Anda di halaman 1dari 14

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH SAYURAN TERHADAP


KANDUNGAN C-ORGANIK DAN NITROGEN TOTAL DALAM
VERMIKOMPOSTING LIMBAH RUMEN DARI SAPI
RUMAH POTONG HEWAN (RPH)

Verika Damayanti*), Wiharyanto Oktiawan**), Endro Sutrisno**)


Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: damayantiverika@rocketmail.com

Abstrak
Limbah isi rumen dari rumah potong hewan (RPH) yang belum terkelola secara
optimal memungkinkan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Salah satu
alternatif pengolahan limbah isi rumen adalah dengan metode vermikomposting.
Upaya yang dilakukan untuk menambah selera makan cacing tanah adalah
dengan menambahkan limbah sayuran pada pengolahan limbah isi rumen.
Penelitian ini menggunakan variansi penambahan limbah sayuran sebesar 0%,
25%, 50%, 75%, dan 100% dari berat limbah isi rumen. Penambahan limbah
sayuran pada penelitian ini pada kondisi awal mampu meningkatkan kandungan
C-Organik dan N-Total. Akan tetapi, penambahan tersebut justru menurunkan
rasio C/N. Selama proses vermikomposting terjadi degradasi C-Organik sebesar
69,71% dan degradasi N-Total sebesar 52,16%. Produk yang dihasilkan dari
proses vermikomposting disebut kascing dan cacing tanah. Pada saat kascing
dipindahkan dari reaktor vermikomposting, proses degradasi C-Organik, N-Total,
dan rasio C/N masih berlangsung. Kandungan kascing mulai stabil pada hari
kesembilan dari kascing dipindakan dar reaktor vermikomposting. Kualitas
kascing yang dihasilkan masih belum memenuhi atau memiliki nilai yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan kriteria kompos yang tercantum pada SNI 19-
7030-2004 maupun dibandingkan dengan kulitas kompos lainnya.

Kata Kunci : Limbah isi rumen, limbah sayuran, vermikomposting, kascing.

Abstract
[Influence of Addition Vegetable Waste Toward C-Organic and Total
Nitrogenous Contens in Vermicomposting Rumen Waste From Animal
Slaughter House Cattle]. The filling of rumens waste of animal slaughterghouses
that have not managed optimally allow pose problem for the environment. One
alternative sewage the filling of rumens waste treatment is the the
vermicomposting. The effort to add earthworms appetite is adding vegetable
waste in the filling of rumens waste treatment. This research using addition
variation of vegetable waste of 0 % , 25 % , 50 % , 75 % , and 100 % of the filling
of rumens waste mass. The addition of vegetable waste in this research on initial
conditions able to increase c-organik content and n-total. But, the addition of the
the vegetable waste lower the ratio C/N. During the vermicomposting process
occur degradation c-organik of 69,71 % and degradation n-total of 52,16 %.
Products resulting from the vermicomposting process called kascing and
earthworms. At the time kascing moved from vermicomposting reactor, the
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

process degradation of c-organik , n-total , and the ratio C/N is still taking place.
Kascing content are getting stable in the ninth day kascing has been moved from
reactor vermicomposting. The quality of kascing produced have not fulfill or
having value that lower compared criteria compost articulated in SNI 19-7030-
2004 and compared with other compost quality.

Keywords : The filling of rumens waste, vegetables waste, vermicomposting,


kascing.

1. Pendahuluan tersedia setelah dikeluarkan berupa


Isi rumen sapi merupakan salah kotoran (kascing). Bahan organik
satu limbah yang dihasilkan rumah yang dimakan oleh cacing tanah akan
potong hewan. Isi rumen sapi terdiri mengalami perombakan dalam alat
atas dua bentuk yaitu bentuk padat pencernaannya sehingga menjadi
dan bentuk cair. Isi rumen sapi halus dan setelah dicerna sisanya
bentuk padat berupa bagian kasaran akan disekresikan menjadi kotoran
dari rerumputan yang telah dicerna atau kascing (Catalan, 1981 dalam
oleh sapi. Sedangkan isi rumen sapi Noviansyah 2015). Selain kascing,
bentuk cair berupa saringan dari hasil dari proses vermikomposting
rumen yang telah dibuang pada juga berupa cacing.
proses kediatan pemotongan. Kascing juga sebagai pupuk
Menurut Baller et al (1982) dalam yang ramah lingkungan, aman untuk
Padmono (2005), berdasarkan digunakan pemacu pertumbuhan dan
jumlah limbah rumen sapi dan produksi tanaman (Arifah,2014).
kandungannya, limbah rumen sapi Secara umum yang dapat dijadikan
berpotensi menimbulkan masalah bahan pakan cacing berupa limbah-
bagi lingkungan. Oleh karena itu, limbah organik, seperti limbah
perlu adanya pengolahan limbah sayuran, serbuk gergaji atau sisa
padat RPH. Salah satu alternatif media jamur, limbah hijauan,
pengelolaan limbah padat rumen sapi kotoran ternak, pelepah, daun, batang
adalah pengomposan dengan bantuan dan bongkol pisang, limbah jerami
cacing tanah atau disebut juga padi, dan ampas tahu. Menurut Dedi
vermikomposting. (2013), kombinasi pakan 50-65 %
Vermikomposting merupakan bahan hijauan + 30 % kotoran +
sebuah proses aerobic, biooksidasi serbuk gergaji 10-15 %, dapat
dan stabilisasi non termofilik dari meningkatkan selera makan cacing
dekomposisi sampah organik yang dan menghasilkan kuantitas dan
tergantung pada cacing tanah untuk kualitas kascing. Merurut
memotong, mencampur dan Noviansyah (2015) limbah sayuran
meningkatkan kerja mikroorganisme pada umumnya mengandung nutrisi
(Gunadi,2002). Menurut Parmelee et yang dibutuhkan oleh cacing tanah.
al. (1990) dalam Anwar (2009), Limbah sayur yang paling sering
cacing tanah juga berperan dalam dijumpai di pasar pasar tradisional
menurunkan rasio C/N bahan diantaranya limbah kubis dan limbah
organik, dan mengubah nitrogen sawi. Berdasarkan uraian latar
tidak tersedia menjadi nitrogen belakang tersebut, maka diajukan

