Dokumen - Tips - Microbial Fuel Cell 559dfc5d18ddd PDF
Dokumen - Tips - Microbial Fuel Cell 559dfc5d18ddd PDF
Oleh:
2011
PRAKATA
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa-Nya,
makalah ini tidak akan dapat terselesaikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
mata kuliah Mikrobiologi Industri kami, Made Ari Tri Penia yang senantiasa membimbing
Yang mendasari pembuatan makalah ini adalah rasa kepedulian kami terhadap
perkembangan penelitian mengenai energi alternatif listrik dengan bahan dasar bakteri
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula halnya dengan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan agar untuk ke depannya bisa lebih baik lagi.
Tim Penulis
PENDAHULUAN
Energi listrik merupakan aspek penting dalam menyokong kebutuhan nasional serta
perkembangan industri di Indonesia. Listrik adalah suatu kebutuhan primer di zaman
modern ini. Ketersediaan pasokan listrik yang memadai sangat mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian suatu negara dan tumbuhnya ekonomi Negara adalah salah
satu pilar utama berkembangnya suatu bangsa. Maka tak elak kalau keamanan pasokan
energi listrik menjadi salah satu penentu keberhasilan pengelolaan negara ini. Begitu
vitalnya dunia kelistrikan sehingga saat ini harus mulai dikaji dan dikembangkan lebih luas
lagi dalam diversifikasi energi untuk pembangkitan energi listrik. Energi listrik merupakan
energi sekunder yang dihasilkan dari konversi energi primer (sumber energi). Saat ini, secara
garis besar tenaga listrik di Indonesia dipasok oleh lima sumber energi primer, yakni batu
bara, gas, bahan bakar minyak (BBM), tenaga air (hydro), dan panas bumi (geothermal).
Pembangunan pembangkit tenaga listrik dapat kita temukan pada beberapa daerah.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memanfaatkan potensi kinetik dan potensial air
dapat kita temukan pada daerah-daerah yang memiliki potensi sungai ataupun danau
seperti PLTA Jatiluhur di Jawa Barat, PLTA Asahan dan Sigura-gura di Sumatera Utara.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara adalah salah satu jenis instalasi pembangkit
tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang
dihasilkan melalui pemanasan oleh batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari
listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia bergantung pada batubara, hal ini dikarenakan
PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan harga yang murah. Kelemahan utama dari
PLTU batubara adalah pencemaran emisi karbonnya sangat tinggi, paling tinggi dibanding
bahan bakar lain.
Saat ini PLN berusaha meningkatkan ketersediaan listrik PLN membangun 35 PLTU
denganntotal tenaga 10.000MW. Adapun PLTU yang terdapat di Jawa Barat antara lain PLTA
1 Jawa Barat di Indramayu dan PLTA 2 Jawa Barat di Pelabuhan Ratu.
Pemakaian batu bara untuk PLTU akan meningkatkan harga dari batu bara itu
sendiri, sama halnya dengan sumber energi lainnya seperti solar dan gas yang terus
meningkat akan menaikkan harga. dengan peningkatan permintaan batu bara maka para
produsen batu bara indonesia akan diminta untuk meningkatkan produksinya sehingga
kebutuhan dari PLTU di seluruh Indonesia akan terpenuhi, oleh kerena itu diperlukan
regulasi dari pemerintah soal pengaturan industri tambang batu bara ini. Jika dilepaskan
oleh mekanisme pasar maka PLTU yang telah dibangun akan mengalami kesulitan dalam
men-supply bahan bakar atau bisa dikatakan antara PLTU akan terjadi persaingan dalam
memperebutkan batu bara.
Disisi lingkungan akan terjadi peningkatan sulfida SOx dan COx serta zat lain hasil
pembakaran masuk ke lingkungan. issue yang sedang hangat adalah global warming, tak
ayal bangsa kita akan menjadi salah satu bagian besar dari pemanasan dunia. ini akan
terlihat dari kulitas udara, tanah dan air hasil dari pembuangan limbah PLTU. maka didalam
melakukan perencanaan pembangunan PLTU harus dipikirkan bagaimana waste tersebut
kembali di kelola agar limbah yang masuk kelingkungan terkurangi kandungan racunnya.
