M. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemeuhan kewajiban perpajakan dan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
1. Sasaran Pemeriksaan
Yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun penyelidikan adalah untuk mencari adanya:
a. Interpretasi Undang-Undang yang tidak benar.
b. Kesalahan hitung.
c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.
d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhanya yang dilakukan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban pajaknya.
2. Tujuan Pemeriksaan
a. Untuk menguji kepatuhan peenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan
kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak.
b. Untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Wewenang Memeriksa
Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
4. Prosedur Pemeriksaan
a. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan.
b. Wajib Pajak yang diperiksa harus:
Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek
yang terutang Wajib Pajak.
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu untuk
kelancaran pemeriksaan.
Memberi keterangan yang diperlukan.
c. Jika Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan suatu hal, maka kewajiban
tersebut harus ditiadakan.
d. Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu bila
Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban pada poin b di atas.
N. PEYELIDIKAN
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan adanya bukti
tersebut membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya. Penyidikan dilaksanakan berdasarkan UU No. 8/1981 tentang KUHP.
1. Penyidik
Penyidik dalam tindak pidana perpajakan adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jendral Pajak yang diberi wewenang khusus untuk menyelidiki tindak
pidana di bidang perpajakan.
2. Wewenang Penyidik[8]
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap
dan jelas;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada angka 5;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan menurut ketentuan peraturan peundang-undangan.
Penyidik Pajak tidak berwenang melakukan penahanan dan penangkapan
3. Kewajiban Penyidik
Penyidik sebagaimana memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyelidikan kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan UU Hukum Acara Pidana.
O. SANKSI PERPAJAKAN
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi Administrasi
dan Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelangaran suatu norma perpajakan ada yang diancam
dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang
diancam dengan sanksi administrasi dan pidana.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada konsekuensinya. Pada sanksi administrasi,
konsekuensinya adalah pembayaran kerugian kepada negara berupa bunga dan kenaikan,
sedangkan pada sanksi pidana, konsekuensinya adalah siksaan atau penderitaan.
1. Sanksi Administrasi
a. Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU Perpajakan.
Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, presentasi dari jumlah
tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambahkan dengan sanksi pidana.
Pelanggaran yang dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau
disengaja. Untuk mengetahui lebih lanjut, dalam tabel berikut dimuat hal-hal yang dapat
menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.
No Masalah Cara Membayar/menagih
Tidak / terlambat memasukkan / STP ditambah Rp 100.000,- atau Rp
1. menyampaikan SPT. 500.000,- atau Rp 1.000.000,-
Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau
2. SPT masa tetapi belum di sidik. SSP ditambah 15%
Khusus PPN:
a. Tidak melaporkan usaha
b. Tidak membuat / mengisi faktur
c. Melanggar larangan membuat Faktur SSP/SPKPB ditambah 2% denda dari
3. (PKP yang tidak dikukuhkan) dasar pengenaan
c. Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang paling
ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus
dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan
angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak
memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.
2. Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi pidana, yaitu: denda
pidana, kurungan, dan penjara.
a. Denda pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan diancamkan juga kepada pejabat
pajak atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana
yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
b. Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat
ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan diancamkan kepada si
pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka
masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekiat itu diganti dengan pidana kurunga
selama-lamanya sekian.
c. Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan.
Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang
ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak.
Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur/ditetapkan dalam UU No.6
Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985 sebagai-mana telah diubha dengan
UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Dikembalikan dengan ditambahimbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan.
Apabila wajib pajaktidak menyetujui atas keputusan keberatan, wajib pajak dapat
mengajukan banding ke pengadilan pajak sebagai upaya hukum terakhir. Putusan pajak
pengadilan tidak dapat digugat ke pengadilan umum atau ke peradilan tata usaha Negara dan
putusannya merupakan putusan akhir dan bersifat tetap.
Masalah utama yang harus diperhatikan tata cara pengajuan permohonan banding.
a. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya pada peradilan atas surat
keputusan keberatan.
b. Putusan pengadilan pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan peradilan
tata usaha Negara.
c. Permohonan banding diajukan paling lama 3 bulan sejak surat keputusan keberatan
diterima.
d. Jumlah pajak yang elum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum
merupakan pajak yang terutang samapi dengan banding diterbitkan.
e. Apabila permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai
sankisi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak betdasarkan keputusan
banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
f. Apabila pengajuan keberatan atas banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan
dengan ditambahkan imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan
dengan ketentuan.
PEMERIKSAAN
Pasal 1 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan mendefinisikan pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standard pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan .
Yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun yang penyelidikan adalah untuk mencari adanya:
a. Interpretasi undang-undang yang tidak benar
b. Kesalahan hitung
c. Pengelapan khusus dari penghasilan
d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya yang dilakukan wajib pajak dalama
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak dan tujuan lain:
Prosedur pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh petugas pemeriksa yang jelas identitasnya sebagai
berikut:
1. Memperlihatkan atau meminjamkan buku catatan, dokumen yang menjadi dasar dan
dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek pajak.
2. Memeberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
member bantuan guna melancarkan pemeriksaan.
3. Memberikan keterangan yang diperlukan, dalam mengungkapkan pembukuan,
pencatatan, serta keterangan yang diminta, wajib pajak terkait oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu tiadakan.
4. Direktur Jendral pajak bewenag melakuakn penyegelan tempat tertentu, bila wajib pajak
tidak memenuhi kewajiban huruf b diatas
Dalam pelaksanaannya, Surat Perintah Pemeriksaan Pajak diterbitkan bersamaan dengan
pemeriksaan tahun berjalan melalui Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dan dapat
didampingi oleh juru sitapajak atau Koordinator Lapangan Penagihan atau Kepala/petugas KP4
(Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan)
PENYIDIKAN
Penyidik dalam tindak pidana perpajakan adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan direktorat jenderal pajak yang diberikan wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
KEWAJIBAN PEMBUKUAN/PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasikeuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta jumlah harga perolehandan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusunlaporan keuangan berupa neraca dan laporan aba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.
1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiataan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia
2. Wajib pajak badan Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembukuan atau pencatatan:
a. Diselenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya
b. Harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan
mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa satuan yang
diizinkan oleh menteri keuangan
c. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan stelsel akrual atau stelsel kas.;
stelsel adalah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya di akrual pada waktu
diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang, Stelsel Kas adalah suatu metode yang
penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang harus
dibayar tunai, stelsel kas ini biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau
perusahaan jasa. Perubahan terhadap metode pembukuan atau tahun buku harus
mendapatkan persetujuan dari direktur jenderal pajak.
d. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang
e. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang asing selain rupiah dapat
menyelenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapatkan izin menteri keuangan.
f. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 tahun di
Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau
ditempat kedudukan wajib pajak badan.
SANKSI PERPAJAKAN