2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

penelitian tentang pengaruh c. Variabel Kontrol


penambahan limbah sayur terhadap Variabel kontrol merupakan
kandungan C-Organik dan Nitrogen variabel yang dikendalikan atau
Total dalam kascing hasil dibuat konstan sehingga hubungan
vermikomposting dari rumen limbah variabel independent terhadap
rumah potong hewan (RPH). dependent tidak dipengaruhi oleh
2. Tujuan Penelitian faktor luar yang tidak diteliti.
Tujuan yang ingin dicapai dari Variabel kontrol dalam penelitian ini,
penelitian ini adalah sebagai berikut : yaitu temperatur dan pH.
1. Mengetahui proses degradasi
vermikomposting limbah isi 4. Hasil dan Pembahasan
rumen. 4.1 Karakteristik Limbah Isi
2. Menganalisis pengaruh limbah Rumen dan Limbah Sayuran
sayuran (sayur sawi dan sayur 4.1.1 Karakteristik Limbah Isi
kol) terhadap kandungan C- Rumen
Organik dan Nitrogen Total dalam Berikut hasil uji mengenai
dalam vermikomposting limbah karakteristik limbah isi rumen padat
padat rumen sapi rumah potong adalah sebagai berikut :
hewan (RPH). Tabel 4. 1 Hasil Uji Pendahuluan
3. Menganalisis perbandingan Karakteristik Rumen
kascing limbah isi rumen dengan No Parameter Satuan Nilai
SNI 19-7030-2004 dan kompos 1 C-Organik % 18,06
lainnya. 2 N-Total % 1,12
3. Metodologi Penelitian 4.1.2 Karakteristik Limbah
Penelitian ini akan Sayuran
dilaksanakan pada Juli - Agustus Hasil uji pendahuluan
2016 di Laboratorium Teknik karakteristik limbah sayuran dapat
Lingkungan, Fakultas Teknik, dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut
Universitas Diponegoro. Sementara :
itu, variabel yang digunakan dalam Tabel 4. 2 Hasil Uji Pendahuluan
penelitian ini adalah sebagai berikut: Karakteristik Limbah Sayuran
a. Variabel Bebas No Parameter Satuan Nilai
Pada penelitian ini yang 1 C-Organik % 31,24
ditetapkan sebagai variabel bebas 2 N-Total % 2,57
adalah perbandingan komposisi Berdasarkan tabel 4.2 di atas,
rumen RPH dengan variasi diketahui apabila kandungan C-
penambahan jenis limbah sayuran Organik limbah sayuran sebesar
dan cacing tanah. Variasi 31,24% atau jauh lebih besar bila
penambahan jumlah limbah sayuran dibandingkan dengan kandungan C-
dengan perbandingan berat 0%, 25%, Organik pada limbah isi rumen.
50%, 75%, 100% dari berat rumen Selain itu, limbah sayuran juga
sapi. memiliki kandungan N-Total limbah
b. Variabel Terikat sayuran sebesar 2,57% atau lebih
Pada penelitian ini variabel besar bila dibandingkan dengan
terikatnya adalah parameter yang kandungan N-Total pada limbah isi
akan dianalisa, yaitu kadar C, N dan rumen. Dengan demikian, limbah
rasio C/N. sayuran dapat digunakan sebagai
3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

