia
bisa melanjutkan langkah berikutnya dengan benar.
Pada butir soal nomor 6, persentase kesalahan menuliskan rumus lebih besar dari pada
persentase kesalahan mengkonversi satuan. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa ada
yang menuliskan rumus tetapi hanya satu langkah, sedangkan dalam pedoman penskoran
dibuat 2 langkah dalam menuliskan rumus sehingga ia bisa melanjutkan langkah berikutnya
dengan benar. Selain itu, pada soal nomor 6, persentase kesalahan konversi satuan lebih besar
dari pada operasi hitung. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang salah dalam mengkonversi
satuan dapat melakukan operasi hitung yang benar.
Pada butir soal nomor 9, persentase kesalahan operasi hitung lebih besar dari pada
persentase kesalahan jawaban akhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa salah
dalam melakukan operai hitung namun benar jawaban akhirnya. Pada butir soal nomor 2,
persentase kesalahan siswa pada tiap jenis kesalahan adalah sama yaitu sebesar 57,50%. Hasil
analisis terlihat siswa yang mampu menuliskan rumus dengan benar mampu pula untuk
melanjutkan langkah yang lain hingga jawaban akhir. Pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7 dan 8
siswa banyak salah dalam menuliskan jawaban akhir. Siswa sudah mampu menuliskan rumus
dengan benar, tetapi untuk langkah selanjutnya yaitu konversi satuan siswa salah dalam
menepatkan nilai dari simbol-simbol yang telah diketahui.
Persentase kesalahan siswa pada jenis kesalahan menuliskan jawaban akhir adalah paling
besar yang disebabkan karena telah mengalami kesalahan pada langkah sebelumnya, baik itu
menuliskan atau menggunakan rumus yang salah, mengkonversi satuan maupun operasi
hitung yang salah. Beberapa hal tersebut membuat siswa tidak dapat meneruskan langkah-
langkah dalam menyelesaikan tes.
17
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
Skor (%)
100 97 93 90 86
85 90 85
79 81 77 78 77
80 74 72 75 72
67 67
59 59 60 57
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Indikator
Berdasarkan Gambar 8 pada faktor internal pada aspek tonus jasmani diperoleh nilai
sebesar 85% dengan kategori sangat baik, hal tersebut dapat dikatakan kondisi kesehatan
siswa saat pembelajaran dalam kondisi sangat baik. Sedangkan pada intelegensi siswa
diperoleh nilai sebesar 59% dengan kategori kurang, hal ini menunjukkan kecakapan siswa
dalam pembelajaran masih kurang. Pada aspek motivasi diperoleh nilai sebesar 67% dengan
18
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
kategori cukup. Motivasi siswa yang belum baik dapat mempengaruhi intelegensi siswa
dalam pembelajaran.
Pada faktor eksternal juga terdapat beberapa indikator yang dapat mengidentifikasi
penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif. Aspek guru
pada indikator penggunaan alat peraga diperoleh nilai sebesar 59% dengan kategori kurang
yang memperlihatkan bahwa guru masih belum menggunakan alat peraga sebagai media
pembelajaran secara maksimal. Media dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai alat
untuk membangkitkan minat dan motivasi kegiatan pembelajaran. Aspek dukungan teman di
kelas diperoleh nilai sebesar 60% dengan kategori cukup. Teman di kelas dapat membantu
proses belajar dengan baik dapat berupa kerja sama dan motivasi. Pada faktor pendekatan
belajar diluar jam pembelajaran di sekolah diperoleh nilai sebesar 57% dengan kategori
kurang, hal ini menunjukkan cara belajar siswa di luar sekolah belum cukup optimal atau
hanya belajar ketika ada tugas atau hendak ujian.
4.3.2 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan siswa
melakukan kesalahan adalah pada faktor internal siswa dimana siswa tidak tau cara apa yang
digunakan maupun rumus yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan soal,
menganggap soal yang diberikan susah dan tidak suka dengan pelajaran fisika karena harus
menghafal banyak rumus. Pada faktor eksternal ada sebagian siswa yang memiliki masalah
dalam keluarganya seperti dengan saudara sendiri sehingga sulit fokus belajar dan kondisi
teman sekelas yang sering ribut serta mengganggu saat pembelajaran berlangsung. Pada
faktor pendekatan belajar diketahui banyak siswa yang jarang belajar di luar jam sekolah
sehingga hal itu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa yang diperoleh dari menyelesaikan
tes yang diberikan.
19
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang mengacu pada tujuan penelitian yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ketuntasan hasil belajar siswa pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan
konstan diperoleh ketuntasan individu dari 40 siswa yang mengikuti tes (2 tidak ikut tes)
diperoleh 10 siswa tuntas dan 30 siswa tidak tuntas. Hasil belajar siswa secara klasikal
tidak tuntas karena hanya diperoleh 25% siswa yang tuntas dan tidak mencapai standar
ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85%.
2. Persentase kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi gerak
lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan adalah:
a. Kesalahan menuliskan rumus sebesar 46,39%.
b. Kesalahan mengkonversi satuan sebesar 52,36%.
c. Kesalahan melakukan operasi hitung sebesar 55,56%.
d. Kesalahan menuliskan jawaban akhir dengan benar sebesar 60,69%.
3. Faktor penyebab kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif faktor internal pada
aspek intelegensi sebesar 59% dengan kategori kurang, aspek motivasi sebesar 67%
dengan kategori cukup; faktor eksternal pada aspek penggunaan alat peraga oleh guru
sebesar 59% dengan kategori kurang dan dukungan teman sekelas sebesar 60% dengan
kategori cukup; serta faktor strategi belajar siswa di luar sekolah sebesar 57% dengan
kategori kurang.
7. REFERENSI
Ardinna, Eva. (2014). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Mata
Pelajaran IPA Pada Materi Getaran dan Gelombang Di Kelas VIII SMPN 6
Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014.Skripsi tidak diterbitkan. Palangka Raya.
Universitas Palangka Raya.
Arifin, Zainal. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dantes, Nyoman. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani.(2011). Filsafat Sains. Bandung: Pustaka Setia.
Ibrahim, Muslimin. (2012). Konsep, Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya. Surabaya:
Unesa University Press.
Irham, Muhammad & Novan Ardy Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Jufri, A. Wahab. (2013). Belajar dan Pembelajaran SAINS. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.
Mardapi, Djemari. (2012). Pengukuran Penilaian dan Evauasi Pendidikan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Permendikbud No. 59 Lampiran III.(2014). Tentang Karakteristik Mata Pelajaran
Fisika.Kementrian Pendidikan Nasional.
Permendikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan No. 53 Tentang Penilaian Hasil
Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan
20
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya
21