Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protozoa merupakan protista eukariotik yang uniseluler. Protozoa
memiliki ukuran mikroskopik. Protozoa berperan penting dalam menjaga rantai
makanan agar tetap stabil dalam perairan marin. Ptozoa terbagi menjadi 4
kelompok besar yaitu amoeba, flagellate, ciliate, dan sporozoa. Pada setiap
kelompok itu memiliki alat gerak yang berbeda mulai dari kaki semu, bulu
cambuk dan bulur getar yang sesuai dengan nama kelompok tersebut.
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari
bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,
Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Protozoa termasuk kelompok protista yang mirip hewan. Protozoa dibedakan dari
prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa
dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat
bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena
tidak dapat membentuk badan buah.
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di
semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya
hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani
gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik
menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi
terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks.
Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup tanpa adanya air
maka di dunia ini tidak ada kehidupan. Air didapat dari berbagai sumber seperti
air sungai air tanah, dan sumber mata air. Salah satu manfaat air digunakan untuk
budidaya ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Namun di dalam air
terdapat mikroorganisme yang tidak terlihat secara kasat mata. Salah satu

1
mikroorganisme tersebut adalah protista. Protista juga terdapat pada air sawah, air
got. Telah diketahui bahwa ilmu Biologi adalah ilmu hayat yang mempelajari
tentang makhluk hidup.Yang dimana jika kitamempelajarinya akan membuat kita
mengetahui lebih rinci tentang makhluk hidup yang hidup di muka bumi ini, oleh
karena untuk mengetahui lebih rinci mengenai hal itu perlulah dilakukan yang
namanya suatu pengamatan atau eksperimen untuk meneliti dan menganalisis
suatu objek tertentu. Objek kajian dalam Biologi meliputi manusia, hewan,
tumbuhan, serta mikroorganisme .Namun dalam laporan mini riset ini ini kami
akan membahas mengenai protista, yaitu bagaimana cirri-cirinya, habitatnya dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan protista melalui hasil pengamatan yang
telah kami lakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang ingin dipecahkan pada mini riset ini yaitu :
1. Mikroorganisme protista apakah yang terdapat di air kolam ikan?
2. Bagaiamanakah Struktur maupun klasifikasi dari mikroorganime protista yang
terdapat di air kolam ikan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui mikroorganisme yaitu protista apa yang terdapat di air kolam ikan.
2. Mengetahui struktur dan klasifikasi protista yang ditemukan di air kolam.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan


mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi.
Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk
sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga
mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak
memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri
dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua,
yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal
sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada
hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik (Rohmimohtarto,
2007).
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di
semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya
hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani
gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa
parasitik menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi
terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah
dibagi-bagi menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya
menjadi enam filum (Fried, 2006).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan
air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya
hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan
lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di
dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok
kedua mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk
bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto,
2007).

3
Protozoa hidup di lingkungan yang basah, misalnya dalam air baik tawar,
maupun air bergaram atau dalam tanah yang basah sampai kedalaman kurang
lebih 20 cm, dalam tubuh manusia atau hewan tingkat tinggi lainnya yang
bercairan, atau di semua tempat di mana saja. Jumlah hewan protozoa dalam suatu
tempat sering sangat menakjubkan, misalnya dalam suatu kolam dapat mencapai
jutaan hewan, bahkan milyaran. Alat gerak protozoa bermacam-macam dari yang
sederhana berupa pseudopodia sampai flagella dan silia. Pseudopodia selalu
dibentuk dari ektoplasma, walaupun endoplasma akan mengikutinya dan pada
tubuh protozoa akan dijumpai plastida dan benda-benda sejenisnya, misalnya
khromatofora, piroid, stigmata, pigmen dan alat-alat simbiotik. (Radiopoetro,
1996)
Hewan paling sederhana di dunia ini adalah protozoa. Disebut paling
sederhana karena hewan tersebut hanya terdiri dari satu sel dan biasanya
berukuran mikroskopis antara 5-5.000 mikron, rata-rata antara 30-300 mikron
(Sugiarji, 2005).
Protozoa merupakan sekelompok makhluk yang bersel tunggal, yang
heterogen, meliputi kurang lebih 50.000 species yang telah diberi nama, dan
20.000 species yang telah berupa fosil. Ribuan species telah berhasil
dideskripsikan sebagai makhluk yang hidup bebas dan sebagian lainnya hidup
secara parasit pada hewan lain, terutama hewan tingkat tinggi. Jumlah hewan
protozoa dalam suatu tempat sering sangat menakjubkan, misalnya dalam suatu
kolam dapat mencapai jutaan hewan, bahkan milyaran (Maskoeri, 1984).
Protozoa yang jumlahnya besar itu mempunyai ciri-ciri yang berbeda, dan
beberapa ahli membagi menjadi 3 kingdom dan puluhan phyla. Sehubungan
dengan hal tersebut Whittaker (1969) mencoba mengklasifikasikan protozoa yang
beraneka ragam itu satu kingdom lain. Seperti kita ketahui bahwa hewan pada
masa lalu hanya terdapat satu kingdom yaitu kingdom Animalia, yang banyak
diterima orang (Maskoeri, 1984).
Seperti halnya sel makhluk hidup lain, sel protozoa terdiri dari
protoplasma yang dibungkus membran sel (plasmolemma) yang berfungsi sebagai
dinding sel. Protoplasma terdiri dari dua komponen utama yaitu inti sel

4
(nukleus) dan isi sel atau sitoplasma. Dengan menggunakan mikroskop akan
terlihat bahwa sitoplasma terdiri atas dua bagian. Bagian terluar tampak homogen
dan jernih (hyalin) disebut ektoplasma, dan bagian dalam disebut endoplasma.
Dalam endoplasma terlihat benda-benda seperti butir-butir kecil dan serabut
benang halus yang ternyata adalah materi mengandung protein, karbohidrat,
lemak, garam mineral, serta organel. Protozoa tidak memiliki organ sejati seperti
alat pencernaan dan alat reproduksi sebagaimana layaknya metazoa. Akan tetapi
mampu melakukan semua kegiatan biologis seperti bergerak, makan, bernapas,
dan reproduksi. Proses-proses tersebut dilakukan oleh bagian di dalam sel, yang
disebut vakuola kontraktil (Sugiarji, 2005).
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual (vegetatif)
dengan cara : pembelahan mitosis dan spora. Pembelahan mitosis (biner), yaitu
pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan
sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada
Amoeba, Paramaecium. sp, dan Euglena. sp. Paramaecium membelah secara
membujur/ memanjang setelah terlebih dahulu melakukan konjugasi. Euglena
membelah secara membujur /memanjang (longitudinal). Spora,
Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan
membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles.
Spora yang dihasilkan disebut sporozoid. Perkembangbiakan secara seksual pada
Protozoa dengan cara : konjugasi dan sporozoa. Konjugasi, Peleburan inti sel pada
organisme yang belum jelas alat kelaminnya. Pada Paramaecium. sp
mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus,
proses ini disebut singami. Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat
menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Peleburan gamet ini berlangsung di
dalam tubuh nyamuk (Radiopoetro, 1996 ).
Pernapasan atau pertukaran oksigen dan karbondioksida berlangsung
secara difusi karena adanya perbedaan tekanan gas di dalam sel dan di luar sel.
Protozoa bergerak dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia), cilia, atau
flagella. Pseudopodia berasal dari penjuluran sitoplasma, dan bersifat sementara
terutama untuk berpindah tempat atau makan. Gerakan tersebut timbul akibat dari

5
kontraksi protoplasma memanjang dan memendek secara lambat. Protozoa yang
bergerak dengan pseudopodia adalah dari kelas Sarcodina. Pseudopodia dibagi
dalam empat tipe atas dasar bentuk penjuluran protoplasmanya yaitu; lobopodia,
filopodia, reticulopodia, dan axopodia (Campbell, 2003).
Cilia atau bulu getar merupakan alat gerak yang berbentuk bulu-bulu halus,
biasanya banyak dan selalu bergetar. Ada beberapa tipe-tipe cilia, yaitu;
Holotrich, Heterotrich, Peritrich, dan Hypotich (Brotowidjoyo, 1995).
Flagela (bulu cambuk) merupakan alat gerak berupa protoplasma panjang
seperti cambuk, berjumlah satu atau lebih tetapi umumnya dua helai. Flagela
berfungsi sebagai alat gerak maju dengan kecepatan antara 15 sampai 300 mikron
per detik (Brotowidjoyo, 1995).
Cara makan protozoa ada 3 macam; yaitu autotrof, heterotrof, dan
amfitrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan sendiri seperti layaknya
tumbuh-tumbuhan dengan jalan fotosintesis. Protozoa yang tidak dapat
melakukan fotosintesis, mendapatkan makanannya dengan jalan menelan benda
padat, atau memakan organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa lain
bersifat heterotrof. Protozoa yang bersifat autotrof dan heterotrof disebut amfitrof
(Brotowidjoyo, 1995).
Protozoa yang bersifat heterotrof dan dinding selnya terdiri dari suatu
membran tipis, mengambil makanannya dengan cara membungkus makanan
kemudian menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini disebut fagositosis. Pada
jenis yang berdinding tebal (petikula), cara mengambil mangsanya dengan
menggunakan mulut sel yang disebut cytostome, dan biasanya dilengkapi cilia
untuk mengalirkan air hingga bila ada makanan yang lewat dapat ditangkap dan
dimasukkan ke dalam sitoplasma (Campbell, 2003).
Makanan yang masuk ke dalam sitoplasma bersama air akan ditempatkan
dalam suatu rongga kecil yang disebut gastriola (vakuola makanan). Makanan di
dalam gastriola dicerna secara enzimatis. Hasil pencernaan disebarkan ke seluruh
bagian protoplasma dengan proses dengan proses pynocytose, sedangkan sisa
pencernaan dibuang melalui lubang sementara pada membrane sel; pada flagelata
dan ciliata adakalanya terdapat lubang permanen yang disebut cytopyge atau

6
cytoproct. Kelebihan air dalam sel akan dikeluarkan oleh organel yang disebut
vakuola kontraktil dengan gerakan sistol dan diastolnya. Dalam suatu sel protozoa
biasanya ditemukan beberapa vakuola kontraktil yang terdapat dekat dinding sel.
Vakuola kontraktil pada protozoa yang hidup di air tawar berkembang dengan
baik, sedangkan yang di laut kurang berkembang (Campbell, 2003).

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Selasa, 26 September 2017
Tempat Pengamatan : Laboratorium Biologi UNIMED
Tempat Pengambilan Sampel : Kolam Ikan Digital Library UNIMED

3.2 Bahan Dan Alat


Alat :
1. Mikroskop Elektron
2. Object Glass
3. Cover Glass
4. Pipet Tetes

Bahan :
1. Air Kolam Ikan
2. Tissue

3.3 Prosedur Kerja


1. Mengambil sampel air kolam ikan pada bagian dasar.
2. Mengambil setetes sampel, menggunakan pipet tetes.
3. Kemudian meneteskannya di tengah kaca objek dan menutupnya dengan
kaca penutup.
4. Memeriksa dan mengamati dengan mikroskop elektron dan melihat
gambar hasil pengamatan melalui layar monitor
5. Mengambil hasil gambar, mengidentifikasi protista apa yang terlihat dan
mencatat bagaimana ciri-crinya.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo., (1995), Zoologi Dasar, Erlangga, Jakarta.


Campbell, N.A., (2003), Biologi Edisi Kelima Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Fried, G., (2006), Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Maskoeri, J., (1984), Zoologi Invertebrata, Sinar Wijaya, Surabaya.
Radiopoetro., (1996), Zoologi, Erlangga, Jakarta.
Rohmimohtarto, K., (2007), Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut,
Djambatan, Jakarta.
Sugiarji, S., dkk., (2005), Avertebrata jilid I, Penebar Swadaya, Bogor.

11

Anda mungkin juga menyukai