Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbupanjang janin kira-

kirategak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalamuterus dengan kepala pada sisi yang

satu sedangkan bokong berada pada sisi yanglain. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut

lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara

karenakemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saatpersalinan. Di

Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yangtidak stabil. Kelainan letak pada

janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia).1,2
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik diMayo Clinic maupun

di University of Iowa Hospital, USA. Di ParklanndHospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari

335 janin tunggal yang lahir selamalebih dari 4 tahun.2


Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknyadiusahakan

mengubah menjadi presentasi kepaladengan versi luar. Persalinanletak lintang memberikan

prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kematian janin pada letak lintangdisamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan

ruptur uteri, jugasering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi

untuk melahirkan janin, Berdasarkan uraian di atas maka kami perlu menguraikanpermasalahan

dan penatalaksanaan pada kehamilan dengan janin letak lintang.

1.2. TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KepaniteraanKlinik

Senior Departemen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan FakultasKedokteran Universitas


Sumatera Utara dan meningkatkan pemahaman penulismaupun pembaca mengenai persalinan

letak lintang.
1.3. ManfaatManfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan

pemahamanmengenai letak lintang yang berlandaskan teori.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kirategak lurus
dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus)dengan kepala terletak di
salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yanglain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.1,2

Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut sebagaipresentasi
bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion yangmenghadap sisi tubuh ibu
menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiriatau kanan.1

2.2. Pembagian Letak Lintang

A.Menurut letak kepala terbagi atas:

a. Lli I : kepala di kiri

b. Lli II : kepala di kanan

B.Menurut posisi punggung terbagi atas:

a) Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso anterior.

b) Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior.

c) Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior.

d) Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior.

2.3. Etiologi

Penyebab letak lintang adalah (1) dinding abdomen teregang secaraberlebihan

disebabkan oleh kehamilan multiparitas pada ibu hamil dengan paritas4 atau lebih terjadi insiden

hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamilnullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut

yang menggantung akibat multipara dapat menyebabkan uterus jatuh ke depan. Hal ini

mengakibatkandefleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi

posisioblik atau melintang, (2) pada janin prematur letak janin belum menetap,perputaran janin

sehingga menyebabkan letak memanjang, (3) dengan adanyaplasenta atau tumor di jalan lahir

maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, (4) cairan amnion berlebih (hidramnion)
dan kehamilan kembar, (5) bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak

dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehinggadapat mengakibatkan sumbu panjang

janin menjauhi sumbu jalan lahir, (6) bentuk dari uterus yang tidak normalmenyebabkan janin

tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janinmenjauhi sumbu jalan lahir.

2.4. Diagnosis

Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi.Uterus tampak

lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atasumbilikus sehingga lebih

rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.1,2

Gambar 1.
Pemeriksaan luar
pada letak
lintang

Pada palpasi

fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satufossa iliaka dan bokong pada fossa

iliaka yang lain, dan di atas simfisis jugakosong, kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul.

Apabila bahu sudahmasuk kedalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan

tulang-tulang iga. Bila aksila dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan letak dimanakepala

janin berada. Bila aksila menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri,sebaliknya bila aksila

menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar

umbilikus. Pada saat yang sama, posisipunggung mudah diketahui. Punggung dapat ditentukan
dengan terabanya skapuladan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya klavikula.

Padapemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba, dapat

dikenali dengan adanyarasa bergerigi dari tulang rusuk. Biladilatasi bertambah, skapula dan

klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapatdibedakan. Bila punggungnya terletak di anterior,

suatu dataran yang kerasmembentang di bagian depan perut ibu; bila punggungnya di posterior,

terabanodulasi irreguler yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapatditemukan pada

tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusatyang menumbung.1,2

Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dansalah satu

tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati vulva.2

2.5. Mekanisme Persalinan

Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan,tidak dapat

terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpapertolongan, akan menyebabkan

kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketubanpecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan

dipaksa masuk ke dalam panggulsehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan tangan

yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu

ataspanggul,dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Bila

proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul.1,2

Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul.Dalam usaha untuk

mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksidan beretraksi sedangkan segmen

bawah uterus melebar serta menipis, sehinggabatas antara dua bagian itu makin lama makin

tinggi dan terjadi lingkaran retraksipatologis (Ring Van Bandle). Keadaan demikian dinamakan

letak lintang kasep(neglected transverse lie) sedangkan janin akan meninggal.


Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga janinyang

meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalamrongga perut) atau

kondisi dimana his menjadi lemah karena otot rahim kelelahandan timbul infeksi intrauterin

sampai terjadi timponia uteri. Ibu juga berada dalamkeadaan sangat berbahaya akibat perdarahan

dan infeksi, dan sering menyebabkan kematian.1

Bila janin kecil (< 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontandapat terjadi

meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekandengan kepala terdorong ke

abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahukemudian menjadi bagian yang paling bergantung

dan tampak di vulva. Kepaladan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan dan

bayi dapatdikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir denganenvolusio

spontanea dengan dua variasi yaitu (1) menurut Denman dan (2) menurut Douglas.1,2
Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang

belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun dirongga panggul dan lahir,kemudian

disusul badan bagian atas dan kepala.


Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudiandilewati oleh bokong dan

kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,selanjutnyadisusul oleh lahirnya kepala. Dua cara

tersebut merupakan variasi suatumekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi

lateral yang maksimaldari tubuh janin.1

2.6. Penatalaksanaan

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknyadiusahakan

mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelummelakukan versi luar harus

melakukan pemeriksaan dengan teliti ada tidaknyapanggul sempit, tumor dalam panggul, atau

plasenta previa yang dapatmembahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin

akanmemutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkanmenggunakan

korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilailetak janin. Ibu diharuskan

masuk rumah sakit lebih dini pada permulaanpersalinan sehingga bila terjadi perubahan letak

dapat segeraditentukan diagnosisdan penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat

diusahakanmengubah letak lintang menjadi presentasi kepala bila pembukaan masih kurangdari

4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luartidak berhasil,

sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkanpertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut:

A. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga padaseorang

primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukarmenjadi lengkap.


B. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin padawaktu his,

maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaanserviks sempurna dan dapat

mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.


C. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.Pertolongan persalinan letak lintang

pada multipara bergantung kepadabeberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang
bersangkutan baik, tidak didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat

ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan

versi ekstraksi.Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan

melarangwanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum

pembukaanlengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio

sesarea.Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung

kepadatekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan

versiekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal inipersalinan

dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakahpembukaan berlangsung

dengan lancar atau tidak.Versi ekstraksi dapat dilakukanpula pada kehamilan kembar

apabila setelah bayi pertama lahir,ditemukan bayikedua berada dalam letak lintang. Pada

letak lintang kasep, versi ekstraksi akanmengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin

masih hidup, hendaknyadilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin

yang sudah matidilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.1,4

Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang tergantungdari posisi

punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada segmen bawahrahim dilakukan bila

posisi punggung janin adalah dorso superior.5 Bila janindorso inferior dan pada keadaan-

keadaan lain dimana insisi segmen bawah rahimtidak dapat dilakukan, maka insisi klasik

(korporal) dapat dilakukan.2,5


2.7. Prognosis

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapikelainan-kelainan

yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggulsempit, tumor panggul dan plasenta

previa masih tetap dapat menimbulkankesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang

memberikan prognosis Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak

lintangdisamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, jugasering akibat

adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksiuntuk melahirkan janin. Versi

ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yangsering dilakukan,tetapi pada saat ini sudah jarang

dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti terjadinya ruptur

uteri dan robekan jalan lahir lainnya. Angka kematian ibu berkisar antara 0-2% (RS Hasan

SadikinBandung,1996), sedangkan angka kematian janin diRumah Sakit Umum PusatPropinsi

Medan 23,3% dan di RS Hasan Sadikin Bandung 18,3 yang jelek, baik terhadap ibu maupun

janinnya.

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: YayasanBinaPustaka Sarwono
Prawirohardjo.2.

Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &Wenstrom, K. D.
2006. Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.3.

Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri: ObstetriFisiologi, Obstetri
Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1998; Hal. 366-372.4.

Pernolls & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of


Obstetrics& Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994;416-7.5.

Simon LR : Obstetrical Decision Making, 2nd ed. Huntsmen Offset Printing,Singapore, 1987;
210-211

Anda mungkin juga menyukai