sumber tambahan C-Organik, N- yang dikomposkan sebanyak 1 ton


Total dan dapat digunakan sebagai dapat menghasilkan 300 kg kascing
pakan dalam vermikomposting dan biomassa cacing tanah.
limbah isi rumen. Banyaknya jumlah cacing tanah
4.2 Proses Degradasi Limbah dalam proses ini dapat dilihat pada
Isi Rumen tabel 4.4 sebagai berikut:
Hasil perhitungan presentase Tabel 4.4 Banyaknya Jumlah
penurunan limbah selama proses Cacing Tanah
vermikomposting dapat dilihat pada Berat Berat
Persenta
tabel 4.3 sebagai berikut: Awal Akhir
se
Tabel 4.3 Presentase Penurunan N Kode Cacin Cacin
Pertamb
Limbah Selama Proses o Variasi g g
ahan
Vermikomposting Tanah Tanah
(%)
Berat Presenta (kg) (kg)
Kode Berat
Awal se Kontro 0,050
No Varias Kascin 1 0,067 34,6
Limba Degrada l 0
i g (kg)
h (kg) si (%) 0,062
2 A1 0,081 29,9
Kontro 5
1 1 0,334 66,56
l 0,075
3 A2 0,095 26,1
2 A1 1,25 0,422 66,22 0
3 A2 1,5 0,510 66,00 0,087
4 A3 0,114 30,3
4 A3 1,75 0,598 65,84 5
5 A4 2 0,686 65,72 0,100
5 A4 0,147 47,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, 0
dapat dilihat bahwa terjadi Berdasarkan tabel 4.4 diatas,
penyusutan pada berat awal limbah dapat dilihat bahwa terjadi
dibandingkan berat setelah melalui pertambahan berat cacing tanah pada
proses vermikomposting sebesar akhir proses vermikomposting.
65,72% - 66,56%. Wahyono et al. Pertambahan ini menunjukkan
(2003) menyatakan bahwa bahan bahwa kandungan nutrisi pada proses
kompos matang akhir akan ini mampu mencukupi kebutuhan
mengalami penurunan volume atau pertumbuhan cacing tanah. Selain
berat lebih dari 60% dari berat awal. itu, limbah yang telah terfermentasi
Berdasarkan Tabel 4.3 di akan memudahkan cacing tanah
atas, dapat dilihat pula produksi dalam mengonsumsi limbah tersebut.
kascing yang dihasilkan antara nilai 4.3 Pengaruh Penambahan
0,334 0,686 kg. Sebanyak 2 kg Limbah Sayuran terhadap
limbah (limbah rumen+limbah C-Organik dan N-Total
sayuran) dapat menghasilkan 0,686 4.3.1 Pengaruh Penambahan
kg kascing. Hal ini menunjukkan Limbah Sayuran terhadap
bahwa sebanyak 65,72% limbah C-Organik
telah terdekomposisi oleh cacing Berikut hasil pengukuran C-
tanah dan mikroorganisme. Menurut Organik selama proses penelitian ini
Rukmana (1999), hasil panenan dapat dilihat pada grafik di bawah ini
proses pengomposan dengan cacing :
tanah dari bahan organik mencapai
30% artinya, setiap bahan organik
4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Gambar 4.1 Grafik Kandungan C- Gambar 4.2 Grafik Rasio C/N


Organik Selama Proses Selama Proses
Berdasarkan grafik 4.1 di Berdasarkan grafik 4.2 di
atas, dapat dilihat pula apabila saat atas, dapat dilihat bahwa pada
fermentasi pakan terjadi penurunan kondisi awal pencampuran,
kandungan C-Organik. Penurunan C- penambahan limbah sayuran justru
Organik terjadi karena pada saat menurunkan rasio C/N.
proses fermentasi ini berlangsung Berdasarkan grafik 4.2 di
disimilasi senyawa senyawa organik atas, dapat dilihat bahwa rasio C/N
yang disebabkan oleh aktivitas saat proses fermentasi mengalami
mikroorganisme (Sulistyaningrum, naik turun niai pada setiap
2008). Selain itu, kandungan C- penambahan limbah sayuran. Hal ini
Organik pada saat panen kascing disebabkan karena laju penurunan C-
mengalami penurunan jika Organik dan N-Total pada setiap
dibandingkan dengan kondisi awal. penambahan limbah sayuran
Hal ini terjadi karena selama proses berbeda-beda. Menurut Pratiwi
vermikomposting terjadi aktivitas (2013), perubahan rasio C/N ini
respirasi dan asimilasi disebabkan adanya penggunaan
mikroorganisme dan cacing karbon sebagai sumber energi dan
(Rahmawati, 2016). Aktivitas ini hilang dalam bentuk CO2 sehingga
mengubah C organik yang tersedia kandungan karbon semakin
menjadi CO2 gas (Suthar, 2014). berkurang. Penurunan rasio C/N
Sementara itu, terjadi penurunan juga terjadi pada kondisi panen
kandungan C-Organik pada kascing kascing. Penurunan rasio C/N ini
dalam kondisi pasca panen. menunjukan adanya aktivitas
Penurunan ini terjadi karena masih dekomposisi bahan organik oleh
ada proses dekomposisi dalam mikroorganisme dan cacing tanah
kascing yang dilakukan oleh berbanding lurus dengan konsumsi
mikroba. Penurunan C-Organik juga nitrogen oleh mikroorganisme dan
terjadi karena adanya pelepasan cacing tanah. Menurut Abdelhamid
karbon (Sucipta, 2015). (2004) dalam Elidar (2008) yang
Berikut hasil perhitungan menyatakan rasio C/N yang cukup
rasio C/N selama proses penelitian besar menunjukkan substrat yang
ini dapat dilihat pada grafik di bawah sukar dikomposisi sebaliknya jika
ini : rasio C/N rendah menunjukkan
substrat yang mudah untuk
dikomposisi.

