Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN TES


URAIAN OBJEKTIF PADA MATERI GERAK LURUS DENGAN
KECEPATAN DAN PERCEPATAN KONSTAN DI KELAS X
SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Haikal Hazmi1), Drs. H. Suhartono, M.Si2), Dr. Enny Wijayanti, M.Pd3)
1
Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Palangka Raya
1
email: haikalhazmi21@gmail.com
2, 3
Dosen Prodi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Palangka Raya
Jl. Hendrik Timang Kampus Tunjung Nyaho, Palangka Raya-Kalteng

ABSTRAK

Identifikasi kesalahan siswa berguna untuk mengetahui bagaimana kesalahan-kesalahan yang


dilakukan siswa terutama dalam hal menyelesaikan tes yang diberikan oleh guru. Tujuan penelitian
ini adalah untuk (1) Mengetahui ketuntasan hasil tes siswa kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya
dalam menyelesaikan tes uraian objektif, (2) Mendeskripsikan besar kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan tes uraian objektif, dan (3) Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan siswa
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus dengan
Kecepatan dan Percepatan Konstan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh kelas X SMA
Negeri 4 Palangka Raya tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 6 kelas dengan jumlah siswa
sebesar 219 orang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak satu kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yaitu dengan cara undian. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas X-3 dengan jumlah siswa 42 orang. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa bentuk uraian objektif, kuesioner, dan pedoman
wawancara. Validitas isi menggunakan content validity coefficient dan uji coba dilakukan pada
instrumen tes hasil belajar. Hasil uji coba diperoleh 1 soal yang gugur dan 9 soal yang digunakan
sebagai instrumen penelitian dengan nilai reliabilitas sebesar 0,79.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa: (1) ketuntasan individu dari 40
siswa yang mengikuti tes (2 tidak ikut tes) diperoleh 10 siswa tuntas dan 30 siswa tidak tuntas. Secara
klasikal tidak tuntas karena diperoleh 25% siswa yang tuntas dan tidak mencapai standar ketuntasan
klasikal yang ditetapkan yaitu 85%. (2) Persentase kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal pada materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan adalah (a)
kesalahan menuliskan rumus sebesar 46,39%, (b) kesalahan mengkonversi satuan sebesar 52,36%,
(c) kesalahan opersai hitung sebesar 55,56%, dan (d) kesalahan menuliskan jawaban akhir sebesar
60,69%. (3) Faktor penyebab kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif faktor internal pada
aspek intelegensi sebesar 59% dengan kategori kurang, aspek motivasi sebesar 67% dengan kategori
cukup; faktor eksternal pada aspek penggunaan alat peraga oleh guru sebesar 59% dengan kategori
kurang dan dukungan teman sekelas sebesar 60% dengan kategori cukup; serta faktor strategi
belajar siswa di luar sekolah sebesar 57% dengan kategori kurang.

Kata Kunci: identifikasi kesalahan, tes uraian objektif, gerak lurus

1
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

ABSTRACT

Identification of student mistakes useful to know how the mistakes of the student, especially in
terms of completing the test given by the teacher. The purpose of this study was to (1) Determine the
completeness of the results of the test class X SMA Negeri 4 Palangkaraya in completing the test
description of the objective, (2) Describe the major mistakes made by students in completing the test
description of the objective, and (3) Describe the factors that cause students made a mistake in
completing an objective description of the test on the material Straight Motion with Constant Velocity
and Acceleration.
This research is a descriptive research. The study population was the whole class X SMAN 4
Palangkaraya academic year 2016/2017 which amounted to 6 classes with the number of students
amounted to 219 people. The number of samples taken in this study as a class. Sampling was
conducted with a random sampling that is by lottery. The sample in this study is a class X-3 with the
number of students 42 people. The instrument used in this study is the achievement test in the form of
an objective narrative form, questionnaire and interview guidelines. The validity of the content using
content validity coefficient and trials conducted on achievement test. The trial results obtained by one
about the fall and nine questions used as a research instrument with reliability value of 0.79.
Based on the analysis, it can be concluded that: (1) the individual mastery of the 40 students
who took the tests (2 do not take the test) gained 10 students completed and 30 students did not
complete. Traditionally not complete because it acquired 25% of students who completed and did not
reach the standards set classical completeness is 85%. (2) The percentage of mistakes made by
students in solving the material Straight Motion with Constant Velocity and Acceleration is (a) a
mistake to write the formula of 46.39%, (b) fault convert units amounted to 52.36%, (c) error opersai
count of 55.56%, and (d) a mistake to write the final answer amounted to 60.69%. (3) Factors that
cause errors in completing the test an objective description of internal factors in the aspect of
intelligence by 59% with less category, aspects of motivation of 67% with enough categories; external
factors on aspects of the use of props by teachers by 59% with less category and the support of
classmates by 60% with enough categories; as well as strategic factors of student learning outside of
school by 57% with less category.

Key Word: fault identification, objective description test, straight motion

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan di alam yang memperlajari
tentang segala sesuatu gejala alam pada suatu benda yang tidak hidup atau materi di alam
semesta ini.Fisika merupakan ilmu yang berkaitan erat dengan perkembangan teknologi dan
pembangunan.Menurut ensiklopedi Islam dalam Hamdani (2011: 56), Fisika adalah ilmu
pengetahuan yang membahas materi, energi, dan interaksinya.Fisika juga merupakan materi
pelajaran yang membutuhkan kemampuan penalaran.Siswa tidak hanya sekedar menghafal
rumus dan pengertian dasar tetapi juga menerapkan rumus dari konsep yang telah dipahami
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.Wakhidah dkk.(2007: 151) menyatakan bahwa
salah satu cabang ilmu alam yang menarik adalah Fisika yang di dalamnya dapat mempelajari
dan menjelaskan fenomena alam, bahkan mengagumi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
melalui ilmu Fisika.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah
ilmu pengetahuan yang membahas tentang alam semesta yang menunjang kemajuan
teknologi dan pembangunan.
Fisika adalah salah satu mata pelajaran tersendiri di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Siswa SMA dianggap cukup matang dalam memahami dan mempelajari pelajaran Fisika
lebih lengkap dan komplek, sehingga seharusnya siswa dapat mengerjakan soal-soal Fisika
dengan bekal yang sudah didapat di masa Sekolah Menengah Pertama. Tujuan pembelajaran
Fisika di SMA adalah siswa diharapkan mampu menguasai konsep dan prinsip Fisika serta
mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal

2
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Permendikbud No. 59 Tahun 2014). Ausubel dalam Ibrahim
(2012: 3) menjelaskan bahwa konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi,
atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas yang mewakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda
atau simbol.Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku bagi sekelompok gejala tertentu
yang mampu menjelaskan suatu kejadian (Sari, 2009: 2).
Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 Pasal 3 ayat 1 tentang penilaian hasil belajar oleh
pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah,
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar siswa
secara berkesinambungan. Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya (Djemari Mardapi, 2012: 4). Arifin (2014: 9) menyatakan evaluasi pembelajaran
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam
rangka pengendalian, penjaminan, penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap
berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Tingkat
keberhasilan siswa dalam penguasaan materi Fisika dapat diketahui dengan hasil jawaban tes
siswa. Pelajaran Fisika menuntut siswa mampu menyelesaikan soal-soal uraian objektif
dengan langkah-langkah dan jawaban yang tepat. Soal diselesaikan melalui suatu prosedur
atau langkah-langkah tertentu, sehingga tes uraian objektif harus dijawab dengan sebenar-
benarnya tanpa adanya hasil karangan jawaban siswa. Soal uraian objektif penyelesaiannya
dilakukan melalui prosedur atau langkah-langkah tertentu dan jawabannya sudah pasti
(Djemari Mardapi, 2012: 121).
Pembelajaran Fisika di kelas X, terdapat materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan
Percepatan Konstan yang merupakan salah satu materi yang dipelajari di semester ganjil.
Hasil wawancara dengan guru Fisika yang mengajar di SMA Negeri 4 Palangka Raya,
banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
telah ditetapkan sekolah yaitu 70,00 tertutama pada materi Gerak Lurus dengan kecepatan
dan percepatan konstan. Ketuntasan belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipersyaratkan (Permendikbud No. 59 tahun
2014: 937). Rendahnya tingkat penguasaan materi terlihat dari hasil ulangan tengah semester
siswa kelas X semester I pada tahun ajaran 2015/2016 terdapat dalam Tabel 1:

Tabel 1.Nilai Rata rata Ulangan Tengah Semester Kelas X


Kelas X-1 X-2 X-3 X-4 X-5 X-6
Nilai rata-rata 68 65 60 63 63 65
Sumber : Guru mata pelajaran Fisika kelas X SMA Negeri4 Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016

Rendahnya nilai yang diperoleh siswa disebabkan karena banyaknya kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes. Siswa sering melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal-soal Fisika. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru Fisika di SMA Negeri 4 Palangka Raya bahwa kesalahan yang sering dilakukan
siswa dalam mengerjakan soal uraian diantaranya yaitu siswa masih bingung dengan rumus
yang akan digunakan, kesalahan perhitungan, dan tidak tahu simbol-simbol dalam istilah
Fisika. Lerner (1981) dalam Sari et al (2013) menyatakan beberapa kekeliruan umum yang
dilakukan anak adalah kekurangan pemahaman tentang simbol, perhitungan, penggunaan
proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca.
Siswa mendapatkan nilai rendah diakibatkan karena beberapa faktor penyebab dalam
proses pembelajarannya maupun saat penilaian. Irham dan Wiyani (2014: 254) menyatakan
kesulitan belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidak

3
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang
disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga siswa terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai
tujuan belajar. Muhibbin Syah (2014: 170) membagi faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar menjadi dua macam yaitu (1) faktor intern siswa dan (2) faktor ekstern
siswa. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 4 Palangka Raya, sarana dan prasarana di
sekolah sudah cukup memadai untuk menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Alat-alat di ruang laboratorium cukup lengkap dan baik, tetapi belum digunakan maksimal
untuk praktikum. Referensi atau buku tentang materi Fisika yang digunakan siswa tidak
terlalu banyak. Laboratorium maupun referensi yang ada sudah cukup baik, namun siswa
masih banyak yang tidak mampu menguasai pelajaran, sehingga pada proses akhir
pembelajaran banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes yang
diberikan guru.
Identifikasi kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal perlu dilakukan,
agar dapat diketahui kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan tes bentuk uraian objektif. Informasi dari identifikasi kesalahan siswa dalam
menyelesaikan butir tes uraian objektif digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran.
Aspek yang sesuai dengan bentuk tes uraian objektif adalah aspek kemampuan kognitif
tingkat penerapan (C3). Aspek C3 pada tujuan pembelajaran dapat mengukur kemampuan
siswa untuk menerapkan materi yang diajarkan dalam bentuk menyelesaikan soal-soal Fisika
yang berbentuk uraian objektif. Pembelajaran yang lebih optimal perlu diterapkan untuk
mengurangi tingkat kesalahan saat menyelesaikan soal setelah diketahui jenis kesalahan yang
dominan. Guru sebaiknya menggunakan media maupun model pembelajaran yang beragaram
serta memberikan lebih banyak contoh penyelesaian soal-soal bentuk uraian objektif.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai
kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan butir uraian objektif dalam
penelitian yang berjudul Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Tes Uraian
Objektif pada Materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan di Kelas X
SMA Negeri 4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ketuntasan hasil tes siswa di kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya dalam
menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan
Percepatan Konstan?
2. Seberapa besar kesalahan yang dilakukan siswa tiap jenis dalam menyelesaikan tes
uraian objektif di kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa di kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui ketuntasan hasil tes siswa kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya dalam
menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan
Percepatan Konstan.

4
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

2. Mendeskripsikan besar kesalahan yang dilakukan siswa tiap jenis dalam menyelesaikan
tes uraian objektif di kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan.
3. Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan siswa kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan
dilakukan oleh guru.
2. Faktor yang menyebabkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi gerak
lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan meliputi faktor dari siswa, guru, maupun
fasilitas pendukung.
3. Hasil tes yang diukur adalah hasil belajar kognitif dengan aspek C3.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dapat membantu dalam meminimalkan melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan tes uraian objektif Fisika khususnya pada materi Gerak Lurus dengan
Kecepatan dan Percepatan Konstan.
2. Bagi guru, dapat digunakan untuk menghindari kesalahan yang sama yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus dengan
Kecepatan dan Percepatan Konstan.
3. Bagi peneliti, dapat menambah perbendaharaan ilmu dan wawasan dalam bidang
pendidikan khususnya Fisika.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman (Muhibbin Syah,
2014: 88). Slameto dalam Djamarah (2008: 13) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai hasil dari latihan maupun
pengalaman individu untuk memperoleh suatu perubahan yang lebih baik dan bermanfaat
bagi kehidupan maupun lingkungannya.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Muhibbin Syah (2014: 129) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran (Muhibbin Syah, 2014: 129).

5
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Ragam Faktor dan Elemennya
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa
1. Aspek Fisiologis 1. Lingkungan Sosial 1. Pendekatan Tinggi
Tonus jasmani Keluarga Speculative
Mata dan telinga Guru dan staf Achieving
2. Aspek Psikologis Masyarakat 2. Pendekatan Sedang
Intelegensi Teman Analitical
Sikap 2. Lingkungan Nonsosial Deep
Minat Rumah 3. Pendekatan Rendah
Motivasi Sekolah Reproductive
Peralatan Surface
Alam
Sumber: Muhibbin Syah. 2014

2.1.3 Penilaian Hasil Belajar


Permendikbud nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan
Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyatakan penilaian
hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian
pembelajaran siswa dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang
dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Penilaian
hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil
belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan
(Permendikbud No. 53, 2015).
Bloom (Jufri, 2013: 59) mengelompokkan hasil belajar kedalam tiga ranah atau domain
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif dari hasil belajar menurut
Bloom meliputi penguasaan konsep, ide, pengetahuan faktual, dan berkenaan dengan
keterampilan-keterampilan intelektual. Kategori umum domain kognitif dapat dilihat pada
Tabel 3:
Tabel 3. Kategori Hasil Belajar Domain Kognitif
Kategori Implikasi Kognitif
Pengetahuan (C1) Mengetahui dan mengingat konsep, fakta, simbol, dan prinsip.
Pemahaman (C2) Memahami makna.
Penerapan (C3) Menerapkan pengetahuan pada situasi baru.
Analisis (C4) Mengeliminir masalah kompleks menjadi lebih sederhana.
Sintesis (C5) Memanfaatkan gagasan yang sudah ada untuk mendapatkan gagasan baru.
Evaluasi (C6) Menurunkan atau menentukan kriteria untuk menilai dan mengambil
keputusan.

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
interaksi belajar mengajar dan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan baik
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan perubahan tingkah laku.Hasil
belajar dapat meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Penelitian ini memfokuskan pada penilaian hasil belajar menggunakan instrumen berupa
tes uraian objektif, dan hanya memuat aspek penerapan atau aplikasi (C3). Guru yang
mengajar bukanlah peneliti, hal ini dilakukan karena peneliti hanya ingin mengetahui jenis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada gerak lurus dengan kecepatan
dan percepatan konstan dan faktor penyebab siswa melakukan kesalahan. Hasil analisis akan
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan bagi guru maupun siswa nantinya agar
proses belajar dan hasil belajar siswa akan maksimal. Penilaian dilakukan oleh peneliti

6
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

dengan pedoman yang sudah dibuat sebelumnya agar tidak ada kekeliruan dan hasil yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.2 Tes
2.2.1 Pengertian Tes
Djemari Mardapi (2008: 67) menyatakan tes merupakan salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang
terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh
siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian
dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut (Purwanto, 2009: 66).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tes merupakan salah satu alat
ukur untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang atau terhadap materi yang telah
diajarkan oleh guru dengan cara memberikan respon terhadap pertanyaan yang telah dibuat
baik lisan maupun non-lisan.
2.2.2 Fungsi Tes
Tes memiliki fungsi dan tujuan penting untuk mengetahui pencapaian belajar atau
kompetensi yang telah dicapai siswa untuk bidang tertentu (Djemari Mardapi, 2012: 108).
Menurut Rasyid dan Mansur (2007: 164) menyatakan bahwa Tujuan tes yaitu untuk:
1) engetahui tingkat kemampuan siswa, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, 4) mengetahui hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil
belajar, 6) mengetahui pencapaian kurikulum, 7) mendorong siswa belajar, dan 8) mendorong
pendidik mengajar yang lebih baik dan siswa belajar lebih baik.
Sudijono (2011: 47) menyatakan bahwa secara umum ada dua macam fungsi yang
dimiliki oleh tes, yaitu:
1. Sebagai alat pengukur perkembangan terhadap siswa.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
2.2.3 Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu tes
objektif dan tes non objektif.Tes yang objektif adalah tes yang system penskorannya objektif,
sedangkan tes non objektif adalah tes yang system penskorannya dipengaruhi subjektivitas
pemberi skor (Djemari Mardapi, 2012: 109). Djemari Mardapi (2008: 71) menyatakan bentuk
tes objektif yang sering digunakan adalah:
1. Bentuk benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah pernyataan yang bernilai
benar dan salah.
2. Bentuk Pilihan ganda
Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih
alternatif jawaban yang telah disediakan.
3. Bentuk Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari satu premis, suatu daftar
kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis
itu dengan satu kemungkinan jawaban.
4. Bentuk Uraian Objektif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang matematika dansains,
karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau
langkah-langkah tertentu, setiap langkah ada skornya.

7
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

2.3 Teknik Penskoran


2.3.1 Teknik Penskoran Bentuk Uraian Objektif
Pada tes bentuk uraian objektif cara pemberian skor adalah sebagai berikut (Djemari
Mardapi, 2012: 173):
1. Menggunakan penskoran analitik. Penskoran analitik digunakan untuk soal-soal ujian
yang batas jawabannya sudah jelas dan terbatas, misalnya ujian pada bidang studi
matematika atau ilmu-ilmu alam, termasuk teknik.
2. Lakukan penilaian jawaban pertanyaan demi pertanyaan bukan siswa ke siswa.
3. Bila mungkin hilangkan identitas siswa dengan memberi kode saja.
Teknik penskoran dalam penelitian ini menggunakan penskoran analitik, dengan
empatjenis kesalahan yang diteliti, yaitu kesalahan siswa dalam 1) Menulis rumus yang
digunakan; 2) Mengkonversi satuan; 3) Melakukan operasi hitung; 4) Menuliskan jawaban
akhir. Siswa yang menjawab benar pada tiap langkah dalam menyelesaikan soal tersebut
diberi skor 1 (satu), sebaliknya jika siswa menjawab salah atau tidak menuliskan jawaban
sama sekali maka tidak diberi skor 0 (nol) (Zainal Arifin, 2014: 126).
Contoh pedoman penskoran soal uraian objektif dapat dilihat pada Tabel 4.
1. Tujuan Pembelajaran:
Menyelesaikan soal tentang percepatan rata rata pada gerak lurus berubah beraturan
2. Butir Soal :
Seekor kucing berlari lurus ke arah sumbu x positif dengan kecepatan 18 m/s, selang 0,2
menit kemudian kecepatanya berubah menjadi 32 m/s pada arah yang berlawanan.
Hitung besar percepatan rata-rata selama selang waktu ini!

Tabel 4. Contoh Pedoman Penskoran


Jenis Kesalahan Siswa dalam Kunci Jawaban Skor
Menyelesaikan Soal

Diketahui : v1 = 18 m/s
v2 = -32 m/s
t = 0,2 menit
Ditanya : =?
Penyelesaian :
2 1
=
A. Kesalahan rumus 1
(32) 18
=
B. Kesalahan konversi satuan 12 1
50
=
C. Kesalahan operasi hitung 12 1

D. Kesalahan jawaban akhir = 4,17 m/s2 1


Skor maksimum 4

Sistem penskoran pada soal bentuk uraian objektif maupun bentuk pilihan ganda diubah
dalam skala 100. Penilaian berdasarkan acuan norma dinyatakan dalam distribusi normal
dibandingkan dengan kelompoknya. Penilaian dengan acuan kriteria yang ingin dicapai,
hasilnya hanya dua kategori sudah mencapai atau belum mencapai (Djemari Mardapi, 2012:
175). Kategori sudah mencapai apabila siswa sudah mampu mendapatkan skor pada kriteria
minimal atau diatasnya, sebaliknya kategori belum mencapai apabila siswa belum bisa
mencapai atau mendapat skor pada skor minimal ketuntasan.

8
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

2.4 Pembelajaran Fisika


2.4.1 Hakikat Fisika
Ensiklopedi Islam dalam Hamdani (2011: 56) mengemukakan bahwa fisika adalah ilmu
pengetahuan yang membahas materi, energi, dan interaksinya. Fisika merupakan bagian dari
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan usaha sistematis dalam rangka membangun
dan mengorganisasikan pengetahuan dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang dapat diuji
dan mampu memprediksi gejala alam (Permendikbud No. 59, 2014: 901).

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Fisika


Permendikbud No 59 tentang kurikulum SMA (2014: 901) menjelaskan bahwa mata
pelajaran Fisika SMA/MA bertujuan untuk:
a. Menambah keimanan siswa dengan menyadari hubungan keteraturan, keindahan alam,
dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
b. Menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.
d. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah secara lisan dan
tertulis;
e. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika.
f. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan
pengetahuan, dan sikap percaya diri.
2.4.3 Masalah dalam Pembelajaran Fisika
Herbert Druxes dalam Mahayanti (2015: 16) mengungkapkan beberapa masalah
pelajaran Fisika di sekolah, sebagai berikut:
a) Fisika tidak disukai
Hasil Fisika bagi manusia banyak dipertanyakan, anggapan Fisika sebagai ilmu
pengalaman terurai secara murni sehingga hasil dan penyataanya juga dianggap tidak
mempunyai arti dalam gambaran dunia.
b) Fisika itu berat
Adanya pengertian dan model yang hampir tak ada hubungannya dengan dunia kita yang
dapat diindera dan diamati.
c) Pelajaran Fisika tidak aktual
Surat kabar misalnya yang terdapat berita tentang laser dan mikroprosesor.
d) Pelajaran Fisika itu ekperimental
Pelajaran Fisika itu eksperimental, yaitu pelajaran Fisika oleh guru harus dibarengi
dengan percobaan di depan kelas dan laboratorium oleh siswa, dalam proses
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Masalah pelajaran Fisika di sekolah sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar
mengajar, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut membuat siswa
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Fisika.

2.5 Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Fisika


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 865) kesalahan berarti kekeliruan.
Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal berkaitan dengan ketidakmampuan belajar atau
kemampuan belajar yang tidak sempurna.Letak kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
yang dialami siswa khususnya pada mata pelajaran fisika dapat dibagi menjadi (Eva Ardina,
2014 :16) :

9
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

a. Kesulitan menuliskan variabel yang diketahui dan yang ditanyakan.


b. Kesulitan memilih rumus dan teori yang tepat untuk menyelesaikan soal.
c. Kesulitan dalam operasi hitung.
Hasil penelaahan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan kesesuaiannya dengan
materi yang diambil yakni gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan maka
peneliti menggolongkan empat jenis kesalahan yaitu (1) kesalahan rumus, (2) kesalahan
konversi satuan, (3) kesalahan operasi hitung, dan (4) kesalahan jawaban akhir.
Penggolongan jenis kesalahan tersebut didasarkan atas kemudahan menganalisis kesalahan
siswa dari instrumen yang disusun peneliti. Berdasarkan penjelasan mengenai jenis kesalahan
yang akan diteliti, untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan Deskripsi Kesalahan Siswa


No Jenis kesalahan Deskripsi kesalahan siswa
1 Kesalahan rumus Tidak menuliskan rumus yang digunakan
Menuliskan rumus yang digunakan namun tidak tepat
Menuliskan rumus yang digunakan namun tidak lengkap
Tidak bisa menguraikan rumus
2 Kesalahan konversi satuan Tidak bisa merubah satuan
3 Kesalahan operasi hitung Tidak menuliskan yang diketahui dalam operasi hitung
Siswa melakukan kesalahan dalam menghitung, seperti
menjumlah, mengurang, mengali, dan membagi
4 Kesalahan jawaban akhir Salah dalam menentukan jawaban akhir

3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif diartikan sebagai
suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa secara
sistematis sesuai dengan apa adanya (Dantes, 2012: 51). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017
sebanyak 6 kelas MIA. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak satu kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yaitu dengan cara undian. Setelah
dilakukan pengundian secara acak didapat sampel penelitian kelas X-3 dengan jumlah siswa
42 orang.

3.2 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes Uraian Objektif
Instrumen yang diberikan kepada siswa berjumlah 9 soal yang telah divalidasi oleh pakar
dan diuji coba. Tes uraian objektif digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
materi Gerak Lurus dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan serta untuk mendapatkan
data jenis kesalahan yang dilakukan siswa.
2. Kuesioner
Jenis kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kuesioner
tertutup. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data faktor penyebab kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi Gerak Lurus
dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan.
3. Pedoman Wawancara
Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data lebih dalam
terhadap subjek yang melakukan kesalahan rumus atau mendapat skor 0 pada tiap butir
soal. Siswa yang melakukan kesalahan rumus dapat dikatakan siswa tersebut mendapat

10
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

nilai 0, karena rumus merupakan kunci awal untuk menyelesaikan tes yang telah dibuat.
Bentuk pertanyaan wawancara pada penelitian ini merupakan bentuk pertanyaan
semiterstruktur.

3.3 Teknik Analisis Data


3.3.1 Ketuntasan Hasil Tes
Tes bentuk uraian objektif digunakan untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan hasil
belajar siswa dalam aspek C3 ranah kognitif taksonomi Bloom. Tes diberikan setelah seluruh
kegiatan pembelajaran selesai dan dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar siswa (individu) dihitung dengan menggunakan persamaan (Trianto,
2010: 24) yaitu:

= 100% ...........................................................................................................(1)
1
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
T1 = Jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar 70%
(standar ketuntasan individu SMA Negeri 4 Palangka Raya).
2. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan secara klasikal dikatakan tuntas jika 85% individu yang tuntas dari jumlah
siswa yang berada di kelas tersebut. Ketuntasan klasikal menurut Trianto (2012, 241)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

KK = x 100% ...................................................................(2)

Keterangan :
KK = persentase ketuntasan klasikal
N = jumlah siswa
3.3.2 Persentase Tiap Jenis Kesalahan
Persentase tiap kesalahan yang dilakukan siswa digunakan rumus sebagai berikut
(adaptasi Ngalim Purwanto, 2009: 132):

= 100% ..........................................................................................................(3)
Keterangan :
PK = Persentase tiap jenis kesalahan
K = jumlah skor kesalahan
N = jumlah siswa
3.3.3 Analisis Data Kuesioner
Langkah-langkah menganalisis hasil jawaban kuesioner tertutup ada beberapa tahapan.
Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menghitung skor untuk setiap butir pernyataan pada kuesioner dengan menggunakan
pedoman penskoran sebagai berikut (Purwanto, 2010: 219):

Tabel 6. Pedoman Penskoran Kuesioner


Skor Pernyataan
Pilihan Jawaban
Positif Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang-kadang 3 3
Jarang 2 4
Tidak Pernah 1 5

11
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

2) Menjumlahkan skor yang diperoleh siswa untuk hasil pengisian kuesioner. Skor
maksimum setiap butir soal adalah 5 baik itu berupa pernyataan positif maupun
pernyataan negatif. Untuk menghitung persentase faktor penyebab kesalahan siswa
dalam menyelesaikan tes uraian objektif digunakan rumus (adaptasi Ngalim Purwanto,
2009):

=
100%... (4)
3) Memberikan kategori pengaruh faktor-faktor dengan melihat jumlah skor hasil yang
diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner dengan kriteria sebagai berikut (Adaptasi
Widoyoko, 2013: 242):

Tabel 7. Kategori Faktor faktor Penyebab Kesalahan


Rentang Skor (%) Kategori
80 Sangat Baik
70 - 79 Baik
60 - 69 Cukup
59 Kurang

3.3.4 Analisis Data Wawancara


Hasil wawancara yang telah didapat dari berbagai responden kemudian dicatat mana data
yang dianggap penting dan yang tidak penting. Data yang sama akan dikelompokan dan perlu
dibuat rangkuman yang lebih sistematis seperti dalam tabel hasil wawancara dan kemudian
dideskripsikan agar menghasilkan makna tertentu. Data yang diragukan akan ditanyakan
kembali kepada responden agar memperoleh data yang pasti sesuai penyataan responden
(Sugiyono, 2008: 240).

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Ketuntasan Individu dan Ketuntasan Klasikal
Pedoman dalam penentuan tingkat ketuntasan individu mengacu pada standar ketuntasan
SMA Negeri 4 Palangka Raya yang menggunakan standar ketuntasan individu sebesar 70%,
sedangkan secara klasikal ketuntasan yang diisyaratkan yaitu mencapai 85%. Hasil analisis
ketuntasan hasil tes individu dan klasikal dari 42 siswa (2 siswa tidak mengikuti tes) disajikan
pada Gambar 1 berikut:
Skor (%)
100
84.91
90 84.91 84.91 83.02
79.25 77.36 77.36 77.36
80 75.47 75.47
67.92 66.04
70 62.26 64.15
60.38
56.60 56.60
60 52.83
47.17 49.06 47.17
50 43.40 41.51
39.62 37.74 39.62
40 30.19 32.08
28.30
30 20.75 20.75 20.75 20.75
16.98
20 13.21
9.43
10 3.77
0.00 0.00 0.00
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 No
40 Siswa

Gambar 1. Diagram Ketuntasan Hasil Tes Siswa Secara Individu


Siswa tuntas
Siswa tidak tuntas

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa ketuntasan hasil tes secara individu setelah selesai
pembelajaran pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan di kelas X-3

12
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

terdapat 10 siswa tuntas dan 30 siswa tidak tuntas. Kategori tersebut sesuai dengan syarat
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70%.
Berdasarkan hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal, faktor yang mempengaruhi
ketuntasan hasil tes kognitif pada 10 siswa yang tuntas adalah sebagai berikut:
1. Siswa mampu menuliskan rumus dengan benar.
2. Siswa mampu mengkonversi satuan dengan benar.
3. Siswa menyelesaikan perhitungan dengan benar.
4. Siswa menuliskan jawaban akhir dengan benar.
Berdasarkan hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal, faktor yang menyebabkan 30
siswa tidak tuntas hasil tesnyaadalah sebagai berikut:
1. Siswa tidak bisa menuliskan yang diketahui, ditanyakan dalam soal.
2. Siswa tidak mampu mengkonversi satuan dengan benar.
3. Siswa asal menuliskan rumus.
4. Siswa tidak menyelesaikan jawaban hingga akhir.
Ketuntasan klasikal setelah pembelajaran selesai secara sederhana disajikan pada
Gambar 2.

25%

75%

Siswa tuntas Siswa tidak tuntas


Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal

Gambar 2 menunjukkan persentase ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar 25% artinya
hasil tes pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan masih belum
tuntas secara klasikal. Ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%. Persentase
ketuntasan klasikal yang rendah atau tidak tuntas dikarenakan siswa tidak bisa menuliskan
yang diketahui, ditanyakan dalam soal, tidak mampu mengkonversi satuan dengan benar, asal
menuliskan rumus, tidak menyelesaikan jawaban hingga akhir.

4.2 Persentase Tiap Jenis Kesalahan dalam Menyelesaikan Tes Uraian Objektif
4.2.1 Kesalahan dalam Menuliskan Rumus
Kesalahan menuliskan rumus dapat dilihat dari jawaban siswa dalam menuliskan rumus
yang tepat untuk menyelesaikan soal. Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa pada jenis
kesalahan menuliskan rumus secara keseluruhan diperoleh rata-rata persentasekesalahan
siswa sebesar 46,39%. Persentase tersebut membuktikan bahwa siswa yang mengalami
kesalahan menuliskan rumus yang tepat dalam menyelesaikan tes uraian objektif pada materi
gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan cukup besar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih keliru dalam menuliskan rumus pada soal
tes yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, persentase kesalahan
rumus dalam menyelesaikan soal pada masing-masing butir soal disajikan dalam Gambar 3:

13
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

PK (%)
100 85
80
57.5 60
60 45 48.75
33.75 37.5 35
40
15
20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 3. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Menuliskan Rumus

Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase kesalahan menuliskan rumus lebih dari 50%
terletak pada butir soal nomor 1, 2, dan 4 sedangkan pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7, 8 dan 9
siswa melakukan kesalahan dibawah 50%. Siswa paling banyak melakukan kesalahan
menuliskan rumus pada butir soal nomor 1 sedangkan siswa paling sedikit melakukan
kesalahan pada butir soal nomor 9.
Butir soal nomor 1 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi perpindahan
pada gerak lurus. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 1 siswa yang menuliskan rumus
dengan tepat dan ada 10 siswa yang menuliskan hanya satu langkah rumus, seharusnya ada
dua langkah penulisan rumus yang harusnya dilakukan. Butir soal nomor 9 menyajikan
masalah yang berhubungan dengan materi konsep gerak lurus berubah beraturan pada gerak
vertikal ke atas. Hasil analisis jawaban siswa didapat 34 siswa yang menuliskan rumus
dengan tepat. Sebagian besar siswa mampu menuliskan rumus yang digunakan dikarenakan
materi tersebut baru diajarkan sehingga siswa masih bisa mengingat dan paham cara
menyelesaikan soal.
4.2.2 Kesalahan dalam Mengkonversi Satuan
Hasil analisis jawaban siswa pada jenis kesalahan mengkonversi satuan secara
keseluruhan diperoleh rata-rata persentase kesalahan siswa sebesar 52,36%. Hasil tersebut
menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesalahan melakukan konversi satuan
atau telah mengalami kesalahan pada langkah sebelumnya, sehingga tidak dapat
menyelesaikan tes dengan benar. Persentase kesalahan yang dialami setiap siswa pada jenis
kesalahan mengkonversi satuan secara sederhana disajikan pada Gambar 4.
PK (%)
100
78.75
80 72.5
57.5 60 52.5
60 48.75 47.5
40 27.5 26.25
20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 4. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Mengkonversi Satuan

Gambar 4 menunjukkan bahwa persentase kesalahan siswa dalam mengkonversi satuan


lebih dari 50% terletak pada butir soal nomor 1, 2, 3, 7 dan 8 sedangkan pada nomor 4, 5, 6
dan 9 siswa melakukan kesalahan di bawah 50%. Siswa paling banyak melakukan kesalahan
mengkonversi satuan pada butir soal nomor 8 sedangkan siswa paling sedikit melakukan
kesalahan pada butir soal nomor 6.

14
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

Butir soal nomor 8 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi gerak vertikal
ke bawah. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 7 siswa yang mengkonversi satuan
dengan benar dan ada 3 siswa yang menuliskan hanya satu langkah dalam mengkonversi
satuan. Selain itu 30 siswa salah dalam mengkonversi satuan ataupun sudah salah dalam
langkah sebelumnya. Sebagian besar siswa mampu mengkonversi satuan dikarenakan materi
tersebut baru diajarkan sehingga siswa masih bisa mengingat dan sebagian siswa hanya
mampu mengkonversi satuan waktu karena sering digunakan dalam keseharian.
4.2.3 Kesalahan dalam Operasi Hitung
Hasil analisis jawaban siswa pada jenis kesalahan operasi hitung secara keseluruhan
diperoleh rata-rata persentase kesalahan siswa sebesar 55,56%. Hasil tersebut menunjukkan
cukup banyak siswa yang kurang teliti saat melakukan operasi hitung atau tidak bisa dalam
operasi hitungnya atau telah mengalami kesalahan pada langkah sebelumnya, sehingga tidak
dapat menyelesaikan tes. Persentase Kesalahan pada jenis kesalahan operasi hitung secara
sederhana disajikan pada Gambar 5.
PK (%)
100
83.75
77.5
80
57.5 62.5 55
60
43.75 47.5 40
40 32.5

20
0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 5. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Operasi Hitung

Gambar 5 menunjukkan bahwa persentase kesalahan siswa dalam operasi hitung lebih
dari 50% terletak pada butir soal nomor 1, 2, 3, 7 dan 8 sedangkan pada nomor 4, 5, 6 dan 9
siswa melakukan kesalahan di bawah 50%. Siswa paling banyak melakukan kesalahan
operasi hitung pada butir soal nomor 8 sedangkan siswa paling sedikit melakukan kesalahan
pada butir soal nomor 6.
Butir soal nomor 8 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi gerak vertikal
ke bawah. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 6 siswa yang melakukan operasi hitung
dengan benar dan ada 1 siswa yang menuliskan hanya satu langkah dalam melakukan operasi
hitung. Butir soal nomor 6 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi tentang
menentukan jarak benda pada gerak lurus beraturan berdasarkan grafik. Hasil analisis
jawaban siswa didapat 27 siswa yang melakukan operasi hitung dengan benar dan ada 13
siswa salah dalam melakukan operasi hitung ataupun sudah salah dalam langkah sebelumnya.
4.2.4 Kesalahan dalam Menuliskan Jawaban Akhir
Hasil analisis jawaban siswa pada jenis kesalahan menuliskan jawaban akhir secara
keseluruhan diperoleh rata-rata persentase kesalahan siswa sebesar 60,69%. Persentase
Kesalahan yang dialami setiap siswa secara sederhana disajikan pada Gambar 6.

15
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

PK (%)
100 91.25
80
80 67.5 65
57.5 53.75 57.5
60
45
40 28.75
20

0 No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 6. Diagram Persentase Jenis Kesalahan Menuliskan Jawaban Akhir

Gambar 6 menunjukkan bahwa persentase kesalahan siswa dalam menuliskan jawaban


akhir lebih dari 50% terletak pada butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7 dan 8 sedangkan pada
nomor 6 dan 9 siswa melakukan kesalahan di bawah 50%. Siswa paling banyak melakukan
kesalahan pada butir soal nomor 8 sedangkan siswa paling sedikit melakukan kesalahan
terdapat pada butir soal nomor 9.
Butir soal nomor 8 menyajikan masalah yang berhubungan dengan materi gerak vertikal
ke bawah. Hasil analisis jawaban siswa didapat hanya 2 siswa yang jawaban akhirnya benar
dan ada 3 siswa yang menuliskan satu jawaban akhir benar. Butir soal nomor 9 menyajikan
masalah yang berhubungan dengan materi tentang gerak vertikal ke atas. Hasil analisis
jawaban siswa didapat 26 siswa yang melakukan jawaban akhirnya benar, 5 siswa yang
jawaban akhirnya benar satu skor dan ada 9 siswa salah dalam jawaban akhir ataupun sudah
salah dalam langkah sebelumnya. Persentase rata-rata kesalahan siswa secara keseluruhan
empat jenis kesalahan disajikan pada Gambar 7.
PK (%)
100 91.25
90 85.00 80.00 83.75
77.50 78.75
80 67.50
72.50
70 62.50 60.00 65.00
57.50 60.00 57.50 55.00
60 53.75
48.75 47.50 52.50 48.75
50 47.50 45.00 45.00
43.75 37.50 40.00
33.75 35.00
40 32.50
27.50 28.75
30 26.25
20 15.00
10
0
No. Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rumus Konversi Satuan Operasi Hitung Jawaban Akhir

Gambar 7. Diagram Persentase Jenis Kesalahan

Gambar 7 menunjukkan besar persentase kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes


uraian objektif pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan
menghasilkan garis hubung linear. Hal ini dikarenakan setiap jenis kesalahan saling
mempengaruhi dan berurutan. Persentase kesalahan yang terkecil adalah kesalahan
menuliskan rumus dan persentase kesalahan terbesar adalah kesalahan jawaban akhir atau
persentase yang sama pada setiap jenis kesalahan. Namun, pada beberapa soal grafik yang
ditunjukkan tidak linear seperti pada soal nomor 1, 4, 6, dan 9.
Pada butir soal nomor 1, persentase kesalahan menuliskan rumus lebih besar dari pada
persentase kesalahan mengkonversi satuan. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang
tidak menuliskan rumus untuk menyelesaikan tes sehingga pada langkah selanjutnya tidak
bisa diselesaikan. Namun, ada beberapa siswa yang benar menuliskan rumus tetapi hanya
16
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

satu langkah, sedangkan dalam pedoman penskoran dibuat dua langkah dalam menuliskan
rumus, sehingga ia bisa melanjutkan langkah berikutnya dengan benar.
Pada butir soal nomor 4, persentase kesalahan menuliskan rumus lebih besar dari pada
persentase kesalahan mengkonversi satuan. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa ada
yang menuliskan rumus tetapi hanya satu langkah, sedangkan dalam pedoman penskoran
dibuat 3 langkah dalam menuliskan rumus yang terbagi menjadi 2 poin jawaban sehingga ia
bisa melanjutkan langkah berikutnya dengan benar.
Pada butir soal nomor 6, persentase kesalahan menuliskan rumus lebih besar dari pada
persentase kesalahan mengkonversi satuan. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa ada
yang menuliskan rumus tetapi hanya satu langkah, sedangkan dalam pedoman penskoran
dibuat 2 langkah dalam menuliskan rumus sehingga ia bisa melanjutkan langkah berikutnya
dengan benar. Selain itu, pada soal nomor 6, persentase kesalahan konversi satuan lebih besar
dari pada operasi hitung. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang salah dalam mengkonversi
satuan dapat melakukan operasi hitung yang benar.
Pada butir soal nomor 9, persentase kesalahan operasi hitung lebih besar dari pada
persentase kesalahan jawaban akhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa salah
dalam melakukan operai hitung namun benar jawaban akhirnya. Pada butir soal nomor 2,
persentase kesalahan siswa pada tiap jenis kesalahan adalah sama yaitu sebesar 57,50%. Hasil
analisis terlihat siswa yang mampu menuliskan rumus dengan benar mampu pula untuk
melanjutkan langkah yang lain hingga jawaban akhir. Pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7 dan 8
siswa banyak salah dalam menuliskan jawaban akhir. Siswa sudah mampu menuliskan rumus
dengan benar, tetapi untuk langkah selanjutnya yaitu konversi satuan siswa salah dalam
menepatkan nilai dari simbol-simbol yang telah diketahui.
Persentase kesalahan siswa pada jenis kesalahan menuliskan jawaban akhir adalah paling
besar yang disebabkan karena telah mengalami kesalahan pada langkah sebelumnya, baik itu
menuliskan atau menggunakan rumus yang salah, mengkonversi satuan maupun operasi
hitung yang salah. Beberapa hal tersebut membuat siswa tidak dapat meneruskan langkah-
langkah dalam menyelesaikan tes.

4.3 Faktor-faktor Penyebab Siswa Melakukan Kesalahan dalam Menyelesaikan Tes


Uraian Objektif
Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal dapat terjadi karena beberapa
faktor.Pada penelitian ini, faktor-faktor tersebut diperoleh dengan metode kuesioner dan
wawancara kepada siswa yang dipilih dengan kriteria siswa tersebut melakukan kesalahan
menuliskan rumus serta siswa yang tidak menjawab tiap soalnya. Hasil dari kuesioner dan
wawancara akan dijelaskan sebagai berikut:
4.3.1 Kuesioner
Faktor penyebab dalam kuesioner terbagi atas faktor internal, faktor eksternal dan faktor
pendekatan belajar yang terdiri atas beberapa indikator. Hasil analisis kuesioner pada faktor
tersebut disajikan dalam Gambar 8.

17
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

Skor (%)

100 97 93 90 86
85 90 85
79 81 77 78 77
80 74 72 75 72
67 67
59 59 60 57
60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Indikator

Gambar 8. Diagram Persentase Faktor Penyebab Kesalahan


Keterangan kategori :
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Keterangan indikator:
1 = Kondisi kesehatan tonus jasmani siswa
2 = Kesehatan mata dan telinga siswa
3 = Kecakapan dalam menyelesaikan persoalan gerak lurus dengan kecepatan
dan percepatan konstan
4 = Perilaku pada saat pembelajaran materi gerak lurus dengan kecepatan dan
percepatan konstan sedang berlangsung
5 = Ketertarikan pada pembelajaran materi gerak lurus dengan kecepatan dan
percepatan konstan
6 = Perhatian terhadap pembelajaran gerak lurus dengan kecepatan dan
percepatan konstan
7 = Usaha untuk belajar materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan
konstan
8 = Dukungan orang tua
9 = Dukungan keluarga
10 = Penguasaan materi
11 = Kejelasan menerangkan
12 = Penggunaan metode mengajar
13 = Penggunaan alat peraga
14 = Dukungan teman di kelas
15 = Kondisi rumah
16 = Tempat belajar
17 = Fasilitas yang ada
18 = Kondisi gedung
19 = Letak sekolah
20 = Peralatan belajar siswa
21 = Keadaan alam di sekitar
22 = Cara belajar

Berdasarkan Gambar 8 pada faktor internal pada aspek tonus jasmani diperoleh nilai
sebesar 85% dengan kategori sangat baik, hal tersebut dapat dikatakan kondisi kesehatan
siswa saat pembelajaran dalam kondisi sangat baik. Sedangkan pada intelegensi siswa
diperoleh nilai sebesar 59% dengan kategori kurang, hal ini menunjukkan kecakapan siswa
dalam pembelajaran masih kurang. Pada aspek motivasi diperoleh nilai sebesar 67% dengan

18
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

kategori cukup. Motivasi siswa yang belum baik dapat mempengaruhi intelegensi siswa
dalam pembelajaran.
Pada faktor eksternal juga terdapat beberapa indikator yang dapat mengidentifikasi
penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif. Aspek guru
pada indikator penggunaan alat peraga diperoleh nilai sebesar 59% dengan kategori kurang
yang memperlihatkan bahwa guru masih belum menggunakan alat peraga sebagai media
pembelajaran secara maksimal. Media dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai alat
untuk membangkitkan minat dan motivasi kegiatan pembelajaran. Aspek dukungan teman di
kelas diperoleh nilai sebesar 60% dengan kategori cukup. Teman di kelas dapat membantu
proses belajar dengan baik dapat berupa kerja sama dan motivasi. Pada faktor pendekatan
belajar diluar jam pembelajaran di sekolah diperoleh nilai sebesar 57% dengan kategori
kurang, hal ini menunjukkan cara belajar siswa di luar sekolah belum cukup optimal atau
hanya belajar ketika ada tugas atau hendak ujian.

4.3.2 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan siswa
melakukan kesalahan adalah pada faktor internal siswa dimana siswa tidak tau cara apa yang
digunakan maupun rumus yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan soal,
menganggap soal yang diberikan susah dan tidak suka dengan pelajaran fisika karena harus
menghafal banyak rumus. Pada faktor eksternal ada sebagian siswa yang memiliki masalah
dalam keluarganya seperti dengan saudara sendiri sehingga sulit fokus belajar dan kondisi
teman sekelas yang sering ribut serta mengganggu saat pembelajaran berlangsung. Pada
faktor pendekatan belajar diketahui banyak siswa yang jarang belajar di luar jam sekolah
sehingga hal itu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa yang diperoleh dari menyelesaikan
tes yang diberikan.

4.4 Keterkaitan Faktor Penyebab Terhadap Hasil Tes Siswa


Analisis tes uraian objektif menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas
secara individu dalam menyelesaikan tes uraian objektif yang diberikan oleh peneliti. Faktor
yang menyebabkan siswa tidak tuntas dikarenakan siswa tersebut melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan tes uraian objektif. Faktor lain yang berkaitan dengan proses belajar
siswa tersebut dianalisis berdasarkan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
teori-teori yang relevan.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara diperoleh bahwa kondisi siswa saat
pembelajaran dalam keadaan sehat, dukungan orang tua dan keluarga sudah sangat baik, guru
yang menerangkan juga sudah sangat baik, serta fasilitas disekolah maupun yang dimiliki
siswa sudah dikategorikan sangat baik. Faktor yang mempengaruhi hasil tes siswa diperoleh
bahwa faktor internal siswa pada aspek intelegensi dan motivasi berkategori kurang dan
cukup yang dapat dikatakan bahwa siswa masih memiliki intelengensi dan motivasi yang
kurang. Kedua aspek tersebut memiliki peranan yang penting untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa. Siswa dengan intelegensi rendah dan motivasi rendah kecil kemungkinannya
siswa tersebut mendapatkan hasil yang baik. Faktor eksternal pada aspek guru dalam
menggunakan alat peraga juga mempengaruhi proses pembelajaran walaupun hal tersebut
tidak terlalu besar pengaruhnya. Faktor pendekatan belajar yaitu strategi belajar siswa diluar
sekolah sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang hasil tesnya rendah diketahui
bahwa siswa tersebut jarang belajar atau tidak belajar selain di sekolah. Berbeda dengan
siswa yang tuntas hasil tesnya memiliki strategi belajar yang baik seperti selalu mengulang
pelajaran yang diajarkan di sekolah serta mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah.

19
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang mengacu pada tujuan penelitian yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ketuntasan hasil belajar siswa pada materi gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan
konstan diperoleh ketuntasan individu dari 40 siswa yang mengikuti tes (2 tidak ikut tes)
diperoleh 10 siswa tuntas dan 30 siswa tidak tuntas. Hasil belajar siswa secara klasikal
tidak tuntas karena hanya diperoleh 25% siswa yang tuntas dan tidak mencapai standar
ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85%.
2. Persentase kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi gerak
lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan adalah:
a. Kesalahan menuliskan rumus sebesar 46,39%.
b. Kesalahan mengkonversi satuan sebesar 52,36%.
c. Kesalahan melakukan operasi hitung sebesar 55,56%.
d. Kesalahan menuliskan jawaban akhir dengan benar sebesar 60,69%.
3. Faktor penyebab kesalahan dalam menyelesaikan tes uraian objektif faktor internal pada
aspek intelegensi sebesar 59% dengan kategori kurang, aspek motivasi sebesar 67%
dengan kategori cukup; faktor eksternal pada aspek penggunaan alat peraga oleh guru
sebesar 59% dengan kategori kurang dan dukungan teman sekelas sebesar 60% dengan
kategori cukup; serta faktor strategi belajar siswa di luar sekolah sebesar 57% dengan
kategori kurang.

6. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada Bapak Drs. H. Suhartono, M.Si dan Ibu Dr. Enny
Wijayanti, M.Pd selaku dosen pembimbing. Kepada kepala dan guru SMA Negeri 4 Palangka
Raya yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah serta semua pihak yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini.

7. REFERENSI
Ardinna, Eva. (2014). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Mata
Pelajaran IPA Pada Materi Getaran dan Gelombang Di Kelas VIII SMPN 6
Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014.Skripsi tidak diterbitkan. Palangka Raya.
Universitas Palangka Raya.
Arifin, Zainal. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dantes, Nyoman. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani.(2011). Filsafat Sains. Bandung: Pustaka Setia.
Ibrahim, Muslimin. (2012). Konsep, Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya. Surabaya:
Unesa University Press.
Irham, Muhammad & Novan Ardy Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Jufri, A. Wahab. (2013). Belajar dan Pembelajaran SAINS. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.
Mardapi, Djemari. (2012). Pengukuran Penilaian dan Evauasi Pendidikan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Permendikbud No. 59 Lampiran III.(2014). Tentang Karakteristik Mata Pelajaran
Fisika.Kementrian Pendidikan Nasional.
Permendikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan No. 53 Tentang Penilaian Hasil
Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan

20
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2017, Universitas Palangka Raya

Pendidikan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim. (2009). Prinsip-prinsip Dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Purwanto.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rasyid, Harun dan Mansur.(2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.
Sari, D.M., Surantoro, & Ekawati, E.Y. (2013).Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan
Soal Materi Termodinamika Pada Siswa SMA.Jurnal Materi dan Pembelajaran
Fisika (JMPF). 3 (1): 2089-6158.
Sari, Silvya Deasy.(2009). Empirical Theory dan Normatif Theory dalam HI. Diunduh pada
tanggal 28 Desember 2016, dari
https://magisterhiunpad.wordpress.com/2009/11/03/empirical-theory-dan-normatif-
theory-dalam-hi/.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Impementasinya
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Trianto.(2012). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana.
Wakhidah, Nur, Ulfah Utami dan Turmudi. (2007). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Widoyoko, Eko Putro. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran . Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

21

Anda mungkin juga menyukai