Anda di halaman 1dari 27

1.

Cara mengecek airway


Manajemen Airway, Breathing
dan Circulation
16/11/2011 duniaaskep Askep Gawat Darurat

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan

napas.
Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya
udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenase tubuh.
Pertama kali yang harus kita lakukan adalah :
Pemeriksaan Jalan Napas dengan metode (Look, Listen, Feel)
Look : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
Listen : Dengarkan ada atau tidak suara nafas tambahan yang
keluar
Feel : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui
mulut atau hidung.
Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel Cara ini dilakukan untuk
memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
Jenis-jenis suara nafas tambahan disebabkan karena hambatan
sebagian jalan nafas :
A. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya
kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar
suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-
finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari
mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke
bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

Tindakan Cross-Finger
B. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka
lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-
sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
Tindakan Finger Sweep
C.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama
tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.
Bila pemeriksaan yang sudah kita lakukan seperti keterangan di atas
dan kita menemukan adanya sumbatan pada jalan nafas langkah
atau tindakan selanjutnya yang harus kita lakukan adalah membuka
jalan nafas tersebut dengan berbagai macam metode di antaranya
adalah :
1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
2. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
3. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang
bawah)
perlu di ingat!! Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan
kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan
mencegah gerakan leher yang berlebihan yang memungkinkan
terjadinya cidera servikal yang lebih berat.
1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak
boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher
tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
2. Chin Lift Manuver (Tindakan mengangkat dagu)
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang


dagu pasien kemudian angkat.
3. Jaw thrust maneuver (Tindakan mengangkat sudut rahang
bawah)
Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih
lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan


sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
Sumber Referensi : Hand Out Pelatihan Basic Life
Support RS. Husada Utama Surabaya,
http://junirahmat.blogspot.com, http://dokter-
medis.blogspot.com,

2. Deskripsi luka
3. DESKRIPSI LUKA
4. 1. PENDAHULUAN
5. Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera di gunapakai secara
sinonim dengan kata luka, malah dapat memberikan maksud yang lebih
luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energy
fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan
kimiawi, listrik dan radiasi. (1)
6. Kata Inggris injury berasal dari kata Latin injuria yang bermaksud tidak
berperikemanusiaan. Terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun
semakin digunapakai untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit
maupun degenerasi local pada jaringan yang dapat mengakibatkan
perubahan fungsi atau struktur. (1)
7. Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada
kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk
kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh
penyebab alami atau tidak. (1)
8.
9. 2. KLASIFIKASI LUKA
10. Secara umumnya, luka atau cedera dibagi kepada beberapa
klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma tumpul, trauma tajam dan
luka tembak. (1)
11.
12. a. LUKA TRAUMA TUMPUL
13. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia
seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-
benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia
mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa
kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada
tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya.
14. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu,
besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda
tumpul itu sendiri adalah :
15. Tidak bermata tajam
16. Konsistensi keras / kenyal
17. Permukaan halus / kasar
18. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain
orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang
medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang
sulit dipastikan.
19. Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
20. Luka Akibat Trauma Tumpul
21. Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah:
22. 1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
23. 2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
24. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih
lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Derajat luka,
perluasan luka serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh benda
tumpul bergantung kepada:
25. 1. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
26. 2. Waktu dari benda yang mengenai tubuh
27. 3. Bagian tubuh yang terkena
28. 4. Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
29. 5. Jenis benda yang mengenai tubuh
30. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan
kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut
menimbulkan berbagai tipe luka. Luka Akibat trauma tumpul dibagikan
menurut beberapa kategori:
31. 1. Abrasi
32. 2. Laserasi
33. 3. Kontusio
34.
35.
36.
37. Klasifikasi Trauma Tumpul Berdasarkan Jaringan atau Organ yang
Terkena
38. Klasifikasi luka akibat benda tumpul meurut jaringan atau organ yang
terkena adalah sebagai berikut :
39. 1. Kulit
40. a. Luka Lecet
41. b. Luka Memar
42. c. Luka Robek
43. 2. Kepala
44. a. Tengkorak
45. b. Jaringan Otak
46. 3. Leher dan Tulang Belakang
47. 4. Dada
48. a) Tulang
49. b) Organ dalam dada
50. 5. Perut
51. a. Organ Parenchym
52. b. Organ berongga
53. 6. Anggota Gerak
54.
55. a. Abrasi (Luka Lecet)
56. Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya
pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan
epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah
dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda
yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis
bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.
57. Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata
telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini
(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
58. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan
sebagai luka lecet gores (Scratch), luka lecet serut (Scrape), luka lecet
tekan (impact abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).
59. a. Luka lecet gores ( Scratch)
60. Diakibatkan oleh benda runcing ( misalnya kuku jari yang menggores kulit)
yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan
mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan
arah kekerasan yang terjadi.
61. Gambar . Luka lecet pada tangan yang disebabkan oleh benda dengan
permukaan runcing. ( Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
62. a. Luka lecet serut (Scraping )
63. Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat
letak tumpukan epitel.
64. Gambar . Luka lecet pada kaki. Terlihat pengelupasan kulit yang ireguler
pada lapisan kulit epidermis. ( Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
65. Gambar . Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang
kontak dengan kulit. Biasanya benda asing juga dapat tertanam pada
permukaan kulit yang abrasi, seperti aspal dari permukaan jalan. Abrasi
yang terlihat pada gambar ini sedang dalam tahap penyembuhan. ( Dikutip
dari kepustakaan forensic pathology).
66. b. Luka lecet tekan ( Impact abrasion)
67. Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama
dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih
memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang
khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya.
Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi
lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca kematian.
68.
69. Gambar . Impact abrasion pada sisi kanan wajah. Luka lecet tekan pada
area supraorbital,area zigomaticum dan sisi dari hidung sering terlihat pada
orang yang tidak sadar dan kepala terbentur di jalan. (Dikutip dari
kepustakaan forensic path 2nd ed)
70. Gambar . Gambar ini merupakan pola abrasi pada abdomen. Tampak pola
luka lecet yang disebabkan oleh geseran terhadap tanki besi dengan
permukaan kasar dan berkarat saat jatuh. Pola ini menandakan permukaan
dan arah dari geseran yang terjadi. (Dikutip dari kepustakaan forensic
pathology).
71. Gambar . Terdapat bekas besi pemanggang pada tubuh korban yang
lompat dari lantai 8 dan mengenai besi pemanggang. (Dikutip dari
kepustakaan forensic path 2nd ed)
72. Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet
mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena
dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
73. 1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-
alat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang
dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang
sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
74. 2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul
yang menyebabkan
a.) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan
tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan
seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan
memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan
dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka
lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan jejas jerat,
khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban.
75. b.) Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas
oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh
korban seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut,
khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana
kembang dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-
zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari
sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam
penyidikan.
76. c.) Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada
tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu
dengan adanya jejas laras, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan.
Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari
bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.
77. d.) Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau
yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh
dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan
sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah
pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau
keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher
korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat;
dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya
kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan
apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh.
78. e.) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan
dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan
cetakan dari bentuk radiator penabrak.
79. 3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat
dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila
pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan
yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam
kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan
dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah
tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila
kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.
80. Karakteristik luka lecet :
81. 1) Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
82. 2) Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan
kasar dan tumpul
83. 3) Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
84. 4) Timbul reaksi radang (Sel PMN)
85. 5) Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan
tidak meninggalkan jaringan parut.
86. Memperkirakan umur luka lecet:
87. Hari ke 1 3 : warna coklat kemerahan
88. Hari ke 4 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
89. Hari ke 7 14 : pembentukan epidermis baru
90. Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
91.
92. Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem
93.
ANTE MORTEM POST MORTEM
1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel
2. Epidermis terpisah sempurna
1. Tanda intravital (+) dari dermis
2. Sembarang tempat 3. Tanda intravital (-)
4. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang

94.
95. b. Kontusio (Luka Memar)
96. Kontusio Superfisial
97. Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.
Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan
dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ
dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan
darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.
98. Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada
orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka
sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya
jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah
yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
99. Gambar . Battle sign. Tampak luka memar di belakang dan dibawah telinga
yang terletak di prosesus mastoid yang disebabkan oleh darah yang
berakumulasi secara gravitasi disebabkan oleh fraktur basis cranii. (Dikutip
dari kepustakaan forensic for med student)
100. Gambar . Racoon eyes. Tampak luka memar di sekitar jaringan ikat longgar
daerah mata disebabkan oleh fraktur basis cranii. (Dikutip dari
kepustakaan forensic for med student)
101. Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah
perdarahan tepi (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban
terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru
tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk
perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar
berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi
tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti
untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik.
102. Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial
(Superficial), Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (
Patterned/ imprint).
103. a. Luka memar superfisial
104. Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh
akumulasi darah secara subkutan.
105. Gambar . Luka memar pada lengan. Awalnya, luka memar memberikan
warna merah kebiruan namun seiring berjalannya waktu sel darah merah
akan rusak, melepaskan billirubin dan heme yang memberikan gambaran
kuning-kecoklatan yang dapat terlihat satu minggu kemudian. (Dikutip dari
kepustakaan forensic pathology)
106. b. Luka memar dalam
107. Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih
dalam dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1
sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.
108. Gambar . Gambar diatas merupakan luka memar dengan beberapa warna,
dimana terdapat warna kekuningan yang difus pada pinggirnya
menandakan bahwa luka memar sudah terjadi sebelum foto ini diambil.
(Dikutip dari kepustakaan forensic for med student)
109. c. Luka memar berbekas
110. Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya
objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.
111. Gambar . Luka memar pada paha. ( Dikutip dari kepustakaan injury and
death investigation).
112. Gambar . Terdapat luka memar yang berbekas pada jejas gigitan ataubite
mark.(Dikutip dari kepustakaan bite mark pdf)
113.
114. Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan
pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin
lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat
luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang
dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum
kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun
bergantung pada keahlian pemeriksa.
115. Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan
masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan
kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang
akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga
dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar
dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan
dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan
saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup,
kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas
gangren.
116. Memperkirakan umur luka memar :
117. Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
118. Hari ke 2 3 : warna biru kehitaman
119. Hari ke 4 6 : biru kehijauancoklat
120. > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
121.
122. Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada
area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh
pembuluh darah kecil secara gravitasi.
123. Gambar . Lebam mayat biasanya terjadi yang terbentuk 30 menit sampai 2
jam setelah kematian dan perubahan warna mencapai puncaknya pada 8
sampai 12 jam setelah kematian.( Dikutip dari kepustakaan injury and death
investigation pdf)
124. Gambar. Lebam mayat dapat dibedakan dengan luka memar (Dikutip dari
kepustakaan kepustakaan injury and death investigation pdf)
125.
126. Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat.
127.
Luka Memar Lebam mayat
1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang terendah
2. Pembengkakan (+) 2. Pembengkakan (-)
3. Tanda Intravital (+) 3. Tanda Intravital (-)
4. Ditekan tidak menghilang 4. Ditekan Menghilang
5. Diiris : tidak menghilang 5. Diiris : dibersihkan dengan
kapas menjadi bersih

128.
129. Kontusio pada organ dan jaringan dalam.
130. Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki
karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika
terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.
131. Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan
terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat
menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan
perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ
lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol
pernapasan dan peredaran darah.
132. Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit
pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls
dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung.
Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat
pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada
organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan
perdarahan pada rongga tubuh.
133.
134. Kontusio Cerebri
135. Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu.
Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada
bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik.
Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju
otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila
kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat
sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian
total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan
kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan
menyebabkan adanya fokus epilepsi.
136. Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan
dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka
ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada
trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala
terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya
dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit
kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena,
hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.
137. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang
bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini
kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa
yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun,
kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang
berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.
138. Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena
foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak
tepat sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan
hubungan trauma yang terjadi.
139. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala
yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau
mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan
tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
140. Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai
daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan
perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball
haemorrhages sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat
serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan
yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa
dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup
mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala,
serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus
lain yang menyebabkan perdarahan.
141. Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat
predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan
tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai
orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
142. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala.
Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa
berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut
dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung
yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak
membuktikan adanya trauma kepala.
143.
144. d. Laserasi (Luka robek)
145. Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari
pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan
pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda
yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek
kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit
dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat
luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut
yang mengalami indentasi.
146. Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan
jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi
dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat
menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi
laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang
terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
147. Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan. (Dikutip dari
kepustakaan ebook forensic pathology second ed ).
148. Gambar . Luka robek dengan avulse pada kulit wajah ( Dikutip dari
kepustakaan ebook forensic pathology second ed)
149.
150. Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan
yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga
pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu
atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut
dengan swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi
yang mirip.
151. Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,
perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal
yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan
penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang
bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk
eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi,
yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh
ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut
tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur
lain.
152. Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera,
beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah
mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak
adanya perdarahan.
153. Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil
tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila
perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai
jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas
kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam
jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.
154. Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada
saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada
jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan
emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi
pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada
organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi
organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu
lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
155.
156.
157.
158. Karakteristik dari luka robek:
159. Laceratio Cerebri (Robek Otak)
160. Merupakan kerusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai
robeknya Arachnoid.
161. Ada 2 macam :
162. 1. Direct Laceration (Coup)
163. 2. Countre Coup Laceration
164. Bagian yang mengalami kekerasan langsung dengan benda tumpul adalah
Coup sedangkan yang berlawanan adalah Counter-Coup. Counter-Coup
terjadi bila ada Oscilasi (getaran) otak yang membentur duramater dan ini
terjadi bila kepala dalam keadaan bergerak atau bebas bergerak.
165. Mekanisme Terjadinya Countre-Coup :
166. Pada trauma tumpul kepala terdapat Acelerasi dan Decelerasi. Pada waktu
Acelerasi terjadi gerakan tengkorak ke arah impact dan gerakan otak
berlawanan dengan arah impact.Pada waktu Decelerasi kepala bergerak
tiba-tiba membentur benda tumpul. sedang otak bergerak ke arah
berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami kekerasan tadi, sehingga
otak membentur bagian berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami
kekerasan langsung.
167.
168. e. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
169. Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama
dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan
selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.
170. Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari
sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek
mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan
yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau
tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek
sering tampak adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena luka pada
umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan
kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka
terbuka dengan benda tumpul.mengenai tubuh korban
171.
172. Deskripsi luka
173. Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka
tidak perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan
deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi
penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
174. Deskripsi luka meliputi:
175. 1. Jumlah luka
176. 2. Lokasi luka, meliputi:
177. a. Lokasi berdasarkan region anatomiknya.
178. b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian
tertentu dari tubuh. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat
dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung.
Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi
tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang
melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis
khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus
selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua
ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung
dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang
menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
179. 3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
180. 4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam
bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
181. 5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
-Lecet (ada atau tidak)
-Tatoase (ada atau tidak)
182. Pola Trauma Tumpul
183. Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat
dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma
banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal.
Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun
karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal
mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup
berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang
memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang
yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.
Trauma Tumpul Tajam
a. Bentuk luka Tidak teratur Teratur

b. Tepi Luka Tidak rata Rata

c. Jembatan Jaringan Ada Tidak ada

d. Rambut Tidak terpotong Terpotong

e. Dasar Luka Tidak teratur Teratur

f. Sekitar Luka Ada luka lecet Tak ada luka lain


atau memar

184. Tabel . Perbedaan antara trauma tumpul dan trauma tajam


185. Contoh pola trauma:
186. 1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada
saat terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan
menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi,
kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
187. 2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan
fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya
fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di
pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang
ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya.
Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak
kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk
mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
188. 3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan
adanya pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas
pada satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh
sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
189. 4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan
yang kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat
dari luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di
depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila
korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala.
190. 5. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat :
191. o Patah tulang leher
192. o Robek P. darah, otot, oesophagus, trachea/larynx
193. o Kerusakan syaraf
194.
195. 6. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat :
196. o Patah os costae, sternum, scapula, clavicula
197. o Robek organ jantung, paru, pericardium
198. 7. Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut dapat berakibat :
199. o Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca
200. o Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung,
usus,v.urinari
201. 8. Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra dapat berakibat:
202. o Fraktura, dislokasi os vertebrae
203. 9. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat :
204. o Patah tulang, dislokasi sendi
205. o Robek otot, P.darah, kerusakan saraf
206.
207. b. LUKA TRAUMA TAJAM
208. Luka benda tajakm merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas
jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau
berujung runcing. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah
dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka
tembakan senjata api. Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam,
walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan;
tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa
bunuh diri.
209. Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata
tajam dibagi menurut beberapa kategori:
210. 1. Luka tusuk (stab wound)
211. 2. Luka Iris (Incised wounds)
212. 3. Luka Bacok (Chop wounds)
213.
214.Ciri-ciri luka benda tajam sering dibandingkan dengan luka benda tumpul:
Trauma Tumpul Tajam
g. Bentuk luka Tidak teratur Teratur

h. Tepi Luka Tidak rata Rata

i. Jembatan Jaringan Ada Tidak ada

j. Rambut Tidak terpotong Terpotong

k. Dasar Luka Tidak teratur Teratur

l. Sekitar Luka Ada luka lecet atau Tak ada luka lain
memar
215.
216. Cara mendeskripsi luka tajam hendaknya ditentukan :
217. 1. Lokalisasi :
218. a. Kordinat
219. b. Absis
220. 2. Ukuran
221. 3. Jumlah luka
222. 4. Bentuk luka
223. 5. Benda asing
224. 6. Terjadinya intravital/post mortal
225. 7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak
226. 8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuhdiri/pembunuhan
227.
228.
a. Luka tusuk (Stab wounds)
229. Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul
yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh. Contoh: belati, bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk
kerbau.Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan
perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau
bermata dua.
230. Karakteristik dari luka tusuk:
231. Tepi luka rata
232. Dalam luka lebih besar dari panjang luka
233. Sudut luka tajam
234. Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
235. Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
236. Identifikasi senjata pada luka tusuk:
237. 1. Panjang Luka :
238. ukuran maksimal dari lebar senjata
239. 2. Dalam luka :
240. Ukuran minimal dari panjang senjata
241. 3. Untuk luka tusuk pada bagian dada stabil
242. 4. Untuk luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang
senjatanya karena perut sangat elastis.
243. Gambar . Bagian dari senjata tajam bermata satu. ( Dikutip dari
kepustakaan forensic path 2nd ed)
244. Bentuk luka tusukan di kulit ditentukan tidak hanya oleh bentuk dari pisau,
tetapi juga ditentukan oleh sifat dari kulit. Jika luka tusuk terjadi saat kulit
sedang dalam kondisi meregang, akan menghasilkan luka yang panjang,
namun luka akan tampak pendek ketika kulit dalam kondisi mengendur.
245. Gambar . Luka tusuk oleh senjata tajam bermata satu. Tampak celah
terbuka pada ujung atas luka dan bentuk seperti huruf V pada ujung bawah
luka ( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
246. Gambar . Luka yang tidak teratur disebabkan oleh luka tusuk oleh pisau,
penampakan luka seperti disebabkan oleh pisau yang diputar atau gerakan
korban untuk melepas pisau tersebut.
247.
248. Cara menentukan luka tusuk disebabkan oleh pembunuhan atau bunuh diri:
Bunuh Diri

Pembunuhan
Lokalisasi di sembarang tempat, juga Lokalisasi pada daerah tubuh yang
di mudah
daerah tubuh yang tak mungkin dicapai tubuh korban (dada, perut)
dicapai
tangan korban
Jumlah luka dapat satu/lebih Jumlah luka yang mematikan
biasanya satu
Didapatkan tanda perlawanan dari Tidak ditemukan Luka Tangkisan
korban
yang menyebabkan luka tangkisan
Pakaian ikut terkoyak Bila pada daerah yang ada pakaian,
maka
pakaian disingkirkan lebih dahulu,
sehingga
tidak ikut terkoyak
Ditemukan Luka Tusuk Percobaan Tidak ditemukan Luka Tusuk
Percobaan
249.
250. 2. Luka Iris ( Incised wounds)
251. Luka iris adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan
kemudian digeserkan sepanjang kulit.
252. Karakteristik luka iris :
253. o Pinggir luka rata
254. o Sudut luka tajam
255. o Rambut ikut terpoton
256. o Jembatan jaringan ( -)
257. o Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
258.
259. Perbedaan antara luka iris pada pembunuhan dan bunuh diri:
Pembunuhan Bunuh Diri
Sebenarnya sukar membunuh Lokalisasi luka pada daerah tubuh
seseorang dengan irisan, kecuali yang dapat
kalau fisik korban jauh lebih lemah dari dicapai korban sendiri:
pelaku atau korban dalam leher
keadaan/dibuat tidak berdaya pergelangan tangan
lekuk siku, lekuk lutut
pelipatan paha
Luka di sembarang tempat, juga pada Ditemukan Luka Iris Percobaan
daerah
tubuh yang tidak mungkin dicapai
tangan
korban sendiri

Ditemukan Luka tangkisan/ tanda Tidak ditemukan Luka Tangkisan


perlawanan
Pakaian ikut koyak akibat senjata Pakaian disingkirkan dahulu/tidak ikut
tajam tersebut robek
260.
261. Gambar . Luka iris yang menimbulkan luka yang mengerut pada kulit
disebabkan oleh pisau yang ditoreh di permukaan kulit dari ujung ke ujung
yang satu. ( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed).
262.
263. Tepi dari luka iris cenderung memisahkan atau membuat celah pada
permukaan. Perluasan dari luka dan bentuk tersebut bergantung pada
paralel, melintang, atau miring ke arah serat yang elastis di kulit (garis
Langer). Dengan demikian, garis paralel dari luka iris ke arah serat kontraktil
celahnya kurang dari satu dibuat di sudut kanan atau miring ke arah serat
karena serat akan menarik dan memisahkan tepi kulit.
264. Gambar . Luka iris pada wajah disebabkan oleh pisau cukur. Tampak
pinggir luka yang tajam, dengan margin yang bersih.( Dikutip dari
kepustakaan forensic path 2nd ed).
265. Gambar . luka tangkisan/perlawanan pada telapak tangan menandakan
upaya untuk memegang sebuah pisau. ( Dikutip dari kepustakaan forensic
path 2nd ed)
266.
267. 3. Luka Bacok ( Chop Wounds)
268. Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau
agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup
besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal. Kehadiran luka
iris yang terdapat pada kulit, dengan fraktur comminuted mendasari atau
terdapat alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa disebabkan
oleh senjata yang bersifat membacok.
269. Karakteristik pada luka bacok:
270. Luka biasanya besar
271. Pinggir luka rata
272. Sudut luka tajam
273. Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat
memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan
274. Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, abrasi
275.
276. Gambar . Luka bacok. Ciri luka bacok terdapat luka insisi sampai
menembus tulang. ( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
277. Gambar . Luka bacok pada antemortem pada lengan kanan. ( Dikutip dari
kepustakaan forensic path 2nd ed)
278.
279. c. LUKA TEMBAK
280. Senapan dan pistol memiliki amunisi dan kartrij yang terdiri dari primer,
mesiu atau propellant dan peluru atau projektil. Apabila picu dari senjata
menghentam primer maka ledakan yang tercetus akan membakar mesiu.
Mesiu, primer yang tervaporisasi dan metal dapat menempel pada kulit
dan/atau pakaian korban. Kehadiran dan lokasi dari elemen primer pada
tangan dapat membantu dalam mengenalpasti suspek yang telah
melepaskan tembakan.
281. Mesiu yang keluar dari mncung senjata terdiri dari dua jenis:
282. Mesiu yang terbakar sepenuhnya, juga dipanggil sebagai soot atau
fouling yang dapat dicuci dari permukaan kulit.
283. Partikel dari mesiu yang terbakar atau tidak terbakar yang dapat
tertanam di permukaan kulit atau memberikan gambaran tattooing atau
stippling
284. Ada atau tidaknya mesiu pada pakaian atau kulit mengindikasikan apakah
tembakan merupakan:
285. tembakan kontak kencang
286. semua mesiu ditemukan pada tepi atau dalam luka. Dapat juga ditemukan
luka bakar pada tepi luka atau kemerahan pada sekitar luka yang
disebabkan oleh karbon monoksida.
287. tembakan kontak longgar
288. mesiu keluar dari barrel dan tertanam di sekitar tepi luka
289. tembakan jarak dekat
290. tembakan jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebih enam sampai
dengan dua belas inci. Kedua fouling dan stipling dapat ditemukan.
291. tembakan jarak intermediet
292. tembakan jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebihdua belas sampai
tiga kaki. Tidak ditemukan fouling tapi Cuma ditemukan stipling atau
deposit partikel pada pakaian.
293. tembakan jarak jauh
294. tidak ditemukan fouling dan stipling
295. luka tembak masuk dan luka tembak keluar mudah dibedakan. Luka tembak
masuk lebih sering berbentuk sirkuler dengan abrasi berbentuk cincin yang
diakibatkan oleh geseran peluru dan perforasi kulit. Luka tembak masuk
pada wajah dapat memberikan gambaran berbeda oleh karena
permukaanya yang tidak rata.
296. Luka tembak keluar dapat berbentuk sirkuler seperti luka tembak masuk
namun lebih sering berbentuk irregular. Luka dapat memberikan gambaran
tepi yang tidak rata, tidak memiliki cincin abrasi seperti luka tembakmasuk
kecuali sekiranya kulit korban menempel dengan objek lain.
297. Kulit pada luka tembak keluar dapat ditemukan perubahan warna oleh
karena perdarahan pada jaringan lunak. (2)

3. Masing2 sendi ROM

RANGE OF MOTION
(ROM)

1. Pengertian
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Pengertian ROM
lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan
otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif.

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk
menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan
adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).
Garis Potongan Pada Tubuh
1. Potongan sagital, yaitu garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan.
2. Potongan transversal, yaitu garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
3. Potongan frontal, yaitu melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan
dan belakang.

2. Tujuan ROM
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi

3. Manfaat ROM
ROM bermanfaat untuk :
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4. Jenis Jenis ROM


ROM itu ada dua jenis, yaitu :
a. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi
sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75
%. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif .

b. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat
mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.

5. Jenis Gerakan
Macam-macam gerakan ROM, yaitu:
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut persendian.
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.

6. Sendi Yang Digerakan


a. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
b. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
- Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
- Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
- Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
- Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
- Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi, oposisi)
- Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
- Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
- Jari kaki (fleksi/ekstensi)

7. Indikasi
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama

8. Kontra Indikasi
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)

9. Attention
a. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
b. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
c. Ulangi gerakan sebanyak 3 kali

10. Gerakan ROM


Berdasarkan bagian tubuh, yaitu :
a. Leher
- Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.
- Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
- Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
- Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu.
- Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.

b. Bahu
- Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi diatas kepala.
- Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
- Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus.
- Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala
- Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin.
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala.
Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.

c. Siku
- Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
- Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.

d. Lengan Bawah
Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas
ronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah

e. Pergelangan Tangan
- Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah
- Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan lengan bawah berada dalam arah yang sama
ekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh .mungkin.
- Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari
- Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari

f. Jari-Jari Tangan
- Fleksi : membuat genggaman
- Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
- Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
- Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan

g. Ibu Jari
Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.

h. Pinggul
- Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
- Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
- Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
- Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
- Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan melebihi jika mungkin
- Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
- Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
- Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar

i. Kaki
- Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)
- Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)

j. Jari-Jari Kaki
- Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
- Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
- Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.

Semoga bermanfaat.

4. Prinsip imobilisasi

Prinsip dalam melakukan imobilisasi ekstremitas:


1. Periksa ABCD dan terapi keadaan yang mengancam nyawa
2. Buka semua pakaian, termsuk jam, cincin, kalung dan semua yang dapat menjepit. Ingat,
cegah hipotermia
3. Periksa keadaan neurovaskular sebelum memasang bidai. Periksa pulsasi, motorik dan
sensorik ekstremitas
4. Tutup luka dengan balutan steril
5. Pilih jenis dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas yang trauma. Bidai harus
melewati 2 tulang atau 2 sendi ekstremitas yang trauma
6. Pasang bantalan di atas tonjolan tulang
7. Bidai ekstremitas pada posisi yang ditemukan adanya pulsasi pada bagian distal. Jika tidak
ditemukan pulsasi, coba luruskan ekstremitas. Traksi secara hati-hati dan pertahankan sampai
bidai terpasang
8. Bidai dipasang pada ekstremitas yang lurus, jika belum lurus, coba luruskan. jangan
meluruskan secara paksa. Jika mengalami kesulitan, pasang bidai pada posisi yangg ditemukan
9. Konsultasi ke ahli orthopedi
10. catat status neurovaskular sebelum dan setelah pemasangan bidai.
11. Berikan profilaksis tetanus
Sumber: American College of Surgeon Committe on Trauma. ATLS Student course Manual, Ed.
8. (2008).

Anda mungkin juga menyukai