Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

Analisa Lendutan Balok Beton Bertulang


Dengan Variasi Diameter Tulangan Berbeda
Dan Letak Tulangan Berbeda Namun Luas Penampang Tetap Sama
Dengan Cara Teoritis Dan Simulasi Program FEA

Yogi Rikardo Pakpahan1 dan Torang Sitorus2


1
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU
Medan
Email: pakpahan16@gmail.com
2
Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU
Medan

ABSTRAK
Balok merupakan salah satu bagian elemen struktur yang berfungsi menerima beban yang ada. Karena dibebani,
komponen struktur tersebut pasti memiliki reaksi terhadap beban yang bekerja, contohnya saja balok beton
bertulang, jika dibebani maka akan mengalami lendutan yang besarnya tergantung dari besarnya beban yang
diberikan dan material balok beton bertulang itu sendiri. Dan jika beban melampaui batas kekuatan balok beton
bertulang tersebut maka lendutan tersebut semakin besar dan akhirnya terjadi retak pada daerah balok beton
bertulang yang mengalami tarik. Selain anlisa teoritis ada beberapa cara untuk menganalisa lendutan balok
beton bertulang dan salah satunya adalah metode finite element. Tugas akhir ini menyajikan hasil analisa
terhadap 2 (dua) buah balok beton bertulang yang memiliki dimensi sama yaitu 400 mm x 800 mm, dan
memiliki luas tulangan tarik yang sama namun diameter tulangan berbeda. Type pertama menggunakan 16 16
dan type kedua 4 32. Analisa lendutan dilakukan dengan dua metode yaitu secara teoritis dan menggunakan
program berbasis elemen hingga. Hasil yang diperoleh adalah Dengan luas tulangan yang sama, Balok Type II
memiliki momen nominal/momen layan serta beban P yang lebih besar yaitu 425,3 kNm dan 99 kN, sedangkan
balok type I memiliki momen nominal/momen layan serta beban P yang lebih besar yaitu 417,5 kNm dan 97
kN. Berdasarkan rangkaian analisis dan perhitungan mengenai perilaku lendutan beton bertulang, menurut SNI-
03-2847-2002 dan simulasi program Abaqus/CAE membuktikan bahwa dengan beban yang sam balok Type II
memiliki lendutan yang lebih kecil dibandingkan balok Type I. Sehingga bisa dikatakan bahwa Diameter dan
letak tulangan mempengaruhi kemampuan balok menahan beban lentur yang ada

Kata kunci : Beton bertulang, lendutan, finite element, tulangan, tinggi efektif, inertia efektif, momen kritis

ABSTRACT
Beams is one part of the structural elements that function to receive the existing load. Being burdened, the
structural components must have had a reaction to the work load, for example, only reinforced concrete beams,
if saddled it will undergo a deflection which depends on the magnitude of the applied load and material
reinforced concrete beam itself. And if the load exceeded the strength of reinforced concrete beams, the
deflection is greater and eventually cause cracks in reinforced concrete beams areas experiencing attraction. In
addition to theoretical analysis there are several ways to analyze the deflection of reinforced concrete beams
and one of them is the finite element method. This final project presents the analysis of two (2) pieces of
reinforced concrete beams which have the same dimensions of 400 mm x 800 mm and has a tensile
reinforcement same area but different diameter of reinforcement. The first type uses 16 16 and second type
4 32. Deflection analysis done by two methods that are theoretically and using finite element-based program.
The results are the same broad reinforcement, Beams Type II has a nominal torque / moment of serviceability
and load larger P is 425.3 kNm and 99 kN, the beam type I has a nominal torque / moment of serviceability and
load larger P namely 417.5 KNM and 97 kN. Based on the circuit analysis and calculation of the deflection
behavior of reinforced concrete, according to SNI 03-2847-2002 and simulation program Abaqus / CAE prove
that the burden sam beam deflection Type II has a beam that is smaller than Type I. That is to say that the
diameter and beam reinforcement layout affects the ability of the existing resist bending loads

Keywords: concrete beam, deflection/deformation, finite element, reinforced, high efective, efctive inertia,
critical momen

1.

1
2. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Penggunaan material beton sebagai material bangaunan sangat dominan dibandingkan material
lain dalam industry konstruksi. Keunggulan beton yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi,
muarah, dan mudah dibentuk menjadikannya pilihan material dalam dunia konstruksi. Selain memiliki
keunggulan seperti diatas, material ini memiliki beberapa kekurangan antara lain, lemah dalam
menahan gaya tarik. Beton merupakan material yang sangat kuat menahan gaya tekan tetapi lemah
terhadap gaya tarik. Maka dari itu, material beton dalam struktur dikombinasikan dengan material yang
kuat menahan tarikan. Dilapangan, beton sering dikomposisisikan dengan material baja tulangan
sebagai upaya untuk meningkat kan kemampuan struktur beton menahan tarik. Karena hal ini jugalah
maka perlu dilakukan terus menerus study mengenai beton, khususnya beton bertulang, agar suatu
strukur tersebut dapat memikul beban yang direncanakan. Komponen-komponen struktur gedung yang
terbuat dari beton bertulang misalnya pondasi, kolom, plat lantai dan balok. Setiap komponen-
komponen struktur tersebut akan menahan beban rencana yang diberikan.Karena dibebani, komponen
struktur tersebut pasti memiliki reaksi terhadap beban yang bekerja, contohnya saja balok beton
bertulang, jika dibebani maka akan mngalami lendutan yang besarnya tergantung dari besarnya beban
yang diberikan dan material balok beton bertulang itu sendiri. Dan jika beban melampaui batas
kekuatan balok beton bertulang tersebut maka lendutan tersebut semakin besar dan akhirnya terjadi
retak pada daerah balok beton bertulang yang mengalami tarik. Selain alasan-alasan diatas, lendutan
dan retak pada balok beton bertulang dipengaruhi oleh besi tulangan yang ada pada balok tersebut. Besi
tulangan memang dipasang untuk menambah kekuatan balok beton untuk menahan gaya tarik yang
terjadi. Oleh karena itu jumlah dan besarnya diameter besi tulangan mempengaruhi besar kecilnya
lendutan dan besar kecilnya panjang dan lebar retak. Maka perlu dikaji lebih lanjut seberapa besar
pengaruh dari besi tulangan tersebut terhadap lendutan dan retak balok beton bertulang tersebut,
mengunakan teori-teori yang sudah ada. Karakteristik atau perilaku beton pada umumnya diperoleh
dari pengujian eksperimental di laboratorium. Pengujian ini akan mendapatkan gambaran mengenai
respon struktur berdasarkan keaadan nyata. Namun demikian semua informasi belum tentu didapatkan
karena keterbatasan alat dan metode pengujian. Seiring dengan majunya perkembangan teknologi
komputer, studi numerik menjadi salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat
diperoleh dari studi eksperimental dan salah satu metode numerik yang digunakan adalah metode
elemen hingga (finite element method) dan ada beberapa program-progam simulasi analisis FEA (
Finite Element Analysis ) seperti ANSYS, ATENA, NASTRAN, HYPERMESH, ABAQUS, dan lain-
lain

2.2 Perumusan masalah


Bagaimana menghitung lendutan balok beton bertulang dengan teori yang ada dalam hal ini
menggunakan rumus-rumus Sesuai SNI-03-2847-2002
Bagaimana menganalisa simulasi perilaku lendutan balok beton bertulang pada program FEA
(Finite Element Analysis )
Bagaimana pengaruh lendutan beton bertulang yang berbeda ukuran diameter dan letak besi
tulangan tetapi luas penampang tulangan tetap sama.

2.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Menganalisa perilaku lendutan balok beton bertulang dengan teori yang ada dalam hal ini
menggunakan rumus-rumus Sesuai SNI-03-2847-2002
Menganalisa simulasi perilaku lendutan balok beton bertulang pada program FEA ( Finite Element
Analysis )
Mengidentifikasi pengaruh lendutan beton bertulang yang berbeda ukuran diameter besi tulangan
tetapi luas penampang tulangan tetap sama.
Manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menganalisa perilaku dan mengidentifikasi pengaruh
lendutan beton bertulang yang berbeda ukuran diameter dan letak besi tulangan tetapi luas penampang
tulangan tetap sama, dan pemahaman penggunaan aplikasi computer dalam identifikasi sifat mekanik
beton, sehingga bisa menjadi referensi tambahan dalam perencanaan struktur nantinya.

2.4 Pembatasan Masalah


Dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dalam penulisan tugas akhir ini, maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut : Lendutan yang dianalisa adalah akibat beban lentur murni yaitu
dua beban terpusat statis. Perletakan atau tumpuan balok adalah sendi-roll. Struktur beton bertulang
ditinjau dalam system tiga dimensi. Balok yang ditinjau masih dalam keadaan elastis.. Peraturan yang

2
digunakan sebagai pedoman adalah peraturan SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung..

3. METODOLOGI
2.1 Filosofi Pendesainan
Metode yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini adalah berupa study
literatur, dengan mengumpulkan bermacam-macam teori dan pembahasan melalui buku-buku,
peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan panduan dari American Concrete Institute (ACI), serta
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Kemudian, dilakukan pemilihan mutu
bahan, serta jenis dan dimensi penampang untuk besi tulangan komponen struktur balok beton
bertulang yang akan digunakan. Untuk selanjutnya, dilakukan analisa dan perhitungan terhadap
kebutuhan jumlah tulangan, berdasarkan acuan SNI 03-2847-2002. Hasil perencanaan dan perhitungan
yang diperoleh nantinya yaitu luas besi tulangan yang dibutuhkan, akan digunakan untuk menentukan
beberapa variasi diameter besi tulangan dan jumlah besi tulangan yang akan digunakan. Dan dilakukan
analisa lendutan dari balok beton bertulang yang memiliki variasi diameter berbeda tersebut. Simulasi
program FEA dilakukan sebagai perbandingan dari hasil perhitungan dan dituangkan dalam grafik.
Secara garis besar, tahapan metodologi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

2.2 Tahapan Analisa


2.2.1 Analisa Penampang Pada Taraf Praretak
n=Es/Ec

232 nAs'
y
Pusat
Berat
d
h=80

1616 nAs

b=40
Gambar 2.1. Penampang Transformasi belum retak pada penampang

Menentukan titik berat penampang pada tahap pra-retak

( ) ( )
( ) ( )

Menentukan Inertia Penampang transformasi

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Menentukan Momen retak

3
2.2.2 Analisa Penampang Pada Taraf Pascaretak
n=Es/Ec

232 yc
c nAs'
Garis
d Netral
h=80
ys

1616 nAs

b=40
Gambar 2.2. Contoh Penampang Transformasi retak pada penampang

Menentukan letak garis netral penampang yaitu:


( )
( )
Menentukan momen inertia penampang retak , yaitu

( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Sehingga diperoleh Momen Inertia efektif , yaitu :
( ) [ ( ) ]

2.2.3 Analisa Abaqus/CAE


A. Modul Geometri (Part)
Menggambar geometri, dilakukan pada module part. Terdapat lima part yang perlu
digambar untuk menyelesaikan permasalahan ini, yaitu:

Tabel 1.1 Type Part


Nama Part Type
Balok Solid Ekstrusion

Pembeban Solid Ekstrusion

Support Solid Ekstrusion

Tulangan Pokok Wire planar


Sengkang Wire planar

Gambar 2.3. Menu pada Modul Part

4
B. Modul Property
Mendefenisikan material, mendefenisikan section dan menga aplikasiakannya ke dalam part
yang telah dibuat terdapat pada modul ini. Terdapat tiga material dan lima section yang perlu
didefenisikan.

Tabel 1.2 Material dan Section Part


Nama Part Material Section
Balok Beton Solid Homogen
Pembeban Baja Solid Solid Homogen
Support Baja Solid Solid Homogen
Tulangan
Baja Tulangan Truss
Pokok
Sengkang Baja Tulangan Truss

Gambar 2.4. Menu pada Modul Property

C. Modul Assembly
Setiap part yang sudah terdefenisi akan dirakit satu persatu

Gambar 2.5. Menu pada Modul Assembly

5
D. Modul Step
Pada modul ini analisys step diciptakan dan kemudian dikonfigurasikan. Selain itu output
request juga dapat dikonfigurasikan disini sesuai kebutuhan

Gambar 2.6. Menu pada Modul Step

E. Modul Interaction
Pada modul ini interksi mekanik dan termal antara daerah-daerah dari model atau antar
daerah model dan lingkungannya didefinisikan

Tabel 1.3 Constraint masing-masing Instance


Nama Nama Instance Constraint
Instance I II
Balok Pembeban Tie
Balok Tulangan Embedded Region
Support Balok Tie
Point Load Pembeban Coupling

Gambar 2.7. Menu pada Modul Interaction

F. Modul Load
Pemberian beban diberikan pada modul ini, yaitu beban terpusat kearah sumbu 2 atau
melawan gravitasi.

Gambar 2.8. Menu pada Modul Load

6
G. Modul Mesh
Pada modul ini tersedia tools yang bertujuan menciptakan mesh elemen hingga pada assembly
yang telah dibuat. Besarnya mesh diambil 0.1.

H. Modul Job
Pada modul ini analisis model dilakukan dan dimonitor

Gambar 2.9. Menu pada Modul Job

I. Modul Visualization
Informasi hasil yang dikeluarkan sesuai dengan informasi output yang diminta yaitu output
request pada modul step.

2.3 Prosedur Perencanaan


Garis besar prosedur perencanaan dalam menganalisa sambungan, dapat dilihat pada bagan di bawah
ini :

Gambar 2.10. Bagan Alir Metode Penelitian

7
2.4 Data Perencanaan
Dalam penyajian bahasan mengenai analisis lendutan balok bertulang pada Tugas Akhir ini,
penulis mengambil suatu model balok beton bertulang dengan perletakan sederhana dan beban terpusat.
seperti yang terlihat pada Gambar 2.11 berikut.

232 232

d d
h=80 h=80

1616 432

s s

b=40 b=40
Gambar 2.11. Model balok beton bertulang yang dianalisis

Balok beton bertulang yang dianalisa menggunakan mutu beton fc 25Mpa dan besi tulangan 210 Mpa
dengan profil balok dengan tinggi 80 cm (h = 80 cm) dan lebar balok 40 cm ( b = 40 cm). Lendutan
balok beton bertulang tersebut direncanakan memikul beban P . Panjang balok adalah 15 m
Model balok beton bertulang tersebut nantinya akan dianalisa, bagaimana lendutan yang terjadi akibat
perbedaan letak dan diameter besi tulangan (luas penampang tulangan tetap sama) yang ada.

3 HASIL PERHITUNGAN ANALISA


Hasil analisa dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 2.12. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan (SNI-03-2847-2002)

8
Gambar 2.13. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan (Abaqus/CAE

4 KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
1. Walau memiliki luasan tulangan yang sama, Rasio tulangan balok berbeda, yaitu Type I adalah 0,0111
sedangkan rasio tulangan Type II adalah 0,0108
2. Dengan luas tulangan yang sama, Balok Type II memiliki momen nominal/momen layan serta beban P
yang lebih besar yaitu 425,3kNm dan 99 kN, sedangkan balok type I memiliki momen nominal/momen
layan serta beban P yang lebih besar yaitu 417,5 kNm dan 97 Kn
3. Berdasarkan rangkaian analisis dan perhitungan mengenai perilaku lendutan beton bertulang, menurut
SNI-03-2847-2002 dan simulasi program Abaqus/CAE membuktikan bahwa dengan beban yang sam
balok Type II memiliki lendutan yang lebih kecil dibandingkan balok Type I
4. Diameter dan letak tulangan mempengaruhi kemampuan balok menahan beban lentur yang
ada.Semakin besar tinggi efektif penampang beton, maka akan semakin kuat menahan beban yang ada.
5. Hasil perhitungan lendutan dengan SNI-03-2847-2002 lebih besar daripada perhitungan lendutan
menggaunakan Abaqus/CAE. Hal ini wajar mengingat SNI dirancang untuk menjadikan struktur lebih
aman sehingga beban yang diijinkan lebih kecil.

4.2 Saran
Untuk mengetahui perilaku lendutan balok beton bertulang yang lebih spesifikasi, perlu diakukan
pengujian Laboratorium, perhitungan dengan cara nonlinear dan simulasi program numerikal yang
lainnya, sehingga dapat diperoleh perbandingan dari masing-masing hasil yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali,2010 Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wang, CK & Salmon,. C,.G. Disain Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta.
Nawy , E., G. 2003 Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Penerbit Refika Aditama, Bandung.
McCormac, Jack., C. 2001, Desain Beton Bertulang Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Syal. I.C., Goel.,A.K. 2007, Reinforced Concrete Structures, Penerbit S.Chand., India.
Nurozi dkk, (2010). Pemodelan Retak Pada Struktur Beton Bertulang, Jurnal Teknik Sipil Vol.17, No. 2
Wiyono, D., R & Trisna William, (2013). Analisa Lendutan Seketika dan Lendutan Jangka Panjang Pada
Struktur Balok, Jurnal Teknik Sipil Vol. 9, No. 1
Nur Oscar Fitrhah, (2010), Kajian Esperimental Pola Retak Pada Portal Beton Bertulang Akibat Beban
Quasi Cyclic Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 6, No. 1
Nur Oscar Fitrhah, (2009), Kajian Esperimental Perilaku Balok Beton Tulangan Tunggal Berdasarkan Type
Keruntuhan Balok Jurnal Rekayasa Sipil Vol.5, No.2
Nur Oscar Fitrhah, (2010), Tinjauan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Lapisan Mutu Beton Yang
Berbeda Majalah Ilmiah UKRIM Ed 2/th XII/2007
SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,Badan Standar
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai