3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya
memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap
bangsa.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru
budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
6. Gereja pun muda dikomersialisasi. Hal ini tentu memberi dampak pada
kehidupan keagamaan atau religiusitas. Gereja yang merupakan
perkumpulan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, mau atau
tidak mau, sadar atau tidak sadar ada dalam pengaruh globalisasi yang
menyebarkan ide-ide dan gagasan-gagasan itu. Tapi, globalisasi sesuatu
kenyataan yang tidak mungkin kita tolak. Masyarakat penghuni bumi sudah
terlanjur diintegrasikan oleh kuasa politik , ekonomi yang menaklukan itu.
Makanya, jika kaum muda diam, maka peradaban dan kehidupan
keagamaan kita akan tergilas oleh arus kuasa itu. Melawan globalisasi
mungkin tidak efektif langsung menerjang kuasa-kuasa itu. Barangkali kita
perlu membuat arus balik, yaitu mengglobal dari lokus kita atau
menunggangi globalisasi untuk survive menggapai masa depan.
1. Politik
Penyebaran nilai-nilai politik barat baik secara langsung atau tidak langsung
dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang semakin berani dan terkadang
mengabaikan kepentingan umum dengan cara membuat kerusuhan dan
tindakan anarkis.
2. Ekonomi
Berlakunya the survival oe the fittest sehingga siapa yang memiliki modal
yang besar akan semakin kuat dan yang lemah tersingkir. Pemerintah hanya
sebagai regulasi dalam pengaturan ekonomi yang mekanismenya akan
ditentukan oleh pasar.
4. Ledakan Informasi
Kemajuan iptek dan arus komunikasi global yang makin canggih, cepat, dan
berkapasitas tinggi.
Hari ini, bicara globalisasi bukan lagi sesuatu yang elitis. Manusia dari ujung
Nunukan/bahkan di pedalaman Kalimantan sampai di kota besar New York,
atau dari ruangan ini sampai di Sturbucks Coffe di Jakarta, tanpa menyebut
kata itu, kita sudah menjadi bagian dari globalisasi, baik sebagai korban
atau telah ikut berpartisipasi di dalamnya. Dari kaum muda yang hobi seni
sampai yang memusatkan perhatiannya pada panggilan iman, seperti
saudara-saudari ini, kita semua ada dalam globalisasi itu.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian
yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya
tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai
dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain
dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal
sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap
lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng
motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Tidak ada yang menyangkal jika spirit nasionalisme pemuda era reformasi
kian memudar. Tentu, di sini penulis merasa tidak perlu mengurai apa
penyebabnya. Sudah bukan jamannya lagi mencari kambing hitam,
saatnya kita membunuh kambing hitam dengan mencari solusi dan
pemecahannya guna mengharu-birukan kembali semangat nasionalisme
pemuda. Terang, yang dibutuhkan adalah olah gagasan, ide untuk berpikir
dan bergerak supaya spirit nasionalisme itu tumbuh. Spirit adalah mentalitas.
Tak dapat dipungkiri membangun mentalitas nasionalisme itu tidak mudah.
Perlu usaha keras dan kerja cerdas. Mentalitas adalah barang mahal yang
tak gampang diperoleh. Sementara mentalitas ini adalah akar dari gerakan
nasionalisme. Hal ini sangat fundamental. Di samping sistem tentu spirit dan
rasa nasionalisme yang membangun mentalitas ini akan menentukan action
kita di lapangan.