5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

4.3.2 Pengaruh Penambahan


Limbah Sayuran terhadap N-Total
Hasil pengukuran N-Total
selama proses penelitian ini dapat
dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.4 Grafik Hasil


Pengukuran pH
Berdasarkan grafik 4.4 di
atas, dapat dilihat bahwa pada
kondisi awal pencampuran, pH
Gambar 4.3 Grafik Kandungan N- cenderung mendekati netral dengan
Total Selama Proses rentang nilai 6,57 6,9. Akan tetapi,
Berdasarkan grafik 4.3 di pada saat fermentasi yaitu hari
atas, dapat dilihat pula apabila saat pertama hingga hari ketiga terjadi
fermentasi pakan terjadi penurunan penurunan pH. Hal ini disebabkan
kandungan N-Total. Menurut karena ada sebagian senyawa
Yulianto (2010), penurunan tersebut organik yang telah terdegradasi
terjadi karena di dalam proses menjadi senyawa-senyawa yang
fermentasi, senyawa N menjadi lebih sederhana.
nutrisi bagi bakteri. Penurunan N- Peningkatan pH pada kondisi
Total juga terjadi pada kondisi panen panen kascing menunjukan pH
kascing, karena dimungkinkan mendekati netral. Hal ini terjadi
adanya konsumsi nitrogen oleh karena perkembangan dan aktivitas
cacing yang diubah menjadi bentuk cacing tanah dipengaruhi oleh faktor
protein (Fernndez-Gmez, 2010). pH. Menurut Singh et al. (2005)
Sementara itu, terjadi juga penurunan cacing tanah sangat sensitif terhadap
N-Total pada kascing dalam kondisi pH. Ketika pH dibawah 6,5 sejumlah
pasca panen. Penurunan N-Total cacing tanah akan mengalami
terjadi karena adanya pelepasan kematian, aktivitas cacing tanah
nitrogen. Akan tetapi, penurunan secara konstan juga dapat
kandungan N-Total tersebut terbilang meningkatkan pH pada tanah asam,
lambat. Hal ini dikarenakan kascing karena cacing tanah dapat
mampu menahan senyawa N mengeluarkan kapur dalam bentuk
(Gandhi et al., 1997). kalsium karbonat (CaCO3) / dolomit
Hasil pengukuran pH atau (Manaf et al, 2009).
derajat keasaman selama proses Selain pH, faktor yang
penelitian dapat dilihat pada tabel mempengaruhi penelitian adalah
sebagai berikut: suhu. Hasil pengukuran suhu selama
proses penelitian dapat dilihat pada
grafik 4.5 sebagai berikut:

6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai


berikut:

Tabel 4.5 Perbandingan Kascing


dengan SNI 19-7030-2004
C- N- Rasi
N Keteranga
Organi Total o
o n
k (%) (%) C/N
Gambar 4.5 Grafik Pengukuran SNI 19- 9,8 - min 10 -
1
Suhu 7030-2004 32 0,4 20
Berdasarkan gambar 4.5 di 2 Kascing
atas, dapat diketahui bahwa suhu KONTRO 3,03
2,7618 0,9105
pada saat kondisi awal pada reaktor L 3
limbah rumen tanpa menambahan 2,63
A1 2,2216 0,8436
limbah sayuran maupan limbah 3
rumen dengan penambahan limbah 2,55
A2 2,1160 0,8282
sayuran berada pada suhu 30oC. 5
Akan tetapi, terjadi peningkatan suhu 2,71
pada saat proses fermentasi dengan A3 2,2326 0,8230
3
kisaran suhu antara 32oC 34oC. 2,60
Hal ini menunjukan bahwa A4 2,2519 0,8642
6
mikroorganisme yang berkerja pada Berdasarkan tabel 4.7 di atas,
saat proses fermentasi adalah diketahui bahwa nilai C-Organik
mikroorganisme mesofilik. pada kascing masih belum
Sementara itu, suhu pada kondisi memenuhi kriteria kompos SNI 19-
panen kascing berada pada suhu 30 7030-2004. Sementara itu, nilai N-
o
C. Suhu tersebut masih dalam Total pada kascing masih memenuhi
rentang normal untuk cacing tanah kriteria kompos SNI 19-7030-2004.
beraktivitas. Menurut Grag (2010), Sedangkan rasio C/N kascing masih
cacing tanah untuk vermikomposting belum memenuhi kriteria kompos
berada pada rentang suhu 10 35 oC. SNI 19-7030-2004.
4.4 Analisis Perbandingan 4.4.2 Analisis Perbandingan
Kascing dengan SNI 19- Kascing dengan Kompos Lainnya
7030-2004 dan Kompos Kualitas kompos pada
Lainnya penelitan lainnya yang menggunakan
4.4.1 Analisis Perbandingan metode pengomposan biasa dapat
Kascing dengan SNI 19-7030-2004 dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Parameter parameter yang Tabel 4.6 Perbandingan Kascing
dianalisi pada penelitain ini adalah dengan Kompos Lainnya
C-Organik, N-Total, dan rasio C/N. C- N- Rasi
Berikut adalah perbandingan nilai C- N Keteranga
Organi Total o
Organik, N-Total, dan rasio C/N o n
k (%) (%) C/N
antara Kascing yang telah Pratiwi/ 16,9
dipindahkan dari reaktor 1 22,37 1,76
2013 9
vermikomposting dan SNI 19-7030- Cahaya/ 21,2
2004 tentang Spesifikasi Kompos 2 22,37 1,03
2008 7
Dari Sampah Organik Domestik
7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

C- N- Rasi kandungan C-Organik dan N-


N Keteranga
Organi Total o Total.
o n
k (%) (%) C/N 3. Kascing yang mendekati kriteria
Sulistyawa kompos yang tercantum pada SNI
3 17 1,63 11
ti/2008 19-7030-2004 adalah kascing
Mirwan/2 yang dihasilkan dari proses
4 28,02 2,62 11 vermikomposting limbah isi
013
5 Kascing rumen tanpa penambahan limbah
KONTRO 3,03 sayuran dengan kandungan C-
2,7618 0,9105 Organik sebesar 9,438%, N-Total
L 3
2,63 sebesar 0,9825%, dan rasio C/N
A1 2,2216 0,8436 sebesar 9,44. Kascing dalam
3
2,55 penelitian ini masih memiliki nilai
A2 2,1160 0,8282 C-organik, N-Total, dan rasio C/N
5
2,71 yang lebih rendah dibandingkan
A3 2,2326 0,8230 dengan kualitas kompos lainnya.
3
2,60 5.2 Saran
A4 2,2519 0,8642 Berdasarkan hasil pada
6
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, penelitian ini, maka disarankan
dapat diketahui bahwa kualitas adanya penelitian lanjutan mengenai
kompos pada penelitian lainnya, penambahan sumber C dan N yang
sebagian besar telah memenuhi lain untuk meningkatkan kualitas
kriteria kompos yang terdapat pada kascing dari proses vermikomposting
SNI 19-7030-2004. Akan tetapi, limbah isi rumen agar memenuhi
apabila kualitas kompos penelitian SNI 19-7030-2004.
lainnya dibandingkan dengan DAFTAR PUSTAKA
kualitas kascing yang dihasilkan Afriyansyah, B. 2010.
masih lebih rendah dibandingkan Vermicomposting oleh cacing
dengan kualitas kompos penelitian tanah (Eisenia Fetida dan
lainnya tersebut Lumbricus Lebellus) pada empat
5 Penutup jenis bedding (Tesis Magister).
5.1 Simpulan Sekolah Pascasarjana IPB.
Berdasarkan uraian hasil dan Bogor.
pembahasan di atas, maka dapat Alex, 2011. Sukses Mengolah
disimpulkan sebagai berikut : Sampah Organik Menjadi Pupuk
1. Lama proses vermikomposting Organik. Pustaka Baru Press.
limbah isi rumen dengan Yogyakarta.
penambahan 100% limbah Anas, I. 1990. Peranan Efisiensi
sayuran adalah 16 hari dengan Penggunaan Pupuk untuk
presentasi degradasi limbah Melestarikan Swasembada
sebesar 66,56%. Selain berperan Pangan (Orasi Pengukuhan Ahli
untuk mendegradasi limbah, Peneliti Utama). Pusat Penelitian
vermikomposing limbah isi rumen Tanah dan Agroklimat. Jakarta.
dapat dimanfaatkan sebagai media Anjangsari, E. 2010. Komposisi
budidaya cacing tanah. Nutrien (NPK) Hasil
2. Pengaruh penambahan limbah Vermikomposting Campuran
sayuran justru menurunkan Veses Gajah (Elephas Maximum

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Sumatrensis) dan Seresah Djuarnani, N., Kristian., dan Budi S.


Menggunakan Cacing Tanah 2006. Cara Cepat Membuat
(Lumbricus Terrestris) (Skripsi). Kompos. Agro Media Pustaka.
Institut Teknologi Sepuluh Jakarta.
November. Surabaya. Dominguez J, Edwards C.A, Subler
Anwar, E .2009. Efektivitas Cacing S. 1997. A Comparison of
Tanah Pheretima hupiensis, Vermicomposting and
Edrellus sp. Dan Lumbricus sp. Composting. Journal of Bio
dalam Proses Dekomposisi Cycle 38: 57-59.
Bahan Organik. Jurnal Tanah Edwards, C. A. and Jr. Lofty. 1977.
Tropika 14(2) : 149-158. Biology of Earthworm.
Arifah, S. M. 2014. Analisis Champman and hall, td. London.
Komposisi Pakan Cacing Elidar, P. 2009. Peran Cacing Tanah
Lumbricus Sp. Terhadap Eisenia fetida dan Lumbricus
Kualitas Kascing Dan Rubellus dalam Mengkonsumsi
Aplikasinya Pada Tanaman Sampah Organik (Tesis
Sawi. Jurnal GAMMA 9(2) : 63 Magister). Sekolah Pascasarjana
72. IPB. Bogor.
Arifin, Z., dan Amik K. 2008. Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim
Pertanian Organik Menuju (Brassica juncea L.)
Pertanian Berkelanjutan. Menggunakan Ekstrak Teh Dan
Bayumedia Publishing. Malang. Pupuk Kascing (Skripsi).
Cahaya , A. T. S. dan Dody A. N. Universitas Sebelas Maret. Solo.
2008. Pembuatan Kompos Fardiaz, S. 1987. Fisiologi
Dengan Menggunakan Limbah Fermentasi. PAU Pangan dan Gizi
Padat Organik (Sampah IPB. Bogor.
Sayuran Dan Ampas Tebu) Fernndez-Gmez, M. J., R.
(Skripsi). Universitas Nogales., H. Insam., E.
Diponegoro. Semarang. Romero., and M. Goberna. 2010.
Catalan, G. I. 1981. Earthworms a Continuous-feeding
New-Resource of Protein. vermicomposting as a recycling
Philippine Earthworms center. management method to revalue
Philippines. tomato-fruit wastes from
Dedi, S. 2013. Kajian pemberian greenhouse crops. Journal of
jumlah composer Terhadap Waste Management 30(12) :
Komposisi Bahan Limbah Untuk 24612468.
Media dan Aplikasinya Garg, V. K., Renuka G., and Anoop
Terhadap Tanaman selada daun Y. 2010. Vermicomposting
hijau (Latuca sativa L.) technology for solid waste
(Skripsi). Universitas management. Department of
Muhammadiyah Malang. Enviromental Science and
Malang. Engineering, Guru Jambheshwar
Djaja, W. 2008. Langkah Jitu University, Hisar 125001. India.
Membuat Kompos Dari Kotoran Gmez-Brandn, M., Lores, M., and
Ternak & Sampah. Agromedia Domnguez, J., 2013. Changes
Pustaka. Jakarta. in chemical and microbiological
properties of rabbit manure in a

9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

continuous-feeding Eisenia Fetida dan Lumbricus


vermicomposting system. Journal Rubellus) (Tesis Magister).
of Bioresource Technology Sekolah Pascasarjana ITB.
128(2013): 310-316. Bandung.
Gunawan, R., Kusmiadi R., dan Imanudin, O. 2015. Nisbah C/N
Prasetiyono E. 2015. Studi Campuran Feses Itik Dan
Pemanfaatan Sampah Organik Serbuk Gergaji (Albizzia
Sayuran Sawi (Brassica Juncea falcata) Terhadap Biomassa
L.) Dan Limbah Rajungan Cacing Tanah Lumbricuss
(Portunus Pelagicus) Untuk rubellus. Jurnal Ilmu Pertanian
Pembuatan Kompos Organik dan Peternakan 3(2) : 1 6.
Cair. Jurnal Pertanian dan Indriani, Y.H. 2004. Membuat
Lingkungan 8(1) : 37 47. Kompos Secara Kilat. Penebar
Hartono, St., Fatma H. dan Swadaya. Jakarta.
Surahman N. 2014. Parameter Intan, B. L. 2013. Pengomposan
Kualitas Limbah Padat Rumah Sludge Hasil Pengolahan
Potong Hewan Tamangapa Kota Limbah Cair PT. Indofood CBP
Makasasar Sebagai Bahan Baku dengan Penambahan Lumpur
Pembuatan Pupuk Kompos. Aktif dan EM4 dengan Variasi
Jurnal Bionature 15(2) : 137 - Sampah Domestik dan Kulit
141. Bawang (Skripsi). Universitas
Huda, M. K. 2013. Pembuatan Diponegoro. Semarang.
Pupuk Organik Cair dari Urin Isroi. 2008. KOMPOS. Balai
Sapi dengan Aditif Tetes Tebu Penelitian Bioteknologi
(Molase) Metode Fermentasi Perkebunan Indonesia, Bogor.
(Skripsi). Universitas Negeri Jenie, B. S. L. dan Rahayu W. P.
Semarang. Semarang. 1993. Penanganan Limbah
Hurip, P. dan Anang S. 2003. Studi Industri Pangan. Kanisius.
Aspek Fisik, Biologi, dan Kimia Yogyakarta.
Terhadap Cacing Tanah dan Kaushik, P. and V. K. Garg. 2004.
Kascing Pada Pengolahan Dynamics of Biological and
Sampah Menjadi Pupuk Kompos Chemical Parameters During
(Project Report). Universitas Vermicomposting of Solid
Terbuka. Jakarta. Textile Mill Sludge Mixed with
Ibrahim, K. 2014. Pengaruh Nisbah Cow Dung and Agricultural
C/N Campuran Awal Feses Sapi Residues. Journal of
Potong Dan Jerami Padi Bioresource Technology 94(2) :
Terhadap Biomassa Cacing 203 - 209.
Tanah Dan Biomassa Kascing Kaviraj., and S. Sharma. 2003.
Hasil Vermicomposting Residu Municipal Solid Waste
Pupuk Organik Cair. Student E- Management Through
Journal 4(1) : 1 10. Vermicomposting Employing
Ilyas, M. 2009. Vermicomposting Exotic and Local Species of
Sampah Daun Sonokeling Earthworms. Journal of
(Dalbergia Latifolia) Bioresource Technology 90(2) :
Menggunakan Tiga Spesies 169 173
Cacing Tanah (Pheretima sp,

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Kusumawati, N. 2011. Evaluasi (Skripsi). Universitas Brawijaya.


