Anda di halaman 1dari 4

1.

Biosintesis
Ada 2 hormon aktif yang disekresi oleh kelenjear tiroid yang merupakan derivat
iodinasi dari asam amino tirosin. Kedua hormon ini, yaitu hormon tiroksin (T4; sekitar
90% dari produksi kelenjar tioid) mengandung 4 atom iodium, dan triiodotironin (T3;
sekitar 10% dari hasil produksi kelenjar tiroid) mengandung 3 atom iodium.
Iodium anorganik mengalami konsentrasi di dalam sel-sel folikel tiroid melalui
mekanisme pompa aktif iodida yang memindahkannya dari aliran darah tiroid. Sejumlah
anion dapat berkompetisi dengan iodida sebagai sistem pembawa, dan dapat
menghambat aktivitas pompa iodida, misalnya: perchlorate, thiosianat (SCN), atau
pertechnetate Tc. Sintesis dan produksi hormon tiroid terjadi melalui proses sebagai
berikut:
a) Iodida terakumulasi secara cepat mengalami oksidasi menjadi iodium bebas
oleh enzim thyroid peroxidase pada permukaan sel folikel, yang kemudian
dengan segera mengalami penyatuan dengan molekul-molekul tirosin pada
posisi cincin ke-3 dan ke-5 membentuk monoiodotirosin(MIT) dan
diidotirosin(DIT).
b) MIT dan DIT akan bergabung melalui kerja enzim yang sama membentuk
hormon-hormon aktf T3 (3,5,3-triiodothyronine) dan T4 (3,5,3,,5,-
tetraiodothyronine atau tiroksin). Sejumlah kecil (<1%) dari derivat 3,3,5-
triiodothyronine (reverse T3 atau rT3) juga disintesis, tetapi tidak mempunyai
aktivitas biologik yang menonjol. Dalam keadaan kelaparan atau sakit berat,
sejumlah besar rT# akan diproduksi relatif lebih banyak dari T3.
c) Selama proses iodisasi dan penggabungan,residu-residu tirosil masih berkaitan
dengan molekul-molekul tiroglobulin secara konvalen pada tepi apikal
permukaan sel folikel. Hormon-hormon tiroid masih tersimpan di dalam koloid,
sebelum mereka disekresi.
d) Di bawah pengaruh thyroid stimulatig hormone atau thyrotropin (TSH),
resorpsi dan preteolisis dari kompleks hormon-trilogbulin yang tersimpan di
dalm sel-sel folikel akan menyebabkan sekresi hormon-hormon aktif (dengan
rasio T4:T3 20:1) melalui proses difusi dari permukaan basal sel folikel menuju
aliran darah kapiler. Tiroksin kemudian akan mengalami deidodinasi di jaringan
perifer (yaitu hati dan ginjal) untuk menghasilkan T3 yang lebih aktf (10 kali
lebih kuat). MIT,DIT, dan iodida yang di lepaskan akan digunakan kembali
untuk sintesis hormon selanjutnya. Dalam keadaan normal, hanya sejumlah
kecil dari tiroglobulin bebas yang keluar dari folikel menuju aliran darah.

Adanya atom-atom iodium di dalam molekul hormon tiroid tidak penting untuk
aktivitas biologik hormon, karena ion-ion ini akan digantikan oleh kelompok-kelompok
molekul fidrofibik untuk menghasilkan analog-analog yang lebih aktif.
Di dalam aliran darah, T3 dan T4 lebih banyak (> 99%) yang terikat dengan
protein plasma (terutama thyroxine binding globulin (TBG), thyroxine binding
prealbumin (TBPA), dan albumin). Namun perlu dicatat bahwa hanya hormon-hormon
bebas yang tidak terikat yang bersifat aktif secara biologik terhadap sel-sel target. T3
terikat kurang kuat dengan protein plasma dibandingkan dengan T4.
2. Etiologi
Hipertiroid paling banya disebkan oleh overaktivitas kelenjar tiroid itu sendiri
sebagai akibat dari penyakit autoimun yang di kenal dengan penyakit graves. Di dalam
serum pasien mengandung imunoglobulin spesifik yaitu thyroid stimulating
immunoglobulins (TSIs) yang berikatan dengan reseptor TSH pada permukaan sel-sel
folikuer. Sama seperti TSH alamiah, protein ini akan merangsang sel-sel folikel tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid. Autoantibodi antitiroglobulin dan antimikrosomal
juga dapat ditemukan. Penyakit ini diperkirakan terjadi 5-8 kali lebih sering kepada
wanita dibandingkan laki-laki. Sering pula disertai dengan kelainan-kelainan autoimun
yang lain seperti miastenia gravis,penyakit addison, dan anemia pernisiosa.
3. Manifestasi Klinis
a) Laju metabolisme basal meningkat, ditandai dengan meningkatnya produksi
panas yang menyebabkan perasaan tidak tahan panas, keringat berlebihan, dan
kulit yang hangat.
b) Penurunan berat badan, walaupun nafsu makan baik atau bertambah karena
muscle wasting (thyrotoxic myopathy) dan diare serta gangguan menstruasi.
c) Denyut nadi yang cepat, tremor, palpitasi, fibrilasi atrium, dan hipertensi.
Sekresi hormon tiroid yang meningkat akan menyebabkan peningkatan respon
terhadap sistem saraf simpatis akibat meningkatnya jumlah dan afinitas -
adrenoceptor.
d) Gelisah, cemas berlebihan, gugup, iritabilitas, dan emosi yang labil.
e) Perubahan-perbahan pada mata (ofalmopati Graves), ditandai dnegan
eksoftalmos atau proptosis dapat terjadi pada sekitar 50% pasien. Keadaan ini
disebabkan penebalan dari otot-otot ekstraorita karena infiltrasi limfosit dan
endapan mukopolisakarida (yang dikenal dengan glikosaminoglikans) serta
edema di sekitar jaringan lunak orbita.
f) Struma difusa toksik (pembengkakan kelenjar tiroid yang simetris, yaitu
pembengkakan lobus kiri dan kanan disertai pembengkakan isthmus secara
merata).
g) Peningkatan kadar T3/T4 seru, tetap kadar TSH serum rendah (bahkan tidak
terdeteksi), karena efek umpan balik negatif dari peningkatan kadar T3/T4
terhadap hipofisis anterior.

Shahab A. Dasar-dasar Endokrinologi. Jakarta: Rayyana Komunikasindo; 2017.

4. Apa yang membuat Nn. D berdebar-debar


Dalam kondisi normal, hormon tiroid memberikan efek terhadap kekuatan
kontraktilitas jantung, yang mana sel otot jantung atau kardiomiosit mengalami
perubahan struktural dan fungsional akibat efek hormon tiroid. Pada penyakit tiroid, baik
hipertiroidisme maupun hipotiroidisme, terjadi kelainan patologis pada jantung yang
disebut penyakit jantung tiorid. Gangguan irama jantung, hipertrofi ventrikel kiri, dan
gagal jantung merupakan efek patologis hormon tiroid pada jantung. Adapun dihampir
semua kasus perubahan kardiovaskular biasanya reversible ketika gangguan tiroid yang
mendasari diketahui dan ditatalaksana.
Hormon tiroid memengaruhi irama jantung melalui efeknya pada saluran- saluran
ion kardiomiosit. Gambaran elektrokardiogram yang paling sering pada pasien
hipertiroidisme adalah sinus takikardia, utter atrium, dan brilasi atrium. Gambaran
elektrokardiogram yang lain adalah blok A-V derajat I, pemendekan interval Q-T,
takikardia supraventrikular, dan abnormalitas gelombang T. Pasien hipotiroidisme
menunjukkan gambaran elektrokardiogram berupa sinus bradikardia, amplitudo
kompleks QRS yang rendah (low voltage complex), pemanjangan interval P-R,
pemanjangan interval Q-T, dan inversi gelombang T.43
Mekanisme aritmogenesis akibat hormon tiroid belum sepenuhnya dimengerti
karena melibatkan proses yang kompleks. Proses genomik maupun non-genomik
berperan serta dalam patogenesis aritmia akibat hormon tiroid. Hormon tiroid mengatur
transkripsi hyperpolarization-activated cyclic nucleotide-gated channels 2/4 yang
berperan dalam memulai impuls jantung pada pacemaker. Efek hormon tiroid terhadap
overekspresi beta-1-adrenergic receptor pada kardiomiosit menyebabkan
hipersensitivitas kardiomiosit terhadap respons adrenergik yang mengakibatkan
kenaikan kadar cAMP intraseluler. Kenaikan cAMP ini mempercepat fase depolarisasi
diastolik yang meningkatkan laju jantung. Hormon tiroid menyebabkan perubahan
ekspresivitas dan aktivitas protein-protein saluran ion pada membran plasma, protein-
protein saluran ion yang menghubungkan antar-kardiomiosit, sistem konduksi jantung,
dan protein-protein sistem transpor kalsium. Protein-protein pengatur ion dan sistem
konduksi ini dipacu oleh T3 atau T4 dan mengaktifkan jalur aktivasi intraseluler yang
meningkatkan eksitabilitas dan menyebabkan hiperesponsivitas kardiomiosit, sehingga
muncul berbagai bentuk aritmia jantung.

Tribulova N, Knezl V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. Thyroid hormones and cardiac


arrhythmias. Vasc Pharm. 2010; 52:102-12.

Klein I, Danzi S. Thyroid disease and the heart. Circulation. 2007; 116:1725-35.

Anda mungkin juga menyukai