Untuk menanggulangi keterbatasan PLTU kita dapat menggunakan PLT yang cukup
potensial yakni PLTN atau pembangkit listrik tenaga nuklir, Namun perkembangan PLTN saat
ini masih perlu banyak pengkajian dan persiapan mengingat PLTN perlu dibangun dengan
keamanan yang cukup tinggi. PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/geotemal)
seperti PLTP Gunung Salak, PLTP Lahendong, PLTP Tampeso sudah ada namun masih perlu
banyak pengembangan.
Berbagai macam penelitian dilakukan untuk menemukan sumber energi baru dalam
rangka mengurangi tingkat ketergantungan terhadap sumber energi fosil. Geothermal, fuel
cell,angin, cahaya matahari adalah beberapa contoh sumber penghasil energi yang
sedang dikembangkan untuk pemakaian energy masal di Indonesia. Pengembangan energi
tersebut menarik untuk dikaji lebih dalam dikarenakan sumber sumber energi tersebut
sangat melimpah di alam Indonesia. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi
pengembangan sumber-sumber energi baru lain seperti contohnya sumber energi yang
berasal dari mikroba
Oleh sebab itu, di zaman teknologi yang semakin maju, dibutuhkan penggunaan
energi yang semakin besar. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dirasa tidak lagi
menjadi solusi yang menyokongnya. Beruntung pemenuhan sumber energi kian marak
dengan sumber sumber alternative lain yang dapat dibaharui dan ramah lingkungan,
untuk itu bukan tidak mungkin apabila Geobacter menjadi salah satu sumber energy
alternative yang diperhitungkan di masa depan.
BAB 2
PEMBAHASAN
Klasifikasi Saintifik
Kingdom Bacteria
Phylum Proteobacteria
Class Deltaproteobakteria
Ordo Desulfuromonadales
Family Geobacteraceae
Genus Geobacter
Species Sulfurreducens
Strain PCA Geobacter sulfurreducens pertama kali ditemukan dalam sebuah sampel
tanah yang terkontaminasi oleh senyawa hidrokarbon di Norman, Oklahoma. Geobacter
sulfurreducens mengoksidasi asetat menjadi karbondioksida dan air. Di saat yang bersamaan
Geobacter sulfurreducens mereduksi senyawa seperti sulfur, fumarat, dan beberapa metal
seperti besi (III) oksida.
Bakteri Geobacter sulfurreducens memiliki genom dengan kurang lebih 3,8 juta
pasang basa. Geobacter sulfurreducens mengkodekan hingga 100 jenis sitokrom c. Sitokrom
c adalah heme (suatu gugus fungsi yang mengandung atom Fe yang terletak di tengah-
tengah senyawa organik heterosiklik) yang dapat ditemukan terikat pada membran dalam
mitokondria. Heme ini terikat erat pada protein dan digunakan oleh protein untuk
membantu aktivitas biologisnya. Protein ini biasanya berupa enzim. Bentuk umum bakteri
ini adalah memiliki satu flagella pada satu sisi dan satu pili pendek pada sisi lainnya.
Geobacter secara umum pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Potomac River
(Geobacter Project, 2004). Kemudian barulah Geobacter sulfurreducens ditemukan pada
sampel tanah yang terkontaminasi oleh senyawa hidrokarbon di Oklahoma (EurekAlert,
2003). Pada endapan di lingkungan yang mengandung asetat sebagai pendonor elektron,
biasanya Geobacter ditemukan sebagai reduktor besi (D. Lovley, 2004). Akhir-akhir ini
ditemukan strain Geobacter (strain 121) yang dapat berkembang pada suhu yang lebih
tinggi dibanding mikroorganisme serupa. Strain ini diketahui dapat tumbuh pada suhu yang
tinggi, yaitu 121oC, suatu suhu yang awalnya diperkirakan dapat membunuh kebanyakan
mikroorganisme (Geobacter Project, 2004).
Akhir-akhir ini teknologi untuk menghasilkan biofuel dan bioenergi sedang hangat
untuk dibicarakan. Di saat yang bersamaan microbial fuel cell juga demikian. Proses
penghasilan listrik oleh mikroba saat mikroba memetabolisme substrat adalah salah satu
sumber energi yang sangat efisien karena proses ini tidak memerlukan proses pembakaran
untuk menghasilkan energi. Selain itu, substrat yang digunakan sebagai makanan mikroba
adalah substrat yang simpel atau bahkan senyawa/material sisa suatu reaksi. Dua
karakteristik ini membuat mikrobial fuel cell sebagai salah satu kandidat kuat untuk menjadi
alternatif sumber energi di masa depan.
Namun masih terdapat banyak halangan yang harus dilewati agar teknologi ini dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini, voltase dan arus listrik yang dihasilkan mikrobial
fuel cell masih relatif sangat kecil sehingga belum banyak berguna untuk industri. Untuk
memecahkan masalah ini, sebuah penelitian sedang dilakukan oleh para ilmuwan untuk
mencari bahan mikrobial fuel cell yang lebih efisien dalam menghasilkan energi dan untuk
lebih memahami bagaimana pengaruh jenis anoda dan katoda yang digunakan terhadap
sifat mikroba atau interaksi mikroba tersebut dengan anoda nya saat terjadi proses transfer
elektron.
Geobacter sulfurreducens adalah salah satu mikroba yang sedang dipelajari secara
mendalam mengenai perannya dalam suatu microbial fuel cell. Bakteri ini adalah yang
paling sering dipelajari karena jumlahnya yang relatif banyak pada anoda dalam microbial
fuel cell. Spesies ini, yang menghasilkan listrik dengan cara mengoksidasi senyawa organik
dan mereduksi anoda, menghasilkan sejumlah besar energi karena terdapat beberapa
mekanisme transportasi elektron ke sumber ekstraselular melalui baik sitokrom c atau pili.
Selain itu, pembentukan biofilm pada anoda juga menyebabkan arus listrik yang dihasilkan
menjadi lebih tinggi karena semua sel menjadi terlibat dalam transport elektron ke anoda.
Berikut adalah jenis-jenis gen yang mengkode sitokrom c. Gen-gen ini adalah gen
yang dapat membuat Geobacter sulfurreducens menghasilkan arus listrik yang paling kuat:
Saat jenis-jenis gen tersebut dihapus, strain bakteri tersebut akan kehilangan
kemampuan untuk menghasilkan listrik dengan arus listrik yang cukup kuat. Sebaliknya,
apabila gen-gen tersebut dimasukkan kembali, kemampuan untuk menghasilkan arus listrik
yang cukup kuat akan kembali pula.
2.1.4 BIOFILM
1. Pili dapat bertindak sebagai microbial nanowires. Ini berarti struktur pili ini dapat
bertindak sebagai pendonor elektron final. Elektron yang dihasilkan di dalam sel
akibat memetabolisme asetat ditransport ke membran luar bakteri, melalui pili dan
kemudian menuju anoda. Untuk sel yang berada di luar biofilm, pili bertindak
sebagai media perpindahan elektron dari satu sel ke sel yang lain, dan kemudian
mencapai anoda. Hal ini menyebabkan semua sel berkontribusi dalam mentranspor
elektron.
2. Sitokrom c dapat pula bertindak sebagai media transpor elektron dari sel yang ada di
paling luar biofilm hingga mencapai anoda. Sitokrom c dapat berinteraksi dengan
protein-protein pada sel lain, dan elektron ditransfer melalui protein-protein
tersebut hingga mencapai anoda. Apabila MFC nya menggunakan strain yang tidak
memiliki pili, syarat untuk dapat memanfaatkan sitokrom untuk transpor elektron
adalah dengan memastikan sel-sel tersebut menempel langsung pada anoda.
Geobacter metallireducens ini merupakan gram negative ini memiliki sel berbentuk
batang. Bakteri ini merupakan baakteri anaerobik yang memiliki phili dan flagella. Bakteri ini
berhasil diisolasi untuk pertama kali dari endapan air. Geobacter metallireducens memiliki
kemampuan menghasilkan energi dengan mereduksi beberapa macam logam, seperti besi,
mangan, uranium dan beberapa logam lainnya. Geobacter metallireducens dinobatkan
sebagai mikroba pertama yang ditemukan dengan kemampuan untuk mengoksidasi
senyawa organik (termasuk besi logam radioaktif dan senyawa minyak bumi) menjadi
karbon dioksida yang ramah lingkungan, sekaligus menghasilkan energi listrik. Jenis bakteri
ini juga dapat mengoksidasi asam lemak berantai pendek, alkohol, dan senyawa
monoaromatik seperti toluene dan fenol dengan menggunakan besi sebagai akseptor
elektron.
Saat ini pengembangan dan kemajuan mikrobiologi mengarah ke tingkat yang lebih
tinggi. Di tahun 2005, dilaporkan bahwa terdapat penemuan kawat nano oleh Lovley. Kawat
ini diduga menggunakan bakteri Geobacter untuk mentranfer electron dengan efisiensi yang
lebih tinggi. Serta beberapa terobosan terobosan baru yang masih dikembangkan sampai
sekarang.
2.3.1 DESKRIPSI
MFC dengan Geobacter sulfurreducens terdiri atas wadah berisi anoda dan wadah
yang berisi katoda yang tersambung oleh kabel dan dipisahkan oleh membran proton.
Membran ini hanya memperbolehkan ion hidrogen untuk lewat, tapi tidak untuk elektron
dan gas-gas lain yang terdapat di wadah. Agar listrik dapat dihasilkan, sampel mikroba harus
dibudidayakan dalam wadah anoda pada suhu 30oC yang telah diisi cairan (medium) yang
kaya akan senyawa organik. Dalam kasus MFC Geobacter, asetat adalah substrat yang paling
sering digunakan karena asetat memiliki struktur yang cukup simpel yang dapat diuraikan
secara mudah, dan memberikan cukup energi bagi mikroba untuk berkembang secara
normal dan menghasilkan arus listri setinggi mungkin. Cairan (medium) tersebut harus
diaduk secara kontinyu untuk memastikan senyawa asetat selalu tersedia untuk mikroba
berkembangbiak.
Dan berikutnya adalah contoh MFC yang digunakan untuk sumber energi kalkulator:
Contoh persamaan reaksi yang terjadi di dalam Microbial Fuel Cell adalah :
C12H22O11 + 13H2O 12CO2 + 48 H+ + 48e-
Senyawa organik + air karbon dioksida + ion hidrogen + elektron
Terdapar beberapa jenis Microbial Fuel Cell, yaitu :
- Mediator microbial fuel cell
Sebagian besar microbial cell tidak aktif secara elektrokimia. Transfer elektron dari
mircobial cell ke elektroda difasilitasi oleh mediator seperti thionine, metil
viologen, metil blue, humic acid, neutral red dll. Sebagian besar dari mediator mahal
dan beracun.
Mediator-less microbial fuel cells bisa dijalankan di limbah air, dan dapat
menghasilkan energi langsung dari beberapa tanaman air. MFC ini termasuk ke
dalam Plant Microbial Fuel Cells (Plant-MFC)
Variasi dari mediator-less MFC adalah microbial electrolysis cells (MEC). MFC
memproduksi arus listrik dengan dekomposisi bakteri dari hidrokarbon air,
sebaliknya MEC menghasilkan hidrogen atau metana secara langsung dengan
menerapkan arus listrik ke bakteri.
- Soil-based Microbial Fuel Cell
Soil-based microbial fuel cells memiliki prinsip dan deskripsi yang sama seperti MFC
diatas, dengan tanah sebgai nutrisi utama untuk media anoda, inokulum, dan
membran pertukaran proton. Anoda ditempatkan pada kedalaman tertentu di dalam
tanah, katoda berada diatas tanah dan terkena langsung dengan oksigen dari udara
disekitarnya.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan efektifitas sebuah
MFC adalah memperhatikan jenis material anoda nya. Jenis anoda yang dipakai sangat
berpengaruh terhadap kuat arus listrik yang dihasilkan MFC tersebut. Akhir-akhir ini, bahan
anoda yang sangat sering digunakan adalah grafit. Grafit memiliki permukaan yang relatif
kasar, sehingga lebih banyak sel/bakteri yang dapat hinggap di anoda. Percobaan telah
membuktikan bahwa anoda dengan tingkat kekasaran yang lebih tinggi memiliki
kecenderungan mengikat bakteri dengan jumlah yang lebih banyak.
Dalam kasus MFC Geobacter sulfurreducens, grafit memiliki kekasaran yang cukup
tinggi untuk bakteri/sel dapat menempel di anoda. Biofilm yang terbentuk akan terikat
secara kuat pada anoda dan kemungkinannya untuk lepas dari akseptor elektron, bahkan
saat medium organik sedang dalam proses pengadukan.
Material anoda yang lain juga telah dites untuk mengukur energi listrik yang
dihasilkan. Selain grafit, material yang telah dicoba sebagai anoda adalah aurum (gold). Pada
awalnya aurum dianggap sebagai material yang baik sebagai bahan anoda karena aurum
merupakan konduktor yang baik dan dapat terikat dengan permukaan lain. Namun ternyata
percobaan membuktikan bahwa listrik yang dihasilkan MFC dengan anoda aurum tidak
sebanyak listrik yang dihasilkan MFC dengan anoda grafit. Hal ini dikarenakan kekasaran
permukaan aurum tidak setinggi grafit. Sehingga tidak banyak biofilm yang dapat terikat ke
aurum, sehingga biofilm dapat terlepas dari anoda saat terjadi pengadukan medium
organik. Namun, karena aurum dikatakan dapat terikat pada hampir semua jenis
permukaan, anoda aurum dapat dimanfaatkan untuk MFC dalam skala yang lebih kecil,
misalnya skala mikro atau nano. Pada sisi lain, grafit tidak dapat digunakan untuk MFC skala
kecil (mikro/nano).
MFC harus dikembangkan secara intensif agar dapat digunakan dalam skala industri.
MFC memiliki masa depan cerah untuk menjadi salah satu alternatif energi listrik di masa
depan. Untuk saat ini, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya agar MFC dapat
menghasilkan energi listrik yang lebih banyak yang dapat digunakan untuk barang-barang
elektronik yang lebih kompleks. Hingga saat ini, kuat arus listrik yang dihasilkan masih
sekitar 14 mA. Hal ini berarti MFC hanya dapat digunakan untuk sumber listrik barang-
barang elektronik yang tidak kompleks.
BAB 3
KESIMPULAN
Energi listrik adalah energi yang sangat krusial bagi kehidupan manusia. Selain listrik
yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik, saat ini telah ditemukan teknologi baru yang
memanfaatkan bakteri sebagai bahan dasar penghasil listrik dengan bantuan Microbial Fuel
Cell (MFC). Energi alternatif listrik ini masih berada dalam tahap pengembangan lebih lanjut.
Berbagai penelitian tentang MFC dan jenis-jenis bakteri yang digunakan masih dilakukan.
Secara garis besar, jenis bakteri yang digunakan untuk MFC hingga saat ini ada dua,
yaitu Geobacter metallireducens dan Geobacter sulfurreducens. Jenis spesies bakteri
Geobater metallireducens dan Geobacter sulfurreducens ini memilikki kemampuan untuk
mereduksi senyawa organik dan logam menjadi karbon dioksida yang ramah lingkungan
menjadi energi listrik.
1. Limbah senyawa organik/substrat dioksidasi oleh bakteri pada sisi anoda dan
menghasilkan karbon dioksida.
2. Saat bakteri menguraikan senyawa organik, ekektron dilepaskan.
3. Elektron ditransfer ke anoda oleh bakteri Geobacter.
4. Transfer elektron dilanjutkan ke katoda.
5. Aliran elektron dari anoda ke katoda ini akan menghasilkan energi listrik
6. Disaat bersamaan, proton dilepaskan dari anoda menuju katoda melalui
membran proton.
7. Proton dan elektron yang berada di katoda akan bereaksi dengan oksigen dan
membentuk molekul air.
Listrik yang dihasilkan oleh MFC ini masih hanya dapat digunakan untuk skala rumah
tangga, dan terdapat banyak pengembangan agar dapat memperluas skala penggunaannya,
seperti melakukan perombakan gen pada bakteri, pemilihan jenis anoda yang efektif dan
efisien, pengembangan dan lain-lain. Penelitian hingga saat ini telah ditemukan kawat nano
sebagai penghasil energi listrik dengan bahan dasar bakteri. Alat ini memiliki efisiensi yang
lebih tinggi dibandingkan MFC. Namun penelitian ini masih dalam tahap pengembangan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
www.zulfindra.blogspot.com (20 April 2011, 17.31)
www.agguss.wordpress.com (20 April 2011, 17.45)
www.ehp03.niehs.nih.gov/home.action (20 April 2011, 18.03)
www.sciencedaily.com (21 April 2011, 09.12)
www.physorg.com/news192113023.html (21 April 2011, 09.32)
www.wikipedia.com/geobacter (21 April 2011, 09.41)
www.microbewiki.com/geobacter (21 April 2011, 10.01)