Perubahan Temperatur, pH dan Malang.
Kelembaban Media Pada Marshelina, A. R. 2015. Pengolahan
Pembuatan Vermikompos dari Limbah Rumah Pemotongan
Campuran Jerami Padi Dan Hewan (RPH) menjadi Pupuk
Kotoran Sapi Menggunakan Cair yang Diperkaya dengan
Lumbricus Rubellus. Jurnal Unsur Magnesium (Mg) yang
Inovasi Teknologi Indonesia Berasal dari Limbah Garam
15(1) : 45 56. (Bittern) (Skripsi). Universitas
Lavelle, P., Brussaard L. & Hendrix Diponegoro. Semarang.
P. 1999.Earthworm Merkel, J. A. 1981. Managing
Management in Tropical Livestock Wastes. Avi
Agroecosystems. CABI Publishing Company, Inc.
Publishing. Unaited Kingdom. Connecticut. USA.
Lesmana, F. A. 2015. Kombinasi Mirwan, M. 2013. Optimasi
Ampas Tahu dan Kotoran Sapi Pengomposan Sampah Kebun
Dalam Pembuatan Dengan Variasi Aerasi Dan
Vermikompos Lumbricus Penambahan Kotoran Sapi
rubellus. Jurnal Teknobiologi : 1 Sebagai Bioaktivator. Jurnal
15. Ilmiah Teknik Lingkungan 4(1) :
Lim, S. L., T. Y. Wu., E. Y. S. Sim., 61 66.
P. N. Lim., and C. Clarke. 2012. Mulat, T. 2003. Membuat dan
Biotransformation of rice husk Memanfaatkan Kascing, Pupuk
into organic fertilizer through Organik Berkualitas. Agromedia
vermicomposting. Journal of Pustaka. Jakarta.
Ecological Engineering Mulyadi, A. 2008. Karakteristik
41(2012) : 60 64. Kompos Dari Bahan Tanaman
Loh T. C., Lee Y. C., Liang J. B., Kaliandra, Jerami Padi Dan
Tan D. 2005. Vermicomposting Sampah Sayuran (skripsi). IPB.
of cattle and goat manures by Bogor.
Eisenia fetida ang their growth Mulyani, H. 2014. Buku Ajar Kajian
and reproduction performance. Teori Dan Aplikasi Optimasi
Journal of Bioresource Perancangan Model Dan
Technology 96 : 111 114. Pengomposan. CV. Trans Info
Manaf L. A., M. L. Jusoh., M. K. Media. Jakarta.
Yusof., T. H. Ismail., R. Harun., Mulyono. 2014. Membuat MOL dan
H. Jauhir. 2009. Influences of Kompos dari Sampah Rumah
Bedding Material in Tangga. PT. Agromedia
Vermicomposting Process. Pustaka. Jakarta Selatan.
International Journal of Biology Munreo G. 2004. Manual of On-
1(1) : 81 - 91. Farm Vermicomposting and
Marjuki., dan Rini D. W. Vermiculture. Organic
2013.Pengolahan Isi Rumen Agriculture Centre. Canada.
Limbah Rumah Potong Sapi Noviansyah, N. F. 2015. Pengaruh
Sebagai Pakan Ternak Sumber Perbandingan Limbah
Protein Melalui Proses Peternakan Sapi Perah Dan
Fortifikasi Dan Fermentasi Limbah Kubis (Brassica

11 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Oleracea) Pada Sebagai Dekomposer. E-Jurnal


Vermicomposting Terhadap Agroekoteknologi Tropika 2(4) :
Biomassa Cacing Tanah 195 203.
(Lumbricus Rubellus) Dan Prayitno. 2013. Pembuatan
Biomassa. Students E-Journal vermikompos menggunakan
4(3) : 1 9. limbah fleshing di industri
Nugroho, P. 2012.Panduan Membuat penyamakan kulit. Majalah
Pupuk Kompos Cair. Putaka Kulit, Karet, dan Plastik 29(2) :
Baru Press. Yogyakarta. 74 - 84.
Oktiawan, W., Anik S., Purwono., Prayitno. 2015. Pertumbuhan Cacing
Mahfud A. 2015. Strategi Tanah Eisenia Fetida Sp. Pada
Produksi Pupuk Organik Cair Kompos Limbah Fleshing .
Komersial Dari Limbah Rumah Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Potong Hewan (RPH) 31(2) : 85 - 92.
Semarang. Jurnal Presipitasi Rahmah, A., Munifatul I., Sarjana P.
12(2) : 89 96. 2014. Pengaruh Pupuk Organik
Padmono, D. 2005. Alternanif Cair Berbahan Dasar Limbah
Pengolahan Limbah Rumah Sawi Putih (Brassica Chinensis
Potong Hewan-Cakung. Jurnal L.) Terhadap Pertumbuhan
Teknik Lingkungan 6(1) : 303 Tanaman Jagung Manis (Zea
310. Mays L. Var. Saccharata).
Palungkun. 1999. Sukses Beternak Buletin Anatomi dan Fisiologi
Cacing Tanah Lumbricus 22(1) : 65 - 71.
rabellus. Penerbit Swadaya. Rahmawati, E dan Welly H. 2016.
Jakarta. Vermikompos Sampah Kebun
Parmelee, R. W., M. H. Beare, W. dengan Menggunakan Cacing
Cheng, P. F. Hendrix, S. J. Tanah Eudrilus eugeneae dan
Rider, D. A. Crossley Jr., and D. Eisenia fetida. Jurnal Teknik
C. Coleman. 1990. Earthworm ITS 5(1) : C33 C37.
and Enchytraeids in Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai
conventional and notillage dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.
agroecosystems: A biocide Rukmana, R. 1999. Budi daya
approach to asses their role in Cacing Tanah. Kanisius.
organic matter breakdown. Yogyakarta.
Journal of Biology and Fertility Saenab, A. 2010. Evaluasi
of Soils 10(1): 1 - 10. Pemanfaatan Limbah Sayuran
Prasetyo, A., dan Putra E. 2010. Pasar Sebagai Pakan Ternak
Produksi Pupuk Organik Ruminasia di DKI Jakarta. Balai
Kascing (Bekas Cacing) Dari Pengkajian Teknologi Pertanian
Limbah Peternakan dan Limbah Jakarta.
Pasar Berbantuan Cacing Sallaku, G., I. Babaj., S. Kaciu., A.
Lumbricus Rubellus (Skripsi). Balliu. 2009. The Influence of
Universitas Diponegoro. Vermicompost on Plant Growth
Semarang. Characteristics of Cucumber
Pratiwi, I. G. A. P. 2013.Analisis (Cucumis sativus L) Seedlings
Kualitas Kompos Limbah Under Saline Condititions.
Persawahan dengan Mol

12 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Journal of food Agriculture and Sucipta, N. K. S. P., Ni L. K., Ni N.


Enviroment 7(3&4) : 869 872. S. 2015. Pengaruh Populasi
Salundik. 2006. Meningkatkan Cacing Tanah Dan Jenis Media
Kualitas Kompos. Agromedia Terhadap Kualitas Pupuk
Pustaka. Jakarta. Organik. E-Jurnal
Setyorini D., Rasti S. dan Ea K. A. Agroekoteknologi Tropik 4(3) :
2006. Kompos. Balai Besar 213 223.
Litbang Sumberdaya Lahan Sulistyawati, E., Nusa M., Devi N.
pertanian Badan Penelitian dan C. 2008.Pengaruh Agen
Pengembangan Pertanian. Dekomposer Terhadap Kualitas
Bogor. Hasil Pengomposan Sampah
Singh, R. P., P. Singh., A. S. F. Organik Rumah Tangga
Araujo., M. H. Ibrahim., and O. (Seminar Nasional Penelitian
Sulaiman. 2011. Management of Lingkungan). Jakarta.
urban solid waste: Susanto, R. 2002. Pertanian organik:
Vermicomposting a sustainable Menuju Pertanian Alternatif dan
option. Journal of Resources, Berkelanjutan. Kanisius.
Conservation and Recycling Yogyakarta.
55(7) : 719 729. Suthar, S. and S. Gairola. 2014.
Sinha, R. K; S. Herat, S. Agarwal, R. Nutrient recovery from urban
Asadi and E. Carretero. 2002. forest leaf litter waste solids
Vermiculture and Waste using Eisenia fetida. Journal of
Management : Study of Action of Ecological Engineering
Earthworms Elsinia Foetida, 71(2014) : 660 666.
Eudrilus Euginae and Perionyx Suthar, S., Singh S. 2008.
Excavatus on Biodegradation of Vermicomposting of Domestic
Some Community Wastes in Waste by Using Two Epigeic
India and Australia. Journal of Earthworms (Perionyx
The Environmentalist 22(3) : excavatus and Perionyx
261 268. sansibaricus). International
Sosrosoedirdjo, R. S., B. Rivai & S. Journal Enviromental Science
S. Iskandar. 1981. Ilmu Technology 5(1) : 99 106.
Memupuk 2. CV. Yasaguna, Tchobanoglous, G. 1993. Integrated
Jakarta. Solid Waste Management.
Sriharti., Salim T. 2008.Pemanfaatan McGraw-Hill International. New
Limbah Pisang Untuk York.
Pembuatan Pupuk Kompos Venkatesh, R. M. and T. Eevera.
Menggunakan Kompos Rotary 2008. Mass Reduction and
Drum (Prosising Seminar Recovery of Nutrients Through
Nasional Bidang Teknik Kimia Vermicomposting of Fly Ash.
dan Tekstil). Yogyakarta. Applied Ecology and
Standar Nasional Indonesia. 2004. Environmental Research 6(1) :
Spesifikasi Kompos dari Sampah 77 84.
Organik Domestik. SNI 19- Vijaya, D., S. N. Padmadevi., S.
7030-2004. Badan Standar Vasandha., R. S. Meerabhai., P.
Nasional. Indonesia. Jakarta. Chellapandi. 2008. Effect of
Vermicomposted Coirpith onThe

13 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Growth of Andrographis
paniculata. Journal of Organic
Systems 3(2) : 51 56.
Wahyono, S., F. L. Sahwan dan F.
Schuchardt. 2003. Pembuatan
Kompos dari Limbah Rumah
Potong Hewan (RPH). Badan
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT). Jakarta.
Wahyono, S., Firman S., dan Feddy
S.,2003. Mengolah Sampah
Menjadi Kompos. Edisi Pertama.
Jakarta.
Wahyuningsih, R. 1996. Pengaruh
Mikoriza Vesikular Arbuskular
dan Pupuk Kascing Terhadap
Serapan P dan Hasil Tanaman
Tomat pada Humic Hapludults
(Skripsi). UNPAD. Bandung.
Widarti, B. N., Wardah K. W., Edhi
S. 2015. Pengaruh Rasio C/N
Bahan Baku Pada Pembuatan
Kompos Dari Kubis Dan Kulit
Pisang. Jurnal Integrasi Proses
5(2) : 75 80.
Yadav, K. D., V. Tore., M. M.
Ahammed.
2010.Vermicomposting of
Source Separated Human
Faeces for Nutrient Recycling.
Journal of Waste Management
30(1) : 50 - 56.

14 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai