Anda di halaman 1dari 8

Pancasila : Penjelasan sila-sila

1. Sila ketuhana yang maha esa

Inti sila ketuhanan yang mahaesa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat
Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek
penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan,
yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok dalam
penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah
sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan
antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab
yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan
tuhan (Notonagoro)

Hubungan manusia dengan tuhan, yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan
kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Maka menjadi
suatu kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan, untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang
hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Disis lain Negara adalah suatu lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatan yang
anggota-anggotanya terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia, bertujuan untuk
melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya. Maka Negara berkewajiban untuk
merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan perdamaian untuk seluruh warganya.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena Negara
adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri atas manusia-manusi adapun
keberadaan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memiliki
hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat
langsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu
keharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan.

Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila ketuhanan yang
mahaesa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai dengan
asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada
pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam
setiap aspek penyelenggaraan Negara
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya
dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan
Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus
sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah
lembaga masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia
dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan
Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang monopluralis ,
terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat
manusia monodualis yaitu manusia sebagai individu dan makhluk social.

oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus sesuai dengan hakikat sifat kodrat
manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Maka bentuk dan sifat Negara
Indonesia bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namaun
juga bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat mahluk social , yang berarti manusia
hanya berarti bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan . maka sifat dan hakikat Negara
Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk social secara
serasi, harmonis dan seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya
menekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi rohani nya saja,
namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun
kejiwaan secara serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat
Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri seniri
dan makhluk tuhan

3. Sila persatuan Indonesia

Inti sila persatuan Indonesia yaitu hakikat dan sifat Negara dengan hakikat dan sifat-sifat satu.
Kesesuaian ini meliputi sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia yang pada hakekatnya
merupakan suatu kesatuan yang utuh, setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara
merupakan suatu kesatuan yang utuh , setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara
Indonesia ini merupakan suatu kesatuan yang mutlak tidak terbagi-bagi , merupakan suatu Negara
yang mempunyai eksistensi sendiri, yang mempunyai bentuk dan susunan sendiri. Mempunyai
suatu sifat-sifat dankeadaan sendiri. Kesuaian Negara dengan hakikat satu tersebut meliputi
semua unsur-unsur kenegaraan baik yang bersifat jasmaniah maupun rohania, baik yang bersifat
kebendaan maupun kejiwaan. Hal itu antara lain meliputi rakyat yang senantiasa merupakan suatu
kesatuan bangsa Indonesia, wilayah yaitu satu tumpah darah Indonesia, pemerintah yaitu satu
pemerintahan Indonesia yang tidak bergantung pada Negara lain, satu bahasa yaitu bahasa
nasional indoneisa,satu nasib dalam sejarah, satu jiwa atau satu asas kerokhanian pancasila.
Kesatuan dan persatuan Negara, bangsa dan wilayah Indonesia tersebut, membuat Negara dan
bangsa indoneisa mempunyai keberadaan sendiri di antara Negara-negara lain di dunia ini

Dalam kaitannya dengan sila persatuan Indonesia ini segala aspek penyelenggaraan Negara
secara mutlak harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat satu. Oleh karena itu dalamn realisasi
penyelenggaraan negaranya, baik bentuk Negara, penguasa Negara, lembaga Negara, tertib
hukum, rakyat dan lain sebagainya harus sesuai dengan hakikat satu serta konsekuensinya harus
senantiasa merealisakan kesatuan dan persatuan. Dalam pelaksanaannya realisasi persatuan dan
kesatuan ini bukan hanya sekedarberkaitan dengan hal persatuannya namun juga senantiasa
bersifat dinamis yaitu harus sebagaimana telah dipahami bahwa Negara pada hakekatnya
berkembang secara dinamis sejalan dengan perkembangan zaman, waktu dan keadaan.

4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Inti sila keempat adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan sifat-sifat dan hakikat
rakyat. Dalam kaitannya dengan sila keempat ini, maka segala aspek penyelenggaraan Negara
harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakekat rakyat, yang merupakan suatu keseluruhan
penjumlahan semua warga Negara yaitu Negara Indonesia. Maka dalam penyelenggaraan Negara
bukanlah terletak pada suatu orang dan semua golongan satu buat semua, semua buat satu. Dalam
hal ini Negara berdasarkan atas hakikat rakyat , tidak pada golongan atau individu. Negara
berdasarkan atas permusyawaratan dan kerjasama dan berdasarkan atas kekuasaan rakyat. Negara
pada hakikatnya didukung oleh rakyat oleh rakyat itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan.
Negara dilakukan untuk kepentingan seluruh rakyat , atau dengan lain perkataan kebahagian
seluruh rakyat dijamain oleh Negara.

