Anda di halaman 1dari 4

PENENTUAN DERAJAT LUKA DALAM VISUM ET REPERTUM

PADA KASUS LUKA BAKAR

1
Erwin G. Kristanto
2
Sonny J. R. Kalangi

1
Bagian Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: gk_erwin@yahoo.com

Kebutuhan masyarakat atas berbagai dokumen medikolegal kian meningkat seiring


peningkatan kesadaran masyarakat atas hak hukumnya. Setiap dokter, dalam berbagai
tingkat pelayanan kesehatan, diwajibkan mampu untuk memberikan pelayanan forensik dan
medikolegal, khususnya visum et repertum. Visum et repertum yang dibuat seorang dokter
harus dapat membantu penegakan hukum melalui kesimpulan yang sesuai dengan ilmu
kedokteran dan kebutuhan penegakan hukum.
Pada kasus dugaan penganiayaan yang mengakibatkan korban menderita luka bakar,
maka amat penting bagi para penegak hukum untuk memperoleh pendapat ilmiah dokter
mengenai derajat keparahan atau derajat luka dari korban tersebut. Pendapat ilmiah
mengenai derajat luka ini akan membantu aparat penegak hukum dalam menentukan
beratnya hukuman yang diancamkan pada pelaku. Kesimpulan dokter akan membawa
dampak besar bagi pihak-pihak yang terlibat dalam tindak pidana tersebut, sehingga
pengambilan kesimpulan yang tepat amatlah penting.

LUKA BAKAR Penentuan derajat luka untuk


kepentingan visum et repertum pada kasus
Luka bakar merupakan salah satu jenis
luka bakar dilakukan dengan menilai:
luka, dimana terjadi kerusakan jaringan/
kedalaman luka bakar, luas luka bakar,
diskontinuitas jaringan yang diakibatkan
hasil pemeriksaan penunjang, dan trauma
sumber panas ataupun suhu dingin yang
yang menyertai luka bakar. Hasil penilaian
tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi,
tiap faktor di atas kemudian dikaji untuk
cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat
dibandingkan dengan delik yang ada pada
beraneka ragam dan memiliki penanganan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
yang berbeda tergantung jenis jaringan
(KUHP).
yang terkena luka bakar, tingkat keparahan,
dan komplikasi yang terjadi akibat luka
tersebut. Luka bakar dapat merusak
KEDALAMAN LUKA
jaringan otot, tulang, pembuluh darah,
jaringan epidermal dan jaringan lainnya. Kedalaman luka menjadi salah satu
Korban luka bakar dapat mengalami tolok ukur utama dalam menentukan
komplikasi lokal berupa pembentukan derajat luka pada kasus luka bakar.
parut dan kontraktur, maupun komplikasi Klasifikasi kedalaman luka pada kulit yang
sistemik. Faktor kontribusi utama dari diterima secara umum di dunia kedokteran
komplikasi sistemik ini adalah rusaknya saat ini adalah pembagian seperti yang
integritas kulit dan kehilangan cairan. tercantum dalam Tabel 1.
S27
S28 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S27 -30

Tabel 1. Tabel klasifikasi kedalaman luka bakar


Klasifikasi Kedalaman Contoh Temuan Klinis
Superficial thickness Epidermis Eritema, udema
Partial thickness Sampai sebagian Timbul vesikel dan bula
dermis Rusaknya folikel rambut
Full thickness Seluruh dermis dan Daerah terbakar tampak kering
jaringan lemak di dengan penurunan sensasi
bawahnya Folikel rambut dengan mudah
dicabut

Kerusakan jaringan di bawah kulit akibat bakar yang umum digunakan dalam
luka bakar, untuk kepentingan penilaian pengelolaan kasus forensik klinik adalah
derajat luka dianggap sejajar dengan luka dengan menggunakan metode Rule of
bakar full thickness. Nine dari Wallace dan Lund-Browder.
Pada anak-anak, perkiraan luas luka
bakar pada kepala dan tungkai (huruf a,b
LUAS LUKA BAKAR
dan c pada Gambar 1) disesuaikan dengan
Luas luka bakar adalah faktor penentu tabel dari Lund-Browder sebagai faktor
berikutnya dalam menentukan derajat luka koreksi (Tabel 2).
pada kasus luka bakar. Perkiraan luas luka

Kepala
dan leher
9%
Tubuh:
Anterior 18% Lengan dan tangan
Posterior 18% 9% setiap ekstrimitas

Genitalia dan
Tungkai
perineum 1%
9% /sisi

Gambar 1. Perkiraan luas luka bakar dari Wallace, Sumber: Artz CP, Moncrief JA, 1969.

Tabel 2. Tabel Lund-Browder


Umur (dalam tahun)
Bagian tubuh
0 1 5 10 15
a = kepala 9 8 6 5 4
b = dari 1 paha 2 3 4 4 4
c = dari 1 tungkai bawah 2 2 2 3 3
Kristanto, Kalangi; Penentuan Derajat Luka dalam Visum... S29

PEMERIKSAAN PENUNJANG terhirup, umumnya faring dan saluran nafas


atas turut mengalami luka bakar. Kondisi
Evaluasi kedokteran forensik dalam
yang lebih parah dapat terjadi bila yang
kepentingan menentukan derajat luka untuk
terhirup adalah uap panas, karena uap dapat
pembuatan visum repertum, pada beberapa
menyimpan energi panas lebih banyak dan
kasus akan membutuhkan pemeriksaan
karena dapat membakar hingga saluran
penunjang berupa: pemeriksaan darah,
nafas bawah. Sebagian kematian pada
pemeriksaa urin, dan foto toraks.
kasus luka bakar, terjadi segera setelah
Pemeriksaan darah dilakukan untuk
terjadi spasme laring akibat udara panas
mendeteksi terjadinya hipoalbuminemia. yang terhirup.
Hipoalbuminemia sebagian terjadi akibat
hemodilusi, terutama pada korban yang
memperoleh resusitasi cairan, dan sebagian PENENTUAN DERAJAT LUKA
lagi akibat hilangnya protein karena Luka bakar dengan ciri-ciri luka bakar
rusaknya kapiler. Pada korban juga dapat superfisial thickness dengan luas total
terjadi hipomagnesia, hipofosfatemia dan kurang dari 10% total luas permukaan
hipokalemia akibat pemberian cairan. tubuh pada korban dengan usia di atas dua
Pemeriksaan urin untuk mendeteksi tahun dan di bawah enam puluh tahun,
terjadinya hemoglobinuria. Luka bakar da- secara umum dapat digolongkan dalam
pat menyebabkan rabdomiolisis, yang akan derajat luka ringan.
menyebabkan mioglobinuria atau hemolisis Luka bakar full thickness lebih dari 1%
yang merusak ginjal. Pada ginjal dapat dari total luas permukaan tubuh, atau lebih
terjadi nekrosis tubular akut dan kegagalan dari 5% dari total luas permukaan tubuh
ginjal, sehingga pada kasus tertentu, pada partial-thickness, harus digolongkan
pemeriksaan fungsi ginjal perlu dilakukan. dalam luka derajat sedang. Luka bakar
Foto toraks dapat membantu men- partial thickness atau lebih dalam, bila
deteksi adanya kerusakan akibat inhalasi mengenai tangan, wajah, kaki atau peri-
udara panas, asam, atau inhalan lain yang neum, tanpa melihat luas total permukaan
merusak saluran nafas korban. tubuh yang terkena, juga masuk dalam
penggolongan luka derajat sedang. Luka
TRAUMA YANG MENYERTAI LUKA bakar yang masuk derajat ini, memerlukan
BAKAR evaluasi seksama di rumah sakit.
Kasus luka bakar harus dipertim-
Luka bakar pada seorang korban dapat bangkan masuk dalam derajat luka berat
terjadi bersamaan dengan cedera lain, dan bila luas daerah luka bakar >40% dari total
sering disebut dengan combined burn permukaan tubuh atau adanya jenis trauma
trauma (CBT). Sekitar 1-5% kasus dengan lain yang simultan terjadi pada tubuh
luka bakar, pada saat yang sama juga korban (CBT), termasuk adanya inhalasi
menderita luka akibat trauma tumpul atau udara panas atau iritan yang merusak
tajam. Dua puluh lima hingga tiga puluh saluran nafas.
persen korban bencana massal atau Kondisi lain yang memenuhi
serangan teroris akan menderita luka bakar, persyaratan pasal 90 Kitab Undang-Undang
selain luka jenis lain yang mereka derita. Hukum Pidana seperti timbulnya syok
CBT umumnya terjadi pada kecelakaan hipovolemik, yang bila ditemukan juga
sepeda motor yang diiringi ledakan, harus menjadi pertimbangan dokter untuk
kebakaran dengan runtuhnya gedung, luka menggolongkan luka dalam derajat luka
bakar listrik, dan jatuhnya pesawat udara. berat.
Adanya trauma penyerta ini akan Penentuan derajat luka dilakukan
memperparah kondisi korban. setelah pengobatan dan perawatan selesai
Luka bakar dan inhalasi udara panas dilakukan, atau apabila dokter menetapkan
sering terjadi bersamaan. Saat udara panas bahwa perjalanan penyakit korban, tidak
S30 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S27 -30

lagi dapat merubah kondisi derajat luka 3. Knight B. Simpsons Forensic Medicine
korban. Timbulnya komplikasi lokal yang (Eleventh Edition). New York: Oxford
dapat menyebabkan disabilitas pada korban University, 1997.
seperti timbulnya eschar dan sindrom 4. Gall J, Payne J. Current Practice in
kompartemen, tidak boleh luput dari Forensic Medicine. Washington: Wiley
and Blackwell, 2012.
penilaian dokter dalam pembuatan visum et 5. Artz CP, JA Moncrief. The Treatment of
repertum. Burns (Second Edition). Philadelphia:
WB Saunders Company, 1969.
6. Trauma Score - Injury Severity Score:
DAFTAR PUSTAKA TRISS. [Cited 2013 Aug 17]. Available
1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar from:www.trauma.org/archive/scores/tr
Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: iss.html
Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. 7. Mattox KL, Moore EE, Feliciano DV.
2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Trauma (Seventh Edition). London:
Jakarta: Sekretariat Negara, 1981. McGraw-Hill Professional, 2012.

Anda mungkin juga menyukai