Anda di halaman 1dari 6

Proses Keperawatan Dalam Konsep Diri

Menurut Berman & Synder (2012) konsep diri bagaikan citra mental pada individu dalam
memandang dirinya sacara utuh mencakup fisik, emosi, intelektual, sosia, dan spiritual. Konsep diri
dapat dipelajari dengan melakukan kontak social dan berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat
konsep diri dalam seseorang akan berubah dan berkembang. Konsep diri memiliki proses keperawatan
yang merupakan rangkaian kegiatan untuk mengetahui kondisi klien dan memenuhi tujuan
keperawatan yaitu memenuhi kebutuhan dasar pada klien. Proses asuhan keperawatan konsep diri
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi, serta dokumentasi.

Tahap pertama, pengkajian dimana perawat akan mengumpulkan data klien terkait konsep
diri dan data tersebut bersifat umum, subjektif dan objektif. Data yang bersifat umum biasanya akan
didapatkan oleh perawat melalui pertanyaan atau wawancara yang bertujuan untuk menggali
informasi mengenai identitas personal, cira tubuh, performa peran, harga diri, dan ideal diri Data
subjektif merupakan data yang dirasakan oleh klien dan biasanya hal tersebut diungkapkan oleh klien,
sedangkan data objektif berupa data yang dapat diukur atau diamati oleh perawat melalui standar
yang sudah ditentukan (Berman & Snyder, 2012). Adapun faktor yang perlu diperhatikan terkait
konsep diri yaitu faktor predisposisi yang merupakan pemicu dalam terjadinya perubahan
konsep diri yang menunjang klien mengalami gangguan jiwa dan faktor presipitasi yaitu dapat
dikatakan sebagai peledak dari pemicu awal tadi sehingga klien mengalami gangguan jiwa,
misalnya dalam kasus 1 klien merasa putus asa dengan keadaannya yang terkena kanker
sehingga klien berikir bahwa sudah tidak mampu menjadi orangtua yang utuh hal tersebut
menjadi salah satu faktor pemicu dari presipitasi kemudian faktor predisposisinya misalnya
anak dari klien tersebut tidak peduli dengan keadaan ayahnya sekarang dan menelantarkannya
sehingga hal ini dapat membuat klien benar-benar mengalami gangguan atas sikap anaknya
tersebut.

Faktor predisposisi hal yang perlu diperhatikan yaitu, harga diri seperti penolakan dari
orangtua terhadap anak sehingga membuat anak merasa tidak dicintai dan gagal dalam
mencintai dirinya dan orang lain, penampilan peran yang melibatkan konflik peran dan peran
tidak sesuai dengan kejadian yang ada misalnya wanita dianggap lemah, dan gambaran diri
yaitu cara pandang bagaimana individu melihat dirinya sendiri dan menilainya.Faktor
presipitasi memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama ketegangan peran
dimana stress akan berhubungan dengan tekanan yang dialami oleh individu dalam melakukan
perannya seperti anak yang diharapkan oleh orangtuanya menjdi dokter dan telah mengikuti
tes hingga tahap akhir, namun pada tahap akhir anak tersebut gagal sehinggal hal itu dapat
menjadi masalah tekanan pada anak tersebut. Kedua, transisi peran yang dapat memberikan
guncangan dalam hidup, misalnya kepergian orangtua sehingga kita harus dapat mencoba
menerimanya. Terakhir ketiga, transisi peran sehat-sakit yang berhubungan dengan faktor
penampilan diri, misalnya kehilangan bagian tubuh (Stuart, 2013).

Tahap kedua, diagnosis merupakan kegiatan perawat dalam menilai respons individu,
keluarga, dan komunitas terhadap kesehatannya sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk
lanjut pada tahapan berikutnya yang akan diberikan kepada klien. Diagnosis konsep diri
memiliki beberapa tahapan yaitu, menganalisis data, mengidentifikasi masalah kesehatan,
penyebab, tanda dan gejala, risiko, kekuatan, dan merumuskan diagnosis. Menurut NANDA
(2015) terdapat beberapa diagnosis terkait konsep diri, berikut diagnosisnya.

1. Citra tubuh yaitu gambaran mental dari fisik individu, meliputi perilaku
menghindar atau memantau tubuh individu, respon nonverbal terhadap perubahan
actual tubuh, mengungkapkan perasaan dan persepsi yang dicerminkan dari
perubahan padangan mengenai tubuh individu.
2. Gangguan identitas pribadi dimana ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri
yang utuh dan komplet, meliputi deskripsi wahap tentang dirinya sendiri,
kebingungan gender, kebingungan tentang nilai ideologis, ketidakefektifan
performa peran, serta perasaan aneh dan kosong.
3. Gangguan identitas diri perilaku pasif meliputi penolakan umpan balik positif
tantang dirinya, merasa malu dan bersalah pada diri sendiri, dan merendahkan
martabat.
4. Gangguan harda diri rendah (HDR) yaitu meremehkan kemampuan dirinya sendiri,
mencakup tidak mampu menghadapi peristiwa, ekspresi ketidakberdayaan, kurang
percaya diri, dan berperilaku pasif.
5. Gangguan performa peran merupakan ketidakmampuan dalam menjalankan peran
yang sebenarnya, mencakup ansietas, perubahan kapasitas melaksanakan peran,
depresi, dan gangguan fungsi social.
6. Keputusasaan dimana individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan
serta tidak mampu memobilisasi kepentingannya sendiri, hal ini mencakup
gangguan pola tidur, kurang inisiatif, kurang kontak mata, pasif, kurang terlibat
dalam asuhan keperawatan, selera makan menurun, dan penurunan verbalisasi.
Tahap ketiga, perencanaan dimana perawatan akan fokus membantu klien
untuk memahami dirinya lebih dalam lagi sehingga mereka dapat meksplore dirinya
secara sendiri dengan cara yag lebih baik. Terdapat tahapan dalam proses
perencanaan keperawatan meliputi menentukan prioritas, menetapkan tujuan/hasil,
melaksanakan intervensi,serta menuli program keperawatan. Pada fase ini
dibutuhkan perencanaan dengan penuh pertimbangan dan sistematis serta
mencakup pembuatan keputusan sehingga dapat menyelesaikan masalah (Berman
& Snyder, 2012).
Tahap keempat, yaitu implementasi dimana klien diharapkan telah mampu
untuk menganalisis masalahnya sendiri dan dapat meningkatkan harga diri klien
dengan bantuan dari perawat. Tahap implementasi memiliki lima tahapan yaitu (1)
pertama self-awareness (level 1) klien akan memperluas kesadaran dirinya dari
segala uncur ancaman dan perawat mengambil sikap menerima, (2) self-exploration
(level 2) klien dibantu oleh perawat dalam mengenali perasaannya, perilaku,
kepercayaan, dan pemikiran dan diharapkan klien dapat mengungkapkannya secara
verbal, nonverbal, simbolis, atau langsung, (3) self-evaluation (level 3) perawat
membantu klien dalam menentukan tingkah lakunya, menerima konsekuensi atas
pilihannya, dan menilai keputusan dari klien tersebut baik atau tidak untuk dirinya,
(4) realistic-planing (level 4) pada tahap ini perawat akan membantu klien dalam
mengidentifikasi solusi atas keputusan yang telah diambil, dan (5) commitment to
action (level 5) yaitu membantu klien dalam berkomitmen atas keputusan yang
telah mereka ambil sebelumnya agar mencapai tujuan perubahan perilaku (Stuart,
2013).
Tahap kelima, evalusi dimana perawat dapat mengetahui berhasil atau tidaknya
asuhan keperawatan yang diberikan. Tahap ini perawat perlu meninjau kembali
ulang pada setiap proses yang telah dilakukan serta dianalisis oleh perawat dan
klien. Proses yang telah dilalui dapat dikatakan berhasil apabila asuhan
keperawatan dapat memunculkan persepsi tentang perkembangan pribadi klien dan
membandingkannya dengan kepribadian yang sehat. Setelah tahap ini selesai
terdapat proses dokumentasi mencakup dimana semua catatan asuhan keperawatan
dari diagnosis sampai evaluasi untuk melakukan evaluasi dalam proses
keperawatan berikutnya apabila tujuan masih belum tercapai (Stuart, 2013).
Pembahasan Kasus 1

Seorang laki-laki berusia 40 tahun; memiliki seorang istri dan tiga orang anak berumu 12, 10,
dan 6 tahun; pekerjaan pelatih atlet bulu tangkis; saat ini dirawat di RS Kanker Dharmais
karena menderita kanker tulang stadium lanjut. Klien tampak sering diam dan melamun, nafsu
makan menurun. Klien sering mengatakan dirinya sudah tidak punya harapan hidup dan sering
kali menolak tindakan yang akan dilakukan.

1. Tahap Pengkajian
Data Umum Data Objektif Data Subjektif
Laki-laki Klien diam Klien putus asa
Usia 40 tahun Klien melamun
Memiliki seorang istri Nafsu makan menurun
Memiliki 3 orang anak
(usia 12, 10, 6 tahun)
Pelatih atlet bulutangkis
Menderita kanker tulang
stadium lanjut

2. Diagnosis
a. Tanda gejala klien pada kasus : klien melakukan isyarat verbal, bersifat pasif,
kurang keterlibatan dalam asuhan, selera makan menurun, penurunan verbalisasi,
merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan anak, dan penurunan dalam
kemampungan mengasuh anak.

b. Kriteria penyusunan diagnosis :


1. Mengancam jiwa dimana klien terganggu kondisi psikologisnya sehingga dapat
menarahkan klien pada bunuh diri jika tidak segera diberikan asuhan
keperawatan.
2. Tanda dan gejala yang telah diidentifikasi akan memudahkan perawat dalam
menentukan diagnosis.
3. Pengembalian peran dimana pada kasus klien seorang laki-laki yang memiliki
peran sebagai kepala keluarga dan dengan terjadinya gangguan dalam kondisi
kesehatannya klien merasa tidak mampu menjadi orangtua sehingga perawat
harus segera memberikan asuhan keperawatan agar perannya dapat kembali
lagi.
c. Penentuan hasil keputusan berdasarkan dari tiga kriteria diagnosis dan tanda gejala
yang dialami oleh pasien, maka hasil diagnosisnya mengacu pada keputusasaan dan
ketidakmampuan menjadi orangtua (gangguan peran).

3 Perencanaan

Keputusasaan (Hoplessness)
NOC NIC
Masa depan yang positif Jelaskan kepada klien bahwa situasi yang
dialami hanya sementara!
Optimis Sampaikan kondisi yang sebenarnya!
Percaya diri Libatkan klien aktif dalam keperawatan!
Percaya terhadap orang lain Ciptakan hubungan terapeutik dengan orang
terdekat!
Edukasi keluarga tentang aspek positif!
Jadikan keluarga sebagai kelompok support!

Ketidakmampuan Menjadi Orangtua


NOC NIC
Harga diri yang positif Berikan dukungan pengasuhan pada klien!
Penerimaan terhadap penyakit Tingkatkan kemampuan koping pada klien!
Meningkatkan hubungan kasih sayang antara Ciptakan suasana yang dapat mengurangi
orangtua dan anak kecemasan klien!
Menjalankan peran sebagai orangtua Berikan konseling kepada klien!

Bibliografi
Berman, A., & Snyder, J. S. (2012). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice (9 ed.). New Jersey: Person Education, Inc.

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. & Wagner, C.M. (2013). Nursing
interventions classification (NIC) 6th ed. Mosby: an imprint of Elsevier, Inc.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC) 5th ed. Mosby, an imprint of Elsevier, Inc.
Nanda Internasional. (2015). Nursing diagnoses: Definitions & classification 10th ed. USA:
Wiley Blackwell.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10 ed.). Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai