TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Preeklampsia
2.1.1. Definisi
2.1.2. Epidemiologi
2.1.3. Etiologi
2.1.4. Patogenesis
2.1.5.1. Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak
berfungsi. Pada saat autoregulasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, jembatan
2.1.5.2. Mata
2.1.5.3. Paru
2.1.5.4. Hati
2.1.5.5. Ginjal
2.1.5.6. Darah
2.1.6. Klasifikasi
2.1.7.1. Edema
Pada kehamilan normal dapat ditemukan edema yang bebas, tetapi jika
terdapat edema yang tidak bebas, terdapat di tangan dan wajah yang meningkat
pada pagi hari dapat dipikirkan merupakan edema yang patologis. Peningkatan
berat badan yang sangat banyak atau secara tiba-tiba dapat meningkatkan
kemungkinan preeklampsia. Preeklampsia dapat juga terjadi tanpa adanya edema
(Pernoll, 1987).
2.1.7.2. Hipertensi
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 24 jam bahaya akut
sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan
kehamilan.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan
larutan sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada
bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan
dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan
sulfas magnesikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella
positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek
menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain
sulfas magnesikus, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan
klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg
secara intramuskular (Wiknjosastro, 2006).
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir (Kosim, 2008). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi
prematur dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena disadari tidak
semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan
bayi prematur (Mochtar, 1998). BBLR merupakan penyebab utama dalam
mortalitas, morbiditas dan kecacatan pada neonatus, balita dan anak-anak serta
memiliki efek yang sangat panjang dalam kesehatan dewasa nantinya. BBLR
adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi (Kosim, 2008).
2.2.1.4. Dismaturitas
Dismaturitas adalah suatu sindroma klinik dimana terjadi
ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau
bayi-bayi yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
Dismaturitas juga bisa didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan gejala
intrauterine malnutrition atau wasting.
2.2.2. Epidemiologi
2.2.3. Etiologi
2.2.3.7. Lingkungan
Bahan toksik, radiasi, polusi dan atau obat-obatan.
2.2.4.2. Dismaturitas
Dismaturitas dapat terjadi preterm, term atau post term. Pada preterm akan
tampak gejala fisis bayi prematur dan mungkin ditambah dengan gejala
2.2.6.3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi yaitu refleks isap dan telan yang
buruk terutama sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun,
pengosongan lambung tertunda, pencernaan dan absorpsi vitamin yang
larut lemak berkurang, defisiensi enzim laktase, menurunnya cadangan
kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh dan meningkatnya
resiko enterokolitis nekrotikans.
2.2.6.7. Kelainan neurologis berupa refleks isap dan telan yang imatur, apnea
dan bradikardi yang berulang, perdarahan intraventrikel dan
leukomalasia periventrikel, pengaturan fungsi serebral yang buruk,
hipoksia iskemik ensefalopati, retinopati prematuritas, kejang dan
hipotonia.