Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH RIWAYAT PEMBERIAN ASI

DAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)


DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI UMUR 6-24 BULAN
DI WILAYAH PUSKESMAS KALIMAS
Komentar/Catatan/Saran :
1. Kalau judulnya adalah pengaruh maka desain penelitianmu nanti harus
eksperimen, bisa murni, semu atau quasi. Ada pengukuran pre dan post
dan membandingkannya. Lalu membandingkan nya. Lebih baik lagi kalau
ada kasus dan kontrol. Menurut sa yang komleks dan sulit diukur. ya ini
terlalu sulit dilakukan hanya dengan waktu kira2 3 bulan
2. Ubahlah judulnya menjadi hubungan bukan pengaruh.
3. Riwayat pemberian ASI itu variabel yang kompleks sehingga sulit diukur.
Ganti aja dengan yang lebih mudah misalnya lama pemberian ASI,
eksklusifitas ASI.
4. Demikian pula dengan riwayat pemberian makanan pendamping ASI
adalah variabel yang kompleks dan sulit diukur. Ubahlah menjadi uang
gampang diukur, misal nya umur awal pemberian makanan pendamping
ASI dan sejenisnya
5. Umur bayi sampel (subjek) penelitian sebaiknya lebih dari 24 bulan
misalnya 24 30 bulan

Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Gizi
Diajukan Oleh :
LEA ANDRIYANI
G2B216052

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh kualitas


Sumber Daya Manusia (SDM) dan status gizi merupakan salah satu indikator
kesehatan yang menentukan kualitas SDM. Usia balita adalah bagian dari
fase terpenting dalam fokus meningkatkan kualitas kehidupan. Fase ini
penting (golden age) untuk menstimulasi perkembangan anak namun pada fase
ini juga rawan terhadap gangguan dan kekurangan gizi.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia dimana tingkat status gizi optimalakan tercapai apabila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Masalah giziburuk pada balita merupakan
masalah yang telah ada sejak dulu. Krisisekonomi yang terjadi sejak tahun 1997
hingga saat ini masih belum dapatdiatasi. Hal ini berdampak meningkatnya jumlah
keluarga miskin. Daya beli masyarakat terhadap pangan yang semakin menurun
serta ketersediaan bahan pangan dapat menimbulkan gizi kurang bahkan gizi buruk.

Masalah gizi merupakan faktor penting dalam perkembangan dan


pertumbuhan bayi dan anak, maka masalah gizi buruk dan gizi kurang perlu
ditanggulangi. Keadaan status gizi anak usia di bawah dua tahun (Baduta)
merupakan kelompok yang rawan gizi dan akan menentukan kualitas hidup
selanjutnya. Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. WHO (2001)
menyebutkan bahwa ada 51% angka kematian anak balita disebabkan oleh
pneumonia, diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian tersebut
(54%) erat hubungannya dengan masalah gizi.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang


pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode
kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak
memperoleh asupan gizi yang sesuai dengan tumbuh kembang optimal.
Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan
sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis
yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini
maupun pada masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi for


Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat
hal penting yang harus dilakukan yaitu; 1).Memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, 2).Memberikan hanya air
susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia enam bulan, 3).Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan 4).Meneruskan pemberian
ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2006 ).

United Nations Childrens Fund(UNICEF) menyatakan bahwa 30.000


kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia tiap
tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam
bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta
minuman tambahan kepada bayi. Manfaat memberikan ASI eksklusif dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas,
namun kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia, baru
mencapai 14 % saja, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan
(Antara 2006)

Mengingat pentingnya peran ASI, maka hal-hal yang berkaitan dengan


ASI harus diatur dengan ketat. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI eksklusif
sampai usia minimum 6 bulan, dilanjutkan hingga usia bayi 2 tahun dengan
dilengkapi makanan tambahan.. Ibu yang memberikan air susu ibu (ASI) secara
eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah,
yaitu kurang dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan. Hal ini antara lain
terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana
rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar
rumah (Suradi, 2004)

Pemberian makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
bayi. Pemberian makanan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan gizi dan pemberian yang berlebihan akan terjadi kegemukan. Pada usia
6 bulan, secara fisiologis bayi telah siap menerima makanan tambahan, karena
secara keseluruhan fungsi saluran cerna sudah berkembang. Selain itu, pada usia
tersebut air susu ibu sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembangnya, sehingga pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
sangat diperlukan. Tumbuh kembang bayi dan anak dipengaruhi oleh jumlah ASI
yang diperoleh. ASI tanpa asupan makanan yang lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan hingga usia sekitar enam bulan. Namun, pemberian asupan
makanan lain juga turut berperan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
anak.

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah salah satu cara pemberian asupan
makanan yang di rekomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk meningkatkan
status gizi. Menurut data yang diperoleh dari Depkes pada tahun 2014
menunjukan bahwa kasus gizi buruk yang ditemukan mencapai 1.448 kasus.
Menurut RISKESDAS tahun 2013, prevalensi status gizi buruk berdasarkan berat
badan menurut umur yang terjadi di Kabupaten Pemalang 4,8% dan gizi kurang
mencapai 14,2%,berdasarkan tinggi badan menurut umur prevalensi status gizi
sangat pendek 19,6 % dan pendek 26,7%, kemudian berdasarkan berat badan
menurut tinggi badan prevalensi status gizi sangat kurus 5,9% dan kurus 8,7%.
umur Masa dua tahun pertama kehidupan manusia merupakan masa kritis
untuk membentuk fondasi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang
optimal dalam jangka panjang. Karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa
anak usia 0-2 tahun mendapatkan asuhan gizi yang optimal. Peneliti ingin
melakukan penelitian dengan tujuan mencari pengaruh pemberian ASI dan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) terhadap status gizi bayi umur 6-
24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimas Kecamatan Randudongkal
Kabupaten Pemalang.

B. Rumusan Masalah diubah saja menjadi :


Apakah ada hubungan antara lama pemberian ASI, Eksklusifitas ASI
dan Umur awal pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi umur 24 - 30
bulan.
Maka : Latar belakangnya diubah/disesuaikan
Apakah ada pengaruh riwayat pemberian ASI dan makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) terhadap status gizi bayi umur 6-24 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalimas Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan lama pemberian ASI, Eksklusifitas
...................... dengan status gizi bayi umur 24 -30 bulan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh riwayat


pemberian ASI dan MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6-24 bulan

2. Tujuan Khusus
1. Mendiskripsikan lama pemberian ASI
2. Mendidkripsikan eksklusifitas ASI
3. Mendiskripsikan Umur awal pemberian MPASI
4. Mendiskripsikan status gizi bayi
5. Menganalisis hubungan ...... dan ......
6. Menganalisis hubungan ....... dan .......
7. Menganalisis hubungan ....... dan .........
8. Memperoleh gambaran status gizi bayi umur 6-24 bulan berdasarkan
BB/U, TB/U, dan BB/TB di wilayah Puskesmas Kalimas Kecamatan
Randudongkal
9. Diketahuinya karakteristik bayi umur 6-24 bulan meliputi usia dan jenis
kelamin yang diberikan ASI dan MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalimas Kecamatan Randudongkal
10. Mengidentifikasi riwayat pemberian ASI (kolostrum, ASI ekslusif, lama
pemberian ASI saja, pemberian ASI pada usia bawah dua tahun) dan
MP ASI (awal pemberian MP-ASI dan jenis MP-ASI)
11. Memperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam
pemberian ASI dan MP ASI bayi umur 6-24 bulan di wilayah Puskesmas
Kalimas Kecamatan Randudongkal
D. Manfaat Penelitian sesuaikan dengan saran perubahan saya. Buat lebih
jelas.
1. Manfaat untuk penulis.
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan serta menambahkan wawasan dan
pengalaman dalam hal penelitian.
2. Manfaat untuk Puskesmas
Diharapkan dapat memberi informasi berupa gambaran status gizi bayi
serta mengetahui hubungan pemberian ASI dan MP ASI dengan status
gizi bayi umur 6-24 bulan, sehingga menjadi masukan dalam perencanaan
program gizi di masa yang akan datang.

Komentar Umum :

- Baca buku pedoman penyusunan prop[osal dan skripsi S1 Gizi Unimus,


pahami dan taati/terapkan
- Jangan suka mengutip kalimat dari rujukan terus disambung2. Pahami
rujukan (beberapa) dan tuangkan dengan kalimat2 mu sensiri. Gunakan
bahasa yang lebih baik dan lebih benar
- Tambahkan klausal tentang keaslian penelitian

Anda mungkin juga menyukai