Anda di halaman 1dari 8

Sistem Tata Udara

Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi lingkungan
tempat di mana produk tersebut dibuat/diproduksi. Kondisi lingkungan yang kritis
terhadap kualitas produk, antara lain adalah :

Cahaya,

Suhu,

Kelembabab relatif (RH),

Kontaminasi Mikroba, dan

Kontaminasi partikel

Sebagai upaya untuk mengendalikan kondisi lingkungan tersebut, maka setiap


industri farmasi diwajibkan untuk memiliki Sistem Tata Udara (Air Handling
System/AHS). Seluruh regulatory code (WHO TRS 902/2002; WHO TRS 908/2003
dan PIC/S 2006) mensyaratkan Sistem Tata Udara (Air Handling System/AHS) harus
dikendalikan dan dikualifikasi. AHS sering juga disebut dengan HVAC (Heating,
Ventilating and Air Conditioning). Sistem Tata Udara tidak hanya mengontrol suhu
ruangan (seperti halnya AC konvensional) melainkan juga kelembaban, tingkat
kebersihan (sesuai dengan kelas ruangan yang dipersyaratkan), tekanan udara, dan
sebagainya. Sistem tata udara yang digunakan tergantung dari jenis produk yang
dibuat dan tingkat kelas ruang yang digunakan, misalnya ruang produksi streil dan
sebagainya. Selain itu penentuan kelas ditentukan oleh parameter-parameter sebagai
berikut:

Jumlah partikel pada kondisi at rest (kondisi statis) dan in


operation(kondisi dinamis).

Batasan kontaminasi mikro (CFU= Colli Form Unit) untuk monitoring


udara ruang bersih.
Preparasi dan pengisian aseptik berada diruang kelas A (IA) dengan latar
belakang ruang kelas B (IB), sedangkan pada CPOB (2001) preparasi dan
pengisian aseptik di ruang kelas A (IA) dengan latar belakang ruang kelas C
(II).

Larangan penggunaan flter dari asbes.

Monitoring bioburden (frekuensi dan metode) pada produk, air dan


lingkungan di kelas bersih.

a. HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)

Salah satu sistem penunjang lain yaitu HVAC (Heating, Ventilating and Air
Conditioning). Tujuan dari HVAC, yaitu:

1. Mencegah kontaminasi silang

2. Mengkondisikan fasilitas sesuai dengan yang dipersyaratkan dengan


parameter : suhu, ruangan, perbedaan tekanan udara antar ruangan, arah aliran
udara, jumlah pergantian udara, kelembaban relatif dan konsentrasi partikel.

3. Memberikan kenyamanan dalam menjalankan tugas dan aktivitas.

b. Komponen HVAC
a. Air handling unit (AHU) merupakan unit mesin pengolahan udara
yang dirancang untuk mengkondisikan temperatur, kelembaban, tekanan udara
ruangan, pengontrolan jumlah partikel dan pergantian udara didalam ruang produksi
pada setiap jamnya. Udara tekan adalah udara yang dimampatkan dengan
menggunakan kompresor udara. Udara yang dihasilkan kemudian di-treatment agar
kotoran (misal partikel, water content / PDP dan oil carry over) bisa terkontrol dan
tidak ikut terbawa ke dalam saluran penyaluran udara tekan yang menuju user point-
nya sendiri.
b. Chiller unit

Dari alat ini dihasilkan udara sejuk (7)

c. Cooling/heating Coil System

Berfuingsi mengubah kondisi temperatur udara sesuai dengan media yang


dimasukan atau dilewatkan.

d. Laminar Air Flow

Merupakan alat yang dilengkapi dengan HEPA (High Efficiency Particullar


Air) yang dapat menghasilkan udara berarah tunggal dengan kualitas yang
dipersyaratkan.

e. Dust Collector

Berfungsi menyedot atau mengumpulkan partikel-partikel debu yang dihasilkan


dalam suatu proses produksi sehingga tidak mengkontaminasi ruangan yang lain.

c. Air compress

Udara tekan adalah udara yang dimampatkan dengan menggunakan


kompresor udara. Dalam proses produksi digunakan untuk kebutuhan
pelayananpneumatic system pada mesin produksi. Udara yang dihasilkan kemudian
ditreatment agar kotoran bisa terkontrol dan tidak ikut terbawa ke dalam saluran
penyaluran udara tekan yang menuju user point nya sendiri, misalnya untuk ruang
steril dilakukan penyaringan kembali terhadap bakteri.

Proses tersedianya tenaga uap (steam) yaitu karena adanya perubahan air
yang dalam fase cair mejadi air dalam fase gas dengan tekanan tinggi melalui proses
pemanasan menggunakan sebuah ketel uap/boiler. Alat yang digunakan untuk
menghaislkan steam yaitu steam boiler yang memiliki kapsitas 3600 kg/h.
Jenis steam yang digunakan ada 2 macam,yaitu:
1. Plant steam, digunakan untuk pemanasan secara tidak
langsung. Steamdialirkan melalui heating coil dan energi panasnya digunakan untuk
pemanasan pada proses produksi.

2. Clean steam, adalah steam bersih yang tidak mengandung partikel,


biasanya digunakan untuk pemansan dengan kontak langsung misalnya digunakan
pada alat autoclave, air yang digunakan sebagai feed water(air umpan) yaitu air murni
(HPW).
Validasi Proses

Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan


(validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan,
validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi
konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi
prospektif).

Jenis-jenis validasi adalah sebagai berikut:

1. Validasi prospektif

Validasi prospektif hendaknya mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut :

Uraian singkat suatu proses

Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi

Daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan


pencatat serta status kalibrasinya

Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan

Daftar metode analisis yang sesuai

Usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan

Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan


validasi metode analisisnya, bila diperlukan

Pola pengambilan sampel

Metode pencatatan dan evaluasi hasil

Funsi dan tanggung jawab

Jadwal yang diusulkan.


2. Validasi konkuren

Dalam hal tertentu, produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu
menyelesaikan program validasi. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren
hendaknya dujustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu.

3. Validasi retrospektif

Validasi ini hanya dapat dilakukan untuk proses yang telah mapan, namun
tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau
peralatan. Validasi proses hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap validasi
memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data untuk
mengambil kesimpulan dan rekomendasi. Sumber data hendaklah mencakup, tetapi
tidak terbatas pada catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets, rekaman
pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan penggantian personil, studi
kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan data tren dan hasil uji stabilitas.

4. Validasi pembersihan

Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas


prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan
pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada
bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat
dicapai dan diverifiksi. Uji sampai bersih (last until clean) bukan merupakan satu-
satunya pilihan untuk melakukan validasi pembersihan.

5. Validasi ulang

Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses


pembersihan hendaklah dievaluasi untuk kontimasi bahwa validasi masih absah. Jka
tidak ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan
untuk validasi ulang.

6. Validasi metode analisa

Tujuan validasi metode analisa adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaanya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap 4
jenis :

Uji identifikasi

Uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity)

Uji batas impuritas, dan

Uji kuatitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen tertentu
dalam obat.

Kriteria validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Akurasi

Presisi

Ripitabilitas

Intermediate precision

Spesifisitas

Batas deteksi

Batas kuantitas

Linearitas, dan

Rentang
Langkah-langkah pelaksanaan validasi adalah sebagai berikut:

1. Membentuk komite validasi yang bertanggung jawab terhadap


pelaksanaanvalidasi di industri farmasi yang bersangkutan.

2. Menyusun Rencana Induk Validasi (RIV), yaitu dokumen yang menguraikan


secara garis besar pedoman pelaksanaan validasi.

3. Membuat dokumen validasi, yaitu prosedur tetap (protap), protokol


sertalaporan validasi

4. Pelaksanaan validasi

5. Melaksanakan peninjauan periodik,change control dan revalidasi (Manajemen


Industri Farmasi, 2007).

Anda mungkin juga menyukai