Anda di halaman 1dari 6

Tugas I

Teori Portofolio dan Analisis Investasi

Soal
1. Jelaskan Karekteristik dari sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan di
Pasar Modal.
2. Apa Yang dimaksud dengan sekuritas derivatif?
3. Coba saudara uraikan model investasi yang beresiko dan model investasi
yang bebas resiko?
4. Apa yang dimaksud dengan CAPM, dan sebutkan asumsi-asumsi yang
mendasi CAPM
5. Jelaskan apa-apa saja Return yang diharapkan dari investasi pasar modal
6. Dalam berinvestasi tentu ada Resikonya. Jelaskan jenis-jenis resiko dalam
berinvestasi di pasar modal. dan berikan Contohnya

Jawaban

1. Karakteristik dari sekuritas-sekuritas diperdagangkan di pasar modal :


a. Dominasi asing
Sudah bukan rahasia lagi bahwa transaksi perdagangan efek di bursa lebih banyak
didominasi oleh asing. Sebagai misal, nilai perdagangan saham selama tahun 1998
di BEJ anjlok dari rata-rata Rp 500 miliar menjadi hanya Rp 100 miliar lantaran
hengkangnya investor asing.
b. Belum efisien
Pasar modal yang efisien adalah pasar modal dimana harga sekuritas yang
diperdagangkan mencerminkan semua informasi yang relevan. Dalam pasar yang
efisien, akan sangat sulit bagi pemodal untuk memperoleh keuntungan abnormal.
Penelitian yang dilakukan oleh Suad Husnan (1991) maupun Siddharta Utama
(1992) terhadap efisiensi pasar modal di Indonesia terutama di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) menyimpulkan bahwa BEJ tidak efisien dalam bentuk lemah (weak form
test). Ketidakefisienan tersebut disebabkan oleh kondisi-kondisi yang mendukung
efisiensi pasar tidak terpenuhi, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab
ketidakefisienan yaitu: pertama, tingkat likuiditas yang masih rendah dan kedua,
belum terbukanya para emiten dalam mengungkapkan informasi yang benar atas
perusahaannya (Manajemen dan Usahawan, Nomor 6 Tahun XXI, Juni 1992).
c. Moral Hazard
Mengambil sedikit contoh, masih terdapat kasus insider information atau
cornering. Insider information terjadi dalam transaksi perdagangan saham Super
Indah Makmur (1996), Super Mitory Utama (1996), Bank Mashill Utama dan
Semen Gresik (1998). Sementara cornering terjadi pada saham Bank Pikko
(1997).
d. Celah peraturan dan lemahnya pengawasan otoritas bursa
Mekanisme pengawasan yang dilakukan otoritas bursa terkadang dinilai masih
lemah dalam mengatasi berbagai konflik. Konflik yang terjadi, biasanya lebih
disebabkan oleh lemahnya regulasi rambu-rambu kebebasan pelaku bursa untuk
memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Sebagai misal, BEJ tidak
melakukan delisting terhadap Inti Indo Rayon Utama yang hampir sembilan bulan
tidak beroperasi. Selain itu, tentu kita masih ingat kasus saham yang hilang yang
bahkan sampai saat ini masih saja terjadi. Jika pada tahun 1996 saham yang hilang
di BEJ baru sebanyak 163.000, tahun 1997 meningkat jumlahnya menjadi 2, 576
juta dan pada 1998 menjadi 30 juta.
e. Investor retail belum optimal
Selama ini, transaksi yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya lebih memperlihatkan gambaran investor yang berduit. Sementara,
investor retail hanya punya kemampuan membeli efek dalam jumlah sedikit.
f. Isu lebih dominan ketimbang persuasi otoritas bursa dan penguasa moneter
Di pasar modal manapun, isu jelas berpengaruh terhadap pergerakan indeks.
Kendati demikian, pengaruhnya dapat dibandingkan secara relatif. Di Amerika
Serikat, isu dapat ditepis seketika oleh pernyataan pengelola bursa, otoritas
moneter, pemerintah maupun kongres. Namun di Indonesia, pernyataan pejabat
pemerintah maupun otoritas bursa belum sepenuhnya dipercaya oleh investor.
Terkadang, mereka lebih mempercayai isu yang timbul. Sebagai contoh, harga
saham Telkom pernah jatuh pada sekitar bulan Maret 1997 lantaran desas-desus
yang mengatakan bahwa pemerintah akan mempersingkat hak monopoli Telkom.
g. Belum ada kontrol efektif terhadap penggunaan dana hasil penjualan saham
Idealnya, dana hasil penjualan saham dipergunakan untuk melakukan ekspansi
pada core business, dan bukan untuk melakukan diversifikasi atau malah untuk
membayar utang. Hal ini pernah terjadi di tahun 1996 ketika hasil penjualan
saham Telkom sebesar US$ 600 juta dipergunakan untuk membayar hutang luar
negeri.
h. Risiko relatif tinggi
Kendati JP.Morgan menilai peringkat risiko ekonomi (economic risk) di Indonesia
telah turun dari peringkat 87 (tahun 1998) menjadi peringkat 53 (Januari 1999),
penurunan peringkat tersebut bukan risiko investasi di Indonesia (termasuk di
pasar modal tentunya) menjadi lebih kecil. Hal ini disebabkan karena Indonesia
masih mempunyai banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan seperti kasus
referendum, hutang luar negeri, kemampuan pemerintahan Gus Dur, dsb. Masih
menurut JP.Morgan, rebound perekonomian dari negative growth rate akan terjadi
pada penghujung tahun 2000.

2. Sekuritas derivatif yaitu sebuah sekuritas yang nilainya tergantung pada aset
yang mendasarinya. Macam-macam sekuritas derivatif yang umumnya
ditransaksikan dalam suatu pasar modal, yaitu futures, options, forward, swaps.
Mekanisme perdagangan futures dan options dapat dilakukan melalui dua sarana,
yaitu perdagangan di bursa efek maupun melalui over the counter market.
Sementara untuk forward dan swaps, umumnya dilakukan melalui over the
counter market saja.

3. Investasi aset berisiko dan aset bebas risiko


Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada
berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko, atau pun
kombinasi dari kedua aset tersebut. Pilihan investor atas asetaset tersebut akan
tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko. Semakin enggan
seorang investor terhadap risiko, maka pilihan investasinya akan cenderung lebih
banyak pada aset aset yang bebas risiko.
Aset berisiko adalah asetaset yang tingkat return aktualnya di masa depan masih
mengandung ketidakpastian.
Aset bebas risiko merupakan aset yang returnnya di masa depan sudah bisa
dipastikan pada saat ini, dan ditunjukkan oleh varians return yang sama dengan
nol. Salah satu contoh aset bebas risiko adalah obligasi jangka pendek yang
diterbitkan pemerintah.

4. CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko


dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga
sekuritas. Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model
CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh
Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik
(systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk
/unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi
atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset
Pricing Model (CAPM) Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset
Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan
modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat
antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected
return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara
empiris, Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset
Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting. Capital Asset Pricing
Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode
tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari
mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga
mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar,
dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya
transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat
meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat
suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini,
semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik. Capital Asset Pricing
Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah
tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah
passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko
dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium
pada portofolio pasar dan koefisien beta.

5. Risiko dan return


Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan
perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor
individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive),
sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang
tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan
informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan. Return merupakan
salah satu factor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya.Return menurut Jogiyanto(2003; 109) dapat dibedakan menjadi 2
yaitu:
a. Return realisasi (Realized Return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa mendatang.
b. Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return
ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Sumber-sumber
return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain/loss
(Tandellin, 2010:102). Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas
yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada
sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi.
Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya
dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian)bagi investor. Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa
menghitung return total. Perlu diketahui bahwa yield hanya akanberupa angka nol
(0) dan postif (+), sedangkan capital gain (loss) bisa berupa angka minus (-), nol
(0) dan positif (+) secara matematis return total suatu investasi bisa dituliskan:
Return total = yield + capital gain (loss)

6. Jenis-jenis risiko dalam investasi saham di pasar modal


Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasi
Menurut Jones (2000), ada dua tipe resiko yaitu:
1. Systematic Risk, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para
investor. Misalnya: risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai
tukar, risiko pasar
2. Unsystematic risk, yang dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor.
Misalnya: risiko bisnis, risiko likuiditas, risiko financial

Anda mungkin juga menyukai