Dalam praktek pelaksanaannya pengertian kerakyatan bukan hanya sekedar berkaitan dengan
pengertian rakyata secara kongkrit saja namun mengandung suatu asas kerokhanian ,
mengandung cita-cita kefilsafatan. Maka pengertian kesesuaian dengan hakikat rakyat tersebut,
juga menentukan sifat dan keadaan Negara, yaitu untuk keperluan seluruh rakyat . maka bentuk
dan sifat-sifat Negara mengandung pengertian suatu cita-cita kefilsafatan yang demokrasi yang
didalam pelaksanaannya meliputi demokrasi politik dan demokrasi politik dan demokrasi si=osial
ekonomi.

Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok Negara adalah manusia yang bersifat
monodualis sedangkan rakyat pada hakikatnya terdiri atas manusia-manusai. Oleh karena itu
kesesuaian Negara dengan hakikat rakyat ini berkaitan dengan sifat Negara kita, yaitu Negara
demokrasi monodualis, yang berarti demokrasi yang sesuai dengan sifat kodrat manusia yaitu
sebagai makhluk individu dan makhluk social dalam suatu kesatuan dwitunggal, dalam
keseimbangan dinamis yang selalu sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan zaman. Dalam
pelaksanaannya demokrasi monodualis ini juga bersifat kekeluargaan yaitu prinsip hidup bersama
yang bersifat kekeluargaan

5. Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Inti sila kelima yaitu keadilan yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan Negara
Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat manusia
hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia
satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan
hidup manusia dengan dirinya sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang
terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya
hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu
memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya oleh karena itu inti sila
keadilan social adalah memenuhi hakikat adil.

Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan social ini mengandung
cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis , yaitu sifat kodrat
manusia sebagai individu dan makhluk social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan dalam
kaitannya dengan Negara Indonesia sendiri (dalam lingkup nasional) maupun dalam hubungan
Negara Indonesia dengan Negara lain (lingkup internasional)

Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga) yaitu:

1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya. Negara
wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap
warganya apa yang telah menjadi haknya.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara.
Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib memenuhi keadilan
terhadap negaranya.

3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang lainnya,
atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.

Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh unsur manusia, jadi juga
bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya hakikat mutlak manusia untuk memenuhi
kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri-sendiri
maupun dari orang lain, semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan manusia
dengan Tuhannya.

Etika Politik Kenegaraan

Dalam kedudukannya sebagai etika politik kenegaraan, ditegaskan bahwa makna lima sila dalam
Pancasila:

Sila pertama, negara wajib:

Menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa diskriminasi untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaannya dengan menciptakan suasana yang baik.

Memajukan toleransi dan kerukunan agama

Menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kesejahteraan umum sebagai tanggung jawab yang suci.

Sila Kedua, mewajibkan:

Negara untuk mengakui dan memperlakukan semua warga sebagai manusia yang dikaruniai martabat
mulia dan hak-hak serta kewajiban kewajiban asasi

Semua bangsa sebagai warga dunia bersama-sama membangun di dunia baru yang lebih baik berdasar
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Sila ketiga mewajibkan negara untuk membela dan mengembangkan Indonesia sebagai suatu negara
yang bersatu, memiliki solidaritas yang tinggi dan hidup rukun, membina dan menjunjung tinggi
kebudayaan dan kepribadian nasional, serta memperjuangkan kepentingan nasional.

Sila keempat mewajibkan negara untuk mengakui dan menghargai kedaulatan rakyat serta
mengusahakan agar rakyat melaksanakan kedaulatannya secara demokratis tanpa diskriminasi melalui
wakil-wakilnya. Negara wajib mendengarkan suara rakyat dan memperjuangkan kepentingan seluruh
rakyat.

Sila Kelima mewajibkan negara untuk:

Mengikutsertakan seluruh rakyat dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

Membagi beban dan hasil usaha bersama secara proporsional di antara semua warha negara dengan
memperhatikan secara khusus mereka yang lemah kedudukannya agar tidak terjadi ketidakadilan serta
kewenang-wenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa,

2. kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. persatuan Indonesia,

4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sendi utama Pancasila tersebut tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945.

Butir-butir pengamalan Pancasila

kelima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi
pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia
Pancakarsa.
A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

Saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap tenggang rasa.

Tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan
sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

C. SILA PERSATUAN INDONESIA

Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.

Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

Cinta Tanah Air dan Bangsa.

Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan gotong-royong.

Bersikap adil.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak-hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

Tidak bersifat boros.

Tidak bergaya hidup mewah.

Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

Suka bekerja keras.

Menghargai hasil karya orang lain.

Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Itulah isi dari Pancasila yang diharapkan dapat diamalkan oleh kita sebagai Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai