KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kasih dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan praktek bengkel SEMESTER IV
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan laporan bengkel ini bertujuan untuk melengkapi salah satu persyaratan
praktek bengkel SEMESTER IV, agar lebih memahami teori dan praktek secara langsung
dilapangan. Disamping itu praktek bengkel ini sebagai sarana untuk membangun pemikiran
mahasiswa tentang penggunaannya dan fungsi peralatan listrik beserta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari, dan pengerjaan praktik SEMESTER IV ini telah dilakukan standar
sesuai PUIL.
Dalam penulisan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.
Jusuf J. Purba, S.T., M.T dan Bapak Ir. Trahman Sitepu, M.T yang telah membimbing dan
memberi petunjuk kepada saya sehingga dapat menyusun laporan praktek bengkel listrik
SEMESTER IV ini. Saya telah berusaha agar penulisan laporan ini sempurna, tetapi
kesempurnaan laporan ini hanya pembaca yang dapat menilainya.
Akhirnya saya mengharapkan semoga laporan ini memenuhi persyaratan praktek
bengkel SEMESTER IV.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................................... 2
Bab I. Pendahuluan
1.1 Tujuan ............................................................................................................................ 3
1.2 Sumber data ................................................................................................................... 3
1.3 Metode penulisan ........................................................................................................... 3
1.4 Ruang lingkup ................................................................................................................ 4
1.5 Sistematika penulisan ..................................................................................................... 4
Bab II. Dasar Teori .................................................................................................................... 5
2.1 Ketentuan umum ............................................................................................................ 5
2.2 Jenis penghantar ............................................................................................................. 6
2.3 Jenis isolasi .....................................................................................................................7
2.4 Pipa Instalasi .................................................................................................................. 8
2.5 Macam-Macam Benda Bantu Pada Pemasangan Pipa Instalasi ..................................... 9
2.6 Instalasi In plaster dan On plaster ................................................................................. 11
2.7 Panel distribusi ............................................................................................................. 12
2.8 Kotak Kontak ................................................................................................................ 12
2.9 Saklar ............................................................................................................................ 13
2.10 Pengaman .................................................................................................................... 14
2.11 Kontaktor .................................................................................................................... 16
2.12 Pemasangan fitting lampu .......................................................................................... 17
2.13 Penanaman pipa .......................................................................................................... 17
2.14 Penanaman pipa diatas plaster .................................................................................... 18
2.15 Penarikan kabel ........................................................................................................... 18
2.16 Pemasangan panel ....................................................................................................... 19
2.17 Pembobokan ............................................................................................................... 20
2.18 Efek stroboscopies pada lampu TL ............................................................................. 20
2.19 Kompensasi ................................................................................................................ 21
2.20 Pemilihan Motor ......................................................................................................... 22
2.21 Pemilihan kontaktor dan pengaturan termal ............................................................... 23
A. Analisa .......................................................................................................................... 53
B. Kesimpulan ................................................................................................................... 54
C. Lampiran ....................................................................................................................... 55
BAB 1
PENDAHULUAN
Praktek laboratorium instalasi semester IV ini merupakan penerapan dari gabungan
praktek laboratorium instalasi pada semester I, II dan III. Praktek laboratorium instalasi
semester IV ini lebih diutamakan pada instalasi tenaganya. Yaitu, pengontrolan dari tiap-tiap
motor yang berbeda. Baik itu kontrol motor Y - , pembalik putaran, dahlander (dua
kecepatan) dan juga DOL (Direct On Line).
Dalam pemasangan instalasi listrik baik itu instalasi tenaga maupun instalasi penerang
an, harus sesuai dengan diagram gambar dan peraturan-peraturan yang berlaku agar mudah
melakukan perbaikan jika terjadi gangguan. Peraturan-peraturan tersebut dapat diikuti dari
PUIL 2000, IEC, SII, ISO dan lain-lain.
Pada instalasi listrik yang berdaya besar, akan lebih baik jika tiap-tiap bagian dipisah-
kan kedalam kelompok yang berbeda. Ini juga berguna untuk kemudahan dalam memperbaiki
rangkaian jika terjadi gangguan.
1.1. Tujuan
1. Dapat memasang instalasi yang menggunakan sumber 3 phasa;
2. Dapat merakit panel sesuai diagram kontrol pengawatannya;
3. Dapat mengetahui fungsi dan cara kerja dari peralatan listrik yangdigunakan;
4. Dapat mengetahui prinsip kerja dari rangkaian kontrol motor sistem Y-;
5. Dapat mengetahui prinsip kerja dari rangkaian kontrol motor sistem dahlander (dua
kecepatan);
6. Dapat mengetahui prinsip kerja dari rangkaian kontrol sistem DOL (Direct On Line);
7. Dapat menambahkan atau mengurangi rangkaian jika sewaktu-waktu terjadi adanya per-
ubahan fungsi rangkaian
BAB II
DASAR TEORI
Di abad modern ini, listrik sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Begitu
pentingnya hampir tidak ada teknologi tanpa menggunakan listrik, dengan kata lain listrik
sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Di Pusat Pembangkit Listrik,
energi primer (seperti minyak, batubara, gas, panas bumi dan lain-lain) di ubah menjadi energi
listrik, alat pengubah energi tersebut adalah generator / alternator, generator mengubah energi
mekanis (gerak) menjadi energi listrik. Adanya perpindahan energi dalam suatu rangkaian
akan membangkitkan medan listrik (elektro magnetik) sehingga timbullah apa yang disebut
dengan arus listrik.
Pada umumnya kita menggunakan istilah listrik, jika listrik itu digunakan untuk
menjalankan motor listrik, menyalakan lampu, menghasilkan panas dan membuat magnit
listrik bekerja. Sebenarnya listrik itu sendiri merupakan suatu bentuk tenaga atau energy yaitu:
panas, cahaya, tenaga mekanik dan tenaga kimiawi.
Syarat penandaan
1. Kode pengenal
Contoh : NYA 4 re 1000 V
Menyatakan suatu kawat berisolasi untuk tegangan nominal 1000 V,berisolasi PVC dan
mempunyai peghantar tembaga padat bulat denagn luas penampang nominal 4 mm
Menyatakan suatu kabel berinti banyak untuk tegangan nominal 500 V,berisolasi dan ber-
selubung PVC serta mempunyai penghantar tembagabulat berkawat banyak dengan luas
penampang 2,5 mm, denga sistem pengenal warna urat tanpa hijau-kuning
2. Standar warna
Warna kabel diperuntukkan bagi penggunaan sistem tenaga.untuk kabel informasi dan
data sampai saat ini belum ada standar pemberian warna kabel. Warna untuk kabel tenaga
sesuai standar PUIL meliputi :
Earth (pentanahan) : warna majemuk hijau-kuning, tidak boleh untuk
tujuan lain
Kawat netral : warna biru, jika instalasi tanpa hantaran netral
Kawat phasa :
Phasa 1 (phasa R) : Merah
Phasa 2 (phasa S) : Kuning
Phasa 3 (phasa T) : Hitam
3. Bahan Penghantar
Kabel tembaga jenis BCC1/2H
BCC1/2H : Half Hard Bare Cooper Conductor, yaitu : penghantar tembaga setengah
keras. Kabel tembaga jenis ini mempunyai bentuk padat atau berurat banyak dengan
ukuran antara 6-500 mm
Kabel tembaga jenis BCCH
BCCH: Hard Bare Cooper Conductor, yaitu : penghantar tembaga keras. Kabel tembaga
jenis ini mempunyai bentuk padat atau berurat banyak,dengan ukuran antara 6-500 mm
Kabel tembaga jenis AAC
AAC : All Aluminium Conductor, yaitu penghantar aluminium murni. Kabel tembaga
jenis ini bentuknya berurat banyak dengan ukurannya antara 16-100 mm
Kabel tembaga jenis AAAC
AAAC : All Aluminium Alloy Conductor, yaitu : penghantar aluminium campuran.
Kabel tambaga jenis ini mempunyai ukuran antara 16- 500 mm, dengan bentuk fisiknya
berurat banyak
Kabel tembaga jenis ACSR
ASCR: Aluminium Conductor Stell Reinvorced, yaitu : penghantar aluminium basa.
Kabel tembaga Jenis ini mempunyai ukuran antara 16 680 mm, dengan struktur
bentuknya berupa serabut
melindungi selubung logam dari karat, biasanya bagian luar dilapisi dengan PVC.
Perlindungan pada karat dapat juga menggunakan beberapa lapisan kertas yang diaspal dan
dilapisi "jute" yang diimpegnasi. Permukaannya yang paling luar dilapisi kapur/bedak untuk
menjaga terjadinya kelengketan sesama kabel sewaktu berada pada gulungan. Perlindungan
karat sejenis ini sampai sekarang masih digunakan pada kabel tegangan menengah dan
tegangan tinggi, tetapi secara perlahan-lahan tergeser oleh campuaran PVC.
3. Pipa Fleksibel
Pada instalasi listrik adakalanya dipasang pipa yang disebut pipa fleksibel. Pipa ini di
buat dari logam yang mudah diatur dan lentur. Sebagai contoh misalnya dipakai sebagai
pelindung kabel yang berasal dari dak standar menuju ke meter pembatas listrik atau juga di
pakai sebagai pelindung pada penghantar instalasi tenaga seperti mesin bubut, pres, dan mesin
skraf serta dikapal laut, dan sebagainya.
4. Pipa Galvanis
Didalam instalasi listrik pipa galvanis banyak digunakan pada dak standar,tiang lampu
taman.Dan pipa galvanis ini biasanya juga disebut pipa ledeng.
Maksud dan tujuan pemasangan pipa pada instalasi listrik antara
lain:
Pada instalasi listrik direncanakan sedemikian rupa dengan permukaan bagian dalamnya harus
licin, agar dalam penarikan kawat penghantar di dalam pipa tersebut tidak mengakibat-kan
isolasi kawat tersebut tidak rusak.
Pipa instalasi harus memenuhi ketentuan pada persyaratan sebagai berikut:
1. Pipa instalasi harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap kelembaban. Misalnya: pipa
baja, pipa PVC (pastik) atau bahan lain yang sederajat. (Pasal 730 D2 PUIL 77).
2. Pipa instalasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi secara mekanis
hantaran yang ada di dalamnya dan harus tahan terhadap tekanan mekanis yang mungkin
timbul selama pemasangan dan pemakaian. (pasal 730 D3 sub. A PUIL 771).
3. Permukaan bagian dalam dan luar dari pipa harus licin dan rata, tidak boleh terdapat luba-
ng atau tonjolan yang tajam atau cacat lain yang sejenis pada bagian dalam atau luar pipa
tersebut, serta harus dilindungi secara baik terhadap karat. (pasal 730 D3 sub.b PUIL 77).
4. Pada bagian dalam pada ujung dari bahagian penyambung pipa tidak boleh terdapat
bahagian tajam. Permukaan dan pinggiran atau bibir lewat mana hantaran itu ditarik harus
licin dan tidak tajam. Pada ujung bebas dari pipa instalasi yang terbuat dari baja, kawat
dipasang-selubung masuk (tule) yang berbentuk baik dan terbuat dari bahan yang awet.
5. Pemasangan pipa instalasi harus sedemikian rupa sehingga hantaran dapat ditarik dengan
mudah setelah pipa benda bantu dipasang, serta hantaran dapat diganti dengan mudah
tanpa membongkar sistem pipa (pasal 730 F1 PUIL 77).
6. Pipa instalasi yang terbuat dari logam dan terbuka yang terdapat dalam jarak yang kanan
tangan harus ditahankan dengan baik, kecuali bila pipa instalasi logam tersebut diperguna-
kan untuk menyelubungi kabel yang mempunyai instalasi ganda (mis: NYM) atas diguna-
kan hanya untuk menyelubungi kawat pertahanan. (pasal 730 F3 PUIL 77)
7. Pipa instalasi haru sedapat mungkin dipasang secara tegak lurus atau mendatar. (pasal 730
F4 PUIL 77)
Klem
Kotak sambung 2 cabang
Roset
Kayu
Kotak sambung 3
Kotak sambung 4
Sambungan (SOK)
lasdop
30 cm
Benar
Salah
Sa
lah
Benar
Pemasangan kotak kontak hamper sama dengan pemasangan saklar. Jika kotak kontak
dipasang setinggi 30 cm dari atas lantai maka kotak kontak tersebut harus dilengkapi dengan
pengaman (penutup) agar terlindung dari debu atau siraman air yang mungkin dapat masuk
kedalam kotak kontak tersebut. Pada kotak kontak biasanya dilengkapi dengan pentanahan
dan pada umumnya pemasangan kotak kontak dari lantai adalah maximum 110 120 cm.
2.9. Saklar
Saklar adalah suatu alat yang digunakan untuk memutus dan menghubungkan suatu
rangkaian tertutup. Penggunaannya harus disesuaikan dengan kemampuan daya hantar dari
saklar tersebut. Penempatan saklar tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tinggi
pemasangannya adalah 110 130 cm. bila dipasang dibawah plaster maka kedalaman dari
kotak tanahnya harus disesuaikan agar jarak antara tutup dan plasteran tidak melebihi 1mm.
Anda harus memperkirakan ketebalan dari plesteran nanti dari permukaan batu bata (pada
kenyataannya anda harus konsultasi sebelumnya dengan arsitek bangunan).
2.10. Pengaman
2.10.1. Sekering (Pengaman Lebur)
Didalam sekering ini di pasang sejajar dengan kawat perak (smelt draad) suatu kawat
tahanan tipis, yang pada ujungnya dipasang pemberian isyarat (tanda chass) dan di bawahnya
terdapat suatu pegas kecil. Jika kawat itu lumer terus maka pegas itu yang tidak lain dari pada
sungkup kecil akan menekan memberi sayarat (tanda chas) itu keluar, dengan mudah kita
dapat melihat dari gelas dalam kepala sekrup bahwa patron itu Rusak.
Setiap pengaman lebur harus mempunyai kemampuan pemutusan
sedemikian rupa sehingga dapat memutuskan dengan aman arus hubung
dasarkan suhu, yaitu temperatur yang sebabkan oleh arus lebih yang mengalir melalui relay
tersebut. Relay ini dipasang hubung seri dengan motor, sehingga besarnya arus yang mengalir
pada motor berkontrol oleh relay dan bekerja memutuskan rangkaian kontaktornya sehingga
sumber tegangan untuk kontrol terputus.
2.11. Kontaktor
Kontaktor adalah suatu alat penghubung listrik yang bekerja atau dasar magnet yang
dapat menghubungkan antara sumber arus dengan muatan. Jenis kontaktor ada dua yaitu
kontaktor arus searah dan kontaktor arus bolak-balik. Kontaktor arus searah inti kumparannya
tidak menggunakan kumparan hubungan singkat, sedangkan untuk kontaktor arus bolak-balik
intinya dipasang kumparan hubungan singkat. Dalam penggunaan kontaktor perlu diperhati-
kan selain jenis arus dan besar tegangan, maka harus pula diperhatikan kemampuan daya
hantar arus Dari kontaktor itu sendiri. Bagian bagian yang penting dari konstruksi kontaktor
ialah kontak utama (main contact) dan kontak tambahan (auxiliary contact).
Ada berbagai macam variasi dari kontaktor. Diantaranya ada yang
memiliki 3 (tiga) buah kontak utama dan 1 (satu) buah kontak bantu. Kontak utama pada
kontaktor merupakan kontak NO (Normaly Open) dan kontak bantunya ada yang berupa
kontak NO (Normaly Open) dan ada juga yang berupa kontak NC (Normaly Close).
Roset kayu
Tule
Max 2 m
10 mm
Paku
Apabila memakai pipa KRFW, pada bagian ujungnya sebaiknya dipaku agar tetap
pada posisinya. Kedalaman alur penanaman pipa paling sedikit 20 mm dan dapat disesuaikan
kedalamannya dengan pipa tersebut. Misalnya untuk pipa 5/8 kedalamannya adalah 20mm.
sebelum pipa ditanam terlebih dahulu dimasukkan kawat penarik sampai kekotak tarik. Jarak
antara kotak tarik max. 20 meter pipa lurus....10 meter pada bengkokan. Jumlah
bengkokan max. 4 kali. Selain kawat penarik dapat digunakan alat penarik lain yang berupa
spiral.
Pipa
Lampu
Panel
Saklar
Penandaan dengan:
Spidol 1 1
Q3 M3
Kertas berlapis isolasi
Pita warna
Panel
Kayu
2.17. Pembobokan
Alat yang digunakan dalam melakukan pembobokan adalah palu seberat sedikitnya
500 g dan pahat beton. Posisi pahat lurus dengan kemiringan 45o terhadap tembok.
Pembobokan tegak lurus hanya akan merusak bangunan. Sifat-sifat bahan bangunan akan
berubah misalnya bata bila dibobok secara tegak lurus akan rapuh dan hancur. (lihat gambar)
45 o
Tembok
45 o
Ia
Ib Lag lead
b
Pada hubungan phasa lampunya dibagi rata hubunganya menjadi tiga phasa dalam satu
ruangan. Pada latihan ini kita akan terapkan system pembagian tiga phasa ini keuntungan
sistem ini dibagi rata, lampu tidak sekali padam bila fuse yang yang putus, ekonomis karena
tidak menggunakan kapasitor.karena penerangan di industri kontiniu, balast dan kapasitor
harus dialasi dengan bahan yang tahan panas atau anti terbakar.
a : >5 cm
b : panjang ballast
c : > 5 cm
d : > 1cm
e : kapasitor
2.19. Kompensasi
Agar faktor kerja lampu TL maka tinggi cos harus dinaikkan dengan bantuan
kapasitor. Hubungan kapasitor ada dua : seri dan parallel. Pada praktek ini akan kita gunakan
hubungan parallel. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Dari sudut Q1 akan diturunkan menjadi sudut Q2 jadi:
QL
Q = QL QC
QC = QL Q(1)
S
Q Tq Q1 = QL/P ; tg Q2 = Q/P
QL = P (tg Q1)
Q1
Q2
Q = P (tg Q2)
Qc
Gambar 13
Contoh 3 :
Data motor Supply PLN Hubungan yang diizinkan
V 3 x 220 V 3 x 380/ 220 bintang
V 3 x 380 V Y 3 x 380/ 220 bintang
V 3 x 380 / 660 V 3 x 380 V bintang / segitiga
Jadi kesimpulan bila ada data yang hanya tegangannya saja maka tegangan fasa motor
tersebut adalah tegangan terendah.
F9
Section according f9
Seled :
K1 K2 = 0,58 X Inom
K1 K2 K3 K3 = 0,33 x Inom
F1 F2
Set the Overload R 0,58 x Inom
F9 F9
Penampang kabel
U,V,W
M U1,V1,W1 U1,V1,W1 M U2,V2,W2
Z,X,Y
U2,V2,W2
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Dalam setiap instalasi, pasti menggunakan alat dan bahan. Berikut ini alat dan bahan
yang digunakan pada instalasi penerangan dan instalasi tenaga.
a. Alat :
b. Bahan :
BAB IV
LANGKAH KERJA DAN GAMBAR RANGKAIAN
Dalam praktik, ada 2 pengerjaan yang dilakukan, yaitu instalasi penerangan dan
instalasi pengoperasian motor. Pada instalasi pengoperasian motor ada 3 jenis pengoperasian-
nya, yaitu star-delta, putar balik, dan sistem DOL.
Untuk sebuah motor yang diberi tanda tegangan 220/380 V, hubungan yang harus
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Kalau sistem tegangan jaringnya 220/380 V, motor ini harus digunakan dalam
hubungan
bintang, karena kumparan-kumparannya harus mendapat 220 V.
b. Kalau sistem jaringnya 127/220 V, motor ini harus digunakan dalam hubungan
segitiga.
Namun, dengan starter Y-, tegangan masuk ketiap-tiap phasa belitan satu 1/3 kali tegangan
nominal, arus start turun menjadi 1/3 arus start nominal, kopel start turun menjadi 1/3 kopel
star nominal. Starting dengan bintang segitiga biasanya dilakukan pada motor dengan daya 3-
5,5 Hp.
Pada gambar diatas terlihat kalau motor akan berputar ke kanan (forward) jika terminal
belitan/winding motor menerima tegangan RST dengan R terhubung dengan U, S terhubung
dengan V dan T terhubung dengan W. Dan motor akan berputar ke arah sebaliknya (reverse)
jika terminal winding motor menerima tegangan RST dengan R terhubung dengan U, S
terhubung dengan W dan T terhubung dengan V. Dengan kata lain tegangan RST dibalik
menjadi RTS. Membalik dengan polaritas yang lain juga bisa, seperti R dengan S, atau R
dengan T.
Untuk mengubah atau membalik polaritas tegangan RST itu biasanya digunakan
rangkaian pengendali mekanik dan magnetik yaitu rangkaian kontaktor. Dan sebagai
pengaman motor dipasang juga pelindung motor (thermal overload). Perhatikan gambar
diagram utama/daya forward reverse berikut ini.
3. Sistem DOL
Direct On Line (DOL) Starter adalah starter motor dimana listrik langsung masuk ke
dalam motor. Direct on line diartikan ke dalam Bahasa Indo nesia langsung ke jalur. Jadi
arus listrik akan langsung masuk ke dalam motor secara penuh. Pemakaian DOL biasanya
dibantu oleh sebuah kontaktor dan sebuah thermal overload. (Oleh sebab itu ada sebagian
orang yang menyebutnya DOL Magnetic Kontaktor).
Kontaktor berfungsi sebagai pemutus dan penyambung arus otomatis.
Thermal Overload berfungsi sebagai proteksi (pengaman) motor.
Sistem DOL biasanya diterapkan pada pengoperasian motor listrik yang memiliki
kapasitas daya 3 HP (Horse Power).
LANGKAH KERJA
1. Instalasi Penerangan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;
Mempelajari gambar layout serta gambar rangkaian pengawatannya dengan seksama;
Melakukan pembobokan pada tembok untuk pipa sesuai dengan gambar 0054;
Memasang 3 buah fuse (sekring), 1 buah MCB phasa, 1 buah MCB 3 phasa, 1 buah
impuls dan 1 buah kontaktor didalam LVSDP (Low Voltage Sub Distribution Panel);
Menghubungkan semua masukan pengaman (fuse, MCB 1 phasa dan MCB 3 phasa)
dengan phasa yang sesuai. Jangan berbeda phasa. Seperti phasa R dengan phasa R;
Memasang 2 buah busbar untuk masing-masing milik Netral dan Pe (Ground);
Untuk keluaran dari 3 buah fuse/sekering (R, S dan T), langsung dihubungkan pada
stop kontak 3 phasa / Cooker. Begitu juga dengan Netral dan Ground-nya;
Menghubungkan phasa keluaran dari MCB 1 phasa dengan salah satu masukan milik
sakelar tukar A dan masukkan sakelar tukar milik A yang lainnya langsung
dihubungkan ke lampu A;
Menghubungkan kedua keluaran milik kedua sakelar A (keluaran 1 dengan keluaran 1
dan keluaran 2 dengan keluaran 2);
Menghubungkan salah satu terminal sakelar B dengan phasa dan keluarannya
dihubungkan ke phasa stop kontak B;
Menghubungkan phasa keluaran MCB ke stop kontak yang berposisi dibawah lampu
A;
Menghubungkan netral ke lampu A;
Menghubungkan langsung netral dan graund ke kedua kotak kontak;
Menghubungkan ketiga keluaran MCB 3 Phasa langsung ke masukkan kontak utama
milik K5 (1, 3, 5) dan keluarannya (2, 4, 6) dihubungkan langsung ke ketiga lampu TL
dangan masing-masing lampu per phasanya;
2. Instalasi Tenaga
2.1.Panel Utama
Memasang seluruh komponen yang digunakan didalam LVMDP (Low Voltage Main
Distribution Panel) seperti : 3 buah MCB 3 Phasa, terminal box dan 1 kontaktor
lengkap dengan overload-nya;
Menghubungkan terminal sumber tiga phasa dengan input MCB 3 phasa Q1;
Menghubungkan output Q1 dengan input MCB F2;
Menghubungkan output MCB F2 dengan terminal grup 1. Ini merupakan terminal
milik sumber panel penerangan;
Menghubungkan input MCB F2 dengan input MCB F3;
Menghubungkan output MCB F3 dengan terminal grup 2. Ini merupakan terminal
milik DOL 1;
Menghubungkan input MCB F3 dengan input MCB F4;
Menghubungkan output MCB F4 dengan input kontak utama milik K5 dan outputnya
dihubungkan ke terminal grup 3. Ini merupakan terminal milik DOL 2;
Menghubungkan phasa R output dari MCB F4 ke kontak 95 dan 97 milik overload
F4R;
Menghubungkan kontak 98 milik overload F4R ke terminal no. 5 milik DOL 2;
Menghubungkan kontak 96 milik overload F4R dengan terminal no. 1 milik DOL 2;
Menghubungkan terminal no. 3 milik DOL 2 dengan kontak 13 milik K5;
Menghubungkan kontak 14 milik K5 dengan terminal no. 2 dan no. 4 milik DOL 2;
Menghubungkan kontak 14 milik K5 dengan koil A2 milik K5;
Menghubungkan koil A1 milik K5 dengan netral;
Menghubungkan input MCB F4 dengan input MCB F11;
Menghubungkan output MCB F11 dengan terminal grup 4. Ini merupakan terminal
milik panel Y-;
Menghubungkan input MCB F11 dengan input MCB F16;
Menghubungkan output MCB F16 dengan terminal grup 5. Ini merupakan terminal
milik panel dua kecepatan;
Menghubungkan tiap-tiap terminal masing-masing grup dengan netral dan ground-
nya;
Ket : Untuk panel utama seluruhnya digunakan tegangan 3 phasa. Kecuali ada disebutkan
seperti phasa R, phasa S atau phasa T.
2.2.Panel Y
Memasang komponen yang diperlukan. Seperti 3 buah kontaktor, terminal, 1 buah
overload dan kontak delay yang dipasang pada salah satu kontaktor (KM7);
Menghubungkan terminal phasa R dengan kontak 95 milik overload F6R;
Menghubungkan kontak 97 milik overload F6R dengan kontak 13 milik KM7;
Menghubungkan kontak 14 milik KM7 dengan kontak 13 milik KM6;
Menghubungkan kontak 14 milik KM6 dengan kontak 57 milik KM7;
Menghubungkan kontak 58 milik KM7 dengan kontak 21 milik KM8;
Menghubungkan kontak 22 milik KM8 dengan koil A1 milik KM6;
Menghubungkan kontak 14 milik KM7 dengan koil A1 milik KM7;
Menghubungkan koil milik KM7 dengan kontak 67 milik KM7;
Menghubungkan kontak 68 milik KM7 dengan kontak 21 milik KM6;
Menghubungkan kontak 22 milik KM6 dengan koil A1 milik KM8;
Menghubungkan ketiga koil A2 untuk tiap-tiap kontaktor dengan terminal netral;
Menghubungkan kontak 13 KM7 dengan input tombol NO;
Menghubungkan kontak 14 KM6 dengan output tombol NO;
Menghubungkan ketiga terminal input phasa (R, S dan T) dengan input kontak utama
(1, 3 dan 5) milik KM7;
Menghubungkan ketiga output kontak utama (2, 4 dan 6) milik KM7 dengan terminal
output U1, V1, W1;
Menghubungkan kontak 1 milik KM7 dengan kontak 1 milik KM8;
Menghubungkan kontak 3 milik KM7 dengan kontak 3 milik KM8;
Menghubungkan kontak 5 milik KM7 dengan kontak 5 milik KM8;
Menghubungkan ketiga kontak 1, 3 dan 5 milik KM6;
Menghubungkan kontak 2 milik KM6 dengan kontak 6 milik KM8;
Menghubungkan kontak 4 milik KM6 dengan kontak 4 milik KM8;
Menghubungkan kontak 6 milik KM6 dengan kontak 2 milik KM8;
Menghubungkan ketiga output dari overload F6R dengan terminal output W2, U2 dan
V2.
2.3.Sistem DOL
Menghubungkan terminal grup 1 pada panel utama (R, S, T, N dan Pe) dengan input
sumber panel penerangan;
Menghubungkan terminal grup 2 pada panel utama (R, S, T dan Pe) dengan input milik
Q3 (Sakelar DOL);
Menghubungkan output milik Q3 dengan terminal untuk M3 (Motor 3);
Menghubungkan terminal utama grup 3 pada panel utama (R, S, T, Pe) dengan input
milik S5 (Selector 3 phasa);
Menghubungkan output milik S4 dengan stop kontak 3 phasa / cooker untuk M4
(Motor 4);
Menghubungkan terminal 1 grup 3 pada panel utama dengan input tombol S06;
Menghubungkan terminal 3 grup 3 pada panel utama dengan input tombol S16;
Menghubungkan output tombol S06 dengan input S16;
Menghubungkan terminal 2 grup 3 pada panel utama dengan output tombol S16;
Menghubungkan terminal 4 grup 3 pada panel utama dengan lampu H8;
Menghubungkan terminal 5 grup 3 pada panel utama dengan lampu H9;
Menghubungkan terminal netral grup 3 pada panel utama dengan lampu H8 dan H9;
Menghubungkan terminal grup 4 pada panel utama dengan terminal input milik panel
Y ;
Menghubungkan terminal output milik panel Y dengan terminal untuk E10;
Kelompok I :
Pada bagian ini digunakan pengaman fuse dengan arus nominal 15 A digunakan untuk
melayani beban. Dalam hal ini beban yang di maksud adalah beban yang membutuhkan arus
tiga fasa (COOKER).
Kelompok II :
Bagian ini dilengkapi dengan pengaman berupa MCB 1 fasa. Digunakan sebagai
penerangan pada dapur gedung dan WC. Sistem penerangan pada bagian ini menggunakan
saklar tukar serta saklar tunggal yang melayani kotak kontak satu fasa.
Kelompok III :
Rangkaian penerangan ini dilengkapi dengan pengaman MCB 3 Fasa. Rangkaian ini
digunakan sebagai penerangan pada ruang bengkel. Yang mana pada rangkaian ini digunakan
saklar impuls yang dioperasikan oleh tombol tekan. Saklar impuls ini digunakan untuk
menghidupkan kontaktor magnit. Kegunaan kontaktor magnit tersebut adalah untuk membagi
Fasa R, S, dan T untuk beban pada lampu TL.
Hal ini ditujukan untuk menghilangkan efek stroboscopies yang biasa terjadi pada
lampu TL. Efek stroboscopies adalah efek yang dapat menipu penglihatan mata. Efek ini
sebenarnya tidak berbahaya tetapi akan sangat berbahaya jika pada mata yang sensitive.
Karena efek ini cukup dapat mengganggu konsentrasi.
Efek ini terjadi biasanya dikarenakan oleh kurangnya tegangan yang disupply. Ada
dua cara yang dilakukan untuk menghilangkan efek ini, yaitu dengan cara menerapkan sistem
hubungan duo, dan dengan sistem hubungan fasa. Pada latihan ini kita gunakan sistem fasa.
Yang mana pada sistem ini beban dibagi rata, lampu tidak sekaligus padam bila fuse putus.
Di dalam instalasi daya ini terdapat empat macam instalasi beban, yaitu motor 3,
motor 4, motor 11 dan motor 13.
Untuk motor 3, di operasikan dengan saklar putar 3 fasa, dengan terminal 3 phasa.
Sistem asut motor adalah direct on line. Untuk pengaman motor 3, menggunakan fuse dan
MCB 3 phasa.
Untuk motor 4, di operasikan dengan saklar putar S5 dengan dua terminal hubung,
yang mana pengoperasian saklar putar akan mengaktifkan kontaktor K6 yang akan menutup
kontak-kontaknya dan mensupply tegangan ke socket 3 fasa dan tegangan akan di suplly ke
motor melalalui steker 3 fasa. Sistem asut motor ini adalah direct on line. Untuk pengaman
motor 4, menggunakan fuse dan MCB 3 phasa.
Untuk motor 11, di operasikan dengan saklar tekan NO dan NC dengan lampu tanda
untuk kondisi steady state, pengoperasian kontak NO akan mengaktifkan kontaktor utama, on
delay kontaktor dan kontaktor hubungan bintang, dan pengalihan operasi kontaktor bintang
ke kontaktor delta melalui on delay kontaktor yang memiliki timer yang dapat di set. Sistem
asut motor ini adalah star-delta. Untuk menonaktifkan motor di lakukan dengan menekan
kontak NC. Untuk pengaman motor 11 menggunakan fuse, Over Load Relay dan MCB 3
phasa.
Untuk motor 13, dioperasikan dengan tombol tekan 2 NO/1NC , dimana tombol NO
yg pertama untuk putaran motor ke kiri dan tombol NO yang kedua untuk putaran motor ke
kanan, dan tombol NC berfungsi sebagai pemutus secara manual. Untuk apengaman motor 13
menggunakan fuse, Over Load Relay dan MCB 3 phasa.
BAB V
PENUTUP
A. ANALISA
Pada praktek bengkel semester IV ini terdapat dua jenis instalasi. Yaitu, instalasi
penerangan dan instalasi tenaga. Pada setiap instalasi memiliki panel kontrolnya. Dimana
pada instalasi tenaga merupakan panel utamanya (LVMDP). Sedangkan pada instalasi
penerangan adalah panel cabangnya (LVSDP) yang sumbernya berasal dari panel utama.
Pada tiap panel, rangkaian instalasi dibagi menjadi beberapa pengaman yang
dinamakan grup. Sehingga, ketika terjadi kerusakan atau gangguan pada salah satu grup,
maka grup yang lain tidak akan ikut terkena dampaknya. Dengan adanya pembagian grup,
untuk melakukan perbaikan dan perawatannya pun akan semakin mudah.
Dari praktik yang telah saya lakukan, saya dapat menganalisa hasilnya, yakni :
1. Instalasi Penerangan
Apabila saklar tukar A ditekan maka lampu pijar A akan beroperasi
Apabila tombol tekan C ditekan, maka Saklar Implus di kotak panel penerangan
akan beroperasisehingga lampu pijar C dan ketiga lampuTL menyala
2. Instalasi Tenaga
M3 dioperasikan melalui saklar putar tiga fasa Q3 dengan sistem DOL (Direct On
Line).
M13 dioperasikan dengan 2 arah putaran dengan limit switch NC (S14A, S14B)
pada masing-masing arah putaran dan sebuah tombol tekan dengan 2NO/1NC untuk
kedua arah putaran. Dengan menekan salah satu tombol NO, maka motor berputar
ke kanan. Untuk mengubah arah putaran motor menjadi ke kiri, maka dapat
dilakukan dengan menekan kembali salah satu dari tombol NO tersebut.
B. KESIMPULAN
Setelah selesai melakukan praktikum bengkel semester IV ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu:
Setiap rangkaian kontrol harus dapat dimatikan dengan segera jika terjadi gangguan.
Jadi, rangkaian harus dihubung seri oleh tombol NC;
Dalam pembagian grup, beban masing-masing grup harus seimbang;
Pada rangkaian starter motor Y , pertukaran kontaktor dari Y ke dilakukan oleh
kontak delay (penunda);
Pada rangkaian motor putar balik, motor akan berubah polaritas, dalam artian motor
akan berputar dari kanan menjadi berputar ke kiri, atau sebaliknya ;
Pada rangkaian motor DOL (Direct On Line), motor langsung dihubungkan pada
tegangan sumbernya;
Pada rangkaian motor Y , pada saat motor hubung Y (bintang), maka tegangan
yang disuplai adalah sebesar 220 Volt. Sedangkan ketika motor hubung (segitiga),
tegangan yang disuplai adalah 380 Volt.
C. LAMPIRAN
F = Flexible Flexible
Fe" ( iron / steel ) Pleksibel
NOTE: